TINJAUAN PUSTAKA
9
10
2.1.11 Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses yang dilakukan secara terus
menerus. Aspek penting dari evaluasi adalah menentukan
kebutuhan klien yang berkelanjutan saat klien pulang ke rumah.
Diagnosa keperawatan yang masih tersisa mungkin menuntut
keluarga untuk lebih bertanggung jawab terhadap perawatan diri
klien. Perawat melakukan evaluasi terhadap pendidikan
kesehatan, konseling, dan rujukan yang diperlukan untuk
memastikan keberhasilan pemindahan perawatan klien kepada
pemberi pelayanan lainnya.
P
D
K
L
M
oeareP
n
niorak
y
ingedt
e
t-rnaie
l
olacbr
e
n
ram
s
inda
akti
(nH
alun
saE
en:i
-beP
TK
io
aap
nA
d n
gu:m
t
m
al r
io
iaK1. K
nl
ne l
i i
pgs d
sa n
ret i
n
r o(h s
ag o
aD d
b
srit a a
n
ias t
/
cn
m p
p
he e
m
sa r e
a
er w r
i
rg a
k
t
ve s
a
in a
a
-cPG
n
21
2.2.2.2 Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu objek. Sikap secara nyata
menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
keadaan tertentu. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulasi yang diberikan objek.
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah. Hal ini merupakan suatu
indikasi sikap tingkat tiga. Menghargai juga diartikan
sebagai suatu usaha untuk mencari suatu keselarasan,
manfaat dan dengan menghubungkan prosedur tindakan.
a. Lama
b. Arah
c. Frekuensi
d. Isi pesan dalam interkasi.
2.3.4.4 Stres
Potter & Perry (2005) mengatakan stres adalah segala situasi
dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan individu untuk
berespon atau melakukan tindakan. Respon ini sangat
individual karna individu mempunyai sifat yang multidimensi.
Stres muncul ketika ada ketidakcocokan antara tuntutan yang
dihadapi dengan kemampuan yang dimiliki. Penderita Diabetes
yang mengalami stres dapat merubah pola makan, aktivitas
yang biasanya dilakukan secara teratur dan hal ini dapat
menyebabkan terjadinya hiperglikemia. Stres memicu reaksi
biokimia tubuh melalui 2 jalur yaitu neural dan neuroendokrin.
Reaksi pertama respon stres yaitu sekresi sistem saraf simpatis
untuk mengeluarkan norepinefrin yang menyebabkan
peningkatan frekuensi jantung. Kondisi ini dapat menyebabkan
glukosa darah meningkat guna sumber energi untuk perfusi.
Bila stres menetap akan melibatkan hipotalamus-pituitari.
Hipotalamus mensekresi corticotropin-relesingfactor, yang
menstimulasi pituitari anterior untuk memproduksi
Adrenocortocotropic Hormone (ACTH) kemudian ACTH
menstimulasi pituitari anterior untuk memproduksi
glukokortikoid, terutama kortisol. Peningkatan kortisol
mempengaruhi peningkatan glukosa darah melalui
glukoneogenesis, katabolisme protein dan lemak. Selain itu
kortisol juga dapat menginhibisi ambilan glukosa oleh sel
tubuh.
2.3.5.2 Poliuria
Yaitu kehilangan natrium dan air dalam jumlah besar pada
urine karena tekanan osmotik yang dibentuk oleh glukosa
berlebih dalam tubulus ginjal yang dapat mengurangi
reabsorbsi air.
2.3.5.3 Polidipsia
Yaitu perasaan haus dengan konsumsi air yang berlebihan
yang terjadi karna penurunan volume darah mengaktivasi
pusat haus di hipotalamus.
2.3.5.4 Polifagia
Yaitu nafsu makan besar dan lahap yang terjadi karena
kekurangan karbohidrat dalam sel-sel tubuh.
2.3.5.5 Ketonemia dan Ketonuria
Yaitu penumpukan asam lemak dan keton dalam darah dan
urine yang terjadi akibat katabolisme abnormal lemak
sebagai sumber energi
Gejala lain yang mungkin timbul adalah kesemutan, gatal
atau bisul, penglihatan kabur, rasa tebal dikulit dan
gangguan fungsi seksual.
a. Hipoglikemia Ringan
Simptomatik, dapat di atasi sendiri, tidak ada gangguan
aktivitas sehari-hari yang nyata.
b. Hipoglikemia Sedang
Simptomatik dapat di atasi sendiri, dan menimbulkan
gangguan aktivitas sehari-hari yang nyata.
c. Hipoglikemia Berat
Sering (tidak selalu) tidak simptomatik, gangguan
kognitif. Pasien tidak mampu mengatasi sendiri
(bahkan di sertai koma atau kejang).
Maka dalam hal seperti pasien membutuhkan:
1. Membutuhkan bantuan orang lain
2. Memerlukan terapi parenteral
2.3.8.2 Kronis
Faisalado Candra Widyanto & Cecep Tribowo (2013) membagi
komplikasi kronis menjadi 2 bagian, yaitu:
a. Mikrovaskuler
1. Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan mikrovaskuler
adalah perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila
kadar glukosa dalam darah meningkat, maka mekanisme
filtrasi ginjal akan mengalami stres yang menyebabkan
kebocoran protein dalam darah urine.
2. Penyakit Mata
Penderita Diabetes Mellitus akan mengalami gejala
penglihatan sampai kebutaan, keluhan penglihatan kabur
tidak selalu disebabkan neuropati. Katarak disebabkan
karena hiperglikmia yang berkepanjangan menyebabkan
pembengkakan lensa dan kerusakan lensa.
34
3. Neuropati
Diabetes Mellitus dapat mempengaruhi saraf-saraf
perifer, sistem saraf otonom medulla spinallis atau
sistem saraf pusat. Akumulasi sorbitol dan perubahan-
perubahan metabolik lain dalam sintesa fungsi nyein
yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan
perubahan kondisi saraf.
b. Makrovaskuler
1. Penyakit Jantung Koroner
Kelainan fungsi jantung yang diakibatkan Diabetes
Mellitus maka terjadi penurunan kerja jantung untuk
memompakan darah ke seluruh tubuh sehingga tekanan
darah akan meningkat. Lemak yang menumpuk dalam
pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri
(arteriosclerosis) dengan resiko penderita jantung
koroner atau stroke.
2. Pembuluh Darah Kaki
Hal ini timbul karena adanya anestesis fungsi saraf-saraf
sensorik. Keadaan ini menyebabkan gangren infeksi
dimulai dari celah-celah kulit yang mengalami
hipertropi, padaa sel-sel kuku kaki yang menebal dan
halus demikian juga daerah-daerah yang terkena trauma.
3. Pembuluh Darah Ke Otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan
sehingga suplaay darah ke otak menurun.
BB Lebih (Obesitas)
2.5 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah Hubungan antara Penatalaksanaan
Discharge Planning dengan Sikap Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus Di
RSUD Idaman Banjarbaru Tahun 2018.
40
Dari uraian konsep yang telah dipaparkan pada penelitian ini, maka hipotesis
yang peneliti gunakan adalah:
Ha: Ada Hubungan antara Penatalaksaan Discharge Planning dengan Sikap
Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus Di RSUD Idaman Banjarbaru Tahun
2018.