Oleh :
KELOMPOK 8A
Preseptor Akademik : Rohni Taufiika Sari, Ns., M.Kep
Preseptor Klinik : Siti Khairiah, S.Kep., Ns
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
BANJARMASIN, 2023
2.1.1 Pengertian Discharge Planning
Discharge planning merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis dari
pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang.
keperawatan yang diperlukan oleh pasien saat perencanaan harus berpusat pada
mempersiapkan klien untuk meninggalkan satu tingkat asuhan ke tingkat yang lain di
dalam atau di luar institusi layanan kesehatan saat ini (Kozier, 2011).
informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan
7
8
Discharge planning tidak hanya melibatkan pasien tetapi juga keluarga, orang
terdekat, serta pemberi layanan kesehatan dengan catatan bahwa pelayanan dan sosial
bekerja sama. Proses discharge planning harus dilakukan secara komperhensif dan
dalam memberi layanan kesehatan kepada pasien (Perry & Potter, 2005).
berkelanjutan (continuting care cordinator) adalah staf rumah sakit yang befungsi
kesehatan menyediakan pendidikan kesehatan dan memotivasi staf rumah sakit untuk
namun ada beberapa kondisi yang menyebabkan pasien beresiko tidak dapat
seperti pasien yang menderita penyakit terminal atau pasien dengan kecacatan
sebagai berikut:
pasien.
mengurangi angka kambuh dan penerimaaan kembali di rumah sakit, dan terjadi
Menurut Sarfina (2016) tujuan dilakukan discharge planning antara lain untuk
rumah, menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan pelayanan
untuk menjamin berkelanjutan asuhan yang berkualitas antara rumah sakit dan
keperawatan pasien.
keperawatan rumah.
masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga
sama.
1
yang ada. Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang
dilakukan.
kesehatan.
Kesamaan tersebut bisa dilihat dari adanya pengkajian pada saat pasien mulai di
rawat sampai dengan adanya evaluasi serta dokumentasi dari kondisi pasien selama
Perry & Potter (2005) secara lebih lengkap dapat di urut sebagai berikut:
mungkiin terjadi.
membantu pengkajian).
1
sebagai berikut:
buku.
sedini mungkin.
5) Periksa seluruh kamar mandi dan lemari bila ada barang pasien yang
masih perlu membayar sisa tagian biaya. Atur pasien atau keluarga
pasien. berikan kursi roda untuk pasien yang tidak bisa berjalan
10) Kunci kursi roda. Bantu pasien pindah ke mobil atau alat transportasi
pasien.
perencanaan pulang atau discharge planning antara lain (Potter & Perry, 2005):
5. Masa penyembuhan yang lama dari penyakit yang diderita atau setelah
6. Isolasi sosial.
sosial budaya, dan ekonomi. Perry & Potter (2006) membagi proses discharge
planning atas tiga fase yaitu: akut, transisional, dan pelayanan berkelanjutan.
Perhatian utama medis pada masa akut berfokus pada usaha discharge palnning.
Kebutuhan pelyanan fase transisional pada akut selalu terlihat, tetapi tingkat
kepentingannya semakin berkurang dan pasien mulai dipersiapkan untuk pulang dan
1
1) Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
discharge planning).
3. Perencanaan
1) Medication (obat)
pulang.
1
2) Environment (lingkungan)
3) Treatment (pengobatan)
5) Outpatient referal
berklanjutan.
6) Diet pasien
dietnya dan pasien sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai untuk
dirinya.
4. Implementasi
5. Evaluasi
1) Derajat penyakit.
5) Komplikasi tambahan.
2. Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek
akan diadakannya.
7. Apa yang harus dilakukann pada keadaan darurat dan nomor telefon
berikut:
Keadaan pulang ini dilakukan apabilai kondisi pasien baik dan tidak
harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat.
Cara ini merupakan akhir dari hubungan pasien dengan rumah sakit.
pribadi perawat dan diri pribadi pasien (Potter & Perry, 2005). Rofi’i (2011).
konsensus.
2
pasien dan anggota keluarga. Perawat sebagai bagian dari personil perencanaan
perawatan, fasilitas profesional, dan sumber daya yang diperlukan untuk pemulihan
dokter dan disiplin ilmu lain yang mengkaji perlunya rujukan untuk mendapat
perawatan di rumah atau di tempat pelayanan lainnya. Kolaborasi dengan dokter dan
disiplin ilmu lain merupakan salah satu bentuk keterlibatan dan partisipasi dari
tim kesehatan lain dan petugas kesehatan di masyarakat. Apabila perawat dapat
hari klien / keluarga, dan rencana yang dibuat dalam rentang yang dapat diterima
oleh klien (Tomura et al, 2011). Diharapkan setelah pasien masuk ruang rawat inap
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh
keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil (Kusnanto, 2014).
Jadi peran perawat adalah suatu cara untuk menyatakan aktivitas perawat dalam
keperawatan secara profesional sesuai dengan kode etik profesinya. Peran yang
dimiliki oleh seorang perawat antara lain peran sebagai pelaksana, peran sebagai
pendidik, peran sebagai pengelola, dan peran sebagai peneliti (Asmadi, 2008).
Menurut Hasyim dan Prasetyo (2012), perawat merupakan tingkah laku yang
diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam
sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi yang bersifat
dibutuhkan dapat berupa asuhan total, asuhan parsial bagi pasien dengan
2010).
Perawat adalah orang yang dapat dipercaya seperti orang tua, tokoh
dalam menentukan haknya sebagai klien. Dalam peran ini, perawat dapat
pendidik, sebab beberapa pesan dan cara mengubah perilaku pada pasien
tidak lagi mengalami gangguan yang sama dan dapat mengubah perilaku
yang tidak sehat. Contoh dari peran perawat sebagai pendidik yaitu
dapat memberikan asuhan yang sesuai di rumah saat pulang (Kyle &
Carman, 2015).
1. Umur
karyawan yang lebih dewasa akan lebih stabil dan matang jiwanya, emosi
2. Jenis kelamin
yang terbagi atas dua, yaitu jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin
3. Tingkat pendidikan
semakin lama masa kerja, oleh karena semakin lama masa kerja akan
bersifat statis atau kurang jaminan kelanggengan serta gaji yang rendah.
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan terdapat dalam Undang-undang No.23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Pasal tersebut menjelaskan bahwa, anak adalah siapa saja yang
belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih didalam kandungan, yang
dimulai sejak anak tersebut berada didalam kandungan hingga berusia 18 tahun
(Damayanti, 2008).
menjadi kebutuhan fisik-biomedis (asuh) yang meliputi, pangan atau gizi, perawatan
kesehatan dasar, tempat tinggal yang layak, sanitasi, sandang, kesegaran jasmani atau
rekreasi. Kebutuhan emosi atau kasih sayang (asih), pada tahun-tahun pertama
kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu atau pengganti ibu
dengan anak merupakan syarat yang mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang
selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Kebutuhan akan stimulasi mental
(asah), stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan
lebih banyak menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat lapar,
haus, basah dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa
sebenarnya bayi dapat berespon terhadap tingkah laku orang dewasa yang
misalnya menggerakkan badan, tangan dan kaki. Hal ini terutama terjadi
pada bayi kurang dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang.
tahun adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan
takut ada ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang
akan akan terjadi padanya. Misalnya, pada saat akan diukur suhu, anak
Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Hal ini
melalui objek transisional seperti boneka. Berbicara dengan orang tua bila
anak malu-malu. Beri kesempatan pada yang lebih besar untuk berbicara
tanpa keberadaan orang tua. Satu hal yang akan mendorong anak untuk
Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang
Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir masa
masalah secara positif. Apabila anak merasa cemas atau stres, jelaskan
bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebaya atau orang dewasa yang ia
Tugas perkembangan adalah tugas yang harus dilakukan dan dikuasai individu
pada tiap tahap perkembangannya. Tugas perkembangan bayi 0-2 adalah berjalan,
membedakan salah dan benar serta mengembangkan kata hati juga proses sosialisasi.
3
fisik dan motorik, membentuk sikap yang sehat mengenai diri sendiri, belajar bergaul
kata hati, moral dan sekala nilai, mengembangkan sikap yang sehat terhadap
hubungan-hubungan baru dengan teman sebaya dan kedua jenis kelamin, menemukan
diri sendiri berkat refleksi dan kritik terhadap diri sendiri, serta mengembangkan
nilai-nilai hidup.
Gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya,
(Santoso, 2004). Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh akibat interaksi antara
asupan energi dan protein serta zat-zat gizi esensial lainnya dengan keadaan
kesehatan tubuh.
3
adalah seberapa besar asupan yang dikonsumsi oleh individu dan seberapa besar gizi
yang dapat diserap oleh tubuh untuk proses pertumbuhan dan perkembangan.
Menurut Soetjiningsih (2004) status gizi anak dapat dibedakan menjadi empat
yaitu status gizi lebih, status baik, status gizi kurang dan buruk.
yang tidak aktif. Untuk diagnosis obesitas harus ditemukan gejala klinis
badan, BB terhadap umur dan tebalnya lipatan kulit. Bentuk muka anak
yang status gizi lebih atau obesitas tidak proporsional, yaitu hidung dan
mulut relatif kecil, dagu ganda, dan biasanya anak lebih cepat mencapai
masa pubertas.
Status gizi baik yaitu keadaan dimana asupan zat gizi sesuai dengan
terhadap umur dan tinggi badan terhadap berat badan. Anak yang status
gizi baik dapat tumbuh dan kembang secara normal dengan bertambahnya
3
dalam hal besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu, yang bisa di ukur dengan ukuran berat, panjang, umur dan
komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
proses pematangan.
beberapa macam zat gizi yang diperlukan. Hal yang menyebabkan status
gizi kurang karena kekurangan zat gizi yang dikonsumsi atau mungkin
oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari
makanan. Kurang gizi banyak menimpa anak khususnya anak balita yang
berusia dibawah lima tahun karena merupakan golongan yang rentan serta
pada fase ini kebutuhan tubuh akan zat gizi meningkat karena selain
Status gizi adalah keadaan fisiologis tubuh yang merupakan akibat dari
konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi dalam tubuh, status gizi dapat dibedakan
mengadung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan ideal. Prinsip
membantu memilih makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat, sesuai
dan usia lanjut) dan sesuai keadaan kesehatan (hamil, menyusui, aktivitas
fisik, sakit).
positif terjadi apabila asupan energi lebih besar dari pada kebutuhan
3
yaitu golongan yang mudah sekali menderita akibat kekurangan gizi dan juga
beri-beri dan lain-lain. Kegemukan (obesity), kelebihan berat badan (over weight)
merupakan tanda gizi salah yang berdasarkan kelebihan dalam makanan (Agus
Krisno, 2009).
Keadaan penyakit kekurangan gizi terbagi menjadi dua kelas, yaitu kelas
pertama, penyakit kurang gizi primer, contohnya pada kekurangan zat gizi esensial
kelas yang kedua yaitu penyakit kurang gizi sekunder, contohnya penyakit yang
3
disebabkan oleh adanya gangguan absorpsi zat gizi atau gangguan metabolisme zat
Kurang kalori protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh
1) Marasmus
(5) Sering disertai diare kronik atau konstipasi atau susah buang air
2) Kwashiorkor
(dorsum pedis).
(9) Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah
3) Marasmus-kwashiorkor
lemak tubuh yang berlebihan. Seseorang yang memiliki berat badan 20%
lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal
kelompok, yaitu:
Untuk mengetahui status gizi, yaitu ada tidaknya malnutrisi pada individu
atau masyarakat diperlukan Penilaian Status Gizi (PSG). Definisi dari PSG adalah
interpretasi dari data yang didapatkan dengan menggunakan berbagai metode untuk
mengidentifikasi pupulasi atau individu yang beresiko atau dengan status gizi butuk.
Metode PSG dibagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama, metode secara
langsung yang terdiri dari penilaian dengan melihat tanda klinis, tes laboratorium,
melihat statistik kesehatan yang biasa disebut PSG tidak langsung karena tidak
Depkes (2005) secara tidak langsung status gizi masyarakat dapat diketahui
Informasi tentang konsumsi pangan dapat diperoleh melalui survei yang akan
menghasilkan data kuantitatif (jumlah dan jenis pangan) dan kualitatif (frekuensi
makan dan cara mengolah makanan). Penentuan status gizi dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu secara biokimia, dietetika, klinik, dan antropometri (kaca yang
paling umum dan mudah digunakan untuk mengukur status gizi di lapangan). Indeks
antropometri yang dapat digunakan adalah berat badan per umur (BB/U), tinggi
badan per umur (TB/U), berat badan per tinggi badan (BB/TB).
Menurut Proverawati dan Kusuma (2010), penilaian status gizi dibagi menjadi
dua yaitu penilaian status gizi secara langsung dan tidak langsung.
3
1. Antropometri
tinggi badan atau panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada, tinggi
badan, lingkar lengan atas, dan tebal lemak bawah kulit. Ukuran
(saat pengukuran) (Sri, 2008). Indikator status gizi yang didasarkan pada
ukuran Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) disajikan dalam bentuk
indeks yang terkait dengan Umur (U) atau kombinasi antara keduanya.
menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat
2. Klinis
dibandingkan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan
epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau organ-organ yang
metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical
tanda klinis umum dari kekurangan salah satu zat gizi. Disamping itu
3. Biokimia
jaringan tubuh, seperti darah, urin, tinja, dan beberapa jaringan tubuh
seperti otot dan hati. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka
4. Biofisik
situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik. Cara yang digunakan
secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis status gizi yang
individu.
2. Statistika vital
3. Faktor ekologi
berat badan per umur (BB/U), tinggi badan per umur (TB/U), berat badan
per tinggi badan (BB/TB), dan lingkar kepala serta survei konsumsi
2010).
4
Keterangan
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Teori Studi Kasus Mengidentifikasi Peran Perawat dalam
Pelaksanaan Discharge Planning pada Pasien Anak dengan Gizi Lebih
di Ruang Ismail RS Siti Khodijah Muhammadiyah Cabang Sepanjang