Anda di halaman 1dari 31

MODUL

KONSEP DISCHARGE PLANNING

DI RUMAH SAKIT

Disusun Oleh :
Cindy Wahyu Khairunnisa 2314901037 Ryssadila Cemroni Putri 2314901014
Atika Viyona Guskha 2314901018 Tari Afrima Adha 2314901003
Anrianun 2314901025 Miftahul Khairi 2314901033
Agnes Wita Pratiwi 2314901009 Nabila Putri Ceria 2314901027
Puja Putri Sentia 2314901012 Putri Ramadani 2314901019
Gita Ivani Gresella 2314901022
Waruwu

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns. Fitrianola Rezkiki, S,Kep, M.Kep) (Ns. Elvia Merina, S.Kep)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TA 2023/2024
1. Pengertian

Discharge planning adalah mekanisme untuk memberikan

perawatan kontinu, informasi tentang kebutuhan kesehatan

berkelanjutan setelah pulang, perjanjian evaluasi, dan instruksi

perawatan diri (Swanburg, 2015). Jackson (1994) menyatakan bahwa

discharge planning merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan

pasien dan perencanaannya dituliskan untuk memfasilitasi

keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu lingkungan ke

lingkungan lain (Aprianty, 2018).

Discharge planning adalah suatu proses yang dipakai sebagai

pengambilan keputusan dalam hal memenuhi kebutuhan pasien dari

suatu tempat perawatan ke tempat lainnya. Dalam perencanaan

kepulangan, pasien dapat dipindahkan kerumahnya sendiri atau

keluarga, fasilitas rehabilitasi, nursing home atau tempat tempat lain

diluar rumah sakit (Mugiarti, 2015).

Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak pasien diterima di

suatu agen pelayanan kesehatan, terkhusus di rumah sakit dimana

rentang waktu pasien untuk menginap semakin pendek. Discharge

planning yang efektif seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan

untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang kebutuhan

pasien yang berubah-ubah, pernyataan diagnosa keperawatan,

perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa

yang dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan (Berman et al., 2016).

2. Pemberi Layanan Discharge Planning


Proses discharge planning harus dilakukan secara komprehensif

dan melibatkan multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan

kesehatan yang terlibat dalam memberi layanan kesehatan kepada

pasien (Potter & Perry, 2015). Discharge planning tidak hanya

melibatkan pasien tapi juga keluarga, teman-teman, serta pemberi

layanan kesehatan dengan catatan bahwa pelayanan kesehatan dan

sosial bekerja sama (Aprianty, 2018).

Seseorang yang merencanakan pemulangan atau koordinator

asuhan berkelanjutan (continuing care coordinator) adalah staf rumah

sakit yang berfungsi sebagai konsultan untuk proses discharge planning

bersamaan dengan fasilitas kesehatan, menyediakan pendidikan

kesehatan, dan memotivasi staf rumah sakit untuk merencanakan dan

mengimplementasikan discharge planning (Aprianty, 2018).

Seorang perencana pulang atau koordinator perawatan

berkelanjutan adalah orang yang berfungsi sebagai konsultan untuk

proses perencanaan pulang di fasilitas kesehatan yang memberikan

pendidikan dan dukungan kepada staf rumah sakit dalam

pengembangan dan pelaksanaan rencana pemulangan. Perencana

pembuangan ditugaskan untuk merencanakan, mengkoordinasikan, dan

memantau proses pembuangan dan untuk menerapkan kebijakan

pembuangan untuk menjamin kelangsungan perawatan. Mereka

berkoordinasi dengan pasien, keluarga, tim perawatan kesehatan,

sumber daya, dan layanan untuk memfasilitasi transisi pasien dari

rumah sakit ke komunitas atau ke lembaga perawatan lain secara


individual, hemat waktu, hemat biaya, dan berkelanjutan (S. C. Lin et

al., 2013).

3. Penerima Discharge Planning

Semua pasien yang dihospitalisasi memerlukan discharge

planning (C. J. Lin et al., 2012). Namun, ada beberapa kondisi yang

menyebabkan pasien beresiko tidak dapat memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan yang berkelanjutan setelah pasien pulang, seperti

pasien yang menderita penyakit terminal atau pasien dengan kecacatan

permanen (Rice, 1992 dalam (Potter & Perry, 2015).

4. Tujuan Discharge Planning

Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan

spesifik untuk mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah

pulang (Carpenito, 2017). Discharge planning juga bertujuan

memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin keberlanjutan asuhan

berkualitas antara rumah sakit dan komunikasi yang efektif (C. J. Lin et

al., 2012).

b. The Royal Marsden Hospital (2004) menyatakan bahwa tujuan

dilakukannya discharge planning antara lain untuk mempersiapkan pasien

dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk ditransfer ke rumah atau ke

suatu lingkungan yang dapat disetujui. Selain itu discharge planning

bertujuan menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan

pelayanan kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan mereka dalam

proses pemulangan.
Discharge planning akan memfasilitasi proses perpindahan yang

nyaman dengan memastikan semua fasilitas pelayanan kesehatan yang

diperlukan telah dipersiapkan untuk menerima pasien, mempromosikan

tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien, teman-teman, dan

keluarga dengan menyediakan, memandirikan aktivitas perawatan diri

(Aprianty, 2018).

5. Prinsip Discharge Planning

Prinsip-prinsip discherge planning menurut (Aprianty, 2018) adalah

sebagai berikut:

a. Klien merupakan fokus dalam discharge planning. Nilai keinginan

dan kebutuhan dari klien perlu dikaji dan dievaluasi.

b. Kebutuhan dari klien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan dengan

masalah yang mungkin muncul pada saat klien pulang nanti,

sehingga kemungkinan masalah yang muncul di rumah dapat segera

diantisipasi.

c. Discharge planning dilakukan secara kolaboratif. Discharge

planning merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus

saling bekerja sama.

d. Discharge planning disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas

yang ada. Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah

pulang disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia

maupun fasilitas yang tersedia di masyarakat.


e. Discharge planning dilakukan pada setiap sistem pelayanan

kesehatan. Setiap klien masuk tatanan pelayanan maka discharge

planning harus dilakukan.

6. Proses Discharge Planning

Proses discharge planning mencakup kebutuhan fisik pasien,

psikologis, sosial, budaya, dan ekonomi. Potter dan Perry (2015)

membagi proses discharge planning atas tiga fase, yaitu akut,

transisional, dan pelayanan berkelanjutan. Pada fase akut, perhatian

utama medis berfokus pada usaha discharge planning. Pada fase

transisional, kebutuhan pelayanan akut selalu terlihat, tetapi tingkat

urgensinya semakin berkurang, pasien mulai dipersiapkan untuk pulang

dan merencanakan kebutuhan perawatan masa depan. Pada fase

pelayanan berkelanjutan, pasien mampu untuk berpartisipasi dalam

perencanaan dan pelaksanaan aktivitas perawatan berkelanjutan yang

dibutuhkan setelah pemulangan.

Potter dan Perry (2015) menyusun format discharge planning

sebagai berikut:

a. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari

pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data tentang klien.

Menurut Slevin (1986) pengkajian discharge planning berfokus 4

area yang potensial, yaitu pengkajian fisik dan psikososial, status

fungsional, kebutuhan health education dan konseling.


c. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian

discharge planning, dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan

pasien dan keluarga. Yaitu mengetahui problem, etiologi

(penyebab), support sistem (hal yang mendukung pasien sehingga

dilakukan discharge planning).

d. Perencanaan Pemulangan

Perencanaan pemulangan pasien membutuhkan identifikasi

kebutuhan pasien. Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan

rencana pengajaran yang baik untuk persiapan pulang pasien, yang

disingkat dengan METHOD yaitu :

1) Medication (obat). Pasien sebaiknya mengetahui obat yang

harus dilanjutkan setelah pulang.

2) Environment (lingkungan). Lingkungan tempat pasien akan

pulang dari rumah sakit sebaiknya aman. Pasien juga

sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk

kelanjutan perawatannya.

3) Treatment (pengobatan). Perawat harus memastikan bahwa

pengobatan dapat berlanjut setelah pasien pulang, yang

dilakukan oleh pasien dan anggota keluarga.

4) Health Teaching (pengajaran kesehatan). Pasien yang akan

pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan

kesehatan, termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan

kebutuhan perawatan kesehatan tambahan.


5) Outpatient Referal. Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari

rumah sakit atau agen komunitas lain yang dapat

meningkatkan perawatan yang kontinu.

6) Diet Pasien. Sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada

dietnya dan pasien sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai

untuk dirinya.

e. Implementasi

Implementasi dalam discharge planning adalah pelaksanaan

rencana pengajaran referal. Seluruh pengajaran yang diberikan

harus didokumentasikan pada catatan perawat dan ringkasan

pulang (discharge summary). Intruksi tertulis diberikan kepada

pasien. Demontrasi ulang harus memuaskan, pasien dan pemberi

perawatan harus memiliki keterbukaan dan melakukannya dengan

alat yang digunakan dirumah.

f. Evaluasi

Evaluasi sangat penting dalam proses discharge planning.

Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk

menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai. Keberhasilan

program rencana pemulangan tergantung pada enam variabel:

a. Derajat penyakit

a. Hasil yang diharapkan dari perawatan

b. Durasi perawatan yang dibutuhkan

c. Jenis-jenis pelayanan yang diperlakukan

d. Komplikasi tambahan
e. Ketersediaan sumber-sumber untuk mencapai pemulihan

7. Alur Pelaksanaan Discharge Planning

Perawat PP dibantu PA
Perawat PP dibantu PA

Keadaan pasien
Klinis &
pemeriksaan
penunjang lain
Tingkat
ketergantungan
klien

Perencanaan Pulang

Penyelesaian Program Health Education Lain-lain


administrasi Control & obat/perawatan
Nutrisi

Aktivitas dan istirahat


Perawatan diri

Monitor ( sebagai program


service savety)

Oleh : keluarga & petugas


Skema 2. 1 Alur Pelaksanaan Discharge Planning
Alur pelaksanaan discharge planning menurut (Aprianty, 2018):

a. Membuat discharge planning (discharge planning)

b. Membuat leaflet.

c. Memberikan konseling.

d. Memberikan pendidikan kesehatan.

Adapun langkah perencanaan pulang pada pasien menurut (Potter &

Perry, 2015) adalah:

Tabel 2. 1 Langkah Discharge Planning


Langkah Pemulangan Pasien
Saat Pasien Masuk
1. Sejak waktu penerimaan pasien, lakukan pengkajian tentang kebutuhan
pelayanan kesehatan untuk pasien pulang, dengan menggunakan riwayat
keperawatan, rencana perawatan, dan pengkajian kemampuan fisik dan fungsi
kognitif yang dilakukan secara terus-menerus.
2. Kaji kebutuhan pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluarga yang
berhubungan dengan terapi di rumah, hal yang harus dihindari akibat dari
gangguan kesehatan yang dialami, dan komplikasi yang mungkin terjadi.
3. Bersama pasien dan keluarga, kaji faktor lingkungan di rumah yang dapat
mengganggu perawatan diri.
4. Berkolaborasi dengan dokter dan disiplin ilmu yang lain (contoh, terapi fisik)
mengkaji perlunya rujukan untuk mendapat perawatan di rumah atau tempat
pelayanan yang diperluas lainnya.
5. Kaji penerimaan terhadap masalah kesehatan dan larangan yang berhubungan
dengan masalah kesehatan tersebut.
6. Konsultasi dengan anggota tim kesehatan lain tentang berbagai kebutuhan
pasien setelah pulang.
7. Tetapkan diagnosa keperawatan dan rencana perawatan yang tepat. Lakukan
implementasi rencana perawatan. Evaluasi kemajuan secara terus-menerus.
Tentukan tujuan pulang yang relevan, yaitu sebagai berikut:
a. Pasien akan memahami masalah kesehatan dan implikasinya
b. Pasien akan mampu memenuhi kebutuhan individualnya
c. Lingkungan rumah akan menjadi aman
d. Tersedia sumber perawatan kesehatan di rumah
Sebelum Hari Pemulangan
8. Anjurkan cara untuk merubah pengaturan fisik di rumah sehingga kebutuhan
pasien dapat terpenuhi.
9. Berikan informasi tentang sumber pelayanan kesehatan di masyarakat kepada
pasien dan keluarga.
10. Lakukan pendidikan untuk pasien dan keluarga sesegera mungkin setelah
pasiendi rawat di rumah sakit (contoh, tanda dan gejala komplikasi; informasi
tentang obat-obatan yang diberikan, penggunaan peralatan medis dalam
perawatan lanjutan, diet, latihan, hal yang harus dihindari sehubungan dengan
penyakit atau operasi yang dijalani), Pasien mungkin dapat diberikan pamflet
atau buku
Saat Hari Pemulangan
11. Biarkan pasien dan keluarga bertanya atau berdiskusi tentang berbagai isu
yang berkaitan dengan perawatan di rumah.
12. Periksa order pulang dari dokter tentang resep, perubahan tindakan
pengobatan, atau alat-alat khusus yang diperlukan.
13. Tentukan apakah pasien dan keluarga telah mengatur transportasi untuk
pulang ke rumah.
14. Tawarkan bantuan ketika pasien berpakaian atau mempersiapkan seluruh
barang- barang pribadinya untuk dibawa pulang. Berikan privasi bila
diperlukan.
15. Periksa seluruh kamar mandi dan lemari bila ada barang pasien yang masih
tertinggal.
16. Berikan pasien resep atau obat-obatan sesuai dengan pesan dokter. Periksa
kembali instruksi sebelumnya.
17. Hubungi kantor keuangan lembaga untuk menentukan apakah pasien masih
perlu membayar sisa tagihan biaya. Atur pasien atau keluarga untuk pergi ke
kantor tersebut.
18. Gunakan alat pengangkut barang untuk membawa barang-barang pasien.
Berikan kursi roda untuk pasien yang tidak bisa berjalan sendiri.
19. Bantu pasien pindah k ekursi roda dengan menggunakan mekanika tubuh dan
teknik pemindahan yang benar.
20. Kunci kursi roda. Bantu pasien pindah ke mobil atau alat transportasi lain.
21. Kembali ke unit dan beritahukan departemen penerimaan atau departemen
lain yang berwenang mengenai waktu kepulangan pasien.
22. Catat kepulangan pasien pada format ringkasan pulang. Pada beberapa
institusi, pasien akan menerima salinan dari format tersebut.
23. Dokumentasikan status masalah kesehatan saat pasien pulang
Sumber: (Potter & Perry, 2015)
8. Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Discharge Planning

Faktor-faktor yang mempengaruhi discharge planning adalah:

1. Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan perawat merupakan faktor penting dalam

mencapai efektivitas discharge planning. Perawat yang telah dilatih tentang

metode dan konsep discharge planning akan lebih efektif dalam

melaksanakan discharge planning dibandingkan perawat yang belum

dilatih (Soebagiyo et al., 2020).

Pengetahuan perawat tentang discharge planning

diperlukan untuk mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan

menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi

masalah aktual dan potensial, menentukan tujuan dengan atau

bersama pasien dan keluarga, memberikan tindakan khusus untuk

mengajarkan dan mengkaji secara individu dalam mempertahankan

atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal dan

mengevaluasi kesinambungan asuhan keperawatan (Sumah &

Nendissa, 2019).

Notoatmodjo (2016) menjelaskan tingkatan pengetahuan antara lain :

a. Tahu (know) Tahu diartikan sebaga mengingat suatu materi

yang telah di pelajari sebelumnya. Termasukdalam pengetahuan

tingkat ini adalah mengingat kembali (recal) terhadap suatu

yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau ragsangan

yang telah di terima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu apa yang telah di pelajari antara

lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan

dan sebagainya

b. Memahami (comprehension), Memahami diartikan sebagai

bagian dari suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap

obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulan, dan meramalkan terhadap obyek yang di

pelajari.

c. Aplikasi (Aplication), Aplikasi diartika sebagai kemampuan

untuk megunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan

kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai

aplikasi atau penggunaan hukum- hukum, rumus, metode,

prinsip dan konsep atau situasi yang lain.

d. Analisa (Analysis), Analisah adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-

komponen, tetapi masih di dalam satu strukturorganisasi

tersebut dan ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis

ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat

menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan

sebagainya.
e. Sintesin (Syntesis), Sistesis menunjukan pada suatu kemampuan

untuk meletakkan suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan

kata lain sistesis adalah suatu kemampuan untuk mentyusun

formulasi baru. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, dapat

meningkatkkan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap

suatu teori dan rumusan - rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation), Evaluasi ini berkaitan dengan

kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilean dari

suatu materi atau obyek. Penilean - penilean itu berdasarkan

suatu kereteria yang di tentukan sendiri untuk menggunakan

kriteria- kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin

diukur dari subjek penelitihan atau responden (Notoatmodjo,

2016a). Cara mengukur pengetahuan dengan memberikan

petanyaan- pertanyaan, kemudian dilakukan penilaian- penilaian

yaitu nilai 1 untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban salah.

Kemudian diukur dengan menggunakan rumus persentase sebagai

berikut:

𝑆𝑝
P= x100%

𝑆𝑚

Keterangan :

P = Prosentase
Sp = Skor yang

diperoleh

responden Sm =

Skor maksimal

Kemudian hasilnya diinterprestasikan dengan skala yang bersifat

kualitatif, yaitu :

a. Baik : Hasil presentase 76% - 100%.

a. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%.

b. Kurang: Hasil presentase < 56% (Arikunto, 2016)

2. Faktor Personel

Perawat dan tim kesehatan lain seperti dokter, gizi, farmasi

dan kerja sosial mendiskusikan status klien untuk pertimbangan

pemulangan. Perawat primer dan ketua tim, bertanggung jawab untuk

melihat apakah klien dan keluarga telah mendapat instruksi

(program) pulang yang diperlukan. Semua instruksi berupa lisan,

tulisan dan cetakan yang diberikan kepada klien harus

didokumentasikan (Solvianun & Jannah, 2017)

2. Faktor Keterlibatan dan Partisipasi

Dengan bekerja sama, tujuan baru pada konferensi pulang dapat

dibuat oleh tim layanan kesehatan dan klien. Keluarga belajar untuk

membantu klien memenuhi tujuan baru dan tujuan sebelumnya yang telah

ditetapkan. Fungsi keluarga adalah untuk saling mendukung bagi anggota

keluarganya. Dukungan keluarga pada pasien sangat dibutuhkan untuk

mencapai proses penyembuhan dan pemulihan (Solvianun & Jannah,

2017).
3. Faktor Komunikasi

Tujuan komunikasi kesehatan ialah mengubah perilaku

kesehatan untuk peningkatan derajat kesehatan. Dalam proses

peningkatan status kesehatan upaya komunikasi kesehatan dapat

memberikan kontribusi yang sangat penting dilakukan secara

menyeluruh dengan melibatkan instansi terkait. Komunikasi

kesehatan merupakan langkah dalam berkomunikasi untuk

menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat mempengaruhi

individu dan komunitas agar dapat membuat keputusan yang tepat

untuk pengelolaan kesehatan (Solvianun & Jannah, 2017)

4. Faktor Waktu

Beberapa perawat staf tampak tidak teratur dalam usaha

merawat pasien. Biasanya, ketidakteraturan ini diakibatkan oleh

perencanaan yang buruk. Perencanaan terjadi pertama dalam proses

manajemen karena kemampuan untuk disorganisir berkembang dari

perencanaan yang baik. Selama perencanaan mereka harus

meluangkan waktu untuk memikirkan bagaimana rencana akan

diterjemahkan ke dalam tindakan (Solvianun & Jannah, 2017).

5. Faktor Perjanjian dan Konsensus

Tenaga kesehatan mengadakan konferensi dengan klien dan

keluarga sebelum klien pulang dari fasilitas pelayanan. Tujuan

konferensi untuk mengidentifikasi tujuan jangka panjang yang tetap

tidaak terselesaikan dan berencana untuk memberikan bantuan

berkelanjutan pada pasien (Solvianun & Jannah, 2017).


Fokus utama dari DPNs adalah mencapai kepulangan

pasien dengan kesepakatan dan memiliki izin dari keluarga untuk

mencapai kepuasan dan keselamatan pasien saat di rumah.

Pentingnya keterlibatan pasien dan keluarganya untuk memberikan

keputusan dalam asuhan keperawatan dapat memudahkan perumusan

discharge planning yang diberikan oleh tim multidisiplin.

Keterlibatan dan pasrtisipasi dapat diketahui dari kegiatan perawat

mengkonfirmasi perencanaan pulang terhadap keputusan pasien dan

keluarga yang akan melaksanakannya di rumah (Prameswari, 2019).

Pengukuran lima faktor yang disusun menjadi 27 pertanyaan

dikembangkan oleh Poglitsch, Emery & Darragh (2011); NCSS (2006);

Moran, et al. (2005); Tomura et al. (2011) dalam Rofii. (Prameswari,

2019). Faktor- faktor itu diantaranya faktor personel, keterlibatan dan

partisipasi, waktu, komunikasi, perjanjian dan konsensus. Skala ukur yang

digunakan adalah skala Guttman dengan kriteria untuk pernyataaan positif

“Ya” (nilai 2, jika pernyataan tersebut sesuai dengan kondisi yang dialami

perawat saat ini) dan “Tidak” (nilai 1, jika pernyataan tersebut tidak sesuai

dengan kondisi yang dialami perawat saat ini). Pernyataan negatif “Ya”

(nilai 1, jika pernyataan tersebut sesuai dengan kondisi yang dialami

perawat saat ini) dan “Tidak” (nilai 2, jika pernyataan tersebut tidak sesuai

dengan kondisi yang dialami perawat saat ini) kemudian dikriteriakan

menjadi:

a. Baik, jika ≥ median

b. Kurang baik, jika < median

9. Pengukuran Pelaksanaan Discharge Planning


Pengukuran pelaksanaan discharge planning diadopsi peneliti

dari Thesis (Darnanik, 2018): Penilaian skor terdiri dari:

Tidak pernah (tidak pernah melakukan) = 1, kadang-kadang (kadang

melakukan dan sering tidak melakukan) = 2, sering (sering melakukan

sesuai pernyataan dan kadang tidak melakukan)= 3, dan selalu (selalu

melakukan sesuai pernyataan) = 4. Skala akan dikategorikan kriteria

pelaksanaan:

a. Baik jika skor >75%

b. Cukup jika skor <60%-75%

c. Kurang jika skor <60% (Darnanik, 2018)

IDEAL DISCHARGE PLANNING

A. Definisi IDEAL Discharge


Planning IDEAL (Include, Discuss, Educate, Asses, Listen) discharge
planning merupakan suatu program yang menjadi salah satu bagian dari
bukti holistik untuk pasien di rumah sakit, bahwa pasien dan keluarga berhak
untuk dilibatkan dalam proses perawatan, meningkatkan kualitas rumah sakit
dan keselamatan (Ford MP, 2015).
B. Manfaat IDEAL Discharge Planning
Manfaat IDEAL Discharge Planning adalah dapat meningkatkan outcomes
pasien, mengurangi kembali rawat ulang (readmission) yang tidak
direncanakan, dan meningkatkan kepuasan pasien, karena IDEAL discharge
planning melibatkan pasien dan keluarga (Manning, K., & HM., 2015).
Manfaat positif dari pelaksanaan IDEAL Discharge Planning yaitu
peningkatan skor nilai survei kepuasan pelanggan rumah sakit menggunakan
HCAHPS (Hospital Consumer Assessment Healthcare Providers and
System) (Nurfataro, 2013).
Penelitian dari American Institutes for Research (AIR) pada tahun 2012 di
Rumah Sakit Trinity yang telah dipilih sebagai salah satu dari tiga rumah
sakit untuk pilot project pelaksanaan IDEAL discharge planning. Hasil
penelitian menunjukan manfaat yang positif dari pelaksanaan IDEAL
discharge planning yaitu meningkatkan kesiapan pasien pulang,
meningkatkan akuntabilitas informasi antara perawat, pergeseran perubahan
waktu keperawatan untuk melakukan informasi laporan atau dokumentasi
lebih efektif, meningkatkan komunikasi antara pasien, anggota keluarga, dan
staf kesehatan sebesar 89%, peningkatan skor nilai survei kepuasan
pelanggan rumah sakit sebesar 63%, manajemen nyeri 85%, meningkatkan
instruksi perencanaan pulang 45% dan perawat melaporkan menjadi lebih
mengetahui masalah yang berkaitan dengan proses discharge planning,
termasuk kualitas hidup pasien dan kebutuhan perawatan pasien di rumah
(Shepperd S, Na L, & Mccluskey A, Id C, 2013).
C. Tahapan IDEAL Discharge Planning
Tahapan dalam pelaksanaan IDEAL discharge planning yang terdiri dari
Include, Discuss, Educate, Asses, Listen.
1. Include (Melibatkan)
Melibatkan pasien dan keluarga sebagai mitra penuh dalam proses
perencanaan pulang.
a. Selalu menyertakan pasien dan keluarga dalam pertemuan tim
tentang perencanaan. Discharge planning bukan peristiwa satu
kali, tetapi sebuah proses yang berlangsung selama dirawat di
rumah sakit.
b. Mengidentifikasi anggota keluarga atau teman yang akan
memberikan perawatan di rumah dan melibatkan mereka dalam
diskusi.
2. Discuss (Berdiskusi)
Mendiskusikan dengan pasien dan keluarga lima hal utama untuk
mencegah terjadinya masalah di rumah:
a. Menjelaskan bagaimana kehidupan di rumah yang akan terjadi
seperti lingkungan rumah, dukungan yang diperlukan, makanan
apa yang boleh dimakan atau yang harus dihindari oleh pasien,
kegiatan/ aktivitas yang boleh dilakukan atau dihindari.
b. Ulasan obat. Mendiskusikan masing – masing tujuan dari setiap
obat, berapa banyak obat yang harus dimakan, waktu, cara
meminumnya, potensi efek samping dan bila obat habis
bagaimana cara memperolehnya.
c. Menyoroti tanda - tanda gejala dan masalah. Mengidentifikasi
tanda-tanda gejala atau potensi masalah yang dapat terjadi.
Tuliskan nama dan kontak informasi dari seseorang untuk
menghubungi jika ada masalah.
d. Menjelaskan hasil tes. Menjelaskan hasil tes kepada pasien dan
keluarga. Jika hasil tes tidak tersedia pada perencanaan, beritahu
pasien dan keluarga kapan mereka harus mendapatkan hasil dan
mengidentifikasi siapa yang harus mereka hubungi jika belum
mendapatkan hasil sesuai tanggal tersebut.
e. Membuat janji follow up (tindak lanjut/kontrol). Menawarkan
untuk membuat janji tindak lanjut dengan pasien. Memastikan
bahwa pasien dan keluarga mengetahui tindak lanjut apa yang
dibutuhkan.
3. Educate (Mengedukasi)
Memberikan pendidikan tentang kondisi pasien, proses
pemulangan, dan langkah-langkah selanjutnya disetiap kesempatan
kepada pasien dan keluarga selama dirawat di rumah sakit dengan
menggunakan bahasa sederhana. Memberikan semua informasi lebih
banyak tentang kondisi pasien dan langkah selanjutnya pada hari
pemulangan. Perencanaan pulang harus menjadi proses yang
berkelanjutan selama pasien dirawat di rumah sakit, bukan peristiwa
yang dilaksanakan hanya satu kali. Selama di rumah sakit perawat
bertanggungjawab untuk :
a. Mendatangi pasien dan keluarga saat pasien masuk dan setiap
hari memperhatikan kemajuan pasien dalam mencapai tujuan
b. Melibatkan pasien dan keluarga dalam laporan timbang terima
setiap shift
c. Berbagi daftar tertulis dari obat-obatan setiap pagi. Menjelaskan
nama obat, dosis, frekuensi, cara meminumnya dan efek
samping yang mungkin terjadi.
d. Mendorong pasien dan keluarga agar mengambil bagian dalam
praktek perawatan untuk mendukung kompetensi dan
kepercayaan diri mereka ketika dalam pengasuhan saat di
rumah.
4. Asses (Menilai)
Menilai seberapa baik kemampuan dokter dan perawat
menjelaskan tentang diagnosis, kondisi, dan langkah-langkah
selanjutnya dalam perawatan pasien kepada pasien dan keluarga dan
mengajarkan kembali.
a. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang
kondisi dan perawatan yang dibutuhkan dan mengulangi bagian
kunci dari informasi selama perawatan di rumah sakit
b. Meminta pasien dan keluarga untuk mengulangi apa yang sudah
perawat katakan dengan menggunakan kata-kata mereka sendiri
untuk memastikan bahwa perawat menjelaskan hal dengan baik
serta pasien sudah paham dan mengerti tentang penjelasan yang
sudah diberikan.
5. Listen (mendengarkan)
Mendengarkan dan menghormati tujuan, pilihan, hasil pengamatan
dan masalah/keluhan pasien dan keluarga.
a. Menganjurkan pasien dan keluarga untuk menggunakan booklet
yang sudah diberikan untuk bertanya atau menuliskan
pertanyaan/masalah dan jawaban
b. Mengajukan pertanyaan terbuka untuk memperoleh pertanyaan
dan masalah.
c. Menggunakan daftar periksa dan memberikan booklet untuk
persiapan pulang ke rumah agar memastikan bahwa pasien dan
keluarga merasa siap untuk pulang
d. Membuat jadwal minimal satu pertemuan khusus untuk
melaksanakan perencanaan dengan pasien dan keluarga sebagai
pemberi perawatan.
D. Proses IDEAL Discharge Planning
IDEAL discharge planning adalah dengan menerapkan elemen kunci yang
terdiri dari Include, Discuss, Educate,Asses, Listen. Berikut merupakan
proses pelaksanaan IDEAL discharge planning.
Tabel Proses IDEAL Discharge Planning

Waktu Proses Discharge ke Proses IDEAL Discharge Planning


Petugas RS yang Melibatkan Pasien dan
Keluarga, Petugas RS

Saat pasien  Menuliskan  Mengidentifikasi siapa


masuk pemesanan masuk ke pengasuh yang,akan merawat
dalam catatan rumah pasien di rumah
sakit dan
 Memperoleh tujuan pasien
menindaklanjuti
dan keluarga untuk dirawat di
dengan penyedia
rumah sakit
layanan komunitas
untuk mendapatkan  Memberikan informasi kepada
informasi atau pasien dan keluarga tentang
pencatatan yang langkahlangkah discharge
tidak ada (pengkajian planning
awal masuk)
 Menjelaskan kepada pasien
dan keluarga bahwa mereka
 Memberikan dapat menggunakan booklet
informasi terkait untuk bertanya dan
rekonsiliasi daftar menuliskan pertanyaan
pengobatan masalah atau keluhan yang
dialami.

Setiap hari  Mengelola kondisi  Mendidik pasien dan keluarga


selama pasien pasien tentang kondisi pasien di
dirawat di setiap kesempatan dan
 Menetapkan manajer
rumah sakit mengajarkan kembali
kasus atau
perencanaan  Menjelaskan obat kepada
pemulangan kepada pasien dan keluarga dengan
pasien mudah dan mengajarkan
kembali Mendiskusikan
kemajuan perawatan pasien
dalam mencapai tujuan dan
pemulangan
 Melibatkan pasien dan
keluarga dalam praktek
perawatan untuk
mempersiapkan perawatan di
rumah
 Perawat menggunakan
checklist harian IDEAL
discharge planning

Sebelum Mengkoordinasikan  Menyiapkan pasien dan


pemulangan perawatan di rumah dan keluarga untuk
kebutuhan peralatan khusus
 peralihan atau transisi ke
rumah
 Menjadwalkan pertemuan
perencanaan
 pulang dengan pasien dan
keluarga
 Menawarkan untuk membuat
tindak
 lanjut (follow up) janji
bertemu dengan pasien

Hari  Menuliskan  Menggunakan teknik


pemulangan ringkasan mengajarkan kembali untuk
pemulangan (dari menilai seberapa baik pemberi
dokter saja) pelayanan telah menjelaskan
diagnosis, kondisi, dan
 Informasi terkait instruksi pemulangan kepada
rekonsiliasi daftar
pengobatan pasien dan keluarga
 Memberikan  Meninjau daftar obat
instruksi pemulangan dicocokkan dengan pasien dan
yang tertuli kepada keluarga
pasien dan keluarga
 Menuliskan waktu janji
bertemu follow up kepada
pasien dan keluarga
 Menuliskan nama, alamat dan
teleponrumah sakit untuk
menghubungi jika ada
masalah setelah dipulangkan

Berikut ini merupakan form checklist tindakan yang harus dilakukan oleh
perawat dalam proses IDEAL Discharge Planning dimulai saat pengkajian awal
keperawatan, sebelum pertemuan discharge planning,selama pertemuan discharge
planning, dan hari pemulangan (“Quality A for HR and. IDEAL Discharge Planning
Overview, Process and Checklist. US Dep Heal Hum Serv white house,” 2013).

Form Checklist Proses IDEAL Discharge Planning


Isikan, pertama, dan tanggal berikutnya setiap tugas yang sudah selesai.

Nama Pasien: ...................................

Pengkajian Awal Sebelum Sebelum Hari Pemulangan


Keperawatan Pertemuan Pertemuan
Discharge discharge
Planning Planning Selama
Pertemuan
discharge
planning

⃞Mengidentifi kasi ⃞Mendistribusi ⃞Mendiskusikan Pengobatan


siapa pengasuh kan booklet pertanyaan pasien
⃞ eninjau daftar obat
M
yang akan merawat kepada pasien ⃞Mendiskusikan
dicocokkan dengan
pasien di rumah dan keluarga pertanyaan
pasien dan keluarga
⃞Mengidentifi kasi dengan keluarga
kepada pasien dan memberikan ⃞ engulas daftar obat
M
keluarga tujuan penjelasan bahwa ⃞ eninjau
M
dengan pasien dan
dirawat dirumah mereka dapat instruksi pulang
keluarga dan
yang dibutuhkan
sakit ⃞Memberikan menggunakan mengajarkan kembali
informasi kepada booklet untuk ⃞Mendidik pasien
Membuat janji dan
pasien dan keluarga bertanya dan dan keluarga
informasi kontak
tentang menuliskan tentang kondisi
langkahlangkah pertanyaan pasien di setiap ⃞Menuliskan waktu janji
discharge planning masalah atau kesempatan dan bertemu follow up
mengajarkan kepada pasien dan
keluhan yang kembali keluarga ⃞Mengatur setiap
dialami. ⃞Menjelaskan obat kebutuhan perawatan
kepada pasien dan dirumah ⃞Menuliskan dan
⃞ embuat jadwal
M
keluarga dengan memberikan jadwal
Pertemuan
mudah dan kontrol kepada pasien
discharge
mengajarkan dan keluarga ⃞Menuliskan
planning
kembali nama, alamat dan telepon
⃞Mendiskusikan rumah sakit untuk
kemajuan menghubungi jika ada
perawatan pasien masalah setelah
dalam mencapai dipulangkan ⃞Memberikan
tujuan dan instruksi pemulangan
pemulangan yang tertulis kepada
⃞Melibatkan pasien pasien dan keluarga
dan keluarga
dalam praktek
perawatan untuk
mempersiapkan
perawatan di
rumah
⃞ erawat
P
enggunakan
checklist harian
IDEAL discharge
planning
⃞Menawarkan
untuk
menjadwalkan
follow up
pertemuan dengan
penyedia layanan

Tabel Checklist Harian IDEAL Discharge Planning


Nama Pasien: ..........................

Hari 1 Hari 2 Hari 3

⃞Memberikan pendidikan ⃞Memberikan ⃞Memberikan pendidikan


kepada pasien dan keluarga pendidikan kepada pasien kepada pasien dan keluarga
tentang kondisi dan keluarga tentang tentang kondisi
kesehatannya dan kondisi kesehatannya dan kesehatannya dan
mengajarkan kembali mengajarkan kembali mengajarkan kembali
⃞Mendiskusikan ⃞Mendiskusikan ⃞Mendiskusikan
perkembangan terhadap perkembangan terhadap perkembangan terhadap
pasien, keluarga dan klinisi pasien, keluarga dan klinisi pasien, keluarga dan klinisi
⃞Menjelaskan obat kepada ⃞Menjelaskan obat kepada ⃞Menjelaskan obat kepada
pasien dan keluarga pasien dan keluarga pasien dan keluarga
__________ Pagi __________ Pagi __________ Pagi
__________ Siang __________ Siang __________ Siang
__________ Malam __________ Malam __________ Malam
__________ Sebelum tidur __________ Sebelum tidur __________ Sebelum tidur
__________ Lainnya __________ Lainnya __________ Lainnya
⃞Melibatkan pasien dan ⃞Melibatkan pasien dan ⃞Melibatkan pasien dan
keluarga dalam praktek keluarga dalam praktek keluarga dalam praktek
perawatan, seperti: perawatan, seperti: perawatan, seperti:

Catatan: ...............................................................................................

E. Kelebihan IDEAL Discharge Planning


Konsep IDEAL discharge planning yaitu melibatkan pasien dan keluarga
dengan menciptakan komunikasi efektif dimana pasien, keluarga, dokter dan
semua staf rumah sakit bekerja sama sebagai mitra untuk meningkatkan
kualitas dan keamanan perawatan dirumah sakit sehingga proses pendidikan
dan pembelajaran dapat terjadi. Pasien dan keluarga perlu belajar dari
perawat atau dokter mengenai kondisi dan langkah selanjutnya untuk
persiapan pulang sedangkan perawat dan dokter perlu belajar dari pasien dan
keluarga tentang situasi rumah mereka (mengandalkan bantuan dan
dukungan yang mereka dapat serta hambatan yang mungkin mereka hadapi
dalam merawat diri) dan mempelajari pertanyaan yang mereka miliki
sebelum mereka pulang.
IDEAL discharge planning lebih terprogram dan terstruktur sesuai dengan
form cheklist tindakan yang harus dilakukan oleh perawat dalam proses
IDEAL discharge planning dimulai saat pengkajian awal keperawatan,
sebelum pertemuan discharge planning, selama pertemuan discharge
planning, dan hari pemulangan. Hal ini sesuai dengan yang disepakati dalam
National Council of Social Service (NCSS) bahwa pelaksanaan discharge
planning harus terprogram dan sistematis dimulai dari pengkajian evaluasi
dan tindak lanjut. IDEAL discharge planning mempunyai checklist harian
yang mencakup elemen kunci. IDEAL yaitu Include, Discuss, Educate,
Asses, Listen dan dilengkap media booklet persiapan untuk pulang ke rumah
yang dapat membantu kesiapan pasien dan keluarga dalam proses
perencanaan pulang.
Perawat menerapkan langkah-langkah proses discharge planning dengan
elemen kunci IDEAL (Include, Discuss, Educate, Asses dan Listen),
sehingga perawat mengetahui apa yang dibutuhkan oleh pasien dan keluarga
disertai dengan pembagian buku pegangan (booklet persiapan untuk pulang
ke rumah) kepada pasien, dimana buku tersebut berisi panduan tentang
beberapa pertanyaan yang bisa pasien tanyakan kepada perawat atau bisa
juga digunakan untuk menulis jawaban yang diberikan oleh perawat dan
buku tersebut dapat dibawa pulang
F. Pemberian Layanan Disharge Planning
Proses discharge planning harus dilakukan secara komprehensif dan
melibatkan multidisplin, mencakup semua pemberian layanan kesehatan
yang terlibat dalam memberi layanan kesehatan kepada pasien (Potter &
Perry, 2006). Seseorang yang merencanakan pemulangan atau koordinator
asuhan berkelanjytan (continuting care coordinator) adlah staf rumah sakit
yang berfungsi sebagai konsultan untuk proses discharge planning bersama
dengan fasilitas kesehatan, menyediakan pendidikan kesehatan dan
memotivasi staf rumah sakit untuk merencanakan serta mengimplemntasikan
discharge planning (Discharge palnning Association, 2008 dalm Siahaan,
2009).
Seorang discharge planner bertugas membuat rencana
mengkoordinasikan, memonitor dan memberikan tindakan dan proses
kelanjutan perawatan. Discharge planning ini menempatkan perawat pada
posisi yang penting dalam proses perawatan pasien dan dalam tim discharge
planner rumah sakit, karena pengetahuan dan kemampuan perawat dalam
proses keperawatan sangat berpengaruh dalam memberikan kontinuitas
perawatan melalui proses discharge planning (Carool&Dowling, 2007
dakam rahmi, 2011).
DISCHARGE PLANNING PADA KLIEN TB PARU

Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V


Pengetahuan Tindakan Pencegahan berulang Pertemuan keluarga Rencana Tindak Lanjut
Objektif
Evaluasi Objektif Evaluasi Objektif Evaluasi Objektif Evaluasi Objektif Evaluasi

 Pengertian TBBabag bagaimana anda  Napas dalam


Apa yang anda lakukan  Nutrisi Makanan apa yang  Pengawasa
Siapa yang akan 1. MenentuPuskesm as atau
mengetahui bahwa  Batuk efektif bila anda bisa meningkatkan n Obat menjadi PMO kan sarana rumah
penyakit yang anda  Relaksasi merasakan dahak daya tahan tubuh pasien? pelayana sakit ?
 Penyebab TB rasakan berulang ?  Posisi kental dan sulit n
 Obat Apa yang anda  SupportApa yang akan PMO
keluar, dan sesak kesehatan
Apa yang anda nafas ? lakukan bila lupa system lakukan bila yang
lakukan bila minum obat ? pasien malas mudah
mengalami batuk minum obat dijangkau
 Lingku-
lama lebih dari 3 mg Bagaimana upaya anda Apa yang 2. Menentu
 Tanda & ngan
atau disertai batuk untuk menciptakan keluarga kan
Gejala TB
darah ingkungan yang sehat lakukan agar jadwal
untuk penderita TB mendapatkan minum
 Penatalak Berapaberapa lama anda akan Paru ? dukungan obat
sanaan minum obat jika untuk
mengalami sakit pengobatan
seperti ini ? sampai tuntas

 Komplikasi Apa apa yang akan terjadi


bila anda tidak
menuntaskan minum
obat
B a bagaimana anda bisa
terkena penyakit ini ?

 Cara
Penularan
Ap apa yang anda
lakukan agar
penyakit ini tidak
menular kepada yang
lain ?
 Pencega
han Apa apa yang anda
lakukan untuk
memastikan bahwa
anda terkena penyakit
paru ?
 Diagnosis TB
• Darah
• Rontgen
• Sputum
• Mantoux
Test
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Evi Setyawati, Nurhidayah, and Adriani Kadir. 2021. “Faktor Yang
Berhubungan Dengan Pelaksanaan Discharge Planning Pada Perawat.”
Jurnal Ilmiah Mahasiswa & Penelitian Keperawatan 1 (2): 222–28.

Agustin, R. (2017). OPTIMALISASI PELAKSANAAN DISCHARGE


PLANNING MELALUI PENGEMBANGAN MODEL DISCHARGE
PLANNING TERINTEGRASI PELAYANAN KEPERAWATAN. Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah, 2(1),1689–1699.

Al Reshidi, N., Long, T., & Cappleman, J. (2016). Factors influencing discharge
planning in neonatal intensive care units in Saudi Arabia: a systematic
review. Gulf Medical Journal, 5(1),27–35.

Graham, J., Gallagher, R., & Bothe, J. (2013). Nurses ’ discharge planning and
risk assessment : behaviours , understanding and barriers. 2338–2346.
https://doi.org/10.1111/jocn.12179

Lin, C. J., Cheng, S. J., Shih, S. C., Chu, C. H., & Tjung, J. J. (2012). Discharge
planning. International Journal of Gerontology, 6(4), 237–
240.https://doi.org/10.1016/j.ijge.2012.05.0 01

Mugiarti, S. (2015). Manajemen dan Kepemimpinan dalam Praktek


Keperawatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Mustikaningsih, Dewi, Ariani Fatmawati, and Nia Suniati. 2020. “Pelaksanaan


Perencanaan Pulang Oleh Perawat.” Jurnal Kepemimpinan Dan Manajemen
Keperawatan 3 (2): 45. https://doi.org/10.32584/jkmk.v3i2.524.

Nursalam. (2015). MANAJEMEN KEPERAWATAN Aplikasi dalam Praktek


Keperawatan Profesional. Salemba Medika.

Prameswari, R. (2019). GAMBARAN FAKTOR- FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING OLEH
PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PARU JEMBER.
Skripsi Fakultas Keperawatan Universitas Jember.
Rahmawati, Yayuk, and Windu Santoso. 2021. “PELAKSANAAN DISCHARGE
PLANNING PADA PERAWAT DI RSU.”
Rofi’i, M. (2013). Faktor Personil Dalam Pelaksanaan Discharge Planning.
Jurnal Managemen Keperawatan, 1(2), 89–94.

Anda mungkin juga menyukai