Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDOKUMENTASIAN PRAKTEK KLINIK STASE

KEPERAWATAN MANAJEMEN DI RSU ANUTAPURA PALU


PROVINSI SULAWESI TENGAH

PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING DI RUANGAN PIPIT

DI SUSUN OLEH :
NAMA : SITI NAHDALIA, S.Kep
NIM : 2021032097

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Subhana wata’ala, atas limpahan rahmat dan
berkat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan manajemen ini tepat pada
waktunya. Kegiatan stase manajemen di ruang perawatan anak Akasia, RSU
Anutapura Palu Provinsi Sulawesi Tengah, sebagai salah satu persyaratan guna
menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ners Universitas Widya
Nusantara. Saya menyadari dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan
baik dari segi pengetahuan maupun dari segi pengalaman. Namun dengan adanya
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga laporan ini terwujud.

Untuk itu, dengan segala hormat dan kerendahan hati kami mengucapkan
terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan
membantu sehingga saya dapat melaksanakan seluruh kegiatan pada stase
manajemen ini. Pada kesempatan ini juga penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Tigor Situmorang, M.H., M.Kes, Rektor Universitas Widya Nusantara.


2. Ns. Viere Allanled Siauta, S.Kep.,M.Kep, Selaku clinical instructur institusi
yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada kelompok
selama proses kegiatan dan penyusunan laporan ini.
3. Ns. Filda Rili Mantako, S.Kep, Selaku clinical instructur lahan yang telah
banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada kelompok selama proses
kegiatan dan penyusunan laporan ini.
4. Bagian Diklat RSUD Tora Belo Sigi yang telah memfasilitasi kami mahasiswa
masuk di lingkungan rumah sakit dalam rangka menyelesaikan tugas stase
keperawatan manajemen ini.
5. Bagian Tata Usaha RSU Anutapura Palu yang telah membantu dalam
melengkapi SPO terkait masalah yang ditemukan di ruangan Pipit
6. Teman-teman Kelompok III yang telah melaksanakan kegiatan pengumpulan
data dan identifikasi masalah stase manajemen, terima kasih atas kerja sama
selama kegiatan berlangsung.
7. Semua pihak yang telah ikut membantu dalam kegiatan pengumpulan data dan
identifikasi masalah stase manajemen yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu diharapkan segala kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun, demi kesempurnaan laporan ini.
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian discharge planning


B. Tujuan discharge planning
C. Manfaat discharge planning
D. Prinsip discharge planning
E. Jenis discharge planning
F. Komponen discharge planning
G. Bagian dari discharge planning
H. Peran perawat dalam discharge planning

BAB III URAIAN KEGIATAN


BAB IV IMPLEMENTASI dan EVALUASI

BAB V KESIMPULAN dan SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Discharge planning merupakan suatu bagian penting dan memiliki
pengaruh dalam sebuah pelayanan keperawatan. Pelaksanaan discharge
planning yang belum sesuai dan belum optimal akan mengakibatkan
kerugian bagi pasien seperti meningkatnya angka perawatan berulang,
memperlambat penyembuhan, meningkatnya akan kembalinya pasien
kerumah sakit akibat penyakit yang sama, meningkatnya lama perawatan,
dan meningkatnya angka kematian (junaidy, 2017). Idelanya, discharge
palnning dimulai saat penerimaan pasien masuk hingga evaluasi tindakan
pada saat pasien akan pulang, untuk mengkaji kemungkinan rujukan, atau
perawatan lanjut dirumah sesuai kebutuhan (shofiana, 2014).
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien
dilakukan secara berkesinambungan mulai dari klien masuk sampai
dengan klien pulang. Untuk itu diperlukan adanya suatu perencanaan
klien pulang (discharge planning),  yang bertujuan untuk  meningkatkan
status kesehatan klien secara signifikan dan menurunkan biaya-biaya yang
diperlukan untuk rehabilitasi lanjut. Dengan adanya discharge planning,
klien dapat mempertahankan kesehatannya dan membantu klien untuk
lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan mereka sendiri (Jane Erwin,
1999).
Dari hasil observasi yang kami lakukan,  Discharge planning di
ruang akasia sudah dilakukan hampir pada semua pasien yang akan
pulang tetapi belum optimal diantaranya belum terdokumentasi dengan
baik dan hanya dilakukan secara lisan. Dokumentasi discharge planning
yang ada di ruang akasia hanya meliputi penjelasan tentang penyakit yang
diderita pasien dan cara mengatasi penyakitnya jika kambuh. Dalam
melakukan discharge planning  perawat tidak pernah memberikan
brosur maupun leaflet pada pasien, sehingga pasien kadang lupa
tentang penjelasan yang sudah diberikan oleh para perawat.
Dari uraian di atas menjadi latar belakang kami mahasiswa
Program Studi Ners Universitas Widya Nusantara untuk mengangkat
masalah yang perlu diselesaikan sehingga kami dapat mengaplikan ilmu
manajemen yang kami peroleh dibangku perkuliahan dan ikut memberi
kontribusi pada pihak rumah sakit terkhusus ruang perawatan anak Akasia.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan kartu kontroling terhadap pasien pulang
2. Apakah discharge planning sudah sejalan dengan proses keperawatan
sudah sejalan dengan proses keperawatan sebagai suatu metode
pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan dan
kepemimpinan dalam keperawatan diharapkan mampu melakukan dasar
pengelolaan unit pelayanan keperawatan sesuai dengan konsep dan
langkah-langkah manajemen kepemimpinan dalam keperawatan.
2. Tujuan khusus
setelah melakukan  Discharge Planning  mahasiswa diharapkan
mampu :
a) Mengkaji kebutuhan rencana pasien pulang
b) Membuat perencanan terhadap pasien pulang
c) Mengedukasi pasien pulang terhadap apa yang dilakukan dirumah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian discharge planning


Discharge planning (perencanaan pulang) adalah serangkaian
keputusan dan aktivitas-aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian asuhan
keperawatan yang kontinu dan terkoordinasi ketika pasien dipulangkan dari
lembaga pelayanan kesehatan(Potter, 2005).
Discharge planning juga didefinisikan sebagai proses mempersiapkan
pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain di
dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum. Discharge
planning yang efektif seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan untuk
mendapatkan informasi yang komprehensif tentang kebutuhan pasien yang
berubah-ubah, pernyataan diagnosa keperawatan, perencanaan untuk
memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang dilakukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan(Kozier, 2011).
Discharge planning didefinisikan sebagai merencanakan kepulangan
pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang
hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan
kondisi/penyakitnya pasca bedah(Rondhianto, 2008).
Perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis, agar tim
kesehatanmendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien
melakukan perawatan mandiri di rumah. Perencanaan pulang didapatkan
dari proses interaksi di mana perawat profesional, pasien dan keluarga
berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur kontinuitas keperawatan
yang diperlukan oleh pasien di mana perencanaan harus berpusat pada
masalah pasien, yaitu pencegahan, terapeutik, rehabilitatif, serta perawatan
rutin yang sebenarnya (Swenberg, 2000 dalam Kristina, 2007).
Discharge planning adalah suatu proses yang digunakan untuk
memutuskan apa yang perlu pasien lakukan untuk dapat meningkatkan
kesehatannya. Dahulu, disharge planning sebagai suatu layanan untuk
membantu pasien dalam mengatur perawatan yang diperlukan setelah
tinggal di rumah sakit. Ini termasuk layanan untuk perawatan di rumah,
perawatan rehabilitatif, perawatan medis rawat jalan, dan bantuan lainnya.
Sekarang discharge planning dianggap sebagai proses yang dimulai saat
pasien masuk dan tidak berakhir sampai pasien dipulangkan. Keluar dari
rumah sakit tidak berarti bahwa pasien telah sembuh total. Ini hanya berarti
bahwa dokter telah menetapkan bahwa kondisi pasien cukup stabil untuk
melakukan perawatan dirumah(Birjandi, 2008).
Discharge planning merupakan suatu proses interdisiplin yang
menilai perlunya sebuah perawatan tindak lanjut dan seseorang untuk
mengatur perawatan tindak lanjut tersebut kepada pasien, baik perawatan
diri yang diberikan oleh anggota keluarga, perawatan dari tim profesional
kesehatan atau kombinasi dari keduanya untuk meningkatkan dan
mempercepat kesembuhan pasien(Bull MJ, 2000).
B. Tujuan Discharge planning
Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan
spesifik untuk mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah
pulang (capernito, 1999).
Tujuan discharge planning memberikan pelayanan terbaik untuk
menjamin keberlanjutan asuhan berkualitas antara rumah sakitdan
komunitas dengan memfasilitasi komunikasi yang efektif(Discharge
planning Association, 2008).
The Royal Marsden Hospital(2004) menyatakan bahwa tujuan
dilakukanya discharge planning antara lain untuk mempersiapkan pasien
dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk di transfer ke rumah atau ke
suatu lingkungan yang dapat disetujui, menyediakan informasi tertulis dan
verbal kepada pasien dan pelayanan kesehatan untuk mempertemukan
kebutuhan mereka dalam proses pemulangan, memfasilitasi proses
perpindahan yang nyaman dengan memastikan semua fasilitas pelayanan
kesehatan yag diperlukan telah dipersiapkan untuk menerima pasien,
mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien , teman-
teman dan keluarga dengan menyediakan, memandirikan aktivitas
perawatan diri.
Tujuan dari dilakukannya discharge planning sangat baik untuk
kesembuhan dan pemulihan pasien pasca pulang dari rumah sakit. Tujuan
discharge planning/perencanaan pulang antara lain sebagai
berikut(Nursalam, 2011):

1. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial.


2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.
3. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien.
4. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain
5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan
keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan
status kesehatan pasien
6. Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan
masyarakat.
Di dalam perencanaan pulang, terdapat pemberian edukasi atau
discharge teaching dari tim kesehatan. Discharge teaching harus
melibatkan keluarga pasien atau perawat lainnya untuk memastikan bahwa
pasien mendapatkan home care yang tepat. Discharge teaching bertujuan
agar pasien(Nursalam,2011) :
a) Memahami mengenai penyakitnya
b) Melakukan terapi obat secara efektif
c) Mengikuti aturan diet secara hati-hati
d) Mengatur level aktivitasnya
e) Mengetahui tentang perawatan yang dilakukan
f) Mengenali kebutuhan istirahatnya
g) Mengetahui komplikasi yang mungkin dialami
h) Mengetahui kapan mencari follow up care
C. Manfaat Discharge planning

Perencanaan pulang mempunyai manfaat antara lain sebagai


berikut (Nursalam, 2011):

a) Memberi kesempatan kepada pasien untuk mendapat panjaran selama


di rumah sakit sehingga bisa dimanfaatkan sewaktu di rumah.
b) Tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk menjamin
kontinutas keperawatan pasien.
c) Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada
penyembuhan pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau
kebutuhan keperawatan baru.
d) Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan
keperawatan rumah.
Manfaat lain dari discharge planning, diantaranya adalah:
a. Menurunkan jumlah kekambuhan
b. Penurunan perawatan kembali ke rumah sakit dan kunjungan ke
ruangan kedaruratan yang tidak perlu kecuali untuk beberapa
diagnose
c. Membantu pasien untuk memahami kebutuhan setelah perawatan dan
biaya pengobatan
d. Setelah pasien dipulangkan, pasien dan keluarga dapat mengetahui
apa yang telah dilaksanakan, apa yang harus dan tidak boleh
dilakukan dan bagaimana mereka dapat meneruskan untuk
meningkatkan status kesehatan pasien
e. Ringkasan pulang dapat disampaikan oleh perawat praktisi atau
perawat home care dan mungkin dapat dikirim ke dokter yang terlibat
untuk dimasukkan dalam catatan institusi untuk meningkatkan
kesinambungan perawatan dengan kerja yang kontinu ke arah tujuan
dan pemantauan kebutuhan.
Menurut Spath (2003) discharge planning mempunyai manfaat
sebagai berikut :
1. Pada pasien
a. Dapat memenuhi kebutuhan pasien
b. Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan
sebagai bagian yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.
c. Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya
d. Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh
support sebelum timbulnya masalah.
e. Dapat memilih prosedur perawatannya
f. Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang
dapat dihubunginya.
2. Pada perawat
a. Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di gunakan
b. Menerima informasi kunci setiap waktu
c. Memahami perannya dalam system
d. Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru
e. Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda
dan cara yang berbeda.
f. Bekerja dalam suatu system dengan efektif.

D. Prinsip Discharge planning

Tingkat keberhasilan dari discharge planning serta penyembuhan


pasien harus didukung terhadap adanya prinsi-prinsip yang mendasari,
yang juga merupakan tahapan dari proses yang nantinya akan mengarah
terhadap hasil yang diinginkan. Prinsip discharge planning antara
lain(Lees, 2012):

1. Mempunyai pengetahuan yang spesifik terhadap suatu proses penyakit


dan kondisinya
2. Dapat memperkirakan berapa lama recovery pasien, serta perbaikan
kondisi yang muncul dari proses penyembuhan tersebut
3. Melibatkan serta selalu berkomunikasi dengan pasien, keluarga atau
pengasuh dalam proses discharge planning
4. Turut serta dalam menangani masalah dan kesulitan yang mungkin
akan muncul terhadap pasien
5. Melibatkan suatu proses dalam tim multidisiplin
6. Selalu mengkomunikasikan rencana yang akan dilakukan dengan tim
multidisiplin untuk menghindari adanya kesalahan
7. Membuat suatu arahan yang tepat dan tindak lanjut yang sesuai dengan
hasil
8. Memiliki suatu koordinasi tim untuk tindak lanjut rencana perawatan
berkelanjutan dan memiliki informasi tentang nama tim kesehatan
yang bertanggung jawab untuk setiap tindakan, serta dalam kasusu
yang kompleks dilakukan identifikasi satu pemimpin kasus
9. Disiplin, tegas serta selalu melaksanakan aktivitas dari discharge
planning
10. Meninjau dan selalu memperbarui rencana untuk progress yang lebih
baik
11. Selalu memberikan informasi yang akurat terhadap semua yang
terlibat.
Prinsip discharge planning yang lain(Nursalam, 2011) yaitu:
1. Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan
dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.
2. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi. Kebutuhan ini dikaitkan dengan
masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga
kemungkinan masalah yang mungkin timbul di rumah dapat segera
diantisipasi.
3. Perencanaa pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan pulang
merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja
sama.
4. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas
yang ada. Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang
disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia atau
fasilitas yang tersedia di masyarakat.
Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan
kesehatan. Setiap pasien masuk tatanan pelayanan maka perencanaan
pulang harus dilakukan.
Ketika melakukan discharge planning dari suatu lingkungan ke
lingkungan yang lain, ada beberapa prinsip yang harus
diikuti/diperhatikan. Berikut ini adalah beberapa prinsip yangdikemukakan
oleh The Royal Marsden Hospital (2004), yaitu:
a. Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang sehingga nilai
keinginan dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi ;
b. Kebutuhan dari pasien diidentifikasikan lalu dikaitkan dengan masalah
yang mungki timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga
kemungkinan masalah yang timbul di rumah dapat segera diantisipasi ;
c. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif karena merupakan
pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama.
d. Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pilang akan
disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga/sumber daya maupun
fasilitas yang tersedia di masyarakat.
e. Perencanaan pulang dilakukan setiap system atau tatanan pelayanan
kesehatan.
f. Melibatkan klien dan keluarga dalam memberikan tindakan
keperawatan.
g. Kebutuhan atas kepercayaan dan budaya pasien harus dipertimbangkan
saat menyusun discharge planning.
E. Jenis Discharge planning

Klasifikasi jenis pemulangan pasien adalah sebagau berikut


(Nursalam, 2011):

1. Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan pulang


ini dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat
komplikasi. Pasien untuk sementara dirawat di rumah namun harus ada
pengawasan dari pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat.
2. Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara ini
merupakan akhir dari hubungan pasien dengan rumah sakit. Namun
apabila pasien perlu dirawat kembali, maka prosedur perawatan dapat
dilakukan kembali.
3. Judicial discharge (pulang paksa), kondisi ini pasien diperbolehkan
pulang walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk
pulang, tetapi pasien harus dipantau dengan melakukan kerja sama
dengan perawat puskesmas terdekat.
F. Komponen Discharge planning

Ada beberapa komponen spesifik dari discharge planning yang


harus didokumentasikan meliputi (Nursalam, 2011):

a. Peralatan atau barang yang diperlukan dirumah; pastikan bahwa


keluarga dapat memperoleh atau mengetahuinya dimana keluarga
dapat mendapatkan segala peralatan atau barang yang dibutuhkan
pasien
b. Perkenalkan cara penggunaan peralatan atau barang yang diperlukan
pasien, termasuk ajarkan dan demonstrasikan cara perawatan pasien
kepada keluarga
c. Untuk diet, sarankan pada ahli nutrisi untuk mengajarkan pasien dan
keluarga agar memahami makanan yang seharusnya dikonsumsi
maupun tidak.
d. Obat-obatan selalu dipastikan selalu tersedia di rumah
e. Untuk prosedur tertentu, seperti penggantian dresssing, dapat
dilakukan dirumah. Pada kondisi awal, prosedur harus didampingi oleh
perawat supervisi dan klien atau keluarga dapat mengikuti untuk
mempraktekkan dibawah pengawasan perawat supervise
f. Pada setiap kunjungan, perawat selalu mendokumentasikan apakah
pasien dan keluarga mendapatkan atau menyediakan obat atau alat
yang dibutuhkan pasien dirumah
g. Membuat janji untuk kunjungan rumah selanjutnya
h. Ajarkan mengenai aktivitas yang dianjurkan dan boleh dilakukan serta
yang tidak diperbolehkan
i. Dokumentasikan setiap edukasi yang telah diajarkan pada pasien dan
keluarga
Menurut Jipp dan Sirass (1986) dalam kristina (2007), komponen
perencanaan pulang terdiri atas :
a. Perawatan di rumah meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan
kesehatan (health education) mengenai diet, mobilisasi, waktu kontrol
dan tempat kontrol, pemberian pembelajaran disesuaikan dengan
tingkat pemahaman dan keluarga mengenai perawatan selama pasien
di rumah sakit nanti;
b. Obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya, meliputi dosis, cara
pemberian, dan waktu yang tepat minum obat;
c. Obat-obatan yang dihentikan, jarena meskipun ada obat-obat tersebut
sudah tidak diminum lagi oleh pasien, obat-obat tersebut tetap dibawa
pulang pasien;
d. Hasil pemeriksaan, termasuk hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dan
hasil pemeriksaan selama MRS, semua diberikan ke pasien saat
pulang.
e. Surat-surat seperti surat keterangan sakit, surat kontrol.

Discharge planning Association (2008) mengatakan bahwa unsur-


unsur yang harus ada pada sebuah form perencanaan pemulangan antara
lain :
1. Pengobatan di rumah, mencakup resep baru, pengobatan yang sangat dibutuhkan,
dan pengobatan yang harus dihentikan.
2. Daftar nama obat baru harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek samping
yang umum terjadi.
3. Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan, dan
pemeriksaan lain,dengan petunjuk bagaimana untuk memperoleh atau
bilamana waktu akan diadakannya.
4. Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan
aktivitas, latihan,dietmakanan yang dianjurkan dan pembatasannya.
5. Petunjuk perawatan diri (perawatan luka, perawatan kolostomi,
ketentuan insulin,danlain-lain).
6. Kapan dan bagaiman perawatan atau pengobatan selanjutnya yang
akan dihadapi setelah dipulanhkan. Nama pemberi layanan, waktu,
tanggal, dan lokasi setiap janjiuntuk kontrol. 
Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomor telepon yang bisa
dihubungi untuk melakukan peninjauan ulang petunjuk pemulangan.
8. Bagaimana mengatur perawatan lanjutan (jadwal pelayanan di rumah,
perawat yangmenjenguk, penolong, pembantu jalan; walker , kanul,
oksigen, dan lain-lain) beserta denagn nama dan nomor telepon setiap
institusi yang bertanggung jawab.

Hal penting sebelum dilakukannya discharge planning antara lain:


a. Identifikasi dan kaji apa yang kebutuhan pasien yang harus dibantu
pada discharge planning
b. Kolaborasikan bersama pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya
untuk memfasilitasi dilakukannya discharge planning
c. Mengajarkan kepada pasien dan keluarga tentang strategi pencegahan
agar tidak terjadi kekambuhan atau komplikasi
d. Rekomendasikan beberapa pelayanan rawat jalan atau rehabilitasi pada
pasien dengan penyakit kronis
e. Komunikasi dan koordinasikan dengan tim kesehatan lainnya tentang
langkah atau rencana dari discharge planning yang akan dilakukan.

G. Bagian dari Discharge planning


Menurut Rich O’Boyle (1999) discharge planning terdiri dari :
a. Memastikan klien berada di lokasi yang aman setelah klien pulang
b. Memutuskan perawatan klien lanjut yang dibutuhkan, asisten yang
dibutuhkan atau peralatan spesial yang diperlukan kemudian.
c. Mengatur pelayanan keperawatan di rumah (home care).
d. Memilih tenaga kesehatan atau Puskesmas terdekat yang akan
memonitor kesehatan klien dan keperluan medis lainnya setelah tiba di
rumah.
e. Memberi pelajaran singkat kepada keluarga yang akan menjaga klien
di rumah tentang keterampilan yang diperlukan untuk merawat klien.
H. Tindakan Keperawatan Pada Waktu Perencanaan Pulang
Pendidikan kesehatan :
Diharapkan bisa mengurangi angka kambuh atau komplikasi dan
meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga, meliputi :
a. Kontrol (waktu yang tepat)
b. Diit/nutrisi yang harus di konsumsi
c. Aktivitas, istirahat dan kontrol
d. Perawatan diri (kebersihan dan mandi)
1. Program pulang bertahap : Bertujuan untuk melatih pasien untuk
kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat dan antara lain apa
yang harus dilakukan pasien dirumah sakit dan apa yang harus
dilakukan oleh keluarga.
2. Rujukan : Integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan
langsung antara perawat komunitas atau praktek mandiri perawat
dengan rumah sakit sehingga dapat mengetahui perkembangan pasien
di rumah.
I. Peran Perawat Dalam Discharge planning
1. Kepala Ruangan
a. Membuka acara discharge planning kepada pasien
b. Menyetujui dan menandatangani format discharge planning
2. Perawat Primer
a. Membuat rencana discharge planning
b. Membuat leaflet dan kartu discharge planning
c. Memberikan konseling
d. Memberikan pendidikan kesehatan
e. Menyediakan format discharge planning
f. Mendokumentasikan discharge planning
g. Melaksanakan agenda discharge planning (pada awal perawatan
sampai dengan akhir perawatan)
3. Perawat Associate
Ikut membantu melaksanakan discharge planning yang telah
direncanakan oleh perawat primer.
BAB III
URAIAN KEGIATAN
Uraian
No Masalah Tujuan Sasaran Waktu
Kegiatan

1. Komunikasi efktif Perencanaan : Memberikan Pasien 5 November 2022


(discgharge planning a. Bersama perawat informasi
penerimaan pasien lakukan demonstrasi kepada pasien
baru dan komunikasi komunikasi terapeutik dan keluarga
saat pemberian b. Video demonstrasi mengenai :
obat). komunikasi terapeutik.
1. Fasilatas
c. Role play
ruangan
memperagakan
komunikasi yang 2. Edukasi
efektif dalam pemberian obat
memberikan
penjelasan pada saat
pemberian terapi dan
tindakan medis dan
saat menerima pasien
baru
Pelaksanaan :

a. Kontrak waktu dengan


ketua tim dan perawat
pelaksana
b. Perawat melakukan
Role Play komunikasi
terapeutik sebelum
memberikan tindakan
keperawatan
BAB IV
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

A. IMPLEMENTASI

Kegiatan yang kami laksanakan yaitu melakukan kegiatan koordinasi


dengan kepala ruangan dan ketua Tim terkait resosialisasi terhadap penerapan
discharge planning, pada pasien pulang untuk memberikan asuhan
keperawatan secara terus menerus,memberikan informasi tentang kebutuhan
kesehatan berkelanjutan setelah pasien pulang. Kemudian atas izin dari Kepala
Ruangan kami melakukan resosialisasi terkait penerapan discharge planning
Adapun kegiatan yang akan dilakukan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Memberikan edukasi pasien pulang
2. Komunikasi efektif (discharge planning penerimaan pasien baru dan
komunikasi saat pemberian obat).
B. EVALUASI
Setelah dilakukan demonstrasi komunikasi efektif (discharge planning
penerimaan pasien baru dan komunikasi saat pemberian obat), perawat di
ruang pipit sudah memberikan edukasi dan komunkasi efektif yang maksimal
pada pasien pulang dan komunikasi yang efektif saat pemberian obat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Mahasiswa mampu melakukan demonstrasi komunikasi efektif
(discharge planning penerimaan pasien baru dan komunikasi efektif saat
pemberian obat) terhadap pasien pulang diruang pipit RSU Anutapura
Palu
2. Perawat di ruang pipit sudah memberikan edukasi dan komunkasi efektif
yang maksimal pada pasien pulang dan komunikasi yang efektif saat
pemberian obat.
C. Saran
1. Kepala ruangan dan ketua tim
a) Kepala Ruangan dan Ketua Tim hendaknya selalu memberikan
bimbingan kepada perawat pelaksana untuk selalu memberikan
edukasi maksimal pada pasien pulang.
b) Kepala Ruangan dan Ketua Tim mengoptimalkan penerapan
discharge planning secara rutin sesuai dengan tindakan keperawatan.
c) Kepala Ruangan dan ketua tim memberikan motivasi kepada
perawat pelaksana dan lebih disiplin dalam melaksanakan tindakan
sesuai penerapan discharge planning
2. Perawat pelaksana
a) Lebih di maksimal kan tentang pemberian edukasi pada pasien
pulang
b) Meningkatkan kemampuan untuk menunjang profesionalisme
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Birjandi A, Lisa BM. Discharge planning Handbook for Healthcare: Top 10


Secrets to Unlocking a New Revenue Pipeline. London: CRC Press;
2008.

Bull MJ. Discharge planning for older people : a review of current research.
2000;5(2):70-74.

Kozier, Erb, Bernman, Synder. Buku Ajar Fundamental Keperawatan.


Konsep, Proses Dan Praktik. 7th ed. Jakarta: EGC; 2011.

Lees L. Timely Discharge from Hospital. Birmingham: England NHS


Foundation Trust; 2012.

Nursalam. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktek Keperawatan


Profesional. (3, ed.). Jakarta: Salemba Medika; 2011.

Potter P&. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. 4th ed. Jakarta: EGC; 2005.

Anda mungkin juga menyukai