Anda di halaman 1dari 46

PROPOSAL ROLEPLAY “DISCHARGE PLANNING”

PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN


DI RUANG IRNA PERINA LT.5
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

PERIODE 19 APRIL – 3 JULI 2021

Pembimbing Akademik:
Ilya Krisnana, S.Kep., Ns., M.Kep

Pembimbing Klinik:
Widia Yuniarti, S.Kep., Ns.

Disusun Oleh:
Kelompok C1A3
Sekar Ayu Pitaloka, S.Kep 132013143017
Verantika Setya Putri, S.Kep 132013143018
Hanum Amalia Zulfa, S.Kep 132013143021
Sarah Maulida Rahmah, S.Kep 132013143057
Silvia Farhanidiah, S.Kep 132013143031
Novia Tri Handika, S.Kep  132013143023
Kusnul Oktania, S.Kep 132013143024
Novalia Puspitasary, S.Kep 132013143025
Ishomatul Faizah, S.Kep 132013143027

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah kepada kami semua sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
dengan baik, serta semoga shalawat salam selalu tercurah kepada nabi Muhammad
SAW. Proposal ini menjelaskan tentang Discharge Planning dan pelaksanaan
roleplay discharge planning. Penulis mengharapkan bahwa calon perawat dapat
mengimplementasikan dengan tepat di waktu yang akan datang. Kami ucapkan
terimakasih terhadap semua pihak yang telah membantu kami, sehingga proposal ini
dapat terselesaikan dengan tepat waktu, tak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Ilya Krisnana, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing mata ajar
Manejemen Keperawatan yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk
membimbing kami.
2. Ibu Widia Yuniarti, S.Kep., Ns. selaku kepala ruangan dan pembimbing klinik dari
mata ajar Manajemen Keperawatan yang telah meluangkan waktu dan tenaga
untuk membimbing kami.
3. Teman-teman selaku Tim Manajemen Keperawatan Kelompok C1A3 yang turut
membantu menyelesaikan proposal ini.
Sebagai penulis kami menyadari bahwa masih ada kekurangan dari penampilan
dan penyajian proposal ini. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran yang
membangun.
Surabaya, 24 April 2021

Penulis

2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan pulang (discharge planning) dianggap sebagai bagian yang penting
dalam pelayanan kesehatan saat ini. Perencanaan pulang merupakan proses
perencanaan yang sistematis dimulai pada saat pasien masuk sampai dengan saat
keluar dari rumah sakit. Perencanaan pulang ini harus berpusat pada masalah pasien
yaitu pencegahan, rehabilitatif serta asuhan keperawatan yang bertujuan untuk
menyiapkan pasien dan keluarga agar dapat memahami penyakit serta tindakan
keperawatan yang harus dilakukan di rumah, menjelaskan kebutuhan pasien serta
meyakinkan bahwa rujukan yang diperlukan untuk perawatan selanjutnya. Saat ini
perencanaan pulang bagi pasien yang dirawat belum optimal dimana perawat masih
terbatas pada pelaksanaan kegiatan rutinitas saja yang berupa informasi control ulang
(Nursalam, 2016).
Permasalahan discharge planning tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di
dunia. Data dunia melaporkan bahwa sebanyak (23%) perawat di Australia tidak
melaksanakan discharge planning, di Inggris bagian barat daya juga menunjukkan
bahwa (34%) perawat tidak melaksanakan discharge planning (Graham et al., 2013 ;
Morris et al., 2012). Sedangkan di Indonesia, sebanyak (61%) perawat di Yogyakarta
tidak melaksanakan discharge planning. Selain itu, penelitian yang dilakukan di
Bandung menunjukkan bahwa sebanyak (54%) perawat tidak melaksanakan
discharge planning (Zuhra, 2016; Okatiranti, 2015).
Pelaksanaan discharge planning yang diberikan secara tidak benar dapat
mengakibatkan kerugian bagi pasien. Menurut Kozier (2004) discharge planning
yang berjalan belum optimal dapat mengakibatkan kegagalan dalam program
perencanaan perawatan pasien di rumah yang akan berpengaruh terhadap tingkat
ketergantungan pasien, dan tingkat keparahan pasien saat di rumah. Hal ini didukung
oleh data dari Family Care Giver Alliance (2010) yang menunjukkan bahwa akibat
dari pelaksanaan discharge planning yang tidak benar, sebanyak (40%) pasien
mengalami lebih dari 65 kesalahan pengobatan setelah meninggalkan rumah sakit,

3
dan (18%) pasien yang dipulangkan dari rumah sakit dirawat kembali di rumah sakit
dalam waktu 30 hari. Hal ini menunjukkan dampak besar dari pelaksanaan discharge
planning yang tidak baik. Berdasarkan observasi pelaksanaan discharge planning di
Ruang IRNA Perina lantai 5 RSUA Surabaya sudah terlaksana dan
terdokumentasikan dalam lembar discharge planning pada rekam medis dan
dilakukan berdasarkan aturan terbaru dari akreditasi SNARS yaitu dilakukan pada
saat awal pasien masuk ke ruangan selama dilakukan perawatan dan saat pasien akan
keluar dari rumah sakit. Namun ada Beberapa kendala yang dapat terjadi saat
discharge planning yaitu pelaksanaan yang kurang optimal karena belum terdapat
leaflet diagnosa keperawatan untuk KIE yang dapat ditujukan untuk pasien atau
keluarga saat discharge planning
Perencanaan pulang (discharge planning) akan menghasilkan sebuah hubungan
yaitu antar keperawatan yang diterima di rumah sakit dengan keperawatan yang
diberikan setelah pasien pulang. Keperawatan di rumah sakit akan bermakna jika
dilanjutkan dengan keperawatan dirumah. Pasien yang memerlukan keperawatan
kesehatan di rumah, konseling kesehatan atau penyuluhan dan pelayanan komunitas,
tetapi tidak dibantu dalam upaya memperoleh pelayanan sebelum pemulangan sering
kembali ke ruang kedaruratan dengan masalah minor, sering kali diterima kembali
dalam waktu 24 jam sampai 48 jam dan kemudian kembali pulang (Nursalam, 2015).
Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang secara langsung terlibat dalam
pelaksanaan discharge planning yang juga menentukan keberhasilan proses discharge
planning tersebut (Tomura et al., 2011). Menurut Owyoung (2010), peran perawat
dalam pelaksanaan discharge planning yaitu mengidentifikasi kebutuhan pasien
secara spesifik, serta mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien
secara optimal dan mengevaluasi kesinambungan asuhan keperawatan. Pelaksanaan
discharge planning yang baik akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas
kesehatan pasien.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pelaksanaan discharge planning di Ruang IRNA Perina Lt.5 RSUA
Surabaya?

4
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Setelah dilaksanakan praktek manajemen keperawatan diharapkan mahasiswa
dan perawat di Ruang IRNA Perina Lt.5 Rumah Sakit Universitas Airlangga mampu
menerapkan discharge planning dengan baik dan benar.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk discharge planning
2. Mengidentifikasi masalah pasien dalam discharge planning
3. Memprioritaskan masalah untuk discharge planning
4. Membuat jadwal pelaksanaan untuk pasien discharge planning
5. Melaksanakan discharge planning
6. Tersedianya leaflet untuk KIE
7. Hal-hal yang harus diketahui pasien sebelum pulang
8. Mengajarkan pada klien dan keluarga tentang perawatan klien di rumah yang
meliputi diet, aktivitas istirahat dan tempat kontrol.
9. Membuat evaluasi pada pasien selama pelaksanaan discharge planning
10. Pendokumentasian discharge planning
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi pasien
1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam memperbaiki serta
mempertahankan status kesehatan klien.
2. Meningkatkan kemandirian klien dan keluarga dalam melakukan perawatan diri
sendiri.
3. Meningkatkan kualitas perawatan secara berkelanjutan pada klien.
1.4.2 Bagi mahasiswa
1. Membantu mahasiswa dalam mengembangkan ilmu yang telah dimiliki serta
mengaplikasikannya.
2. Terjadi pertukaran informasi antara mahasiswa sebagai perawat dan klien sebagai
penerima pelayanan.

5
3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengkaji kebutuhan pasien secara
komprehensif.
4. Mengevaluasi pengaruh intervensi yang terencana dalam Discharge Planning pada
penyembuhan klien.
1.4.3 Bagi rumah sakit
1. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan dapat mengidentifikasi
pendokumentasian asuhan keperawatan, khususnya pelaksanaan Discharge
Planning di Rumah Sakit.
2. Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan manajemen, khususnya
manajemen keperawatan yang berimplikasi kepada pendokumentasian asuhan
keperawatan yang terkait dengan Discharge Planning di Rumah Sakit
3. Untuk pengembangan pedoman Discharge Planning dari Rumah Sakit.

6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DISCHARGE PLANNING


2.1.1 Pengertian Discharge Planning
Discharge planning merupakan proses berkesinambungan guna menyiapkan
perawatan mandiri pasien pasca rawat inap. Proses identifikasi dan perencanaan
kebutuhan keberlanjutan pasien ditulis guna memfasilitasi pelayanan kesehatan dari
suatu lingkungan ke lingkungan lain agar tim kesehatan memiliki kesempatan yang
cukup untuk melaksanakan discharge planning. Discharge planning dapat tercapai
bila prosesnya terpusat, terkoordinasi, dan terdiri dari berbagai disiplin ilmu untuk
perencanaan perawatan berkelanjutan pada pasien setelah meninggalkan rumah sakit.
Sasaran pasien yang diberikan perawatan pasca rawat inap adalah mereka yang
memerlukan bantuan selama masa penyembuhan dari penyakit akut untuk mencegah
atau mengelola penurunan kondisi akibat penyakit kronis. Petugas yang
merencanakan pemulangan atau koordinator asuhan berkelanjutan merupakan staf
rumah sakit yang berfungsi sebagai konsultan untuk proses discharge planning dan
fasilitas kesehatan, menyediakan Pendidikan kesehatan, memotivasi staf rumah sakit
untuk merencanakan serta mengimplementasikan discharge planning. Misalnya,
pasien yang membutuhkan bantuan sosial, nutrisi, keuangan, psikologi, transportasi
pasca rawat inap. (Nursalam, 2016; The Royal Marsden Hospital, 2014; Potter &
Perry, 2005; Discharge Planning Association, 2016).
2.1.2 Tujuan Discharge Planning
Discharge planning merupakan kolaborasi antara keperawatan, pasien dan
keluarga pasca rawat inap, yang bertujuan untuk menyiapkan kemandirian pasien dan
keluarga secara fisik, psikologis, sosial, pengetahuan, keterampilan perawatan dan
sistim rujukan berkelanjutan. Hal tersebut dilaksanakan untuk mengurangi ke

7
kambuhan, serta menukar informasi antara pasien sebagai penerima layanan dengan
perawat selama rawat inap sampai keluar dari rumah sakit (Nursalam, 2016).
Menurut The Royal Marsden Hospital (2014) tujuan discharge planning adalah
mempersiapkan pasien atau keluarga secara fisik dan psikologis untuk ditransfer ke
lingkungan yang disetujui, memberikan informasi baik tertulis maupun lisan
kebutuhan pasien dan pelayanan kesehatan, mempersiapkan fasilitas yang
digunakan,dan proses perpindahan yang nyaman, serta mempromosikan tahap
kemandirian aktivitas perawatan kepada pasien, orang orang yang ada di sekitar
pasien.
2.1.3 Manfaat Discharge Planning
Discharge planning bermanfaat dalam menurunkan jumlah kekambuhan,
menurunkan perawatan kembali di rumah sakit dan ke ruang kedaruratan yang tidak
perlu kecuali untuk beberapa diagnosa, membantu klien untuk memahami kebutuhan
setelah perawatan di rumah sakit, serta dapat digunakan sebagai bahan dokumentasi
keperawatan (Doengoes, Moorhouse & Murr, 2016).
Menurut Nursalam 2016, manfaat discharge planning adalah memberikan
tindak lanjut secara sistematis guna memberikan perawatan lanjutan pada pasien,
mengevaluasi pengaruh dari rencana yang telah disusun dan mengidentifikasi adanya
kekambuhan atau perawatan baru yang dibutuhkan serta membantu pasien supaya
mandiri dan siap untuk melakukan perawatan di rumah.

8
2.1.4 Alur Discharge Planning

Dokter dan tim Ners PP dibantu


kesehatan lain PA

Penentuan keadaan pasien


1. Klinis dan pemeriksaan
penunjang lain
2. Tingkat ketergantungan
pasien

Perencanaan pulang

Penyelesaian Program HE Lain-lain


administrasi 1. Cara memandikan bayi
2. Perawatan tali pusat
3. Pemberian ASI eksklusif
4. Cara menjaga kehangatan
bayi
5. Tanda bahaya bayi baru
lahir

Monitor
(Sebagai program service safety)
oleh keluarga dan petugas

Keterangan:
1. Tugas Keperawatan Primer
a. Membuat rencana discharge planning.
b. Membuat leaflet.
c. Memberikan konseling.

9
d. Memberikan pendidikan kesehatan.
e. Menyediakan format discharge planning.
f. Mendokumentasikan discharge planning.

2. Tugas Keperawatan Associate


a. Melaksanakan agenda discharge planning (pada saat keperawatan dan
diakhiri ners).
2.1.5 Prinsip Discharge Planning
Prinsip yang diterapkan dalam Discharge Planning menurut Nursalam (2016)
yaitu pasien merupakan sasaran dalam Discharge Planning sehingga perlu pengkajian
nilai keinginan dan kebutuhan pasien berdasarkan pengetahuan dari tenaga atau
sumber daya maupun fasilitas yang tersedia di masyarakat. Kemudian kebutuhan
tersebut akan dikaitkan dengan masalah yang mungkin timbul pada saat pasien keluar
dari rumah sakit. Melalui pengkajian tersebut diharapkan dapat menurunkan resiko
masalah yang timbul pasca rawat inap. Perencanaan pulang dilakukan secara
kolaboratif pada setiap tatanan pelayanan kesehatan dan dibutuhkan kerja sama yang
baik antar petugas.
The Royal Marsden Hospital (2014), mengemukakan discharge planning
merupakan proses multidisiplin terlatih yang mempertemukan kebutuhan pasien
dengan pelayanan kesehatan. Prosedur discharge planning dilakukan secara
berkesinambungan pada semua pasien kemudian selanjutnya akan dirujuk pada suatu
komunitas atau layanan kesehatan yang aman dan adekuat untuk menentukan
keberlanjutan perawatan antar lingkungan. Selain itu diperlukan informasi mengenai
penyusunan pemulangan antara tim kesehatan dengan pasien yang disediakan dalam
bentuk perawatan berkelanjutan tertulis dengan mempertimbangkan kepercayaan dan
budaya pasien.
Departemen Kesehatan R.I (2008) menjabarkan bahwa prinsip discharge
planning diawali dengan melakukan pengkajian pada saat pasien masuk rumah sakit
guna mempermudah proses identifikasi kebutuhan pasien. Merencanakan pulang
pasien sejak awal dapat menurunkan lama masa perawatan sehingga diharapkan akan
menurunkan biaya perawatan. Discharge planning disusun oleh berbagai pihak yang
terkait antara lain pasien, keluarga, dan care giver berdasarkan kebutuhan pasien dan

10
keluarga secara komprehensif. Hal ini memungkinkan optimalnya sumber-sumber
pelayanan kesehatan yang sesuai untuk pasien setelah rawat inap. Prinsip discharge
planning juga meliputi dokumentasi pelaksanaan yang dikomunikasikan kepada
pasien dan keluarga dalam kurun waktu 24 jam sebelum pasien keluar dari rumah
sakit.
2.1.6 Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan discharge planning
Menurut penelitian Radiatul (2017) berberapa faktor perawat yang
mempengaruhi pelaksanaan discharge planning yaitu motivasi yang dimiliki oleh
perawat dan cara yang komunikatif dalam penyampaian informasi kepada pasien dan
keluarga sehingga informasi akan lebih jelas untuk dapat dimengerti oleh pasien dan
keluarga. Pengetahuan perawat merupakan kunci keberhasilan dalam pendidikan
kesehatan. Pengetahuan yang baik akan mengarahkan perawat pada kegiatan
pembelajaran pasien dan keluarga, sehingga dapat menerima informasi sesuai dengan
kebutuhan.
Menurut Potter & Perry (2005) faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam
pemberian pendidikan kesehatan yang berasal dari pasien sebagai berikut:
a. Motivasi
Motivasi merupakan keinginan pasien untuk belajar. Apabila motivasi pasien
tinggi, maka pasien akan antusias untuk mendapatkan informasi tentang
kondisinya dan perawatan tindak lanjut untuk meningkatkan kesehatannya.
b. Sikap positif
Sikap positif pasien terhadap penyakit dan perawatan akan mempermudah pasien
untuk menerima informasi ketika dilakukan pendidikan kesehatan
c. Emosi
Emosi stabil akan mempermudah pasien menerima informasi yang disampaikan,
sedangkan perasaan cemas atau perasaan negatif lainnya dapat mengurangi
kemampuan pasien untuk menerima informasi.
d. Usia
Tahap perkembangan yang berhubungan dengan usia berperan dalam penerimaan
informasi yang akan disampaikan. Semakin dewasa usia, maka kemampuan

11
menerima informasi semakin baik karena didukung oleh pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya.

e. Kemampuan belajar
Kemampuan belajar seringkali berhubungan dengan tingkat pendidikan yang
dimiliki. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka kemampuan dalam
menerima informasi dapat lebih mudah.
f. Kepatuhan
Kepatuhan pasien adalah perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan
oleh profesional kesehatan dari pendidikan kesehatan yang telah disampaikan.
Kepatuhan dari pendidikan kesehatan tersebut merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dari discharge planning.
g. Dukungan
Dukungan dari keluarga dan orang sekitar sangat mempengaruhi proses percepatan
kesembuhan seorang pasien. Keluarga akan melanjutkan perawatan pasien
dirumah setelah pasien dipulangkan. Memberikan informasi kesehatan kepada
keluarga dapat membantu mempercepat proses kesembuhan pasien dan dukungan
yang baik akan mempengaruhi keberhasilan suatu pendidikan kesehatan dan juga
mempengaruhi keberhasilan discharge planning.
2.1.7 Keberhasilan Discharge Planning
Potter & Perry (2005) mengemukakan bahwa keberhasilan tindakan discharge
planning dapat dilihat dari kemampuan pasien dalam tindakan keperawatan lanjutan
secara aman dan realistis setelah keluar rumah sakit dan dapat dilihat dari kesiapan
untuk menghadapi pemulangan Ada beberapa indikator untuk menilai keberhasilan
dalam Discharge Planning antara lain: bahwa pasien dan keluarga dapat memahami
diagnosa, antisipasi tingkat fungsi, obat-obatan dan pengobatan ketika pulang,
antisipasi perawatan tingkat lanjut, dan respons jika terjadi kegawatan, Pendidikan
khusus pada keluarga dan pasien untuk memastikan perawatan yang tepat setelah

12
pasien pulang, terlaksananya koordinasi dengan sistem pendukung di masyarakat,
untuk membantu pasien dan keluarga membuat koping terhadap perubahan dalam
status kesehatan, serta melakukan relokasi dan koordinasi sistem pendukung atau
memindahkan pasien ke tempat pelayanan kesehatan lain.

2.1.8 Unsur Discharge Planning


Menurut Discharge Planning Association (2008) mengemukakan bahwa unsur
perencanaan pemulangan meliputi informasi pemberi layanan, waktu, tanggal, dan
lokasi untuk kontrol, pengobatan di rumah yang mencakup resep obat baru, daftar
obat yang harus tersedia saat di rumah dan yang harus dihentikan. Form informasi
obat pada Discharge Planning berisi daftar nama obat, dosis, frekuensi dan efek
samping yang dapat terjadi pada pasien. Selain itu, pada form discharge planning juga
berisi tentang kebutuhan pemeriksaan penunjang medis yang dianjurkan beserta
persiapannya. Informasi mengenai pilihan gaya hidup, perubahan aktivitas dan
latihan, diet yang dianjurkan dan pembatasannya, petunjuk perawatan diri misalnya
perawatan luka, pemakaian obat juga dapat dituliskan dalam form discharge planning.
2.1.9 Pemberi Layanan Discharge Planning
Proses discharge planning dilakukan secara komprehensif yang melibatkan
seluruh pemberi layanan kesehatan dalam memberikan layanan kesehatan kepada
pasien, juga melibatkan pasien beserta keluarga bisa juga dengan antara pelayanan
kesehatan dan social (The Royal Marsden Hospital, 2014). Koordinator asuhan
berkelanjutan adalah staf rumah sakit yang berfungsi sebagai konsultan untuk proses
discharge planning yang menyediakan fasilitas kesehatan, pendidikan kesehatan, dan
memotivasi karyawan supaya dapat merencanakan dan mengimplementasikan
discharge planning (Discharge planning Association, 2016).
2.1.10 Penerima Discharge Planning
Pasien rawat inap memerlukan discharge planning untuk perawatan lanjutan
saat berada dirumah (Discharge planning Association, 2016), tetapi beberapa pasien
beresiko tidak dapat memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan lanjutan, contohnya
pasien penderita penyakit terminal atau pasien dengan kecacatan permanen (Rice,

13
1992 dalam Perry & Potter, 2006). Pasien dan anggota keluarga harus mendapatkan
informasi tentang rencana pemulangan sebelum keluar dari rumah sakit sehingga
diharapkan dapat melakukan perawatan lanjutan dengan optimal (Medical Mutual of
Ohio, 2008). Menurut Standar nasional Akreditasi Rumah Sakit (2018) rumah sakit
menetapkan kreteria pasien yang menerima discharge planning antara lain: umur,
tidak adanya mobilitas, perlu bantuan medik dan keperawatan terus menerus, serta
bantuan melakukan kegiatan sehari hari.

2.2 Konsep Kompetensi Perawat dalam Melaksanakan Discharge Planning


2.2.1 Pengertian Kompetensi Perawat
Kompetensi perawat merupakan kemampuan seorang perawat yang dapat
terobservasi mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas dengan standar kinerja (performance) yang
di tetapkan. Kompetensi perawat di kelompokkan menjadi 3 ranah utama yaitu
(PPNI, 2005):
1. Praktik profesinal, etis, legal dan peka budaya
2. Bertanggung gugat terhadap praktek profesional, melaksanakan praktik
keperawatan secara etis, peka terhadap budaya dan melaksanakan praktek secara
legal.
3. Pemberian asuhan dan menejeman asuhan keperawatan
4. Menerapkan prinsip prinsip pokok dalam pemberian dan manajemen asuhan
keperawatan, melakukan pengkajian keperawatan, menyusun rencana
keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana, mengevaluasi
asuhan tindakan keperawatan, menggunakan komunikasi terapeutik dan
hubungan interpersonal dalam pemberian pelayanan, menciptakan dan
mempertahankan lingkungan yang aman, serta menggunakan delegasi dan
supervisi dalam pelayanan asuhan keperawatan.
5. Pengembangan Profesional

14
6. Melaksanakan peningkatan profesional dalam praktik keperawatan,
meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan serta mengikuti
pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung jawab profesi.
Menurut permenkes No. 40 tahun 2017 bahwa pengembangan jenjang karir
perawat dilaksanakan melalaui penempatan perawat pada jenjang yang sesuai dengan
kompetensinya, jenjang karir merupakan jalur mobilitas vertikal yang di tempuh
melaluli peningkatan kompetensi, dimana kompetensi tersebut diperoleh dari
pendidikan formal berjenjang, pendidikan informal yang sesuai/ relevan maupun
pengalaman praktik yang di akui. Dan kompetensi perawat klinis di rumah sakit
dideskripsikan sesuai level jenjang karir perawat klinis (PK I-PK V). Kompetensi
perawat klinis 1 adalah melakukan keperawatan dasar di bawah bimbingan, Perawat
klinis 2 melakukan asuhan keperawatan holistik secara mandiri, perawat klinis 3
kompetensi melaksanakan asuhan keperawatan komperhensi, perawat klinis 2 dan 4
mempunyai kompetensi kompleks.
2.2.2 Prosedur Pelaksanaan Discharge Planning
Prosedur pelaksanaan discharge planning meliputi kebutuhan fisik pasien,
psikologis, sosial, budaya, dan ekonomi. Menurut Perry &Potter (2006), terdiri tiga
fase, yaitu akut, transisional, dan pelayanan berkelanjutan. Fase akut perhatian utama
medis berfokus pada usaha discharge planning, kebutuhan pelayanan akut selalu
terlihat saat fase transisional tetapi tingkat urgensinya semakin berkurang, pasien
mulai dipersiapkan untuk pulang dan merencanakan kebutuhan perawatan masa
depan, sedangkan fase pelayanan berkelanjutan, pasien telah mampu dalam
perencanaan dan pelaksanaan aktivitas perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan
setelah pulang.
Menurut Slevin, (2010). Pelaksanaan discharge planning di rumah sakit
dilakukan berdasarkan 5 tahapan : pertama adalah seleksi pasien yaitu di prioritaskan
pada pasien yang membutuhkan discharge planning, kedua yaitu pengkajian
Discharge planning meliputi 4 area yang potensial, yaitu pengkajian fisik dan
psikososial, status fungsional, kebutuhan healt heducation dan konseling, tahap ketiga
perencanaan yang di sebut dengan metode “METHOD” diskusi dengan keluarga,

15
kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, tahap ke empat adalah sumber daya pasien
dan keluarga dengan mengidentifikasi kebutuhan nutrisi, keuangan, perawatan oleh
keluarga, layanan perawatan profesional, serta tahap terakhir atau tahap kelima yaitu
implementasi dan evaluasi tentang pendidikan kesehatan, memulai proses rujukan,
dokumentasi dan evaluasi kreiteria hasil.
Prosedur Discharge planning (Perry & Potter) terdiri dari:
1. Pengkajian
Proses pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data yang berhubungan dengan
pasien (Potter & Perry, 2005).
a. Pengkajian dilakukan sejak waktu penerimaan pasien, tentang kebutuhan
pelayanan kesehatan untuk pasien pulang dengan menggunakan riwayat
keperawatan, rencana perawatan, dan pengkajian kemampuan fisik dan fungsi
kognitif yang dilakukan secara terus menerus
b. Mengkaji kebutuhan pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluarga yang
berhubungan dengan proses penyakit, obat-obatan, prosedur cara perawatan,
pencegahan faktor risiko atau hal-hal yang harus dihindarkan akibat dari
gangguan kesehatan yang dialami, dan komplikasi yang mungkin terjadi
c. Bersama pasien dan keluarga, mengkaji faktor-faktor lingkungan rumah
sehingga mengganggu perawatan diri (fasilitas rumah, kamar mandi)
d. Berkoordinasi dengan dokter dan disiplin ilmu yang lain, mengkaji perlunya
rujukan untuk mendapatkan perawatan di rumah atau di tempat pelayanan yang
lain atau support sisitem:
e. Kaji penerimaan terhadap masalah kesehatan dan larangan yang berhubungan
dengan masalah kesehatan tersebut atau pemahaman pasien terhadap penjelasan
dari fisioterpi dan ahli gizi:
f. Konsultasi dengan tim kesehatan lain tentang berbagai kebutuhan pasien setelah
pulang
2. Diagnosa Keperawatan
Fungsi diagnostik keperawatan merupakan pusat dari peran perawat, diagnosa
keperawatan bersifat individu sesuai dengan kebutuhan pasien. Disusun setelah

16
melakukan pengkajian discharge planning, dikembangkan untuk mengetahui
kebutuhan pasien dan keluarga. Diagnosa keperawatan yang sering muncul :
kecemasan, kurang pengetahuan perawatan diri dan stres, disusun sesuai problem,
etiologi (penyebab), support sistem (faktor pendukung discharge planning),
dengan menentukan tujuan yang relevan, yaitu sebagai berikut, 1) pasien akan
memahami masalah dan implikasinya; 2) pasien akan mampu memenuhi
kebutuhan individunya; 3) lingkungan rumah akan menjadi aman; 4) tersedia
sumber perawatan kesehatan di rumah.

3. Perencanaan
Perencanaan berfokus pada kebutuhan pengajaran yang baik untuk persiapan
pulang pasien, yang disingkat dengan METHOD yaitu:
a. Medication (obat)
Pasien diharapkan mengetahui jenis, jumlah obat yang dilanjutkan pasca rawat
inap.
b. Environment (lingkungan)
Dalam proses discharge planning dibutuhkan lingkungan yang nyaman serta
fasilitas kesehatan yang baik untuk proses perawatan setelah rawat inap.
c. Treatment (pengobatan)
Perawat memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah pasien pulang,
yang dilakukan oleh pasien dan anggota keluarga.
d. Health Teaching (pengajaran kesehatan).
Sebelum pasien dijadwalkan untuk pulang, sebaiknya diberikan edukasi tentang
kondisi kesehatannya serta perawatan kesehatan tambahan.
e. Outpatient Referal
Pasien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau komunitas lain
diluar rumah sakit yang dapat meningkatkan perawatan berkelanjutan.
f. Diet Pasien
Perawat sebaiknya memberikan edukasi tentang pola makan yang sebaiknya
dikonsumsi oleh pasien.

17
4. Implementasi
Implementasi dalam discharge planning adalah pelaksanaan rencana pengajaran
referal. Seluruh pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan
perawat dan ringkasan pulang (discharge summary). Intruksi tertulis diberikan
kepada pasien, penatalaksanaan dilakukan persiapan sebelum hari pemulangan
pasien dan pada hari pemulangan. Demontrasi ulang harus memuaskan, pasien dan
pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan dan melakukannya dengan alat
yang digunakan dirumah antara lain:
a. Anjurkan cara-cara merubah pengaturan fisik di rumah sehingga kebutuhan
pasien dapat terpenuhi;
b. Berikan informasi tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan di masyarakat
kepada pasien dan keluarga;
c. Lakukan pendidikan untuk pasien dan keluarga sesegera mungkin setelah
pasien dirawat dirumah sakit. Pasien dapat diberikan pamphlet atau buku;
5. Evaluasi
Evaluasi sangat penting dalam proses discharge planning digunakan untuk
persiapan pasien pulang, Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat
untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai. Untuk evaluasi kesiapan
pasien perlu di lakukan tindakan pada hari kepulangan diantaranya:
a. Biarkan pasien dan keluarga bertanya atau berdiskusi tentang berbagai isu yang
berkaitan dengan perawatan di rumah;
b. Menanyakan kepasien dan keluarga tentang pengetahuan tentang semua proses
discharge planning yang telah di terimah.
c. Perikasa order pulang dari dokter tentang resep, perubahan tindakan
pengobatan, atau alat-alat khusus yang diperlukan;
d. Menentukan pasien atau keluarga telah mengatur transportasi untuk pulang ke
rumah;
e. Tawarkan bantuan ketika pasien berpakaian dan mempersiapkan seluruh
barang-barang pribadinya untuk dibawa pulang;
f. Periksa seluruh barang pasien agar tidak tertinggal;

18
g. Berikan pasien resep atau obat-obatan sesuai instruksi dokter;
h. Hubungi bagian administrasi untuk mengurus keuangan pasien;
i. Gunakan alat bantu untuk membawa barang-barang pasien dan untuk mobilisasi
pasien (kursi roda);
j. Bantu pasien pindah dari kursi roda
k. Bantu pasien pindah dari kursi roda ke kendaraan dan bantu untuk
memindahkan barang-barang pasien;
l. Beritahu ke bagian lain tentang waktu pemulangan pasien;
m. Catat kepulangan pasien pada format ringkasan;
n. Dokumentasi status masalah kesehatan saat pasien pulang.
o. Evaluasi apakah pasien dapat menjelaskan penyakit yang diderita, pengobatan
yang dibutuhkan, tanda-tanda fisik atau gejala yang harus dilaporkan kepada
tim medis, dapat mendemonstrasikan penatalaksanaan pengobatan dilanjutkan
di rumah, serta memastikan hambatan yang membahayakan pasien di rumah
sudah diperbaiki.
2.2.3 Kualitas Discharge Planing
Menurut Imbalo (2007) kualitas tidak lepas dengan mutu yang merupakan
keseluruhan karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam
memuaskan kebutuhan konsumen, baik berupa kebutuhan yang dinyatakan maupun
kebutuhan yang tersirat. Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna,
diantaranya yaitu: 1) mutu adalah kualitas; 2) kesesuaian; penggunaan, persyaratan
atau tuntunan; 3) melakukan segala sesuatu secara sistematis; 4) kepuasan pasien;
dalam arti pasien itu sendiri maupun keluarganya. Discharge Planning atau
perencanaan pulang merupakan salah satu bentuk pelayanan keperawatan profesional
yang dinamis dan sistematis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang
dilakukan untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan
pelayanan sosial sebelum dan sesudah pasien pulang. Discharge planning akan
menghasilkan sebuah hubungan yang terintegrasi yaitu antara perawatan yang
diterima pada waktu di rumah sakit dengan perawatan yang diberikan setelah pasien
pulang. Perawatan dirumah akan bermakna jika dilanjutkan dengan perawatan di

19
rumah. Namun, sampai saat ini discharge planning bagi pasien yang dirawat belum
optimal karena peran perawat masih terbatas pada pelaksanaan kegiatan rutinitas saja,
yaitu hanya berupa informasi tentang jadwal kontrol ulang (Nursalam, 2016). Hal ini
dapat menyebabkan menurunnya kualitas discharge planning tersebut. Discharge
planning dikatakan baik apabila prosesnya yang terpusat, terkoordinasi, terdiri dari
berbagai disiplin ilmu dan dilakukan sesuai dengan prosedur. Sebaliknya, apabila ada
dari prosedur yang tidak dijalani maka discharge planning dikatakan tidak baik.
Maka untuk meningkatkan kualitas discharge planning diperlukan pelayanan
kesehatan discharge planning yang terstruktur atau sesuai dengan prosedur.

2.3 KONSEP KESIAPAN PULANG PASIEN


2.3.1 Defenisi dan Komponen Kesiapan
Kesiapan berdasar kamus psikologi adalah “tingkat perkembangan dari
kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekkan sesuatu”
(Chaplin, 2006, halaman 419). Sedangkan Oemar Hamalik (2008, halaman 94)
“kesiapan adalah tingkatan atau keadaan yang harus dicapai dalam proses
perkembangan perorangan pada tingkatan pertumbuhan mental, fisik, sosial dan
emosional”. Menurut Martinsusilo (2007), komponen utama dari kesiapan yaitu
kemampuan dan keinginan. Kemampuan merupakan pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan yang dimiliki seorang ataupun kelompok untuk melakukan kegiatan
atau tugas tertentu. Keinginan adalah keyakinan, komitmen, dan motivasi untuk
menyelesaikan tugas atau kegiatan tertentu. Kombinasi dari kemampuan dan
keinginan yang berbeda yang ditunjukkan seseorang pada tiap-tiap tugas yang
diberikan itu adalah kesiapan. Menurut Slameto (2013, 113) kesiapan adalah
keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon atau
jawaban dalam cara tertentu terhadap suatu situasi, penyesuaian pada suatu saat akan
berpengaruh atau kecenderungan untuk memberi respon.
2.3.2 Prinsip-prinsip Kesiapan
Menurut Slameto (2013, 115) prinsip- prinsip kesiapan antara meliputi: semua
aspek perkembangan berinteraksi (saling pengaruh mempengaruhi, kematangan

20
jasmani dan rohani untuk memperoleh manfaat dari pengalaman, pengalaman
pengalaman mempunyai pengaruhi yang positif terhadap kesiapan, dan kesiapan
merupakan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama
masa pembentukan dalam masa perkembangan.
2.3.3 Faktor-faktor Kesiapan
Beberapa faktor kesiapan menurut Slameto (2013, 113) terdiri dari 3 aspek
yaitu aspek yang pertama kondisi fisik, mental, dan emosional, aspek kedua yaitu:
kebutuhan-kebutuhan, motif, dan tujuan, aspek yang ketiga adalah ketrampilan,
pengetahuan dan pengertian lain yang telah dipelajari. Ketiga aspek tersebut akan
mempengaruhinya dan memenuhi berbuat sesuatu atau jadi berbuat sesuatu, konidisi
fiik diantarannya; lelah, keadaan, alat indera dan yang permanen (cacat tubuh) serta
kondisi mental yaitu kecerdasan. Faktor lain menurut penelitihan Serawati (2015)
adalah umur, tingkat pendidikan, pengetahuan, sistem dukungan sosial dan pelayanan
kesehatan.
2.3.4 Tingkat Kesiapan
Martinsusilo (2007) membagi tingkat kesiapan berdasarkan kuantitas keinginan
dan kemampuan bervariasi yaitu:
1. Tingkat kesiapan 1(R1)
Tidak mampu dan tidak ingin, Yaitu tingkatan tidak mampu dan hanya memiliki
sedikit komitmen dan motivasi. Tidak mampu dan ragu, yaitu tingkatan tidak
mampu dan hanya memiliki sedikit keyakinan.
2. Tingkat kesiapan 2(R2)
Tidak mampu tetapi berkeinginan, yaitu tingkatan yang memiliki sedikit
kemampuan tetapi termotivasi dan berusaha. Tidak mampu tetapi percaya diri,
yaitu tingkatan yang hanya memiliki sedikit kemampuan tetapi tetap merasa yakin.
3. Tingkat kesiapan 3(R3)
Mampu tetapi ragu, yaitu tingkatan yang memiliki kemampuan untuk
melaksanakan suatu tugas tetapi tidak yakin dan khawatir untuk melakukannya
sendiri.Mampu tetapi tidak ingin, tingkatan yang memiliki kemampuan untuk
melakukan suatu tugas tetapi tidak ingin menggunakan kemampuan tersebut.

21
4. Tingkat kesiapan 4(R4)
Mampu dan ingin, yaitu tingkatan yang memiliki kemampuan untuk melakukan
tugas seringkali menyukai tugas tersebut.Mampu dan yakin, yaitu tingkatan yang
memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dan yakin dapat melakukannya
seorang diri.
Menurut Wess et al, (2007). kesiapan Pulang merupakan gambaran kemampuan
meninggalkan fasilitas kesehatan, serta mengembangkan 4 dimensi kesiapan pulang
yaitu: status pribadi untuk mengetahui kondisi fisik emosionel pasien, kedua Tentang
pengetahuan yaitu mengetahui berapa jumlah informasi yang diterima tentang
perawatan, ketiga kemampuan yaitu kemampuan menangani kebutuhan perawatan
pribadi dan medis, yang keempat yaitu dukungan yang diharapkan. Berdasarkan hal
di atas disimpulkan bahwa kesiapan pasien menghadapi pemulangan adalah
kemampuan, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan untuk melakukan aktifitas
atau kegiatan yang diajarkan serta dianjurkan oleh perawat dan klinisi lain, pasien
mengetahui pengobatan, tandatanda bahaya, aktivitas yang dilakukan, serta perawatan
lanjutan di rumah (The Royal Marsden Hospital, 2014)

22
BAB 3
PERENCANAAN

3.1 Pelaksanaan Kegiatan


Topik : Discharge planning perawatan klien dengan
diagnosa medis Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Hari/ tanggal : Rabu, 24 April 2021
Pukul : 10.00 WIB
Pelaksana : KARU, PP, PA
Tempat : Ruang Pasien Kelas 1
Sasaran : Pasien Kelas 1
3.2 Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Widia Yuniarti, S.Kep., Ns.
PP : Mutiara Anisa, S.Kep.,Ns
PA : Anisa Ramadani, S.Kep.,Ns
Pembimbing Akademik : Ilya Krisnana, S.Kep., Ns., M.Kep
Pembimbing Klinik : Widia Yuniarti, S.Kep., Ns.
3.3 Metode
Metode yang digunakan dalam discharge planning adalah diskusi dan tanya
jawab setelah diberikan penjelasan tentang hal-hal yang perlu diberikan dalam
perencanaan pulang, meliputi:
1. Komponen perencanaan pulang
a. Perawatan di rumah

23
b. Pemberian pendidikan kesehatan mengenai: diet, waktu kontrol, tempat control
c. Obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya
Penjelasan mengenai obat-obatan yang masih diminum, dosis, cara pemberian,
dan waktu yang tepat untuk minum obat.
d. Obat-obatan yang dihentikan
e. Walaupun obat-obatan klien sudah tidak diminum lagi, namun tetap dibawa
oleh klien serta ditentukan siapa yang akan menyimpan obat tersebut.
f. Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dibawakan kepada klien waktu pulang.
g. Surat-surat seperti surat keterangan sakit.
2. Tindakan keperawatan pada waktu perencanaan pulang
a. Pendidikan (edukasi, reedukasi, reorientasi) kesehatan yang diharapkan dapat
mengurangi angka kekambuhan dan meningkatkan pengetahuan klien serta
keluarga.
b. Program pulang bertahap
Melatih klien kembali ke lingkungan dan masyarakat antara lain yang dilakukan
klien di rumah sakit, dan tugas keluarga.
c. Rujukan.
d. Integrasi pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan langsung antara
perawatan komunitas dengan rumah sakit sehingga dapat mengetahui
perkembangan klien di rumah.
3.4 Instrumen
a. Status klien
b. Lembar discharge planning (terlampir)
c. Leaflet (terlampir)
d. Obat-obatan, hasil laboratorium dan pemeriksaan penunjang.
3.5 Mekanisme Kegiatan
Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana
Persiapan 1. PP melaporkan pada karu 10 menit Nurse Karu
bahwa ada pasien yang akan Station PP
dilakukan discharge planning PA

24
2. Karu menanyakan bagaimana
persiapan PP untuk pelaksanaan
discharge planning dan
kelengkapan medical record
(status pasien, format discharge
planning, dan leaflet)
3. PP melaporkan sudah siap dengan
status pasien, format discharge
planning dan leaflet, dan sudah
mengkaji sebelumnya untuk
menentukan masalah keperawatan
pada klien.
4. PP menyebutkan masalah klien
dan hal-hal yang perlu diajarkan
pada klien dan keluarga
5. Karu memeriksa kelengkapan
dokumentasi perawatan
Pelaksanaan1. Karu membuka acara discharge 30 menit Bed Karu
Discharge planning Pasien PP
Planning 2. Karu meninggalkan ruangan PA
3. PP mennyampaikan dan
menjelaskan hal-hal terkait PP, PA
Discharge Planning (Kontrol,
Perawatan di rumah (perawatan
luka menggunakan leaflet), Diet,
Aktivitas/Istirahat, dan lembar
hasil pemeriksaan rumah sakit)
4. PA menjelakan terkait obat-
obatan yang perlu di minum di
rumah
5. PP menanyakan kembali kepada
klien dan keluarga tentang
penjelasan yang telah
disampaikan.
6. Pendokumentasian (Ibu An. A
tanda tangan di lembar Discharge
Planning)
7. PP menyiapkan lembar kuesioner
kepuasan pelayanan rumah sakit
8. PP dan PA mengucapkan terima
kasih.
Penutup Karu memberikan pujian dan 2 menit Ruang Karu, PP,
masukan atau saran kepada Ketua
KARU PA
Tim dan PA

25
3.6 Evaluasi
1. Struktur (input)
1) Pelaksanaan discharge planning dilaksanakan di ruang Pediatric RSUA
2) Persiapan dilakukan sebelumnya.
3) Perawat yang betugas.
2. Proses
1) Kelancaran kegiatan.
2) Peran serta perawat yang bertugas.
3) Klien dan keluarga berperan aktif dalam diskusi
3. Hasil
Informasi yang disampaikan dapat diterima oleh klien dan keluarga. Klien
dapat menyebutkan kembali tentang:
1) Perawatan Bayi Baru Lahir
a. Cara memandikan bayi
b. Perawatan tali pusat
c. Pemberian ASI eksklusif
d. Cara menjaga kehangatan bayi
e. Tanda bahaya bayi baru lahir

26
DAFTAR PUSTAKA
Borkowski. (2015). Manajemen Pelayanan Kesehatan. Jakarta. EGC
Darliana dan Devi. (2017)Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes
Melittus. Idea Nursing Journal 2.2: 132-136
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Tentang profil kesehatan. (2008).
Jakarta: Depkes RI
Devi Yuliati, Monica Ester. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Discharge Planning Association. (2016). Discharge Planning di http:www. Discharge
planning.org.au/index.htm.diunduh padatanggal 10 agustus 2016
Doengoes EM, Moorhouse MF, & Murr AC. (2016). Nursing Diagnosis Manual:
Planning, Indvidualizing and Documenting Client Care. Edition Two. FA Davis
Company. Philladelphia
Johannes, Edward, Rofi’i, M. (2014). Pengaruh Kompensasi dan Iklim Organisasi
terhadap Turnover Intention dengan Kepuasan Kerja sebagai
VariabelIntervening. Jurnal Dinamika Manajemen, 2(2): 141-152.
Nursalam. (2014). Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan
profesional edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.
Jakarta: Salemba Medika
Martinsusilo (2007). Kepemimpinan Situasional. Diakes dari
http://www.edymartin.wordpress.com/ pada tanggal 13 februari 2021
Okatiranti. (2015). Gambaran pengetahuan dan sikap perawat dalam pelaksanaan
discharge planning pada pasien Diabetes Mellitus Type II. Jurnal Ilmu
Keperawatan, 3(1), 18-24.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.971/Menkes/per/XI/2009
Pengurus PPNI Pusat, (2005). Standar Kompetensi Perawat Indonesia. jakarta. Email:
dppppni@yahoo.com, Web; http://www.inna-ppni.or.id

27
Perry A. G., & Potter P. A. (2005). Buku ajar fundamental keperawwatan: Konsep,
proses, & praktik. (Volume 1, Edisi 4). (Alih bahasa: Yasmin Asih, et al: Editor
edisi bahasa Indonesia
Perry & Potter. (2006). Clinical Nursing Skills and Technique. 6 th Edition. Missouri:
Mosby Inc.
Radiatul, (2017). Analisis Pelaksanaan Discharge Planning dan Faktor-faktor
Determinannya pada Perawat di Ruang rawat Inap RSUD Jambak Kabupaten
Pasaman Barat
Slameto, (2013). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta
Slevin, A.P., (2010).A Model for Discharge Planning in Nursing Education. (March
2015), pp.37-41
The Royal Marsden Hospital. (2015). Discharge Planning (Online),
(http://www.royalmarsden.org diakses tanggal 13 Februari 2021)
The Royal Marsden.Org. (2014). Discharge Planning.
http:www.royalmarsden.org.pada tanggal 10 agustus 2016
Weiss, M.E. et al., 2007. Perceived Readliness for Hospital Discharge in Adult
Medical-Surgical Patients. 21(1)
Zuhra, P. (2016). Gambaran pelaksanaan discharge planning pasien pascaoperasi
apendiktomi di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yofyakarta. Skripsi,
Universitas Aisyiyah, Yogyakarta

28
SKENARIO ROLE PLAY DISCHARGE PLANNING
ROLE PLAY DISCHARGE PLANNING SCENARIO

Kepala Ruangan : Silvia Farhanidiah, S.Kep


Nurse Unit Manager : Silvia Farhanidiah, S.Kep
Perawat Primer : Hanum Amalia Zulfa, S.Kep
Primary Nurse : Hanum Amalia Zulfa, S.Kep
Perawat Associate : Verantika Setya Putri, S.Kep
Associate Nurse : Verantika Setya Putri, S.Kep
Ny.W : Sarah Maulida Rahmah, S.Kep
Mrs.W : Sarah Maulida Rahmah, S.Kep
Prolog : Kusnul Oktania, S.Kep
Prolog : Kusnul Oktania, S.Kep

Prolog
Discharge planning merupakan kolaborasi antara keperawatan, pasien dan
keluarga pasca rawat inap, yang bertujuan untuk menyiapkan kemandirian pasien dan
keluarga secara fisik, psikologis, sosial, pengetahuan, keterampilan perawatan dan
sistim rujukan berkelanjutan. Hal tersebut dilaksanakan untuk mengurangi ke
kambuhan, serta menukar informasi antara pasien sebagai penerima layanan dengan
perawat selama rawat inap sampai keluar dari rumah sakit (Nursalam, 2016).

29
Discharge planning is a collaboration between nursing, patients and families
after being hospitalized, which aims to prepare the independence of patients and
families physically, psychologically, socially, knowledge, skills care and a continuous
referral system. This is carried out to reduce recurrence, as well as exchange
information between patients as service recipients with nurses during hospitalization
until discharge from the hospital (Nursalam, 2016).
Pada tanggal 24 April 2021 seorang pasien bayi Ny.W berjenis kelamin laki-
laki dan berumur 5 hari di Ruangan Perina Lantai 5 RSUA Surabaya dengan diagnosa
medis BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) akan dilakukan Discharge Planning.
Sebelum dinas sore dimulai, PP merencanakan dan mendelegasikan tindakan
keperawatan kepada PA untuk dinas siang. Setelah 6 hari dirawat pasien bayi Ny.W
diperbolehkan pulang oleh dokter karena kondisinya sudah membaik. Untuk itu Karu
beserta PP dan PA di Ruang Perina Lantai 5 RSUA akan melakukan tindakan
Discharge Planning
On April 24, 2021 a baby patient, Mrs.W., is male and 5 days old in the 5th
Floor of the Perina Room, RSUA Surabaya with a medical diagnosis of LBW (Low
Birth Weight), a Discharge Planning will be carried out. Before the afternoon service
begins, PP plans and delegates nursing actions to the PA for the afternoon service.
After 6 days of being treated, the baby patient, Mrs.W, was allowed to go home by
the doctor because her condition had improved. For this reason, Karu and PP and PA
in the Perina Room, 5th Floor of RSUA will carry out a Discharge Planning action

Tahap Persiapan di ruang Karu


The Preparation Stage in Nurse Unit Manager room
PP datang ke ruangan Karu, menyampaikan kepada Karu bahwa Pasien Bayi Ny.W
sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah membaik sehingga akan
dilakukan Discharge Planning
Primary Nurse comes to Nurse Unit Manager room, tells Nurse Unit Manager that
Patient Anna was allowed to go home because her condition had improved so a
Discharge Planning would be carried out

30
PP : “Selamat pagi Ners”
PP : "Good morning Ners"
Karu : “Pagi Ners, ada yang bisa saya bantu?”
NUM : "Morning Ners, how can I help you?
PP : “Seperti yang kita tahu di operan tadi pagi, Pasien bayi Ny.W akan
pulang hari ini sehingga kita akan melakukan Discharge Planning”
PP : "As we know in the operand this morning, baby patient Mrs.W is
coming home today so we will do a Discharge Planning"
Karu : “Baiklah Ners, tolong siapkan status pasien, lembar Discharge
Planning dan leaflet untuk keluarga pasien”
NUM : "Alright Ners, please prepare patient status, Discharge Planning sheet
and leaflet for patients"
PP : “Baik Ners”
PP : "Okay Ners"
(PP dan PA menyiapkan rekam medis, leaflet, dan lembar Discharge Planning)
(Primary Nurse and Associate Nurse prepare medical records, leaflets, and Discharge
Planning sheets)
PP : “Ners Tika, dapatkah ners membantu saya menyiapkan dokumen
Discharge Planning untuk bayi Ny.W?”
PP : "Ners Tika, can you help me prepare the Discharge Planning
document for baby Mrs.W?"
PA : “Ya Ners saya akan menyiapkannya “
PA : "Yes Ners, I will prepare it"
PP : “Terima kasih Ners”
PP : “Thank You Ners”

Setelah dokumen lengkap,


After the documents are complete,
PP : “Permisi Ners, untuk persiapan discharge planning pada bayi Ny.W
sudah siap. Status pasien, leaflet dan format discharge planning sudah dipersiapkan”

31
PP : "Excuse me Ners, to prepare discharge planning for baby Mrs.W is
ready. Patient status, leaflet and discharge planning format have been prepared"
Karu : “Bagus sekali, Terimakasih. Jadi, pendidikan kesehatan apa yang
akan diberikan kepada keluarga nanti?” (sambil mengecek persiapan dokumen)
NUM : “Very good. So, what health education will be given to patients and
their families later?" (while checking document preparation)
PP : “Baik Ners. Pendidikan kesehatan yang akan diberikan pada keluarga
Ny.W untuk bayinya adalah Perawatan Bayi Baru Lahir yaitu mengenai cara
memandikan bayi, perawatan tali pusat, pemberian ASI eksklusif, cara menjaga
kehangatan pada bayi, dan menjelaskan tentang tanda dan bahaya bayi baru lahir”
PP : Okay Ners. The health education that will be given to Mrs.W’s
family for her baby is Newborn Care, which is about how to bathe the baby, care for
the umbilical cord, give exclusive breastfeeding, how to keep the baby warm, and
explain about the signs and dangers of a newborn."
Karu : “Ya pilihan yang bagus itu, mari langsung kita ke pasien”
NUM : "Yes, that's a good choice, let's go straight to the patient"

(Setelah Karu memeriksa kelengkapan berkas, Karu, PP, dan PA ke ruangan


pasien untuk melakukan discharge planning)
(After Nurse Unit Manager checks the completeness of the files, Nurse Unit
Manager, Primary Nurse, and Associate Nurse go to the patient's room to do
discharge planning)

Tahap Pelaksanaan
Implementation Stage
Karu : “Selamat pagi bu. Bagaimana kabar bayi Ny.W pagi ini?”
NUM : “Good morning ma'am. How's Anna this morning?"
Ny.W : “Selamat pagi Ners. Alhamdulilah sudah membaik Ners”
Mrs.W : “Good morning Ners. Alhamdulilah it's getting better Ners"

32
Karu : “Alhamdulillah, hari ini ada kabar baik yaitu bayi Ny.W sudah
diperbolehkan untuk pulang, namun sebelum pulang keluarga harus mengurus
administrasi terlebih dahulu ya bu”
NUM : "Alhamdulillah, today there is good news, namely baby Mrs.W is
allowed to go home, but before returning home the family has to take care of
administration first ma’am"
Ny.W : “Iya Ners untuk administrasinya nanti saya dan suami saya yang
mengurus berkas-berkasnya”
Mrs.W : "Yes, Ners, for the administration, my husband and I will take care of
the files."
Karu : “Baiklah kalau begitu bu, namun ada satu hal lagi yang perlu
dilakukan terkait dengan kepulangan bayi Ny.W. Nanti Ners Hanum yang akan
menyampaikan hal-hal yang terkait dengan perawatan bayi Ny.W dirumah,
bagaimana apakah ibu bersedia?”
NUM : “Okay then ma'am, but there is one more thing that needs to be done
regarding baby Mrs.W return. Later Ners Hanum who will convey matters related to
baby Mrs.W care at home, how are you willing to mother?"
Ny.W : “Iya Ners bersedia. Silahkan Ners.”
Mrs.W : “Yes, Ners is willing. Please Ners."
Karu : “Baiklah kalau begitu, Saya pamit dulu ya bu. Ners Tika dan Ners
Hanum setelah discharge planning nanti temui saya di ruangan ya”
NUM : "Okay then, I'll say goodbye, ma'am. Ners Tika and Ners Hanum,
after discharge planning, meet me in the room, okay?
PP, PA : “Baik Ners”
PP, PA : "Okay Ners”
PP : “Baik bu. Sebelumnya perkenalkan nama saya Ners Hanum Amalia
Zulfa, Ibu dapat memanggil saya Ners Hanum. Disini saya akan menyampaikan
beberapa hal yang harus di ingat dan dilakukan pada saat ibu merawat bayi Ny.W di
rumah. Untuk lebih jelasnya, bisa ibu ikuti saya ke nurse station”

33
PP : “Okey ma'am. First introduce my self, my name is Ners Hanum
Amalia Zulfa, you can call me Ners Hanum. Here I will convey some things that must
be remembered and done when a mother takes care of Anna at home. For more
details, can you follow me to the nurse station”

Di Nurse Station
PP :
1. Bayi Ny.W akan pulang hari ini karna kondisi nya sudah membaik
PP :
1. Baby Mrs.W will come home today because her condition has improved
2. Selanjutnya yaitu perawatan bayi di rumah:
Tujuan dari perawatan bayi adalah mempertahankan kebersihan dan kesehatan
bayi, mempertahankan kehangatan dan mencegah suhu bayi turun, memastikan
keamanan dan mencegah terjadinya cedera atau infeksi, dan mengidentifikasi
masalah-masalah yang memerlukan perhatian segera. Berikut perawatan bayi baru
lahir yang dilakukan di rumah adalah:
a. Cara memandikan bayi
- Tempat harus aman, tepat dan nyaman
- Atur suhu ruangan sedikit hangat, 20°C-25°C
- Lepaskan baju bayi secara bertahap
- Mulailah membasuh tubuh bayi dari bagian terbersih hingga terkotor
- Selimuti bayi dengan handuk dan keringkan
- Pakaikan popok dan pakaian bayi yang bersih. Kemudian tempatkan bayi
ditempat tidur dan hangat
b. Perawatan tali pusat
- Setelah dimandikan, tali pusat yang basah kena air kemudian di keringkan
dengan kain kering
- Setelah dikeringkan, olesi tali pusat dengan minyak telon bayi untuk
menghindari bau dari tali pusat yang mongering, setelah itu keringkan
kembali olesan minyak telon tersebut hingga kering

34
- Bungkus dengan kain kasa
2. Next, baby care at home:
The goals of infant care are to maintain the cleanliness and health of the baby,
maintain warmth and prevent the baby's temperature from dropping, ensure safety
and prevent injury or infection, and identify problems that require immediate
attention. The following treatments for newborns that are carried out at home are:
a. How to bathe a baby
- The place must be safe, precise and comfortable
- Set the room temperature slightly warm, 20 ° C-25 ° C
- Take off baby clothes gradually
- Start washing the baby's body from the cleanest to the dirtiest
- Cover the baby with a towel and dry
- Wear clean diapers and baby clothes. Then put the baby in bed and warm
b. Umbilical cord care
After bathing, the wet umbilical cord is then dried with a dry cloth
- After drying, grease the umbilical cord with baby telon oil to avoid the odor from
the dry umbilical cord, then dry the rubbing of the telon oil again until it's dry
- Wrap it in gauze
PP : “Baik bu, penjelasan yang sudah saya sampaikan tadi apakah sudah
paham bu? Apakah ada yang ingin ditanyakan”
PP : “Alright ma'am, the explanation that I gave earlier, do you
understand? Is there anything you want to ask"
Ny.W : “Sudah Ners”
Mrs.W : "Done Ners.”
PP : “Baiklah kalau begitu, saya akan melanjutkan penjelasan Discharge
Planning berikutnya”
c. Pemberian ASI eksklusif
- ASI eksklusif diberikan sejak baru lahir sampai berusia 6 bulan
- Susui bayi sesering mungkin
- Jika bayi tidur lebih dari 3 jam, bangunkan lalu susui

35
- Susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah ke payudara sisi lainnya
(satu sisi tidak lebih dari 30 menit)
d. Cara menjaga kehangatan bayi
- Bayi harus dikeringkan
- Bayi harus tetap berpakaian dan diselimuti setiap saat
- Jaga bayi tetap hangat dengan menggunakan topi, kaos kaki, kaos tangan,
dan pakaian yang hangat
- Jika berat bayi kurang dari 2500 gram maka dekap bayi di dada anggota
keluarga dengan kulit bayi menempel.
- Menempatkan bayi dilingkungan yang hangat
e. Tanda dan bahaya bayi baru lahir
- Bayi tidak mau makan
- Kejang
- Sesak napas atau napas cepat
- Merintih
- Pusar kemerahan
- Demam atau tubuh merasa dingin
- Mata bernanah banyak
- Diare
- Kulit dan mata terlihat kuning
- Tinja bayi berwarna pucat
PP : "Okay then, I will continue the explanation of the next Discharge
Planning"
c. Exclusive breastfeeding
- Exclusive breastfeeding given from birth to the patient for 6 months
- Breastfeed as often as possible
- If the baby sleeps more than 3 hours, wake up and breastfeed
- Breastfeed until the breast feels empty, then move to the other side of the breast
(one side does not take more than 30 minutes)
d. How to keep the baby warm

36
- The baby must be dried
- Babies must be kept dressed and covered at all times
- Keep the baby warm by using a hat, socks, gloves, and warm clothing
- If the baby weighs less than 2500 grams then hold the baby to the chest of the
family member with the baby's skin attached.
- Putting the baby in a warm environment
e. Signs and dangers of a newborn
- The baby won't eat
- Seizures
- Shortness of breath or rapid breathing
- Moaning
- Reddish navel
- Fever or body feeling cold
- The eyes fester a lot
- Diarrhea
- Skin and eyes look yellow
- The baby's stool is pale
PP : “Dari yang sudah saya jelaskan, Apakah ibu sudah mengerti?”
PP : "From what I have explained, do you understand?"
Ny.W : “Saya ingin bertanya ners, bagaimana tanda bayi ketika sedang
lapar?”
Mrs.W : “I want to ask nurses, what is the sign of a baby when it is hungry?”
PP : “Tanda bayi ketika sedang lapar adalah menangis, melakukan
gerakan menghisap, menggerakkan tangan dan kaki terus menerus, dan memasukkan
tangan dan barang di sekitarnya ke mulut maka dianjurkan untuk menyusuinya agar
bayi menjadi tenang. Bagaimana bu? Apakah ibu sudah mengerti?”
PP : “The signs of a baby when it is hungry are crying, doing suction
movements, moving the hands and feet continuously, and putting the hands and
objects around it in the mouth, so it is recommended to breastfeed so that the baby is
calm. How is it mom? Do you understand?”

37
Ny.W : “Sudah ners, terimakasih.”
Mrs.W : "Done Ners, thank you."
PP : “Baik bu kalau ibu sudah paham dan tidak ada pertanyaan. Bisa ibu
ulangi lagi bu bagaimana cara perawatan bayi yang sudah saya sampaikan tadi bu?”
PP : “Okey ma'am, if you understand and you don't have any questions.
Can you repeat, ma'am, how do I treat the wound that I told you earlier ma'am"

(Ny.W menyampaikan kembali materi yang telah diajarkan dengan baik)


(Mrs.W conveyed the material that has been taught well)

PP : “Bagus sekali bu, saya kira ibu sudah cukup paham dengan apa yang
sudah disampaikan oleh perawat. Terima kasih atas kerjasamanya bu”
PP : “Nice, Very good ma'am, I think you understand quite well what the
I said. Thank you for your cooperation, ma'am.”
Ny.W : “Iya Ners, sama sama Ners“
Mrs.W : "Yes, Ners, you are welcome Ners"
PP : “Bu sebelum pulang mohon ibu untuk tanda tangan dulu di lembar
ini ya bu” (Sambil Memberikan Lembar Discharge Planning yang akan di tanda
tangani keluarga pasien)
PP : "Before going home, please ask me to sign first on this sheet, ok
ma'am" (While providing a Discharge Planning Sheet which will be signed by the
patient's family)
Ny.W : “Baik Ners”
Mrs.W : "Okay Ners"
PP : “Baiklah bu, saya kira semua sudah disampaikan dan ibu sudah
paham. Sekarang bayi Ny.W sudah diperbolehkan untuk bersiap-siap pulang dan
kami mohon maaf apabila selama perawatan bayi Ny.W disini ada yang kurang.
Semoga bayi Ny.W sehat selalu”
PP : “Alright ma'am, I think everything has been conveyed and you
understand. Now baby Mrs.W was allowed to get ready to go home and we apologize

38
if during baby Mrs.W treatment here is missing something. Hopefully baby Mrs.W is
always healthy”
Ny.W : “Iya Ners tidak apa-apa. Terima kasih banyak Ners sudah merawat
dan membantu anak saya selama disini dirawat di sini”
Mrs.W : “Yes, it's okay Ners. Thank you very much Ners for taking care and
helping my child while here being treated here”
PP : “Iya bu sama-sama. Bu kami juga menyiapkan lembar kuesioner
kepuasaan atas pelayanan yang bisa ibu isi selama kami di ruangan ini. Kalau sudah
di isi lembar kuesioner nya nanti bisa diberikan ke saya atau Ners lain yang bertugas
di Ners Stasion di depan nanti ya bu” (Sambil Memberikan lembar kuesioner
kepuasaan pelayanan)
PP : "Yes, you're welcome. Ma'am, we also prepared a service satisfaction
questionnaire sheet that you could fill in while we were in this room. When the
questionnaire is filled in, it can be given to me or other nurses who are assigned to the
station in front, ma'am.” (While providing service satisfaction questionnaire sheets)
Ny.W : “Baik Ners”
Mrs.W : "Okay Ners"
PP : “Terima kasih bu”
PP : "Thank you ma'am"
Ny.W : “Sama sama Ners”
Mrs.W : "You are welcome Ners"
(Kemudian PP dan PA kembali keruangan)
(Then PP and PA return to the room)

Tahap Penutup
Closing Stage
(PP kembali ke ruangan Karu dan menyampaikan bahwa sudah selesai dilakukan
discharge planning)
(Primary Nurse returns to Nurse Unit Manager room and says that discharge planning
has been completed)

39
PP : “Pagi Ners, Kami sudah melakukan discharge planning pada pasien
Ny.W dan keluarga, mereka juga sudah paham dan akan melakukannya di rumah
sesuai anjuran dokter dan perawat”
PP : “Morning Ners, we have done a discharge planning for patient
Mrs.W and their family already understand and will do it at home as recommended
by the doctors and nurses”
Karu : “Terima kasih atas kerjasama nya Ners, saya kira untuk kegiatan
discharge planning pada pagi hari ini cukup bagus, namun saya harap untuk
kedepannya lebih ditingkatkan lagi untuk kenyamanan dan kepuasan pasien dan
keluarga.”
NUM : "Thank you for your cooperation, Ners, I think the discharge
planning activity this morning is quite good, but I hope that in the future it will be
further improved for the comfort and satisfaction of patients and families."
PP : “Baik Ners”
PP : "Okay Ners"
PA : “Baik Ners”
PA : "Okay Ners"
Karu : “Baik selamat bertugas kembali, tetap jaga senyuman, jaga diri, jaga
kesehatan dan tetap mengikuti program kesehatan 3M. Semangat, selamat pagi”
NUM : “Good luck on returning to duty, keep smiling, take care of yourself,
stay healthy and keep up with 3M health program. Cheer up, good morning”
PP : “Baik Ners, Selamat Pagi”
PP : "Okey Ners, Good Morning”
PA : “Baik Ners, Selamat Pagi”
PA : "Okey Ners, Good Morning”

40
Lampiran 1.
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS No. RM :
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Nama :
DI RUANG PERINA LT.5 Tgl Lahir :
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

DIISI OLEH PERAWAT

Tanggal MRS : Tanggal KRS :

Diagnosa MRS : Diagnosa KRS :

Kriteria Discharge Planning


1. Pasein dengan penyakit kompleks Ya Tidak

a. Stroke Ya Tidak

b. Diabetes Melitus Berat Ya Tidak

c. Serangan Jantung Ya Tidak

d. Bayi Prematur Ya Tidak

2. Umur >65 tahun Ya Tidak

3. Keterbatasan mobilitas Ya Tidak

4. Perawatan atau pengobatan lanjutan Ya Tidak

Bila salah satu jawaban “Ya” dari kriteria perencanaan diatas, maka akan diajukan denagn
perencanaan sebagai berikut
Perawatan diri (mandi, BAK, BAB)

41
Perawatan pemberian obat

Pemantauan diet

Perawatan luka

Pendampingan tenaga khusus dirumah

Bantuan medis/perawatan di rumah (Home Care)

Bantuan untuk melakukan aktifitas fisik (kursi roda, alat bantu jalan)

Persiapan keluarga dalam perawatan bayi premature di rumah

Lanjutkan dengan mengisi pemenuhan kebutuhan dasar pasein*

Bila jawaban “Tidak” maka akan dilanjutkan dengan perencanaan sebagai berikut:
Perawatan diri (mandi, BAK, BAB)

Perawatan pemberian obat

Pemantauan diet

Langsung dilanjutkan dengan anjuran/rencana kontrol**

Orang yang mendampingi dan merawat pasein di rumah


1 Nama :

Hubungan dengan pasein :

2 Nama :

Hubungan dengan pasein :

Apakah ada keterbatasan pendamping pasein di rumah sehingga perlu bantuan anggota keluarga yang
lebih baik?
Tidak

Ya, sebutkan………………….

DIISI OLEH DPJP


*Pemenuhan Kebutuhan dasar pasein:
Mandiri

Dibantu sebagian

42
Dibantu penuh

Alat bantu yang diperlukan:


Kursi Roda

Tongkat

Lainnya,……………….

**Anjuran/Rencana kontrol:

Apakah diperlukan perawatan dengan dokter spesialis lain?


Tidak

Ya, sebutkan……….

Faskes yang dapat dihubungi untuk perawatan lebih lanjut:

Surabaya,,………………………………………

DPJP Perawat/bidan

(…………………….) (…………………….)

43
44
Lampiran 2.

45
46

Anda mungkin juga menyukai