Anda di halaman 1dari 38

TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

DISCHARGE PLANNING

Kelompok 1 Kelas A1:

Putri Hisanah 131511133015


Rufaidah Fikriya 131611133018
Desi Choiriyani 131611133021
Nurul Hidayati 131611133022
Muhammad Hidayatullah Al-Muslim 131611133039
Hanum Amalia Zulfa 131611133040
Annisa Fiqih Ilmafiani 131611133045
Fajrinnandetya Paramita 131611133082
Dwi Yanti Rachmasari Tartila 131611133112
Emmalia Adhifitama 131611133113
Endah Desfindasari 131611133119
Restu W. 131611133144
Fasilitator:

Eka Mishbahatul M.Has S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
“Manajemen Keperawatan: Discharge planning” dengan baik dan lancar.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok
yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Keperawatan
yaitu Ibu Eka Mishbahatul M.Has S.Kep., Ns., M.Kep
Makalah “Manajemen Keperawatan Discharge planning” ini disajikan
dalam konsep dan bahasa yang sederhana, sehingga dapat membantu pembaca
dalam memahami makalah ini. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada
dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Keperawatan yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyusun makalah “Discharge planning”.
Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
memberikan bantuan berupa konsep, pemikiran dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan segala
kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari
pembaca guna meningkatkan pembuatan makalah pada tugas lain dan pada waktu
mendatang.

Surabaya, 23 Maret 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Discharge planning merupakan salah satu elemen penting dalam


pelayanan keperawatan. Discharge planning adalah proses mempersiapkan
pasien yang dirawat di rumah sakit agar mampu mandiri merawat diri pasca
rawatan (Carpenito, 2009 ; Kozier, 2004). Sedangkan menurut Nursalam &
Efendi (2008) Discharge planning merupakan proses mulainya pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan sampai pasien merasa siap kembali ke
lingkungannya. Dengan demikian Discharge planning merupakan tindakan
yang bertujuan untuk dapat memandirikan pasien setelah pemulangan.
Menurut Discharge planning Association (2008) tujuan dari Discharge
planning adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik pasien untuk dapat
mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang. Discharge
planning juga bertujuan memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin
keberlanjutan asuhan yang berkualitas (Nursalam, 2011). Namun, saat ini
masih ditemukan berbagai masalah terkait pelaksanaan discharge planning.
Permasalahan Discharge planning tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi
juga di dunia. Data dunia melaporkan bahwa sebanyak (23%) perawat di
Australia tidak melaksanakan discharge planning, di Inggris bagian barat daya
juga menunjukkan bahwa (34%) perawat tidak melaksanakan Discharge
planning (Graham et al., 2013 ; Morris et al., 2012). Sedangkan di Indonesia,
sebanyak (61%) perawat di Yogyakarta tidak melaksanakan discharge
planning. Selain itu, penelitian yang dilakukan di Bandung menunjukkan
bahwa sebanyak (54%) perawat tidak melaksanakan Discharge planning
(Zuhra, 2016 ; Okatiranti, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Betty (2016)
di RSAM Bukittinggi menunjukkan sebanyak (38%) responden mengatakan
pelaksanaan Discharge planning kurang baik. Dari beberapa hasil penelitian
diatas membuktikan bahwa pelaksanaan Discharge planning belum terlaksana
dengan optimal.
Pelaksanaan Discharge planning merupakan bagian dari tugas perawat.
Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang secara langsung terlibat
dalam pelaksanaan Discharge planning yang juga menentukan keberhasilan
proses Discharge planning tersebut (Tomura et al., 2011). Menurut Owyoung
(2010), peran perawat dalam pelaksanaan Discharge planning yaitu
mengidentifikasi kebutuhan pasien secara spesifik, serta mempertahankan atau
memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal dan mengevaluasi
kesinambungan asuhan keperawatan. Pelaksanaan Discharge planning yang
baik akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas kesehatan pasien.
Pelaksanaan Discharge planning yang diberikan secara tidak benar dapat
mengakibatkan kerugian bagi pasien. Menurut Kozier (2004) Discharge
planning yang berjalan belum optimal dapat mengakibatkan kegagalan dalam
program perencanaan perawatan pasien di rumah yang akan berpengaruh
terhadap tingkat ketergantungan pasien, dan tingkat keparahan pasien saat di
rumah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah tujuan dari discharge planning?

2. Apakah manfat dari discharge planning?

3. Bagaimanakah prinsip discharge planning?

4. Bagaimana mekanisme discharge planning?

5. Bagaimanakah konsep dan aplikasi discharge planning di rumah

sakit?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui tujuan dari discharge planning.

2. Mengetahui manfaat dari discharge planning.

3. Mengetahui bagaimana prinsip discharge planning.

4. Mengetahui bagaimana mekanisme discharge planning.


5. Menjelaskan konsep dan aplikasi discharge planing di rumah

sakit.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian

Discharge planning merupakan salah satu komponen dalam aplikasi

manajemen keperawatan untuk peningkatan mutu pelayanan keperawatan yang

profesional. Program discharge planning (perencanaan pulang) pada dasarnya

merupakan program pemberian informasi atau pemberian pendidikan kesehatan

kepada pasien meliputi nutrisi, aktifitas/latihan, obat-obatan dan instruksi khusus

yaitu tanda dan gejala penyakit pasien (Marliany, Permana and Permatasari,

2017).

Discharge planning merupakan suatu proses yang dinamis dan dan

sistematis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk

memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial

sebelum dan sesudah pulang. Perencanaan pulang merupakan proses dinamis, agar

tim kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien

melakukan keperawatan mandiri di rumah. Perencanaan pulang didapatkan dari

proses interaksi ketika keperawatan profesional, pasien, dan keluarga

berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur kontinuitas keperawatan yang

diperlukan oleh pasien saat perencanaan harus berpusat pada masalah pasien yaitu

pencegahan, terapeutik, rehabilitatif, serta keperawatan rutin yang sebenarnya

(Nursalam, 2014).

2.2 Tujuan

Tujuan dari discharge planning adalah menurut (Nursalam, 2014) :

1. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik,psikologis dan sosial.

2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.


3. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien.

4. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain.

5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan

keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan

status kesehatan pasien.

6. Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan

masyarakat.

Rorden dan Nursalam (2011) dalam (Nursalam, 2014)

mengungkapkan bahwa discharge planning bertujuan untuk :

1. Membantu pasien dan keluarga untuk memahami permasalahan,

pencegahan yang harus ditempuh sehingga dapat mengurangi angka

kambuh dan penerimaan kembali di rumah sakit.

2. Terjadi pertukaran informasi antara pasien sebagai penerima

pelayanan dengan keperawatan dari pasien untuk masuk sampai keluar

rumah sakit.

Menurut Chesca (1982) dalam Nursalam, 2014) discharge

planning dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu :

a. Pulang sementara atau cuti (conditioning discharge)

Keadaan pulang ini dilakukan apabila kondisi klien baik dan

tidak terdapat komplikasi. Klien untuk sementara dirawat

dirumah namun harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit

atau puskesmas terdekat.

b. Pulang mutlak atau selamanya (absolute discharge)


Cara ini merupakan akhir dari hubungan klien dengan rumah

sakit. Namun apabila klien perlu dirawat kembali, maka

prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.

c. Pulang paksa (judicial discharge)

Kondisi ini klien diperbolehkan pulang walaupun kondisi

kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi klien harus

dipantau dengan melakukan kerjasama dengan perawat

puskesmas terdekat.

2.3 Manfaat Discharge planning

Discharge planning bermanfaat dalam menurunkan jumlah

kekambuhan, menurunkan perawatan kembali di rumah sakit dan ke

ruang kedaruratan yang tidak perlu kecuali untuk beberapa diagnosa,

membantu klien untuk memahami kebutuhan setelah perawatan di rumah

sakit, serta dapat digunakan sebagai bahan dokumentasi keperawatan

(Doengoes, Moorhouse & Murr, 2007). Menurut Nursalam (2011),

manfaat Discharge planning adalah memberikan tindak lanjut secara

sistematis guna memberikan perawatan lanjutan pada pasien,

mengevaluasi pengaruh dari rencana yang telah disusun dan

mengidentifikasi adanya kekambuhan atau perawatan baru yang

dibutuhkan serta membantu pasien supaya mandiri dan siap untuk

melakukan perawatan di rumah.

2.4 Prinsip Discharge planning

Prinsip yang diterapkan dalam Discharge planning menurut Nursalam

(2011) yaitu pasien merupakan sasaran dalam Discharge planning


sehingga perlu pengkajian nilai keinginan dan kebutuhan pasien

berdasarkan pengetahuan dari tenaga atau sumber daya maupun fasilitas

yang tersedia di masyarakat. Kemudian kebutuhan tersebut akan dikaitkan

dengan masalah yang mungkin timbul pada saat pasien keluar dari rumah

sakit. Melalui pengkajian tersebut diharapkan dapat menurunkan resiko

masalah yang timbul pasca rawat inap. Perencanaan pulang dilakukan

secara kolaboratif pada setiap tatanan pelayanan kesehatan dan

dibutuhkan kerja sama yang baik antar petugas.

The Royal Marsden Hospital (2014), mengemukakan Discharge

planning merupakan proses multidisiplin terlatih yang mempertemukan

kebutuhan pasien dengan pelayanan kesehatan. Prosedur discharge

planning dilakukan secara berkesinambungan pada semua pasien

kemudian selanjutnya akan dirujuk pada suatu komunitas atau layanan

kesehatan yang aman dan adekuat untuk menentukan keberlanjutan

perawatan antar lingkungan. Selain itu diperlukan informasi mengenai

penyusunan pemulangan antara tim kesehatan dengan pasien yang

disediakan dalam bentuk perawatan berkelanjutan tertulis dengan

mempertimbangkan kepercayaan dan budaya pasien.

Departemen Kesehatan R.I (2008) menjabarkan bahwa prinsip

discharge planning diawali dengan melakukan pengkajian pada saat

pasien masuk rumah sakit guna mempermudah proses identifikasi

kebutuhan pasien. Merencanakan pulang pasien sejak awal dapat

menurunkan lama masa perawatan sehingga diharapkan akan menurunkan

biaya perawatan. Discharge planning disusun oleh berbagai pihak yang


terkait antara lain pasien, keluarga, dan care giver berdasarkan kebutuhan

pasien dan keluarga secara komprehensif. Hal ini memungkinkan

optimalnya sumber-sumber pelayanan kesehatan yang sesuai untuk pasien

setelah rawat inap. Prinsip discharge planning juga meliputi dokumentasi

pelaksanaan yang dikomunikasikan kepada pasien dan keluarga dalam

kurun waktu 24 jam sebelum pasien keluar dari rumah sakit.

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Discharge planning

Menurut penelitian Rhadiatul (2017) berberapa faktor perawat yang

mempengaruhi pelaksanaan discharge planning yaitu motivasi yang

dimiliki oleh perawat dan cara yang komunikatif dalam penyampaian

informasi kepada pasien dan keluarga sehingga informasi akan lebih jelas

untuk dapat dimengerti oleh pasien dan keluarga. Pengetahuan perawat

merupakan kunci keberhasilan dalam pendidikan kesehatan. Pengetahuan

yang baik akan mengarahkan perawat pada kegiatan pembelajaran pasien

dan keluarga, sehingga dapat menerima informasi sesuai dengan

kebutuhan.

Menurut Potter & Perry (2005) faktor yang mempengaruhi

keberhasilan dalam pemberian pendidikan kesehatan yang berasal dari

pasien sebagai berikut:

a. Motivasi

Motivasi merupakan keinginan pasien untuk belajar. Apabila

motivasi pasien tinggi, maka pasien akan antusias untuk

mendapatkan informasi tentang kondisinya dan perawatan tindak

lanjut untuk meningkatkan kesehatannya.


b. Sikap positif

Sikap positif pasien terhadap penyakit dan perawatan akan

mempermudah pasien untuk menerima informasi ketika dilakukan

pendidikan kesehatan.

c. Emosi

Emosi stabil akan mempermudah pasien menerima informasi yang

disampaikan, sedangkan perasaan cemas atau perasaan negatif

lainnya dapat mengurangi kemampuan pasien untuk menerima

informasi.

d. Usia

Tahap perkembangan yang berhubungan dengan usia berperan

dalam penerimaan informasi yang akan disampaikan. Semakin

dewasa usia, maka kemampuan menerima informasi semakin baik

karena didukung oleh pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.

e. Kemampuan belajar

Kemampuan belajar seringkali berhubungan dengan tingkat

pendidikan yang dimiliki. Semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang maka kemampuan dalam menerima informasi dapat

lebih mudah.

f. Kepatuhan

Kepatuhan pasien adalah perilaku pasien sesuai dengan ketentuan

yang diberikan oleh profesional kesehatan dari pendidikan

kesehatan yang telah disampaikan. Kepatuhan dari pendidikan


kesehatan tersebut merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi keberhasilan dari discharge planning.

g. Dukungan

Dukungan dari keluarga dan orang sekitar sangat mempengaruhi

proses percepatan kesembuhan seorang pasien. Keluarga akan

melanjutkan perawatan pasien dirumah setelah pasien dipulangkan.

Memberikan informasi kesehatan kepada keluarga dapat membantu

mempercepat proses kesembuhan pasien dan dukungan yang baik

akan mempengaruhi keberhasilan suatu pendidikan kesehatan dan

juga mempengaruhi keberhasilan discharge planning.

2.6 Unsur Discharge planning

Menurut Discharge planning Association (2008) mengemukakan

bahwa unsur perencanaan pemulangan meliputi informasi pemberi

layanan, waktu, tanggal, dan lokasi untuk kontrol, pengobatan di

rumah yang mencakup resep obat baru, daftar obat yang harus

tersedia saat di rumah dan yang harus dihentikan. Form informasi

obat pada Discharge planning berisi daftar nama obat, dosis,

frekuensi dan efek samping yang dapat terjadi pada pasien. Selain

itu, pada form discharge planning juga berisi tentang kebutuhan

pemeriksaan penunjang medis yang dianjurkan beserta

persiapannya. Informasi mengenai pilihan gaya hidup, perubahan

aktivitas dan latihan, diet yang dianjurkan dan pembatasannya,

petunjuk perawatan diri misalnya perawatan luka, pemakaian obat

juga dapat dituliskan dalam form discharge planning.


2.7 Pemberian layanan discharge planning

Proses discharge planning harus dilakukan secara

komprehensif dengan melibatkan multidisiplin, mencakup semua

pemberi layanan kesehatan yang terlibat dalam pelayanan kesehatan

yang terlibat dalam pelayanan kesehatan kepada pasien (Perry and

Potter, 2006). Discharge planning tidak hanya melibatkan pasien

tetapi juga keluarga, teman-teman, serta pemberi layanan kesehatan.

Seseorang yang merencanakan pemulangan atau coordinator asuhan

berkelanjutan (continuing care coordinator) adalah staf rumah sakit

yang berfungsi sebagai konsultan untuk proses discharge planning

bersamaan dengan fasilitas kesehatan, menyediakan pendidikan

kesehatan, dan merencanakan, mengimplementasikan discharge

planning (Discharge planning association, 2008).

Seseorang discharge planning bertugas membuat rencana,

mengkoordinasikan, memonitor dan memberikan tindakan dan

proses kelanjutan perawatan. Discharge planning ini menempatkan

perawat pada posisi yang penting dalam proses perawatan pasien dan

dalam team discharge planning rumah sakit, pengetahuan dan

kemampuan perawatan melalui proses discharge planning. Perawat

dianggap sebagai seseorang yang memiliki kompetensi lebih dan

punya keahlian dalam melakukan pengkajian secara akurat,

mengelola dan memiliki komunikasi yang baik dan memahami

setiap kondisi dalam masyarakat (Carrol and Dowling, 2007).

Prinsip-prinsip dalam perencanaan pulang antara lain: pasien


merupakan focus dalam perencanaan pulang sehingga nilai

keinginan dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi,

kebutuhan pasien diindentifikasi lalu dikaitkan dengan masalah yang

timbul di rumah dapat segera diantisipasi, perencanaan pualng

dilakukan secara kolaboratif karena merupakan pelayanan

multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerjasama, tindakan atau

rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan

pengetahuan/ sumber daya maupun fasilitas yang tersedia di

masyarakat (Nursalam, 2016 dalam Darnanik, 2018)

2.8 Penerima discharge planning

Pasien rawat inap memerlukan discharge planning untuk

perawatan lanjutan saat berada di rumah (Discharge planning

Association, 2016), tetapi beberapa pasien beresiko tidak dapat

memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan lanjutan, contohnya

pasien penderita penyakit terminal atau pasien dengan kecacatan

permanen (Rice, 1992 dalam Perry and Potter, 2006). Pasien dan

anggota keluarga harus mendapatkan informasi tentang rencana

pemulangan sebelum keluar dari rumah sakit sehingga diharapkan

dapat melakukan perawatan lanjutan dengan optimal (Medical

Mutual of Ohio, 2008). Menurut Standar nasional Akreditasi Rumah

Sakit (2018) rumah sakit menetapkan kreteria pasien yang menerima

discharge planning antara lain: umur, tidak adanya mobilitas, perlu

bantuan medik dan keperawatan terus menerus, serta bantuan

melakukan kegiatan sehari-hari.


2.9 Keberhasilan Discharge planning

Keberhasilan pelaksanaan discharge planning dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain: keterlibatan pasien, keluarga dan

partisipasi tenaga kesehatan lain, komunikasi antara perawat dan

pasien, waktu yang dimiliki perawat untuk melaksanakan discharge

planning, perjanjian dan konsensus serta personil pelaksana discharge

planning (Poglitsch, L.A., Emery, M., & Darragh, 2011).

Menurut Potter & Perry (2005) dalam Radhiatul (2017)

keberhasilan yang diharapkan setelah dilakukan discharge planning

ditunjukkan seperti :

1) Pasien dan keluarga memahami diagnosa, antisipasi tingkat

fungsi, obat-obatan dan tindakan pengobatan untuk proses

transisi atau kepulangan, mengetahui cara antisipasi

kontinuitas perawatan serta tindakan yang akan dilakukan

pada kondisi kedaruratan.

2) Pendidikan diberikan kepada pasien dan keluarga untuk

memastikan perawatan yang tepat setelah pasien pulang

sesuai dengan kebutuhan.

3) Koordinasi sistem pendukung dimasyarakat yang

memungkinkan pasien untuk membantu pasien dan

keluarga kembali ke rumahnya dan memiliki koping yang

adaptif terhadap perubahan status kesehatan pasien.


4) Melakukan koordinasi system pendukung pelayanan

kesehatan untuk kontinuitas perawatannya.

2.10 Mekanisme Discharge planning

Proses pelaksanaan discharge planning dilakukan melalui 5 tahap

yaitu

1. Seleksi pasien

Tahap ini meliputi identifikasi pasien yang membutuhkan

discharge planning, semua pasien membutuhkan pelayanan, tetapi

pemberian discharge planning lebih diprioritaskan bagi pasien

yang mempunyai risiko lebih tinggi memiliki kebutuhan akan

pelayanan khusus. Slevin 1996 mendeskripsikan karakteristik

pasien yang membutuhkan discharge planning dan rujukan ke

pelayanan kesehatan adalah pasien yang kurang pengetahuan

tentang rencana pengobatan, isolasi social, diagnosa baru penyakit

kronik, operasi besar, perpanjangan masa penyembuhan dari

operasi besar atau penyakit, ketidakstabilan mental atau emosi,

penatalaksanaan perawatan dirumah yang kompleks, kesulitan

financial, ketidakmampuan menggunakan sumber-sumber rujukan,

serta pasien yang sakit pada tahap terminal.

2. Pengkajian

Pengkajian discharge planning berfokus pada 4 area, yaitu

pengkajian fisik dan psikososial, status fungsional, kebutuhan


penkes dan konseling. Zwicker dan Picariello (2003)

mengemukakan bahwa prinsip-prinsip dalam pengkajian adalah:

a. Pengkajian dilakukan pada saat pasien masuk dan berlanjut

selama perawatan.

b. Pengkajian berfokus pada pasien dewasa yang berisiko tinggi

tidak tercapainya hasil discharge.

c. Pengkajian meliputi :

1) Status fungsional (kemampuan dalam aktivitas sehari-hari dan

fungsi kemandirian).

2) Status kognitif (kemampuan pasien dalam berpartisipasi dalam

proses discharge planning dan kemampuan mempelajari informasi

baru).

3) Status psikologi pasien, khususnya pengkajian terhadap depresi.

4) Persepsi pasien terhadap kemampuan perawatan diri.

5) Kemampuan fisik dan psikologik keluarga dalam perawatan

pasien.

6) Kurangnya pengetahuan berkaitan kebutuhan perawatan

kesehatan setelah pulang.

7) Faktor lingkungan setelah pulang dari rumah sakit.

8) Kebutuhan dukungan formal dan informal keluarga dalam

memberikan perawatan yang benar dan efektif.

9) Review pengobatan dan dampaknya.

10) Akses ke pelayanan setelah pulang dari rumah sakit.


Dalam mengkaji kebutuhan pendidikan kesehatan pasien, perawat

harus mempertimbangkan hal-hal berikut (Rankin & Stallings, 2001),

yaitu: informasi yang dibutuhkan oleh pasien dan keluarga, perilaku yang

perlu evaluasi, ketrampilan yang dibutuhkan pasien untuk menunjukkan

perilaku sehat serta faktor-faktor lingkungan pasien yang dapat dirubah

untuk menunjukkan perilaku yang diinginkan.

3. Perencanaan

Dalam perencanaan diperlukan adanya kolaborasi dengan team

kesehatan lainnya, diskusi dengan keluarga dan pemberian penkes sesuai

pengkajian. Pendekatan yang digunakan pada discharge planning

difokuskan pada 6 area penting dari pemberian penkes yang dikenal

dengan istilah ”METHOD” dan disesuaikan dengan kebijakan masing-

masing rumah sakit (Slevin, 1996).

M : Medication

Pasien diharapkan mengetahui tentang: nama obat, dosis yang harus di

komsumsi, waktu pemberiannya, tujuan penggunaan obat, efek obat,

gejala yang mungkin menyimpang dari efek obat dan hal-hal spesifik lain

yang perlu dilaporkan.

E : Environment

Pasien akan dijamin tentang: instruksi yang adekuat mengenai

ketrampilanketrampilan penting yang diperlukan di rumah, investigasi dan

koreksi berbagai bahaya di lingkungan rumah, support emosional yang

adekuat, investigasi sumber-sumber dukungan ekonomi, investigasi

transportasi yang akan digunakan klien


T : Treatment

Pasien dan keluarga dapat: mengetahui tujuan perawatan yang akan

dilanjutkan di rumah, serta mampu mendemonstrasikan cara perawatan

secara benar.

H : Health

Pasien akan dapat: mendeskripsikan bagaimana penyakitnya atau

kondisinya yang terkait dengan fungsi tubuh, mendeskripsikan makna-

makna penting untuk memelihara derajat kesehatan, atau mencapai derajat

kesehatan yang lebih tinggi

O : Outpatient Referral

Pasien dapat: mengetahui waktu dan tempat untuk kontrol kesehatan,

mengetahui dimana dan siapa yang dapat dihubungi untuk membantu

perawatan dan pengobatannya.

D : Diet

Pasien diharapkan mampu: mendeskripsikan tujuan pemberian diet,

merencanakan jenis-jenis menu yang sesuai dengan dietnya.

4. Sumber daya

Mengidentifikasi sumber daya pasien terkait dengan kontinuitas perawatan

pasien setelah pulang dari rumah sakit, seperti keluarga yang akan

merawat, financial keluarga, nursing home atau pusat rehabilitasi.

5. Implementasi dan Evaluasi

a. Prinsip umum dalam implementasi discharge planning adalah :

1) Discharge planning harus berfokus pada kebutuhan pasien dan

keluarga.
2) Hasil pengkajian dijadikan sebagai pedoman strategi pelaksanaan

3) Hasil pengkajian akan menentukan kebutuhan pendidikan kesehatan

yang dibutuhkan setelah pasien pulang dari rumah sakit.

4) Data pengkajian dapat memprediksikan outcome pasien setelah pulang

dari rumah sakit.

5) Discharge planning dimulai saat pasien masuk bertujuan untuk

memperpendek hari rawatan.

b. Stategi untuk memastikan kontinuitas perawatan pasien

Stategi untuk memastikan kontinuitas perawatan pasien dikenal dengan 4

C yaitu Communication, Coordination, Collaboration dan Continual

Reassesment.

1) Communication

Komunikasi dilakukan secara multidisiplin melibatkan pasien dan

keluarga saat pertama pasien masuk rumah sakit, selama masa perawatan

dan saat pasien akan pulang. Komunikasi dapat dilakukan secara tertulis

dan hasil dokumentasi merupakan pengkajian kebutuhan perawatan pasien

berupa ringkasan pasien dirumah sakit. Komunikasi verbal dilakukan

mengenai status kesehatan dilakukan pada pasien, keluarga, profesional

lain dan pelayanan kesehatan untuk rujukan setelah pulang dari rumah

sakit.

2) Coordination

Dalam proses discharge planning harus melakukan koordinasi dengan

team multidisiplin serta dengan unit pelayanan rujukan setelah pasien


pulang dari rumah sakit. Komunikasi harus jelas dan bisa meyakinkan

bahwa pasien dan keluarga memahami semua hal yang dikomunikasikan.

3) Collaboration

Kolaborasi dilakukan oleh perawat dengan seluruh team yang terlibat

dalam perawatan pasien, disamping itu adanya kolaborasi antara perawat

dengan keluarga dengan memberikan informasi tentang riwayat kesehatan

masa lalu pasien, kebutuhan biopsikososial serta hal – hal yang berpotensi

menghambat proses kontinuitas perawatan.

4) Continual Reasssesment

Proses discharge planning bersifat dinamis, sehingga status kesehatan

pasien akan selalu berubah sesuai pengkajian yang dilakukan secara

kontinyu dan akurat.


2.11 Alur Discharge planning

Menyambut kedatangan pasien


Pasien masuk Orientasi ruangan, jenis pasien, peraturan dan
denah ruangan
Memperkenalkan pasien pada teman sekamar,
perawat, dokter dan tenaga kesehatan lain
Melakukan pengkajian keperawatan

Pasien dirawat Pemeriksaan klinis dan penunjang yang lain


Melakukan asuhan keperawatan
Penyuluhan kesehatan ; penyakit, perawatan,
pengobatan, diet, aktivitas

Perencanaan pulang
Pasien keluar

Penyelesaian Lain-lain
administrasi

Program HE :
- Pengobatan/control
Monitoring oleh - Kebutuhan nutrisi
petugas kesehatan - Aktivitas dan Istirahat selama
dan keluarga di rumah

Gambar 2.1 Alur Discharge planning


Terdapat beberapa tahap discharge planning antara lain sebagai berikut :

1. Pre (saat pasien masuk ruangan)

Pada tahapan ini mencakup kegiatan yang dimulai dari kedatangan

pasien, mengorientasikan ruangan, jenis pasien, peraturan ruangan, serta

denah ruangan, memperkenalkan pasien pada perawat, tenaga medis

maupun kesehatan lainnya, mengkaji keluhan yang dirasakan pasien dan

menyampaikan kepada keluarga tentang masa perawatan.

2. Intra (selama masa perawatan)

Pasien dengan masa perawatan juga memerlukan discharge

planning yang meliputi pemeriksaan klinis dan penunjang yang akan

dilakukan. Selain itu pada tahap intra dilakukan penyuluhan kesehatan

mengenai penyakit pasien, perawatan, pengobatan, diet, serta aktivitas.

Asuhan keperawatan yang dilakukan berdasarkan masalah yang timbul

hingga evaluasi hasil intervensi selama dirawat.

3. Post (persiapan pasien pulang)

Pada tahap ini terdapat beberapa tindakan yang dapat diberikan kepada

pasien sebelum paien diperbolehkan pulang antara lain sebagai berikut :

1) Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi

angka kekambuhan atau komplikasi serta meningkatkan pengetahuan

pasien dan keluarga dalam perawatan di rumah. Adapun pendidikan

kesehatan tersebut mencakup waktu dan tempat kontrol, diet/nutrisi yang


dikonsumsi, aktivitas istirahat, kebersihan diri. Selain itu obat yang

dikonsumsi perlu dijelaskan kepada keluarga dan pasien meliputi dosis,

cara pemberian serta efek samping obat yang mungkin muncul. Sebelum

memberikan pendidikan kesehatan perawat perlu menggali dulu

pemahaman keluarga dan klien tentang materi yang akan disampaikan.

Kemudian lakukan evaluasi bertahap dari hal-hal yang sudah disampaikan

untuk mengetahui tentang pemahaman klien. Selama pendidikan kesehatan

dilakukan, berikan kesempatan bertanya kepada keluarga ataupun klien.

Perawat perlu meyakinkan pemahaman keluarga agar pasien tidak kembali

dengan kasus yang sama.

2) Program pulang bertahap

Pada intervensi ini bertujuan untuk melatih pasien untuk kembali ke

lingkungan keluarga yang diharapkan paien serta keluarga faham tentang

apa yang harus dilakukan.

3) Rujukan

Integritas pelayanan kesehatan mempunyai hubungan langsung antar

keperawatan komunitas atau praktik mandiri keperawatan dengan rumah

sakit.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Discharge planning merupakan salah satu komponen dalam

aplikasi manajemen keperawatan untuk peningkatan mutu pelayanan

keperawatan yang profesional. Discharge planning merupakan suatu

proses yang dinamis dan dan sistematis dari penilaian, persiapan, serta

koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan pengawasan

pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang.

Salah satu tujuan dari discharge planning adalah untuk membantu pasien

dan keluarga dalam memahami permasalahan, pencegahan yang harus

ditempuh sehingga dapat mengurangi angka kambuh dan penerimaan

kembali di rumah sakit. Manfaat dari discharge planning adalah untuk

memberikan tindak lanjut secara sistematis guna memberikan perawatan

lanjutan pada pasien, mengevaluasi pengaruh dari rencana yang telah

disusun dan mengidentifikasi adanya kekambuhan atau perawatan baru

yang dibutuhkan serta membantu pasien supaya mandiri dan siap untuk

melakukan perawatan di rumah.

3.2 Saran

1) Bagi Rumah Sakit

Diharapkan institusi dapat menerapkan tahap-tahap dari discharge planning untuk

memberikan asuhan keperawatan pada pasien secara tepat.


2) Bagi Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa dapat menambah pengetahuan mengenai tata pelaksanaan

discharge planning dalam memberikan asuhan keperawatan.

3) Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat dapat memahami tujuan dan manfaat dari discharge

planning.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Nursalam, M. N. (Hons) (2014) Manajemen Keperawatan Aplikasi

Keperawatan Profesional. 4th edn. Edited by A. Suslia. Jakarta: Salemba

Medika.

Marliany, H., Permana, Y. and Permatasari, I. (2017) ‘Pelaksanaan Discharge

planning di Rumah Sakit’, Jurnal Ilmiah Keperawatan, 13(1), pp. 2–7.

Doengoes EM, Moorhouse MF, & Murr AC. (2007). Nursing Diagnosis Manual :

Planning, Individualizing and Documenting Client Care. Edition Two. FA

Davis Company. Philladelphia

Nursalam, (2011). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik

Keperawatan Profesional. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

A Potter & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,

Proses, dan Praktik Volume 1. Alih bahasa: Yasmin Asih et al. Edisi 4. Jakarta:

EGC.

Rhadiatul, Aulia Sari Junaidi (2017) Analisis Pelaksanaan Discharge planning

Dan Faktor - Faktor Determinannya Pada Perawat Di Ruang Rawat Inap Rsud

Jambak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017. Diploma Thesis, Universitas

Andalas.

Darnanik, W. (2018) Pengembangan Model Discharge planning Berbasis

Knowledge Management Seci Model Sebagai Upaya Peningkatan

Kemandirian Activity Daily Living Di Rsu Mohammad Noer Pamekasan.

Universitas Airlangga.
Darliana, D. 2012. Discharge planning dalam Keperawatan. Literatur Review.
https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/0902106040-3-BAB%20II
%20Discharge%20Planning%20&%20Tingkat%20Kepuasan%20Pasien.pdf

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Fundamentals of nursing; konsep, proses dan
praktik, 4 th ed.USA: Elsevier Mosby.

Carpenito, L.J. (2009). Nursing care plans & documentation: Nursing diagnosis
and collaborative problems. 5th edition. Philadelphia: Wolter Kluwer
Health. Lippincott William & Wilkins.
Discharge planning Association.(2008). Discharge Planning. Diakses dari
http;//www.dischargeplanning.org.au//index.http pada tanggal 26 Maret
2017
Graham, J., R. Gallagher, & J. Borthe. (2013). Nurses’ discharge planning and
risk assessment: behaviours, understanding and barriers. Journal of Clinical
Nursing 2013, 22, 2338-2346
Kozier, B., et al. 2004. Fundamentals of nursing concepts process and practice. 1
st volume, 6 th edition. New jersey : pearson / prentice hall
Morris, J., Winfield, L & Young, K. (2012), Registered nurses’ perceptions of the
discharge planning process for adul patients in an acute hospital. Jurnal of
nursing education and practice, Vol. 2, no. 1.
Nursalam & Efendi, F. (2008). Pendidikan dalam keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Okatiranti. (2015). Gambaran pengetahuan dan sikap perawat dalam pelaksanaan
discharge planning pada pasien diabetes mellitus type II. Jurnal Ilmu
Keperawatan, Vol III, No. 1, April 2015.
Owyoung, P. (2010). Role of a nurse in discharge planning.
http://www.ehow.com/about_6367124_role-nurse-discharge-planning.html
#ixzz1H14p8zop
Tomura, H., Yamamoto, M.N., Nagata, Murashima, S., & Suzuki, S. (2011). Creating an agreed
discharge: discharge planning for clients with high care needs. J Clin Nurs. PubMed. Doi:
10.1111/j.1365- 2702.2010.03556.x. PMID: 21219523.
Lampiran
ROLE PLAY DISCHARGE PLANNING

ROLE PLAY DISCHARGE PLANNING I


A. Pelaksanaan Kegiatan :
Topik : Discharge planning perawatan klien dengan diagnosa medis
Diabetes
Melitus dengan Luka Gangren
Hari/tanggal : Rabu, 22 April 2018
Waktu : 13.30
Tempat : Ruang Krisan
Pelaksana : Karu, Katim, PA
Sasaran : Klien dan keluarga klien (Nursalam, 2011)
B. Pengorganisasian
Kepala Ruangan
Ketua Tim
Perawat Pelaksana / PA
Keluarga Pasien
C. Instrumen
a. Status klien
b. Format discharge planning (terlampir)
c. Leaflet (terlampir)
d. Obat-obatan, hasil laboratorium dan pemeriksaan penunjang
D. Mekanisme Kegiatan
Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana
Persiapan 1) Karu mengucapkan salam 10 Menit Ruang KARU
kemudian menanyakan bagaimana
KARU
persiapan Ketua Tim untuk
pelaksanaan discharge planning
2) Ketua Tim sudah siap dengan
KATIM
status klien dan format discharge
planning KATIM
3) Menyebutkan masalah-masalah
KATIM
klien
4) Menyebutkan hal-hal yang perlu
diajarkan pada klien dan keluarga.
5) Karu memeriksa kelengkapan
discharge planning
Pelaksanaa 1) Karu membuka acara discharge 30 Menit Bed KARU,
planning
n Pasien KATIM, PA
2) Ketua Tim dibantu PA
menyampaikan pendidikan
kesehatan, dan menjelaskan
tentang :
a. Memotivasi pasien untuk
mematuhui diet yang sudah
ditetapkan yaitu rendah lemak,
rendah glukosa, tinggi serat
sebagai cara efektif untuk
mengendalikan lemak darah,
gula darah dan kolesterol.
b. Menjelaskan tanda-tanda
hipoglikemi (kadar gula darah
turun) seperti mengantuk,
binggung, lemas, keringat
dingi, mula muntah.
c. Menjelaskan pentingnya
merawat kaki dan mencegah
luka seperti tidak memakai
sepatu yang sempit harus
memakai alas kaki, hindari
kulit yang lembab
d. Jaga luka tetap bersih dan
kering
e. Hindari penekanan yang lama
pada kaki yang luka
f. Menganjurkan tetap untuk
kontrol gula darah secara rutin
g. Menjelaskan jangan
menghentikan terapi obat tanpa
konsultasi dengan dokter
h. Minum obat secara teratur
i. Informasi kepada klien tentang
perawatan kaki
 Anjurkan pada klien dan
keluarga untuk
membersihkan kaki dengan
sabun terutama disela-sela
jari

 Potong kuku jari kaki


mengikuti lekukkan jari kaki
jangan memotong kuku
berbentuk lurus pada tepinya
karena dapat menyebabkan
tekanan pada jari-jari yang
berdekatan
 Hati-hati saat mengikir tepi
kuku yang kasar untuk
mencegah kerusakan kuku
 Hindari merendam kaki
berlama-lama dan
mengunakan air panas
 Gunakan pelembab untuk
kulit yang kering
 Pakai kaos kaki yang terawat
dari bahan kualitas baik
 Anjurkan klien untuk
melakukan latihan kaki
untuk mempertahankan
sirkulas
j. Informasi kepada klien mengenai
alas kaki
 Hindari berjalan tanpa alas
kaki
 Anjurkan klien untuk
memakai sepatu yang pas,
tidak sempit
 Periksa sepatu dari benda
asing setiap hari
 Hindari memakai kaos kaki
yang sempit
 Gunakan sepatu yang terbuat
dari bahan yang menyerap
 Ganti sepatu bila sudah rusak
3) Ketua Tim menanyakan kembali
kepada klien dan keluarga tentang
materi yang telah disampaikan
4) Ketua Tim mengucapkan terima
kasih
5) Pendokumentasian
6) Timbal balik antara Karu, Ketua
Tim, PA dengan keluarga klien
Penutup Karu memberikan pujian dan 2 menit Ruang KARU
masukan atau saran kepada Ketua
KARU
Tim dan PA
DIALOG SKENARIO ROLE PLAY DISCHARGE PLANNING

Kepala Ruangan : Nahrowi


Ketua Tim : Siti Arifah
Perawat Pelaksana / PA : Febi M
Keluarga Pasien : Wahyu Antoro

Pada tanggal 2 Mei 2014 datang seorang pasien bernama Tn. Wahyu di Ruang
Penyakit Dalam melati RSUD dr. Soetomo Surabaya, dengan diagnosa medis
Diabetes melitus dengan luka Gangren di tungkai kaki sebelah kiri.

Karu : “selamat pagi pak ?”


Pasien : “pagi sus”
Karu : “selamat datang di Rs dr. Soetomo, saya perawat Rowi kepala
ruangan di ruangan ini dan ini perawat siti yang bertugas pada pagi
ini, mohon maaf dengan Bapak siapa ?”
Pasien :” Pak Wahyu”
PP :”baik pak wahyu, apa yang anda keluhkan pada pagi hari ini ?”
Pasien :”lemas, dan pusing sekali sus”
PP :” ada lagi selain
Pasien :” tidak ada sus”
Karu :”o.. gitu ya pak, nanti dokter yang akan menangani Bapak akan
segera datang.
Sambil menunggu dokter, karena disini Bapak baru datang perawat
siti akan mengenalkan Bapak dengan keluarga mengenai peraturan
dan fasilitas yang ada di ruangan ini. Tujuannya untuk menjaga
kenyaman Bapak selama dirawat disini, apakah Bapak bersedia?”
Pasien :”iya, boleh”
PP :”baiklah bapak, waktunya tidak lama sekitar 10 menit saja, bapak
bisa dengan
tetap berbaring di tempat tidur”
PP :”sebelumnya saya akan membacakan peraturan untuk ruangan ini
terlebih
dahulu, pertama mengenai jam kunjung, di RS ini, jam kunjungan
dibatasi karena untuk menjaga kenyamanan klien. Jam kunjungan
pagi jam 09.00 samapai jam 11.00, kunjungan sore dari jam 14.00
sampai jam 17.00, pengunjung yang masuk ruangan maksimal 2
orang, jadi apabila ada kerabat keluarga Bapak yng berkunjung lenih
dari 2 orang disediakan ruangan untuk bergantian menjenguk.
Sebelum dilanjutkan ada yang ingin ditanyakan ?”
Pasien :” sementara tidak ada su
PP :”baiklah kalau begitu kita lanjut ya Pak. Selanjutnya saya akan
mengenalkan
lingkungan dan fasilitas yang ada diruangan ini. Tempat tidur ini
bisa dinaikkan bagian atas dan bawahnya, ini ada pemutarannya
yang sebelah kanan untuk menaikkan bagian kaki dan yang kiri
untuk menaikkan bagian kepala. Disebelah kanan TT ada lemari
kecil disana nanti bisa dipakai untuk menyimpan pakaian ganti untuk
bapak dan keluarga. Dibagian kiri dekat pintu ada kamar mandi, jadi
nanti bapak bisa mandi atau buang air disini. Diatas TT ada bel, jika
bapak membutuhkan sesuatu atau jika pada keadaan darurat silahkan
menekan bel. Selain itu diruangan ini tidak diperkenankan merokok
dan mohon bantuananya untuk menjaga kebersihan ruangan untuk
kenyamanan bersama. Bagaimana ada yang ingin ditanyakan ?”
Pasien :”tidak ada sus, sudah cukup jelas”
PP :”baiklah kalau begitu Bapak istirahat dulu, nanti 10 menit lagi dokter
akan kesini
untuk memeriksa keadaan Bapak”
Pasien :”iya sus, terima kasih”
PP :”sama-sama pak, terima kasih atas kerjasamanya. Saya permisi dulu
ya pak?”
Pasien :”iya sus”

Setelah 10 menit kemudian dokter visite memeriksa pasien Wahyu. Setelah selesai
diperiksa PP menyampaikan: kemungkinan penyakit pasien, perkiraan lama
pasien dirawat, intervensi keperawatan/medis yang biasa dilakukan di ruangan,
biaya perawatan,

PP :”selamat pagi Pak Wahyu?”


Pasien :”selamat pagi sus”
PP :”bagaimana perasaan bapak setelah diperiksa dokter?”
Pasien :”baik sus, pusingnya sedikit berkurang”
PP :” o. Gitu ya Pak. Baik pak Wahyu disini saya akan meyampaikan
kemungkinan
penyakit bapak yaitu DM, perkiraan perawatan bapak diruangan ini
selama 1 minggu, kemudian untuk tindakan yang biasanya dilakukan
untuk pasien seperti kondisi bapak adalah rawat luka karena luka
dikaki bapak apabila tidak dirawat akan semakin parah dan sulit
sembuh. Untuk biaya keperawatan dan lain-lain seperti obat dan alat
nanti akan direkap diruangan dan diserahkan ke keluarga bapak
untuk dilunasi, bagaimana Pak Wahyu, apakah sudah jelas?”
Pasien :”iya sus sudah cukup jelas”
PP :”baik pak Wahyu, selain saya nanti juga ada perawat Febi yang akan
merawat
bapak selama diruangan ini. Untuk perawat Febi nanti akan merawat
bapak pada dinas sore, nanti akan saya perkenalkan ya pak”
Pasien :”iya sus”
PP :”baik pak wahyu, silahkan istirahat kembali, dan terima kasih atas
kerjasamanya”
Pasien :”baik sus”

Sebelum dinas sore dimulai, PP merencanakan dan mendelegasikan tindakan


keperawatan kepada PA untuk dinas siang.
Setelah 6 hari dirawat pasien Wahyu diperbolehkan pulang karena kondisinya
sudah membaik. Untuk itu Karu beserta TIM di Ruang Melati akan melakukan
tindakan Discharge planning.

Tahap Persiapan di ruang Karu

Karu :”selamat pagi rekan-rekan, agenda kita pagi hari ini untuk pasien
Wahyu adalah
melakukan Discharge planning karena kondisi pasien sudah
membaik dan memungkinkan untuk perawatan dirumah, Bagaimana
persiapan katim/PP dari pasien wahyu?”
PP/Katim :”baik, untuk persiapan discharge lanning pada pasien wahyu sudah
siap. Status
pasien dan format discharge planning sudah dipersiapkan.
Untuk masalah pada pasien saat ini adalah luka pada kaki sebelah
kiri pasien yang memungkinkan untuk kambuh kembali sehingga
perlu diinformasikan kepada pasien dan keluraga mengenai diet,
tempat kontrol, cara perawatan kaki dirumah, dan tanda-tanda terjadi
kekambuhan dan kegawatan pada pasien”
Karu :”baik, terima kasih untuk katim. Untuk coba berkas2nya saya periksa
dulu”
PP :”baik pak ini berkas2nya beserta format discharge planningnya”

Setelah Karu memeriksa kelengkapan berkas, Karu beserta TIM ke ruangan


pasien untuk melakukan discharge planning

Tahap pelaksanaan

Karu :”selamat pagi pak Wahyu, bagaimana kabar bapak hari ini?”
Pasien :”selamat pagi pak. Alhamdulillah semakin baik”
Karu :”alhamdulilah, hari ini ada kabar gembira untuk bapak. Jadi hari ini
bapak
diperbolehkan untuk pulang. Namun sebelum pulang keluarga harus
mengurus administrasi”
Pasien :”mohon maaf Pak untuk administrasinya sudah diurus semua, ini
berkas2nya”
Karu :”o.. baik, bagus sekali kalau begitu. Namun ada satu hal lagi yang
perlu
dilakukan terkait dengan kepulangan Bapak. Ini nanti suster siti dan
febi akan menyampaikan hal-hal yang terkait dengan perawatan
bapak dirumah, bagaimana apakah bapak bersedia?”
Pasien :”iya pak, boleh. Silahkan”
PA :”baik pak disini sya akan menyampaikan beberapa hal, yaitu yang
pertama :
1) Bapak harus mematuhui diet yang sudah ditetapkan yaitu rendah
lemak,
rendah glukosa, tinggi ini untuk mengendalikan lemak darah,
gula darah dan kolesterol. (beras merah, hindari asin, jeroan,
masakan bersantan, dan olah raga yang teratur)
2) Tanda-tanda hipoglikemi (kadar gula darah turun) seperti
mengantuk, binggung, lemas, keringat dingi, mula muntah maka
bapak harus segera mencari bantuan untuk segera ke yankes.
3) Perawatan kaki dan mencegah luka baru seperti tidak memakai
sepatu yang sempit harus memakai alas kaki, hindari kulit yang
lembab.
4) Jaga luka tetap bersih dan kering
5) Hindari penekanan yang lama pada kaki yang luka
6) Tetap kontrol gula darah secara rutin
7) Jangan menghentikan terapi obat tanpa konsultasi dengan dokter
8) Minum obat secara teratur

PA :”bagaimana ada yang ditanyakan pak ?”


Pasien :”tidak ada sus”
PP :”baik kalau tidak ada, kita lanjutkan pak ya, selain yang disampaikan
perawat
febi tadi hal ini juga perlu bapak dan kelurga ketahui, yaitu:
1. Cara perawatan kaki
 bapak sendiri atau bisa dibantu keluarga harus membersihkan
kaki dengan sabun terutama disela-sela jari
 potong kuku jari kaki mengikuti lekukkan jari kaki jangan
memotong kuku berbentuk lurus pada tepinya karena dapat
menyebabkan tekanan pada jari-jari yang berdekatan
 hati-hati saat mengikir tepi kuku yang kasar untuk mencegah
kerusakan kuku
 hindari merendam kaki berlama-lama dan mengunakan air
panas
 gunakan pelembab untuk kulit yang kering
 pakai kaos kaki yang terawat dari bahan kualitas baik
 latihan kaki untuk mempertahankan sirkulasi
2. Mengenai alas kaki
 hindari berjalan tanpa alas kaki
 pakai sepatu yang pas, tidak sempit
 periksa sepatu dari benda asing setiap hari
 hindari memakai kaos kaki yang sempit
 gunakan sepatu yang terbuat dari bahan yang menyerap
 ganti sepatu bila sudah rusak
PP :”bagaimana pak sudah jelas?”
Pasien :”sudah sus”
PP :”coba bapak ulangi lagi”

Pasien menyampaikan kembali materi yang telah diajarkan dengan baik

PP :”bagus sekali pak wahyu, saya kira bapak cukup paham dengan apa
yang
disampaikan oleh perawat. Terima kasih atas kerjasamanya.”
Pasien :”iya sus, sama-sama”
Karu :”baik pak wahyu, saya kira semua sudah disampaikan dan bapak
sudah paham.
Sekarang bapak dan keluarga diperbolehkan untuk bersiap-siap
meninggalkan ruangan ini. Dan kami mohon maaf apabila selama
perawatan bapak disini ada yang kurang. Semoga bapak sehat
selalu.”
Pasien :”iya pak, tidak apa-apa. Terima kasih banyak”
Karu :”iya pak sama-sama. selamat pagi pak”
Pasien :”selamat pagi”

Kemudian Karu dan TIM kembali keruangan

Tahap penutup

Karu :”terima kasih atas kerjasama rekan-rekan semua, saya kira untuk
kegiatan
discharge planning pada pagi hari ini cukup bagus, namun saya
harap untuk kedepannya lebih ditingkatkan lagi untuk kenyamanan
dan kepuasan pasien dan kelurga”
PP/PA :”baik pak”.
Karu :”baik selamat bertugas kembali, dan tetap jaga diri dan semangat”
PP/PA :” baik Pak”

Anda mungkin juga menyukai