Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Discarge planning merupakan salah satu elemen penting di dalam asuhan
keperawatan. Menurut RCP 2021 “Discarge planning adalah suatu proses dimana
mulainya pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang di ikuti dengan kesinambungan
perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat
kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya. Discarge
planning menunjukan beberapa proses formal yang melibatkan tiem dan memiliki
tanggung jawab untuk mengatur perpindahan kelompok orang kekelompok lainnya
http://perawat191291.blogspot.com
Discarge planning atau pemulangan menjadi isu yang sangat penting akhir- akhir ini.
Dengan masuknya Discarge planning dalam standar akreditasi rumah sakit baik versi
KARS maupun JCI menjadikan semua rumah sakit di tuntut untuk mampu melaksanakan
proses Discarge planning dengan baik. Perawat sebagai salah satu pemberi asuhan wajib
memahami discharge planning beserta urgensinya agar dapat memberikan asuhan yang
berkualitas bagi pasiennya.https://putranusantarab16.blogspot.com
Dimasa lalu pasien yang di pulangkan dari rumah sakit “segera mungkin dan masih
sakit” sehingga membuat keadaan makin kritis. Riset yang dilakukan medicAsid
menyatakan 40 % pasien lebih dari 65 tahun mengalami medication Errors setelah
meninggalkan rumah sakit, sekitar 18 % dari yang di pulangkan, dirawat ulang setelah di
pulangkan selama 30 hari, sehingga hal ini tidak baik bagi pasien, Rumah sakit, jaminan
asuransi bahkan keuangan pasien sendiri. Oleh karena itu Discharge planning dan Follow-
up yang baik akan meningkatkan kesehatan pasien baik selama di rumah sakit maupun
setelah post perawatan di Rumah sakit serta menurunkan readmissions serta biaya
pelayanan kesehatan. (Silvi dan Norman ,2021)
Di Indonesia semua pelayanan rumah sakit telah merancang bentuk format discharge
planning. Akan tetapi discharge planning kebanyakan di pakai hanya dalam bentuk
pendokumentasian pasien pulang ( Susmadi dan Nurhayati 2011). Hal ini sesuai dengan
penelitian Febriayanti (2012) yang menyatakan bahwa ada rumah sakit yang sudah
mempunyai standar operasional discharge planning pasien, namun masih ada juga rumah
sakit yang hanya menggunakan dan membuat discharge planning dalam catatan ringkas
pasien pulang http://perawat191291.blogspot.com
1
Perawat adalah satu anggota team Discarge planner, perawat mengkaji setiap pasien
dengan mengumpulkan dan menggunakan data dengan atau bersama pasien dan keluarga,
memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu dalam
mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal dan
mengevaluasi kesinambungan asuhan keperawatan. Hal ini merupakan usaha keras
perawat demi kepentingan pasien untuk mencegah dan meningkatkan kondisi kesehatan
pasien, dan sebagai anggota tim kesehatan perawat berkolaborasi dengan tim lain untuk
merencanakan, melakukan tindakan, berkordinasi dan memfasilitasi total care dan juga
membantu pasien memperoleh tujuan utamanya dalam meningkatkan derajat
kesehatannya.
Menurut Reshidi at all(2016) komunikasi antara perawat dan pasien dalam
pelaksanaan discharge planning sangat penting yang harus diperhatikan oleh perawat.
Perawat harus mampu memilih komunikasi yang dapat mudah dimengerti oleh pasien
ketika memberikan penjelasan mengenai kondisi pasien.
Survey awal yang dilakukan penulis yaitu dengan wawancarai 6 orang perawat di
BKIM mengenai discarge planning, 4 orang mengungkapkan discharge planning adalah
semacam Format yang telah di isi yang di berikan ke pasien, di sana memuat kapan datang
lagi ke rumah sakit, apa saja pantangan dan yang harus di kerjakan oleh pasien selama
perawatan dan obat obatan yang di berikan, serta perawatan di rumah sampai dia datang
control kembali. Dan 1 orang mengatakan bahwa discharge planning di lakukan di
ruangan tersebut untuk memenuhi kelengkapan administrasi pasien pulang ketika
membolehkan pasien pulang, dan tuntutan ISO. 1 orang mengatakan tidak tahu. Dari
semua wawancara ada 5 orang yang mengatakan belum pernah melihat bentuk format
discharge planning di BKIM.
Melihat dari bentuK dan isian format Discharge planning yang ada BKIM tergolong
sederhana, dan kelihatan item yang di tampilkan masih racu dan kurang tepat, Kelihatan
dari membandingkan dengan teorinya, dan pernah beberapa kali penulis melihat isian
format discharge planning yang berikan ke pasien ada beberapa isian yang kosong.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk menulis makalah
tentang dicharge planning ini.
1.2 Rumusan Masalah
 Apa pengertian dan fungsi discharge planning ?

2
 Bagaimana konsep dan bentuk format discarge planning di BKIM apakah
sama dengan teory ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
 Perawat mengetahui konsep tentang discharge planning dalam asuhan
keperawatan pasien dan mengetahui peran perawat dalam discharge
planning.
 Kedepannya BKIM diharapkan bisa merevisi format discharge planning
yang lebih baik lagi
1.3.2 Tujuan khusus
Perawat mampu memahami pengertian discharge planning
Perawat mengetahui manfaat discarge planning
Perawat mengetahui prinsip discarge planning
Perawat mengetahui komponen discarge planning
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi institusi
Menambah referensi tentang konsep discarge planning .
1.4.2 Bagi perawat
Menambah pengetahuan tentang konsep discarge planning dalam management
keperawatan agar dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara konfehensi pada
pasien.
1.4.3 Bagi pembaca
Menambah pengetahuan tentang discarge planning dan diharapkan bisa
menurunkan jumlah kekambuhan, dan penurunan jumlah kunjungan rumah sakit.

3
BAB II
TINJAUN TERORITIS

2.1 Pengertian discart planning


Discarge planning ( perencanaan pasien pulang ) Merupakan komponen sisitem
keperawatan yang berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan klien secara berkelanjutan
dan bantuan untuk perawatan yang berkelanjutan pada klien dan membantu keluarga
untuk menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik pada saat tepat dan sumber yang
tepat dengan harga terjangkau. Menurut carpenito2009; kozier 2004 discarge planning
adalah proses mempersiapkan pasien yang di rawat di rumah sakit agar mampu mandiri
merawat diri pasca rawatan (https://sholar.unand.ic.id )
Perencanaan pulang (Discharge Planning) menurut National Council Of Sosial
Service/ NCSS (2006) adalah suatu rencana pulang pada pasien yang di tulis di lembar
catatatan medis yang merupakan tujuan dari perencanaan perawatan pasien, yang akhirnya
bertujuan untuk memperdayakan klien untuk membuat keputusan dan berupaya untuk
memaksimalkan potensi hidup secara mandiri, dan untuk memperdayakan pasien degan
melalui dukungan dan sumber – sumber yang ada dalam keluarga dan masyarakat (Silvi
dan Norman, 2021)

2.2 Tujuan discar planning


Tujuan utama adalah membantu klien dan keluarga untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal. Discarge planning yang efektif juga menjamin perawatan
yang berkelanjutan di saat keadaan yang penuh dengan stress. Menurut Nursalam
(2011)“Discage planning bertujuan untuk memberikan pelayanan terbaik untuk
menjamin keberlanjutan asuhan yang berkualitas” (https://scholar.unand.ic.id , 2019)
Seorang discharge planners bertugas membuat rencana, mengkordinasi dan
memonitor dan memberikan tindakan proses kelanjutan perawatan (Powel, 1996).
Harper, 1998 mengatakah bahwa perawat di anggap sebagai seseorang yang memiliki
kompetensi lebih dan punya keahlian dalam melakukan pengkajian secara akurat,
mengelola dan memiliki komunikasi yang baik dan menyadari setiap kondisi dalam
masyarakat ( https://sinta.unud.ic.id, 2017)

2.3 Manfaat Discart Planning


Manfaat Discharge Planning Menurut Doengoes, Moorhause & Murr, 2016

4
1. Bermanfaat dalam dalam menurunkan jumlah kekambuhan
2. Menurunkan perawatan kembali dan keruang kedaruratan yang tidak perlu
kecuali untuk beberapa diagnose
3. Membantu klien untuk memahami kebutuhan setelah perawatan di rumah sakit
4. Dapat di gunakan sebagai bahan dokumentasi keperawatan

Menurut Nursalam 2016, manfaat discharge planning ;

1. Memberi tindak lanjut secara sistematis guna memberikan perawatan lanjutan


kepada pasien
2. Mengevaluasi pengaruh dari rencana yang telah di susun
3. Mengidentifikasi adanya kekambuhan dan perawatan baru yang di butuhkan
4. Membantu pasien supaya mandiri dan siap untuk melakukan perawatan di
rumah.

2.4. Prinsip Discart Planning


Menurut Silvi dan Norman 2021, Ketika melakukan discharge Planning dari
suatu lingkungan ke lingkungan yang lain, ada beberapa prinsip yang harus di ikuti di
perhatikan yaitu:
a. Discharge planning harus merupakan proses multidisiplin, dimana sumber2
mempertemukan kebutuhan pasien dengan pelayanan kesehatan di tempatkan
dalam satu tempat.
b. Prosedur Dischage Planning harus dilakukan secara konsisten dan kualitas
tinggi pada semua pasien.
c. Rencana pemulangan pasien mempertimbangkan pelayanan penunjang dan
kelanjutan pelayanan medis
d. Kebutuhan pemberian asuhan ( care giver) juga harus di kaji
e. Pasien harus di pulangkan pada lingkungan yang aman dan ade kuat
f. Keberlanjutan perawatan antar lingkungan merupakan hal yang utama, bila
memungkinkan merujuk ke fasilitas kesehatan berbadan hukum secara
spesifik.
g. Informasi tentang menyususnan pemulangan harus di informasikan antara tim
kesehatan dengan pasien / Care giver ( Pengasuh), dan kemampuan terakhir di
sediakan dalam bentuk tertulis tentang perawatan kelanjutan.

5
h. Kebutuhan atas kepercayaan dan budaya pasien harus di pertimbangkan ketika
menyusun discharge Planning.
i. Discharge planning berisi :
 Diagnosa masuk, diagnose keluar, diagnose keperawatan
 Obat- obatan yang masih di minum
 Nasehat, aktifitas dan istirahat
 Tanggal, tempat Kontrol
 Hasil pemeriksaan yang di bawa pulang
 Kedaan waktu pulang
 Fasilitas terdekat yang bisa di hubungi

Berikut beberapa karakteristik indikasi kebutuhan discharge planning yang harus


di pertimbangkan:

 Berfokus pada pasien. Nilai, keinginan dan kebutuhan pasien merupakan


hal penting dalam perencanaa.
 Kebutuhan dasar pasien pulang harus di indentifikasi pada waktu masuk
dan terus di pantau pada masa perawatan.
 Kriteria evaluasi menjadi panduan dalam menilai keberhasilan dan
implementasi dan evaluasi secara periodic.

Beberapa cara penyampaian menurut Silvi dan Norman 2021

 Ikut sertakan keluarga dalam proses pemulangan pasien


 Gunakan bahasa yang jelas dan ringkas
 Jelaskan langkah langkah dalam melaksanakan suatu perawatan
 Perkuat penjelasan lisan dengan intruksi tertulis
 Motivasi pasien untuk mengikuti langkah langkah tersebut dalam
melakukan perawatan dan pengobatan
 Kenali tanda tanda komplikasi dan gejala komplikasi yang harus di
laporkan pada tim kesehatan.
 Berikan nama dan no telepon fasilitas kesehatan terdekat yang dapat di
hubungi pasien.
j. Prioritas pasien yang mendapatkan Discarge Planning
 Umur diatas 70 thn.

6
 Resiko kematian yang tinggi
 Terbatas mobilitas fisik
 Keterbatasan merawat diri sendiri
 Penurunan status kognitif
 Resiko terjadi cidera
 Tuna wisma
 Fakir miskin
 Penyakit kronis
 Pasien diagnosis baru
 Penyalah gunaan zat
 Sering keluar masuk emergensi.
2.5. Tahap tahap discart planning
2.5.1 Pengkajian
Pengkajian mencangkup pengumpulan dan pengorganisasian data tentang klien
Ketika melakukan pengkajian kepada klien keluaga merupakan bagian dari unit
perawatan. Klien dan keluarga harus akti di libatkan dalam proses discharge planning
agar transaksi dari rumah sakit ke rumah dapat efektif. Elemen penting dari discharge
planning adalah
1. Data kesehatan
2. Data pribadi
3. Pemberi perawatan
4. Lingkungan
5. Keungan dan pelayanan yang dapat mendukung

2.5.2 Diagnosa

Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkaian discharge planning, di


kembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga.Keluarga sebagai
unit perawatan memberi dampak terhadap anggota keluarga yang membutuhkan
perawatan. Keluarga penting untuk menentukan apakah masalah itu actual atau
pontensial

7
2.5.3 Hasil yang di harapkan

Menurut Luverne & Barbara (1998), perencanaan pemulangan pasien


membutuhkan identifikasi kebutuhan spesifik pasien. Kelompok perawat berfokus
pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk persiapan pulang pasien yang
di singkat dengan “ METHOD”, Yaitu :

1. Medicine ( obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus di lanjutkan setelah pulang

2. Emvironment ( Lingkungan)
Lingkungan tempat tinggalpasien setelah pulang dari rumah sakit
sebaiknya aman. Pasien juga sebaiknya mempunyai fasilitas pelayanan
yang di butuhkan untuk kontunuitas perawatannya

3. Trieatment ( Pengobatan )
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah
Pasien pulang, yang di lakukan oleh klien atau anggota keluarga. Jika hal
ini tidak memungkinkan perencanaan harus di buat sehingga seseorang
dapat berkunjung ke rumah untuk memberikan keterampilan perawatan.

4. Healt teaching (Penkes)


Klien yang akan pulang sebaiknya di beritahu bagaimana cara
mempertahankan kesehatan. Termasuk tanda dan gejala yang
mengindikasikan kebutuhan perawatan kesehatan tambahan.

5. Outpatient referral
Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen komunitas
lain yang dapat meningkatakan perawatan yang continue.

6. Diet
Klien sebaiknya di beritahu tentang pembatasan dietnya. Pasien sebaiknya
mampu memilih diet yang sesuai dengan dirinya maupun penyakitnya.

2.5.4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral.
Seluruh pengajaran yang di berikan harus harus di dokumentasikan pada

8
cataatan perawat dan ringkasan pulang ( Discarge planning). Intruksi tertulis
di berikan kepada pasien. Demontrasi uang harus memuaskan. Klien dan
pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan dan melakukan nya degan alat
yang ada di rumah.

Penyerahan home care di buat sebelum pasien pulang. Informasi


tentang pasien dan perawatannya harus di berikan kepada keluarga pasien.
Seperti informasi tentang pembedahan pengobatan ( termasuk kebutuhan
terapycairan di rumah. Transfortasi harus tersedia pada saat ini

2.6. Evaluasi

Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja


proses discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus di teliti degan
cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai. Evaluasi berjalan
terus menerus dan membutuhkan revisi dan juga perubahan.

Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya di pulangkan biasanya


dilakukan seminggu setelah pasien berada di rumah. Ini dapat di lakukan melalui
telepon kuisioner atau kunjungan rumah. ( Home visit).

2.7. Penatalaksanaan

Penata laksanaan dapat di bedakan dalam dua bagian yaitu penata laksanakan
yang dilakukan sebelum hari pemulangan dan penata laksanakan pada hari
pemulangan .

a. Persiapan sebelum hari pemulangan pasien


 Menganjurkan cara merubah rumah demi memenuhi kebutuhan pasien
 Mempersiapkan pasien dan keluarga degan memberikan informasi tentang
sumber sumber pelayanan kesehatan komunitas. Rujukan dapat dilakukan
sekalipun pasien masih di rumah.
 Setelah menentukan segala hambatan untuk belajaa serta kemauan untuk
belajar, mengadakan sesi pengajaran dengan pasien dan keluarga secepat
mungkin selama di rawat di rumah sakit ( Seperti tanda dan gejala terjadi
komplikasi kepatuhan terhadap pengobatan, kegunaan alat- alat medis,

9
perawatan lanjutan, diet, latihan pembatasan yang di sebabkan oleh
penyakit ataupun pembedahan)
 Komunikasikan respon pasien dan keluarga terhadap penyuluhan dan
usulan perencanaan pulang pada anggota tim kesehatan lain yang terlibat
dalam perawatan pasien.
b. Penatalaksanaan pada hari pemulangan
 Periksa intruksi pemulangan dokter masukan dalam terapi dan kebutuhan akan
alat- alat medis yang khusus ( intruksi harus dilakukan sedini mungkin)
 Tentukan/ fasilitasi kendaraan pulang
 Berikan informasi tentang jadwal control/ periksa dokter
 Kursi roda untuk pasien yang tidak mampu beralan ke kendaraan jemput
pasien
 Bantu pasien menuju kursi roda
 Bantu pasien pindah ke mobil.
2.7 Tindakan Keperawatan Pada waktu perencanaan waktu pulang
Tindakan perawatan yang di berikan pada waktu perennaaan pulang yaitu meliputi :
 Pendidikan.
Pendidikan kesehatan diharapkan mampu mengurangi angka kambuh dan
meningkatkan pengetahuan pasien.
 Program pulang bertahap
Bertujuan untuk melatih pasien kembali kelingkungan keluarga dan masyarakat
antara lain apa yang harus di lakukan pasien di rumah sakit apa yang di lakukan
keluarga.
 Rujukan
Intergritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan lansung antara
perawatan dan rumah sakit sehingga dapat mengetahui perkembangan pasien di
rumah
2.8 Kriteria pasien pulang

 Pasien di perbolehkan pulang berdasarkan status kesehatan


 Saat pasien tidak memerlukan lagi perawatan rumah sakit sebaiknya pasien di
pulangkan dan memperoleh discharge planning yang sesuai.

10
 Yang berwenang memutuskan pasien pulang atau tidak adalah dokter penanggung
jawab pelayanan (DPJP)
 Lakukan penilaian pasien secara menyeluruh ( holistic)
 Tentukan tempat perawatan selanjutnya.

2.9. Hak pasien sebelum di pulangkan


 Memperoleh informasi yang lengkap mengenai diagnosis, assessment
medis,Rencana perawatan, detail kontak yang dapat di hubungi dan informasi
relevan lainnya.
 Terlibat sepenuhnya dalam discharge planning dirinya, bersama degan
kerabat,carer atau teman pasien
 Di berika surat pemulangan yang resmi
 Memperoleh akses untuk memberikan complain mengenai peraturan discharge
planning dan memperoleh penjelasannya.
2.10. Jenis pemulangan pasien
1. Kontitional discharge ( Pulang sementara atau cuti)
2. Absolute discharge ( Pulang mutlak atau selamanya) cara ini merupakan akhir dari
pada hubungan pasien dengan rumah sakit. Namun apabila pasien pelu dirawat
kembali maka prosedur perawatan dapat di lakukan kembali.
3. Judical Discarge ( Pulang paksa) Kondisi inipasien diperbolehkan pulang walaupun
kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapimpasien harus di
pantau degan melakukan kerja sama dengan perawat puskesmas terdekat.
2.10 Hal – hal yang perlu dimperhatikan dalam discart planning
Meskipun pasien telah di pulangkan, penting bagi pasien dan keluarga mengetahui
apa yang telah di laksanakan dan bagaimana mereka dapat meneruskan untuk
meningkatkan status kesehatan pasien. Selain itu ringkasan pulang tersebut dapat di
sampaiakn oleh perawat/praktisi/ perawat home care dan mungkin di kirim ke dokter
primer/ dokter yang telibat untuk di masukan ke dalam catatan institusi untuk
meningkatkan kesinambungan perawatan dengan perawatan yang kontinue kearah
tujuan dan pemantauan kebutuhan yang berubah ( Doengues & Moourhouse, 2000)
Discarge planning harus di sesuaikan degan
1. Kebutuhan klien, tersedianya tim kesehatan
2. Derajat Penyakit
3. Hasil yang di harapkan dari perawatan
11
4. Durasi perawatan yang di butuhkan
5. Jenis2 Pelayanan yang di butuhkan
6. Komplikasi tambahan
7. Ketersediaan sumber sumber

12
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Penerapan Discart Planning di BKIM

Pada temuan audit ISO 9001: 2008 di dapatkan temuan oleh auditor external yaitu
tidak adanya format discharge planning sehingga itu di masukan dalam temuan kesalahan
minor, dan di minta membuat format discharge planning . Untuk memenuhi standar ISO tim
ruang observasi menyusun format discharge planning ini dan memberi penomoran format
discharge planning tersebut. Pada kunjungan audit tahun berikutnya petugas ruang observasi
di minta untuk memperlihatkan lembar discharge planning, dan temuan minor tentang
discharge planning bisa diperbaiki.

3.2 Penerimaan Perawat terhadap discarge planning di BKIM


Menurut pengamatan penulis discharge planning ini masih tergolong baru di lingkup
kerja BKIM, belum banyak yang mengetahui bentuk format yang ada BKIM. Yang membuat
dan menjalankan discharge planning hanya di ruangan observasi saja. Karena di ruangan
itulah peroses pemulangan pasien yang telah dioperasi dan diobservasi terjadi. Perawat yang
berdinas diruang Observasi yang selalu memberikan discharge planning ini.
Ada beberapa keuntungan bagi perawat mengenai penerapan discharge planning seperti :
1. Merasakan keahlian nya dapat di terima dan dapat di gunakan
2. Memahami perannya dalam system
3. Dapat mengembangkan keterampilan dalam prosedur baru
4. Bekerja dalam suatu system yang efektif

3.4 Format Discarge Planning Di BKIM

Discar planning di buat dalam bentuk lembaran atau blangko, jumlahnya satu helai
saja di situ di tulis beberapa item seperti Nama, no reg, no MR alamat , tgl masuk dx medis,
tgl operasi,aturan dietobat –obatan , aktifitas dan istirahat, tgl control berikutnya.

Bentuk dan Isi format discar planning di sesuaikan dengan kebutuhan rawatan pasien
di BKIM. Disainnya menyesuaikan dan tidak banyak item- item yang di tampilkan,
mengingat BKIM adalah pelayanan kesehatan khusus mata.

13
Dibawah ini contoh format discharge planning di BKIM :

14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Discarge planning ( perencanaan pasien pulang ) Merupakan komponen
sisitem keperawatan yang berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan klien secara
berkelanjutan dan bantuan untuk perawatan yang berkelanjutan pada klien dan
membantu keluarga untuk menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik pada
saat tepat dan sumber yang tepat dengan harga terjangkau. Pendapat lain mengatakan
Discarge planning adalah proses mempersiapkan pasien yang di rawat di rumah sakit
agar mampu mandiri merawat diri pasca sakit di rumah .
Discage planning bertujuan untuk memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin
keberlanjutan asuhan yang berkualitas”
Beberapa Kriteria pasien pulang menurut teory diantaranya : Pasien di
perbolehkan pulang berdasarkan status kesehatannya, pasien tidak memerlukan lagi
perawatan rumah sakit ,Yang berwenang memutuskan pasien pulang atau tidak adalah
dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP).

Menurut buku ada beberapa prioritas pasien yang mendapatkan Discarge Planning,
untuk BKIM sendiri ada 3 poin dari beberapa poin yang si syaratkan para pakar yaitu :
Terbatas mobilitas fisik, keterbatasan merawat diri sendiri dan resiko cidera.

Berikut perbedaan dan kesamaan teory dengan pelaksanaan discharge Planning di


BKIM yang penulis simpulkan kemudian penulis tampilkan dengan berbentuk skema
supaya pembaca mudah memahami.

MENURUT TEORY PELAKSANAAN DI BKIM


a. Discharge planning berisi :
 Diagnosa masuk, diagnose keluar,  Diagnosa masuk saja
diagnose keperawatan  Obat- obatan yang masih di minum
 Obat- obatan yang masih di minum  Nasehat, aktifitas dan istirahat
 Nasehat, aktifitas dan istirahat  Tanggal, tempat Kontrol
 Tanggal, tempat Kontrol  Keadaan waktu pulang
 Hasil pemeriksaan yang di bawa pulang  Aturan diet ?

15
 Kedaan waktu pulang
 Fasilitas terdekat yang bisa di hubungi
b. Prioritas pasien yang mendapatkan
Discarge Planning :
 Umur diatas 70 thn.  Terbatas mobilitas fisik
 Resiko kematian yang tinggi  Keterbatasan merawat diri sendiri
 Terbatas mobilitas fisik  Resiko terjadi cidera
 Keterbatasan merawat diri sendiri
 Penurunan status kognitif
 Resiko terjadi cidera
 Tuna wisma
 Fakir miskin
 Penyakit kronis
 Pasien diagnosis baru
 Penyalah gunaan zat
 Sering keluar masuk emergensi.

c.Beberapa kriteria pasien pulang


 Pasien di perbolehkan pulang
berdasarkan status kesehatan
 Saat pasien tidak memerlukan lagi  Saat pasien tidak memerlukan lagi
perawatan rumah sakit sebaiknya pasien perawatan rumah sakit sebaiknya pasien
di pulangkan dan memperoleh di pulangkan dan memperoleh discharge
discharge planning yang sesuai. planning yang sesuai.
 Yang berwenang memutuskan pasien  Yang berwenang memutuskan pasien
pulang atau tidak adalah dokter pulang atau tidak adalah dokter
penanggung jawab pelayanan (DPJP) penanggung jawab pelayanan (DPJP)
 Lakukan penilaian pasien secara  Tentukan tempat perawatan selanjutnya.
menyeluruh ( holistic)
 Tentukan tempat perawatan selanjutnya.

d. Tindakan Keperawatan Pada


waktu perencanaan waktu pulang

16
 Pendidikan.  Pendidikan.
Pendidikan kesehatan diharapkan Pendidikan kesehatan diharapkan mampu
mampu mengurangi angka kambuh dan mengurangi angka kambuh dan
meningkatkan pengetahuan pasien. meningkatkan pengetahuan pasien

 Program pulang bertahap.


Bertujuan untuk melatih pasien kembali
kelingkungan keluarga dan masyarakat
antara lain apa yang harus di lakukan
pasien di rumah sakit apa yang di
lakukan keluarga.
 Rujukan
Intergritas pelayanan kesehatan harus
mempunyai hubungan lansung antara
perawatan dan rumah sakit sehingga
dapat mengetahui perkembangan pasien
di rumah

Ada 7 macam yang di muat dalam blangko Discarge palnning menurut teory ,
namun pada pelaksanaan di BKIM ada 5 macam dari yang 7 ( tujuh )yang di pakai.
Penambahan 1 ( satu) lagi mengenai “aturan diet” di ambil dari contoh blangko yang
ada di salah satu blog di goegle
Beberapa Kriteria pasien pulang menurut teory diantaranya : Pasien di
perbolehkan pulang berdasarkan status kesehatannya, pasien tidak memerlukan lagi
perawatan rumah sakit ,Yang berwenang memutuskan pasien pulang atau tidak adalah
dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP).
Menurut buku ada beberapa prioritas pasien yang mendapatkan Discarge Planning,
untuk BKIM sendiri ada 3 poin dari beberapa poin menurut teori yaitu : Terbatas
mobilitas fisik, keterbatasan merawat diri sendiri dan resiko cidera.

4.2 Saran
4.2.1 Bagi Unit pelayanan di ruang Observasi

17
Dapat melaksanakan tahap2 Discarge Planning dalam memberi asuhan
keperawatan secara tepat.
Dapat meninjau ulang kembali format discharge planning
4.2.2 Bagi pembaca
Diharapkan bisa memambah pengetahuan tentang cara pelaksanaan discharge
planning dalam memberikan asuhan keperawatan secara tepat.

18

Anda mungkin juga menyukai