PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Discarge planning merupakan salah satu elemen penting di dalam asuhan
keperawatan. Menurut RCP 2021 “Discarge planning adalah suatu proses dimana
mulainya pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang di ikuti dengan kesinambungan
perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat
kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya. Discarge
planning menunjukan beberapa proses formal yang melibatkan tiem dan memiliki
tanggung jawab untuk mengatur perpindahan kelompok orang kekelompok lainnya
http://perawat191291.blogspot.com
Discarge planning atau pemulangan menjadi isu yang sangat penting akhir- akhir ini.
Dengan masuknya Discarge planning dalam standar akreditasi rumah sakit baik versi
KARS maupun JCI menjadikan semua rumah sakit di tuntut untuk mampu melaksanakan
proses Discarge planning dengan baik. Perawat sebagai salah satu pemberi asuhan wajib
memahami discharge planning beserta urgensinya agar dapat memberikan asuhan yang
berkualitas bagi pasiennya.https://putranusantarab16.blogspot.com
Dimasa lalu pasien yang di pulangkan dari rumah sakit “segera mungkin dan masih
sakit” sehingga membuat keadaan makin kritis. Riset yang dilakukan medicAsid
menyatakan 40 % pasien lebih dari 65 tahun mengalami medication Errors setelah
meninggalkan rumah sakit, sekitar 18 % dari yang di pulangkan, dirawat ulang setelah di
pulangkan selama 30 hari, sehingga hal ini tidak baik bagi pasien, Rumah sakit, jaminan
asuransi bahkan keuangan pasien sendiri. Oleh karena itu Discharge planning dan Follow-
up yang baik akan meningkatkan kesehatan pasien baik selama di rumah sakit maupun
setelah post perawatan di Rumah sakit serta menurunkan readmissions serta biaya
pelayanan kesehatan. (Silvi dan Norman ,2021)
Di Indonesia semua pelayanan rumah sakit telah merancang bentuk format discharge
planning. Akan tetapi discharge planning kebanyakan di pakai hanya dalam bentuk
pendokumentasian pasien pulang ( Susmadi dan Nurhayati 2011). Hal ini sesuai dengan
penelitian Febriayanti (2012) yang menyatakan bahwa ada rumah sakit yang sudah
mempunyai standar operasional discharge planning pasien, namun masih ada juga rumah
sakit yang hanya menggunakan dan membuat discharge planning dalam catatan ringkas
pasien pulang http://perawat191291.blogspot.com
1
Perawat adalah satu anggota team Discarge planner, perawat mengkaji setiap pasien
dengan mengumpulkan dan menggunakan data dengan atau bersama pasien dan keluarga,
memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu dalam
mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal dan
mengevaluasi kesinambungan asuhan keperawatan. Hal ini merupakan usaha keras
perawat demi kepentingan pasien untuk mencegah dan meningkatkan kondisi kesehatan
pasien, dan sebagai anggota tim kesehatan perawat berkolaborasi dengan tim lain untuk
merencanakan, melakukan tindakan, berkordinasi dan memfasilitasi total care dan juga
membantu pasien memperoleh tujuan utamanya dalam meningkatkan derajat
kesehatannya.
Menurut Reshidi at all(2016) komunikasi antara perawat dan pasien dalam
pelaksanaan discharge planning sangat penting yang harus diperhatikan oleh perawat.
Perawat harus mampu memilih komunikasi yang dapat mudah dimengerti oleh pasien
ketika memberikan penjelasan mengenai kondisi pasien.
Survey awal yang dilakukan penulis yaitu dengan wawancarai 6 orang perawat di
BKIM mengenai discarge planning, 4 orang mengungkapkan discharge planning adalah
semacam Format yang telah di isi yang di berikan ke pasien, di sana memuat kapan datang
lagi ke rumah sakit, apa saja pantangan dan yang harus di kerjakan oleh pasien selama
perawatan dan obat obatan yang di berikan, serta perawatan di rumah sampai dia datang
control kembali. Dan 1 orang mengatakan bahwa discharge planning di lakukan di
ruangan tersebut untuk memenuhi kelengkapan administrasi pasien pulang ketika
membolehkan pasien pulang, dan tuntutan ISO. 1 orang mengatakan tidak tahu. Dari
semua wawancara ada 5 orang yang mengatakan belum pernah melihat bentuk format
discharge planning di BKIM.
Melihat dari bentuK dan isian format Discharge planning yang ada BKIM tergolong
sederhana, dan kelihatan item yang di tampilkan masih racu dan kurang tepat, Kelihatan
dari membandingkan dengan teorinya, dan pernah beberapa kali penulis melihat isian
format discharge planning yang berikan ke pasien ada beberapa isian yang kosong.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk menulis makalah
tentang dicharge planning ini.
1.2 Rumusan Masalah
Apa pengertian dan fungsi discharge planning ?
2
Bagaimana konsep dan bentuk format discarge planning di BKIM apakah
sama dengan teory ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Perawat mengetahui konsep tentang discharge planning dalam asuhan
keperawatan pasien dan mengetahui peran perawat dalam discharge
planning.
Kedepannya BKIM diharapkan bisa merevisi format discharge planning
yang lebih baik lagi
1.3.2 Tujuan khusus
Perawat mampu memahami pengertian discharge planning
Perawat mengetahui manfaat discarge planning
Perawat mengetahui prinsip discarge planning
Perawat mengetahui komponen discarge planning
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi institusi
Menambah referensi tentang konsep discarge planning .
1.4.2 Bagi perawat
Menambah pengetahuan tentang konsep discarge planning dalam management
keperawatan agar dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara konfehensi pada
pasien.
1.4.3 Bagi pembaca
Menambah pengetahuan tentang discarge planning dan diharapkan bisa
menurunkan jumlah kekambuhan, dan penurunan jumlah kunjungan rumah sakit.
3
BAB II
TINJAUN TERORITIS
4
1. Bermanfaat dalam dalam menurunkan jumlah kekambuhan
2. Menurunkan perawatan kembali dan keruang kedaruratan yang tidak perlu
kecuali untuk beberapa diagnose
3. Membantu klien untuk memahami kebutuhan setelah perawatan di rumah sakit
4. Dapat di gunakan sebagai bahan dokumentasi keperawatan
5
h. Kebutuhan atas kepercayaan dan budaya pasien harus di pertimbangkan ketika
menyusun discharge Planning.
i. Discharge planning berisi :
Diagnosa masuk, diagnose keluar, diagnose keperawatan
Obat- obatan yang masih di minum
Nasehat, aktifitas dan istirahat
Tanggal, tempat Kontrol
Hasil pemeriksaan yang di bawa pulang
Kedaan waktu pulang
Fasilitas terdekat yang bisa di hubungi
6
Resiko kematian yang tinggi
Terbatas mobilitas fisik
Keterbatasan merawat diri sendiri
Penurunan status kognitif
Resiko terjadi cidera
Tuna wisma
Fakir miskin
Penyakit kronis
Pasien diagnosis baru
Penyalah gunaan zat
Sering keluar masuk emergensi.
2.5. Tahap tahap discart planning
2.5.1 Pengkajian
Pengkajian mencangkup pengumpulan dan pengorganisasian data tentang klien
Ketika melakukan pengkajian kepada klien keluaga merupakan bagian dari unit
perawatan. Klien dan keluarga harus akti di libatkan dalam proses discharge planning
agar transaksi dari rumah sakit ke rumah dapat efektif. Elemen penting dari discharge
planning adalah
1. Data kesehatan
2. Data pribadi
3. Pemberi perawatan
4. Lingkungan
5. Keungan dan pelayanan yang dapat mendukung
2.5.2 Diagnosa
7
2.5.3 Hasil yang di harapkan
1. Medicine ( obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus di lanjutkan setelah pulang
2. Emvironment ( Lingkungan)
Lingkungan tempat tinggalpasien setelah pulang dari rumah sakit
sebaiknya aman. Pasien juga sebaiknya mempunyai fasilitas pelayanan
yang di butuhkan untuk kontunuitas perawatannya
3. Trieatment ( Pengobatan )
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah
Pasien pulang, yang di lakukan oleh klien atau anggota keluarga. Jika hal
ini tidak memungkinkan perencanaan harus di buat sehingga seseorang
dapat berkunjung ke rumah untuk memberikan keterampilan perawatan.
5. Outpatient referral
Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen komunitas
lain yang dapat meningkatakan perawatan yang continue.
6. Diet
Klien sebaiknya di beritahu tentang pembatasan dietnya. Pasien sebaiknya
mampu memilih diet yang sesuai dengan dirinya maupun penyakitnya.
2.5.4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral.
Seluruh pengajaran yang di berikan harus harus di dokumentasikan pada
8
cataatan perawat dan ringkasan pulang ( Discarge planning). Intruksi tertulis
di berikan kepada pasien. Demontrasi uang harus memuaskan. Klien dan
pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan dan melakukan nya degan alat
yang ada di rumah.
2.6. Evaluasi
2.7. Penatalaksanaan
Penata laksanaan dapat di bedakan dalam dua bagian yaitu penata laksanakan
yang dilakukan sebelum hari pemulangan dan penata laksanakan pada hari
pemulangan .
9
perawatan lanjutan, diet, latihan pembatasan yang di sebabkan oleh
penyakit ataupun pembedahan)
Komunikasikan respon pasien dan keluarga terhadap penyuluhan dan
usulan perencanaan pulang pada anggota tim kesehatan lain yang terlibat
dalam perawatan pasien.
b. Penatalaksanaan pada hari pemulangan
Periksa intruksi pemulangan dokter masukan dalam terapi dan kebutuhan akan
alat- alat medis yang khusus ( intruksi harus dilakukan sedini mungkin)
Tentukan/ fasilitasi kendaraan pulang
Berikan informasi tentang jadwal control/ periksa dokter
Kursi roda untuk pasien yang tidak mampu beralan ke kendaraan jemput
pasien
Bantu pasien menuju kursi roda
Bantu pasien pindah ke mobil.
2.7 Tindakan Keperawatan Pada waktu perencanaan waktu pulang
Tindakan perawatan yang di berikan pada waktu perennaaan pulang yaitu meliputi :
Pendidikan.
Pendidikan kesehatan diharapkan mampu mengurangi angka kambuh dan
meningkatkan pengetahuan pasien.
Program pulang bertahap
Bertujuan untuk melatih pasien kembali kelingkungan keluarga dan masyarakat
antara lain apa yang harus di lakukan pasien di rumah sakit apa yang di lakukan
keluarga.
Rujukan
Intergritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan lansung antara
perawatan dan rumah sakit sehingga dapat mengetahui perkembangan pasien di
rumah
2.8 Kriteria pasien pulang
10
Yang berwenang memutuskan pasien pulang atau tidak adalah dokter penanggung
jawab pelayanan (DPJP)
Lakukan penilaian pasien secara menyeluruh ( holistic)
Tentukan tempat perawatan selanjutnya.
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada temuan audit ISO 9001: 2008 di dapatkan temuan oleh auditor external yaitu
tidak adanya format discharge planning sehingga itu di masukan dalam temuan kesalahan
minor, dan di minta membuat format discharge planning . Untuk memenuhi standar ISO tim
ruang observasi menyusun format discharge planning ini dan memberi penomoran format
discharge planning tersebut. Pada kunjungan audit tahun berikutnya petugas ruang observasi
di minta untuk memperlihatkan lembar discharge planning, dan temuan minor tentang
discharge planning bisa diperbaiki.
Discar planning di buat dalam bentuk lembaran atau blangko, jumlahnya satu helai
saja di situ di tulis beberapa item seperti Nama, no reg, no MR alamat , tgl masuk dx medis,
tgl operasi,aturan dietobat –obatan , aktifitas dan istirahat, tgl control berikutnya.
Bentuk dan Isi format discar planning di sesuaikan dengan kebutuhan rawatan pasien
di BKIM. Disainnya menyesuaikan dan tidak banyak item- item yang di tampilkan,
mengingat BKIM adalah pelayanan kesehatan khusus mata.
13
Dibawah ini contoh format discharge planning di BKIM :
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Discarge planning ( perencanaan pasien pulang ) Merupakan komponen
sisitem keperawatan yang berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan klien secara
berkelanjutan dan bantuan untuk perawatan yang berkelanjutan pada klien dan
membantu keluarga untuk menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik pada
saat tepat dan sumber yang tepat dengan harga terjangkau. Pendapat lain mengatakan
Discarge planning adalah proses mempersiapkan pasien yang di rawat di rumah sakit
agar mampu mandiri merawat diri pasca sakit di rumah .
Discage planning bertujuan untuk memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin
keberlanjutan asuhan yang berkualitas”
Beberapa Kriteria pasien pulang menurut teory diantaranya : Pasien di
perbolehkan pulang berdasarkan status kesehatannya, pasien tidak memerlukan lagi
perawatan rumah sakit ,Yang berwenang memutuskan pasien pulang atau tidak adalah
dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP).
Menurut buku ada beberapa prioritas pasien yang mendapatkan Discarge Planning,
untuk BKIM sendiri ada 3 poin dari beberapa poin yang si syaratkan para pakar yaitu :
Terbatas mobilitas fisik, keterbatasan merawat diri sendiri dan resiko cidera.
15
Kedaan waktu pulang
Fasilitas terdekat yang bisa di hubungi
b. Prioritas pasien yang mendapatkan
Discarge Planning :
Umur diatas 70 thn. Terbatas mobilitas fisik
Resiko kematian yang tinggi Keterbatasan merawat diri sendiri
Terbatas mobilitas fisik Resiko terjadi cidera
Keterbatasan merawat diri sendiri
Penurunan status kognitif
Resiko terjadi cidera
Tuna wisma
Fakir miskin
Penyakit kronis
Pasien diagnosis baru
Penyalah gunaan zat
Sering keluar masuk emergensi.
16
Pendidikan. Pendidikan.
Pendidikan kesehatan diharapkan Pendidikan kesehatan diharapkan mampu
mampu mengurangi angka kambuh dan mengurangi angka kambuh dan
meningkatkan pengetahuan pasien. meningkatkan pengetahuan pasien
Ada 7 macam yang di muat dalam blangko Discarge palnning menurut teory ,
namun pada pelaksanaan di BKIM ada 5 macam dari yang 7 ( tujuh )yang di pakai.
Penambahan 1 ( satu) lagi mengenai “aturan diet” di ambil dari contoh blangko yang
ada di salah satu blog di goegle
Beberapa Kriteria pasien pulang menurut teory diantaranya : Pasien di
perbolehkan pulang berdasarkan status kesehatannya, pasien tidak memerlukan lagi
perawatan rumah sakit ,Yang berwenang memutuskan pasien pulang atau tidak adalah
dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP).
Menurut buku ada beberapa prioritas pasien yang mendapatkan Discarge Planning,
untuk BKIM sendiri ada 3 poin dari beberapa poin menurut teori yaitu : Terbatas
mobilitas fisik, keterbatasan merawat diri sendiri dan resiko cidera.
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Unit pelayanan di ruang Observasi
17
Dapat melaksanakan tahap2 Discarge Planning dalam memberi asuhan
keperawatan secara tepat.
Dapat meninjau ulang kembali format discharge planning
4.2.2 Bagi pembaca
Diharapkan bisa memambah pengetahuan tentang cara pelaksanaan discharge
planning dalam memberikan asuhan keperawatan secara tepat.
18