Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA

“KONSEP KELUARGA”

OLEH

NERI

Program B 2019

STIKES INDONESIA

TAHUN 2020/20

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan
baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat
kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya.
Discharge Planning menunjukkan beberapa proses formal yang melibatkan team
atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur perpindahan sekelompok orang ke
kelompok lainnya (RCP,2001).
Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan sebagai
discharge planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan
menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah actual dan
potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga,
memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu
dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal
dan mengevaluasi kesinambungan Asuhan Keperawatan. Merupakan usaha keras
perawat demi kepentingan pasien untuk mencegah dan meningkatkan kondisi
kesehatan pasien, dan sebagai anggota tim kesehatan, perawat berkolaborasi
dengan tim lain untuk merencanakan, melakukan tindakan, berkoordinasi dan
memfasilitasi total care dan juga membantu pasien memperoleh tujuan utamanya
dalam meningkatkan derajat kesehatannya.
Discharge planning ini menempatkan perawat pada posisi yang penting dalam
proses pengobatan pasien dan dalam team discharge planner rumah sakit,
pengetahuan dan kemampuan perawat dalam proses keperawatan dapat
memberikan kontinuitas perawatan melalui proses discharge planning
( Naylor,1990 ) . Perawat dianggap sebagai seseorang yang memiliki kompetensi
lebih dan punya keahlian dalam melakukan pengkajian secara akurat, mengelola
dan memiliki komunikasi yang baik dan menyadari setiap kondisi dalam
masyarakat. (Harper, 1998 ).

2
Untuk itu perlu adanya peran perawat yang komprehansif dalam pelaksanaan
discharge planning sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai secara
maksimal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian dari discharge planning?
2. Apa saja tujuan dari discharge planning?
3. Apa saja manfaat discharge planning?
4. Siapa saja pemberi layanan discharge planning?
5. Siapa saja penerima layanan discharge planning?
6. Bagaimana prinsip dari discharge planning?
7. Apa saja jenis dari discharge planning?
8. Bagaimana gambar lembar discharge planning?
9. Bagaimana tahap-tahap dari discharge planning?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari discharge planning
2. Mengetahui dan memahami tujuan dari discharge planning
3. Mengetahui dan memahami manfaat discharge planning
4. Mengetahui dan memahami siapa saja pemberi layanan discharge planning
5. Mengetahui dan memahami siapa saja penerima layanan discharge planning
6. Mengetahui dan memahami bagaimana prinsip dari discharge planning
7. Mengetahui dan memahami apa saja jenis dari discharge planning
8. Mengetahui dan memahami bagaimana gambar lembar discharge planning
9. Mengetahui dan memahami tahap-tahap pelaksanaan discharge planning

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Discharge Planning


 Discharge planning  adalah proses sistematis yang diberikan kepada pasien
ketika akan meninggalkan tempat pelayanan kesehatan, baik pulang kerumah
maupun akan melakukan perawatan dirumah sakit lain (Taylor)
Kozier(2004) mendefinisikan discharge planning sebagai proses
mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang 
lain didalam atau diluar suatu agen pelayanan kesehatan umum.
Jackson(1994) menyatakan bahwa discharge planning merupakan proses
mengidentifikasi kebutuhan pasien dan perencanaannya dituliskan untuk
memfasilitasi keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu lingkungan yang
lain.
Rindhianto (2008) mendefinisikn discharge planning sebagai perencanaan
kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya
tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubunagan dengan kondisi
penyakitnya,
Discharge planning merupakan suatu proses terintegrasi yang terdiri dari fase-
fase yang ditujukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang
berkesinambungan. (Raden dan Tafft, 1990).
Discharge Planning (Perencanaan Pulang) merupakan komponen sistem
perawatan berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan klien secara berkelanjutan
dan bantuan untuk perawatan berlanjut pada klien dan membantu keluarga
menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik, pada saat tepat dan sumber
yang tepat dengan harga yang terjangkau (Doenges & Moorhouse: 94-95).

2.2 Tujuan Dishcharge Planning


Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik
untuk mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang (Carpenito,
1999).

4
Juga bertujuan memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin keberlanjutan
asuhan berkualitas antara rumah sakit dan komunitas dengan memfasilitasi
komunikasi yang efektif (Discharge planning Association, 2008). 
The Royal Marsden  Hospital (2004) menyatakan bahwa tujuan dilakukannya
discharge planning antara lain untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara
fisik dan psikologis untuk di transfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang
dapat disetujui, menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan
pelayanan kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan mereka dalam proses
pemulangan, memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan memastikan
semua fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan telah dipersiapkan untuk
menerima pasien, mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada
pasien, teman- teman, dan keluarga dengan menyediakan, memandirikan aktivitas
perawatan diri. 
Menurut Jipp dan Sirass (1998) discharge planning bertujuan untuk :
a. Menyiapkan klien secara fisik, psikologis dan sosial.
b. Meningkatkan kemandirian klien saat perawatan di rumah.
c. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada klien.
d. Membantu rujukan pada klien pada sistem pelayanan yang lain.
e. Membantu klien dan keluarga agar memiliki pengetahuan, sikap dan
ketrampilan dalam mempertahankan status kesehatan klien.

2.3 Manfaat Discharge Planning


2.3.1 Bagi Pasien
a. Dapat memenuhi kebutuhan pasien.
b. Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses  perawatan sebagai
bagian yang aktif dan bukan objek yang pasif
c. Menyadari haknya untuk dipenuhi
d. Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya untuk memperoleh
support sebelum timbulnya masalah
e. Dapat memilih prosedur perawatannya
f. Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat
dihubungi

5
2.3.2 Bagi Perawat
a. Merasakan bahwa keahliannya diterma dan dapat digunakan
b. Menerima informasi kunci setiap waktu
c. Memahami perannya dalam system
d. Dapat mengembangkan keterampilan dalam prosedur baru
e. Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan cara
yang berbeda
f. Bekerja dalam suatu sistem dengan efektif

2.4 Pemberi Layanan Discharge Planning


Proses discharge planning harus dilakukan secara komprehensif dan
melibatkan multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan kesehatan yang
terlibat dalam  memberi layanan kesehatan kepada pasien (Perry & Potter, 2006).
Discharge planning tidak hanya melibatkan pasien tapi juga keluarga, teman-
teman, serta pemberi layanan kesehatan dengan catatan bahwa pelayanan
kesehatan dan sosial bekerja sama (The Royal Marsden  Hospital, 2004). 
Seseorang yang merencanakan pemulangan atau koordinator asuhan
berkelanjutan (continuing care coordinator) adalah staf rumah sakit yang
berfungsi sebagai konsultan untuk proses discharge planning bersamaan dengan
fasilitas kesehatan, menyediakan pendidikan kesehatan, dan memotivasi staf
rumah sakit untuk merencanakan dan mengimplementasikan discharge planning

(Discharge planning Association, 2008). 

2.5 Penerima Layanan Discharge Planning


Semua pasien yang dihospitalisasi memerlukan discharge planning
(Discharge planning Association, 2008). Namun ada beberapa kondisi yang
menyebabkan pasien beresiko tidak dapat memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan yang berkelanjutan setelah pasien pulang, seperti pasien yang menderita
penyakit terminal atau pasien dengan kecacatan permanen (Rice, 1992 dalam
Perry & Potter, 2005). Pasien dan seluruh anggota keluarga harus mendapatkan
informasi tentang semua rencana pemulangan (Medical Mutual of Ohio, 2008). 

6
2.6 Prinsip Discharge Planning
Ketika melakukan discharge planning dari suatu lingkungan ke lingkungan
yang lain, ada beberapa prinsip yang harus diikuti/diperhatikan. Berikut ini adalah
beberapa prinsip yang dikemukakan oleh The Royal Marsden  Hospital (2004),
yaitu :
1. Discharge planning harus merupakan proses multidisiplin, dimana sumber-
sumber untuk mempertemukan kebutuhan pasien dengan pelayanan kesehatan
ditempatkan pada satu tempat. 
2. Prosedur discharge planning harus dilakukan secara konsisten dengan kualitas
tinggi pada semua pasien
3. Kebutuhan pemberi asuhan (care giver) juga harus dikaji.
4. Pasien harus dipulangkan kepada suatu lingkungan yang aman dan adekuat.
5. Keberlanjutan perawatan antar lingkungan harus merupakan hal yang
terutama.
6. Informasi tentang penyusunan pemulangan harus diinformasikan antara tim
kesehatan dengan pasien/care giver , dan kemampuan terakhir disediakan
dalam bentuk tertulis tentang perawatan berkelanjutan. 
7. Kebutuhan atas kepercayaan dan budaya pasien harus dipertimbangkan ketika
menyusun discharge planning . 

2.7 Jenis Discharge Planning


a. Conditional discharge (pemulangan sementara)
Jika klien pulang dalam keadaan baik dan tidak ada komplikasi, klien pulang
untuk sementara di rumah dan masih dalam proses perawatan dan harus ada
pengawasan dari pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat.
b. Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya)
Jika klien sudah selesai masa perawatan dan dinyatakan sembuh dari
sakitnya. Jika klien perlu perawatan kembali, maka prosedur perawatan dapat
dilakukan kembali.
c. Judocal discharge (pulang paksa)

7
Jika kondisi klien masih perlu perawatan dan belum memungkinkan untuk
pulang, tetapi klien harus dipantau dengan melakukan kerjasama dengan tim
home care rs atau puskesmas terdekat.

8
2.8 Gambar Lembar Discharge Planning

9
2.9 Tahap-tahap Discharge Planning
Proses discharge planning mencakup kebutuhan fisik pasien, psikologis,
sosial, budaya, dan ekonomi. Perry dan Potter (2006) membagi proses discharge
planning atas tiga fase, yaitu akut, transisional, dan pelayanan berkelanjutan. Pada
fase akut, perhatian utama medis berfokus pada usaha discharge planning .
Sedangkan pada fase transisional, kebutuhan pelayanan akut selalu terlihat, tetapi
tingkat urgensinya semakin berkurang dan pasien mulai dipersiapkan untuk
pulang dan merencanakan kebutuhan perawatan masa depan. Pada fase pelayanan
berkelanjutan, pasien mampu untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan
pelaksanaan aktivitas perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan setelah
pemulangan. Perry dan Potter (2005) menyusun format discharge planning
sebagai berikut : 
1) Pengkajian 
Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah :

1. Data kesehatan
Pada pasien dengan gangguan system respirasi perlu dikaji hal-hal sebagai
berikut :
a. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini dan yang telah
lalu.Perawat juga mengkaji keadaan pasien dan keluarganya.Kajian tersebut
berfokus kepada manifestasi klinik keluhan utama, kejadian yang membuat
kondisi sekarang ini, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga,
dan riwayat psikososial.Riwayat kesehatan dimulai dari biografi pasien. Aspek
yang sangat erat hubungannya dengan gangguan sistem pernapasan adalah
usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat kerja dan tempat tinggal.
a) Keluhan Utama
Keluhan utama akan mentukan prioritas intervensi dan mengkaji
pengetahuan pasien tentang kondisinya saat ini. Keluhan utama yang biasa
muncul antara lain :
 Batuk (Cough)
Batuk merupakan gejala utama pada pasien dengan gangguan sistem
pernapasan. Tanyakan berapa lama pasien mengalami batuk dan bagaimana hal

10
tersebut timbul dengan waktu yang spesifik atau hubungannya dengan aktifitas
fisik. Tentukan apakah batuk produktif atau non produktif.
 Peningkatan Produksi Sputum
Sputum merupakan suatu substansi yang keluar bersama dengan batuk
atau bersihan tenggorokan. Percabangan trakheobronkial secara normal
memproduksi sekitar 3ons mukus setiap hari sebagai bagian dari mekanisme
pembersihan normal. Produksi sputum akibat batuk adalah tidak normal.
Tanyakan dan catat warna, konsistensi, bau, dan jumlah dari sputum. Jika
terjadi infeksi, sputum dapat berwarna kuning atau hijau, putih atau kelabu dan
jernih. Pada keadaan edema paru-paru, sputum berwarna merah muda karena
mengandung darah dengan jumlah yang banyak.
 Dispnea
Dispnea merupakan suatu persepsi kesulitan bernapas/napas pendek dan
merupakan perasaan subjektif pasien.Perawat mengkaji tentang kemampuan
pasien saat melakukan aktivitas.
 Hemoptisis
Hemoptisis adalah darah yang keluar dari mulut saat batuk. Perawat
mengkaji apakah darah tersebut  berasal dari paru-paru, perdarahan hidung atau
perut. Darah yang berasal dari paru-paru biasanya berwarna merah terang
karena darah dalam paru-paru distimulasi segera oleh reflek batuk.
 Chest Pain
Nyeri dada dapat berhubungan dengan dengan masalah jantung dan paru-
paru.Gambaran lengkap dari nyeri dada dapat menolong perawat untuk
membedakan nyeri pada pleura, muskuloskeletal, kardiak dan gastrointestinal.
b) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Yang perlu ditanyakan perawat kepada pasien tentang riwayat penyakit
pernapasan adalah:
 Riwayat merokok
Merokok merupakan penyebab utama kanker paru-paru, emfisemia, dan
bronkitis kronis.Semua keadaan itu sangat jarang menimpa. Anamnesis harus
mencangkup usia mulainya merokok secara rutin, rata-rata jumlah rokok yang
dihisap per hari, dan usia menghentikan kebiasaan merokok.

11
 Pengobatan saat ini dan masa lalu
 Alergi
 Tempat tinggal
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru-paru
ada tiga hal yaitu:
 Penyakit infeksi
Khususnya tuberkulosis paru ditularkan melalui satu orang ke orang lain.
Manfaat menanyakan riwayat kontak dengan orang terinfeksi akan dapat
diketahui sumber penularannya.
 Kelainan alergi
2. Data pribadi
Meliputi nama,jenis kelamin,usia dan alamat.
3. Pemberi perawatan
Meliputi nama perawat dan dokter yang merawat
4. Lingkungan
Seperti ukuran ruangan, kebersihan jalan menuju pintu, lebar jalan, fasilitas
kamar mandi, ketersediaan alat-alat yang berguna
5. Keuangan dan pelayanan yang dapat mendukung
Berisi nama penanggung biaya dan no.tlp. yang bisa dihubungi

2) Diagnosa Keperawatan 
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning,
dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga. Keluarga sebagai
unit perawatan memberi dampak terhadap anggota keluarga yang membutuhkan
perawatan. Adapun diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada system
respirasi antara lain : 
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Gngguan pertukaran gas

12
3) Perencanaan 
Menurut Luverne dan Barbara (1988) Perencanaan pemulangan pasien
membutuhkan identifikasi kebutuhan klien.kelompok perawat berfokus pada
kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk persiapan pulang klien,yang
disingkat dengan METHOD yaitu :

a. Medication  (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.
Disini perawat harus menjelaskan tentang nama,sediaan,dosis, frekuensi, dan efek
samping obat yang umum terjadi.
Berikut golongan obat untuk pasien dengan gangguan system respirasi:
1) Bronkodilator
2) Antitusif
3) Mukolitik
4) Ekspektoran
5) Dekongestan
b. Environment  (lingkungan)
Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya
aman.pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk
kelanjutan perawatannya. Perawat harus menjelaskan arti pentingnya oksigen
dalam pernafasan dan mengusahakan untuk menyediakan lingkungan hidup
pasien dengan sirkulasi udara yang baik (tidak pengap).
c. Treatment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah klien
pulang, yang dilakukan oleh klien dan anggota keluarga. Perawat harus
menjelaskan tentang nama pemberi layanan, waktu, tanggal, dan lokasi setiap janji
untuk control.
d. Healt Teaching (pengajaran kesehatan)
Disini peran perawat adalah sebagai educator. Adapaun hal-hal Yang harus
diajarkan pada pasien dengan gangguan system respirasi adalah:
1. Latihan. Klien dapat melakukan latihan nafas dalam dan olahraga-olahraga
sederhana. Olahraga dapat membantu mengurangi masalah pernapasan dan
meningkatkan kesehatan klien.

13
2. Menganjurkan klien untuk meningkatkan tidur. Menganjurkan klien untuk
latihan relaksasi sebelum tidur untuk meningkatkan kenyamanan tidur klien.
3. Posisi tidur khusus. Klien dapat tidur dengan posisi semi fowler jika
mengalami kesulitan bernafas ketika berbaring. Gunakan busa atau bantal
untuk meninggikan kepala pada saat tidur. Posisi tersebut dapat membantu
memperlancar proses pernafasan.
4. Meningkatkan toleransi aktivitas. Mendorong klien untuk meningkatkan
aktivitas secara bertahap.
5. Hubungi penyedia layanan kesehatan utama, jika :
 mengalami demam.
 kesulitan melakukan aktivitas yang biasa karena sulit untuk bernapas.
 batuk dahak lebih dari yang normal bagi klien.
 kaki atau pergelangan kaki bengkak.
e. Diet
Diet yang dianjurkan untuk pasien dengan gangguan system respirasi adalah:
Diet makanan saring dan diet makanan lunak
Tujuan dietnya antara lain  Memberikan makanan dalam bentuk lunak yang
mudah ditelan dan dicerna sesuai dengan kebutuhan gizi dan keadaaan penyakit.
Adapun syarat dietnya: 
 Energi, protein, dan zat gizi lain cukup
 Makanan yang diberikan dalam bentuk cincang atau  lunak, sesuai dengan
keadaan penyakit, umur, dan kemampuan pasien
 Makanan diberikan dalam porsi sedang, yaitu 3 kali makanan lengkap dan 2
kali makanan selingan
 Makanan mudah cerna dan rendah serat

4) Implementasi
Implementasi  dalam discharge planning adalah pelaksanaan rencana
pengajaran referral.seluruh pengajaran yang diberikan harus didokumentsikan
pada catatan perawat dan ringkasan pulang (discharge summary).intruksi tertulis
diberikan kepada klien.demontrasi ulang harus menjadi memuaska.klien dan

14
pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan dan melakukannya dengan alat
yang digunakan dirumah.

5) Evaluasi 
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja
proses discharge planning.perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan
cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan yag sesuai.
Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada enam variable :
a. Derajat penyakit
b. Hasil yang diharapkan dari perawatan
c. Durasi perawatan yang dibutuhkan
d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlakukan
e. Komplikasi tambahan
f. Ketersediaan  sumber-sumber untuk mencapai pemulihan
Adapun hal-hal yang dilakukan pada tahap evaluasi adalah:
1. Minta pasien dan anggota keluarga menjelaskan tentang penyakit, pengobatan
yang dibutuhkan, tanda-tanda fisik atau gejala yang harus dilaporkan kepada
dokter. 
2. Minta pasien atau anggota keluarga mendemonstrasikan setiap pengobatan
yang akan dilanjutkan di rumah. 

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan
perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan
derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya.
Discharge Planning menunjukkan beberapa proses formal yang melibatkan team
atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur perpindahan sekelompok orang
kekelompok lainnya.
Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan sebagai
discharge planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan
menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah actual
dan potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan
keluarga,memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara
individu dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara
optimal dan mengevaluasi kesinambungan Asuhan Keperawatan.
Merupakan usaha keras perawat demi kepentingan pasien untuk mencegah
dan meningkatkan kondisi kesehatan pasien, dan sebagai anggota timkesehatan,
perawat berkolaborasi dengan tim lain untuk merencanakan, melakukantindakan,
berkoordinasi dan memfasilitasi total care dan juga membantu pasienmemperoleh
tujuan utamanya dalam meningkatkan derajat kesehatannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2010. Perencanaan Pulang Discharge Planning.


http://keperawatanku.blogspot.com/2010/02/perencanaan-pulang-discharge-
planning.html. Diakses Sabtu 21 Juni 2014 pukul 07.46
Auliya,Sari. 2013. Discharge Planning.
http://auliyasari.wordpress.com/2013/04/12/discharge-planning.html. Diakses
Sabtu 21 Juni 2014 pukul 20.38
Jabbar. 2012. Discharge Planning.
http://jabbarbtj.blogspot.com/2012/02/discharge-planning.html. Diakses Sabtu 21
Juni 2014 pukul 08.19
Rudi. 2013. Makalah Discharge Planning.
http://rudichum.blogspot.com/2013/11/makalah-discharge-planning.html. Diakses
Sabtu 21 Juni 2014 pukul 07.15

17

Anda mungkin juga menyukai