Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasien yang masuk ke Rumah Sakit yang membutuhkan keperawatan karena


membutuhkan pematauan dan pengawasan yang lebih lanjut dan karena memilki
defisit personal higiene dan gangguan lainnya. Dan pasien juga membutuhkan
dukungan mental berupa konseling, healthty education. Perawat di beri
kepercayaan untuk merawat pasien dalam waktu 24 jam sebagai perawat yang
profesional mampu memahami atau mempunyai kompetensi untuk melihat
kebutuhan yang di gunakan pasien selama dalam proses keperawatan.

Menerima pasien yang baru masuk Ke Ruamh Sakit untuk dirawat sesuai
protap yang berlaku dan pasien segera memperoleh pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan dan yang di lakukan. Dan pasien sekarang dengan kemajuan
IPTEK mampu melihat memperhatikan kualitas keperawatan yang telah di beri.

Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien


mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan
baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat
kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke
lingkungannya. Discharge Planning menunjukkan beberapa proses formal yang
melibatkan team atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur perpindahan
sekelompok orang ke kelompok lainnya (RCP,2001).

Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan sebagai
discharge planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan
menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah aktual dan
potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga,
memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu
dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal

1
dan mengevaluasi kesinambungan Asuhan Keperawatan. Hal ini merupakan usaha
keras perawat demi kepentingan pasien untuk mencegah dan meningkatkan
kondisi kesehatan pasien, dan sebagai anggota tim kesehatan, perawat
berkolaborasi dengan tim lain untuk merencanakan, melakukan tindakan,
berkoordinasi dan memfasilitasi total care dan juga membantu pasien memperoleh
tujuan utamanya dalam meningkatkan derajat kesehatannya.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah konsep dasar pelayanan pasien masuk (menerima pasien) dan


pasien pulang (discharge planning)?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui konsep tentangdischarge planning dalam asuhan


keperawatan pada pasien.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui pengertian penerimaan pasien baru dan discharge


planning
2. Untuk mengetahui tujuan penerimaan pasien baru dan discharge
planning
3. Untuk mengetahui manfaat discharge planning
4. Untuk mengetahui prinsip dari penerimaan pasien baru dan discharge
planning
5. Untuk mengetahui komponen discharge planning
6. Untuk mengetahui tahap-tahap penerimaan pasien baru dan discharge
planning
7. Untuk mengetahui alur dan mekanisme discharge planning
8. Untuk mengetahui peran perawat dalam penerimaan pasien baru dan
tindakan keperawatan pada waktu perencanaan pulang
9. Untuk mengetahui jenis pemulangan pasien

2
10. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerimaan
pasien baru dan discharge planning
11. Untuk mengetahui Standar Keperawatan Perencanaan Pulang

1.4 Manfaat

Menambah pengetahuan tentang konsep discharge planning dalam


manajemen keperawatan agar dapat melaksanakan asuhan keperawatan
secara komprehensif pada pasien.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

2.1.1 Penerimaan pasien baru

Penerimaan pasien baru merupakan suatu tata cara ataupun pedoman


dalam menerima pasien baru masuk. Penerimaan pasien baru merupakan suatu
prosedur yang dilakukan oleh perawat ketika ada pasien baru datang ke sebuah
ruangan rawat inap.

2.1.2 Discharge planning

Discharge planning adalah proses sistematis yang diberikan kepada pasien


ketika akan meninggalkan tempat pelayanan kesehatan, baik pulang kerumah
maupun akan melakukan perawatan dirumah sakit lain (Taylor)

Kozier (2004) mendefinisikan discharge planning sebagai proses


mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit
yang lain didalam atau diluar suatu agen pelayanan kesehatan umum.

Jackson (1994) menyatakan bahwadischarge planning merupakan proses


mengidentifikasi kebutuhan pasien dan perencanaannya dituliskan untuk
memfasilitasi keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu lingkungan yang
lain.

Rindhianto (2008) mendefinisikndischarge planning sebagai perencanaan


kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya
tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubunagan dengan kondisi
penyakitnya.

Discharge planning (perencanaan pulang) merupakan komponen sistem


perawatan berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan klien secara berkelanjutan
dan bantuan untuk perawatan berlanjut pada klien dan membantu keluarga

4
menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik, pada saat tepat dan sumber
yang tepat dengan harga yang terjangkau (Doenges & Moorhouse, 2000).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa discharge planning adalah komponen


sistem perawatan berkelanjutan sebagai perencanaan kepulangan pasien dan
memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya yang dituliskan untuk
meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain didalam atau diluar suatu
agen pelayanan kesehatan umum, sehingga pasien dan
keluarganya mengetahui tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan
sehubunagan dengan kondisi penyakitnya.

2.2 Tujuan

2.2.1 Penerimaan pasien baru

Penerimaan pasien baru memiliki beberapa tujuan, antara lain sebagai


berikut:

1. Mengetahui keadaan pasien dan keluarga


2. Pasien bisa langsung menempati ruang perawatan
3. Mengetahui kondisi dan keadaan klien secara umum
4. Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat MRS

2.2.2 Discharge Planning

Tujuan utama adalah membantu klien dan keluarga untuk mencapai


tingkat kesehatan yang optimal.Discharge planning yang efektif juga menjamin
perawatan yang berkelanjutan di saat keadaan yang penuh dengan stress.

Menurut Naylor (1990), tujuandischarge planning adalah meningkatkan


kontinuitas perawatan, meningkatkan kualitas perawatan dan memaksimalkan
manfaat sumber pelayanan kesehatan. Discharge Planning dapat mengurangi hari
rawatan pasien, mencegah kekambuhan, meningkatkan perkembangan kondisi
kesehatan pasien dan menurunkan beban perawatan pada keluarga dapat

5
dilakukan melalui Discharge Planning.Discharge planning ini menempatkan
perawat pada posisi yang penting dalam proses pengobatan pasien dan dalam
team discharge planner rumah sakit, pengetahuan dan kemampuan perawat dalam
proses keperawatan dapat memberikan kontinuitas perawatan melalui proses
discharge planning

Menurut Mamon et al (1992), pemberian discharge planning dapat


meningkatkan kemajuan pasien, membantu pasien untuk mencapai kualitas hidup
optimum sebelum dipulangkan. Beberapa penelitian bahkan menyatakan bahwa
discharge planning memberikan efek yang penting dalam menurunkan komplikasi
penyakit, pencegahan kekambuhan dan menurunkan angka mortalitas dan
morbiditas (Leimnetzer et al,1993: Hester, 1996).

Seorang Discharge Plannersbertugas membuat rencana,


mengkoordinasikan dan memonitor dan memberikan tindakan dan proses
kelanjutan perawatan (Powell,1996).

Perawat dianggap sebagai seseorang yang memiliki kompetensi lebih


dan punya keahlian dalam melakukan pengkajian secara akurat, mengelola dan
memiliki komunikasi yang baik dan menyadari setiap kondisi dalam masyarakat.
(Harper, 1998 ).

2.3 Manfaat Discharge Planning

Bagi pasien discharge planning memiliki manfaat antara lain sebagai


berikut:

1. Dapat memenuhi kebutuhan pasien


2. Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan sebagai
bagian yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya
3. Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya
4. Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh
support sebelum timbulnya masalah.

6
5. Dapat memilih prosedur perawatannya
6. Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang
dapat dihubunginya
7. Menurunkan jumlah kekambuhan, penurunan kembali di rumah sakit,
dan kunjungan ke ruangan kedaruratan yang tidak perlu kecuali untuk
beberapa diagnosa
8. Membantu klien untuk memahami kebutuhan setelah perawatan dan
biaya pengobatan

Bagi Perawat discharge planning memiliki manfaat antara lain sebagai


berikut:

1. Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di gunakan


2. Menerima informasi kunci setiap waktu
3. Memahami perannya dalam sistem
4. Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru
5. Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan
cara yang berbeda
6. Bekerja dalam suatu sistem dengan efektif
7. Sebagai bahan pendokumentasian dalam keperawatan

2.4 Prinsip-Prinsip

2.4.1 Penerimaan pasien baru

Penerimaan pasien baru memiliki beberapa prinsip dan prosedur yang


harus dilakukan perawat, antara lain sebagai berikut:

1. Tempat tidur dalam keadaan bersih dan siap pakai


2. Fasilitas yang bersedia dalam kondisi baik
3. Meja dan kursi pasien dalam keadaan bersih
4. Paket perawatan / sovenir
5. Lembar orientasi pasien baru dan keluarga
6. Berkas rekam medis

7
7. Peralatan untuk pemeriksaan dalam yang terdiri dari termometer,
tensimeter, timbangan BB bila perlu.

2.4.2 Discharge Planning

Discharge Planning memiliki beberapa prinsip dan prosedur yang harus


dilakukan perawat, antara lain sebagai berikut:

1. Kordinasi (saling berhubungan)


2. Interdisiplin (saling menjaga, disiplin ilmu,keterampilan sesuai
standar keperawatan)
3. Pengenalan secara dini mungkin(penjelasan tentang apa yang kita
informasi)
4. Perencanaan secara hati-hati
5. Melibatkan klien dan keluarga dalam memberikan perawatan

Karakteristik indikasi kebutuhan discharge planning adalah sebagai berikut:

1. Kurang pengetahuan tentang pengobatan


2. Isolasi sosial
3. Diagnosa baru penyakit kronik
4. Operasi besar
5. Perpanjangan operasi besar
6. Orang labil
7. Penatalaksanaan dirumah secara kompleks
8. Kesulitan finansial
9. Ketidakmampuan menggunakan sumber rujukan /fasilitas pelayanan
kesehatan
10. Penyakit terminal

Prioritas klien yang mendapatkan discharge planning adalah sebagai berikut:

1. Umur diatas 70 tahun


2. Maltipe diagnosis
3. Resiko kematian yang tinggi

8
4. Terbatas mobilitas fisik
5. Keterbatasan merawat diri sendiri
6. Penurunan status kognisi/kognitif
7. Resiko terjadi cedera
8. Tunawisma
9. Fakir miskin
10. Penyakit kronis
11. Pasien diagnosis baru
12. Penyalahgunaan zat
13. Sering keluar masuk emergency

2.5 Komponen Discharge Planning

Komponen Discharge Planning yang harus dilakukan oleh perawat kepada


pasien yang akan pulang adalah sebagai berikut:

1. Jadwal kontrol dan menjelaskan pentingnya melakukan kontrol


2. Perawatan di rumah
Meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan kesehatan (health
education) mengenai: diet, mobilisasi, waktu kontrol dan tempat
kontrol. Pemberian pembelajaran disesuaikan dengan tingkat
Pemahaman pasien dan keluarga. mengenai perawatan selama pasien
di rumah nanti.
3. Obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya
Pada pasien yang akan pulang dijelaskan obat-obatan yang masih
diminum, dosis, cara pemberian, dan waktu yang tepat minum obat.
4. Obat-obatan yang dihentikan
Meskipun ada obat-obatan yang tidak diminum lagi oleh pasien, obat-
obatan tersebut tetap dibawakan ke pasien.

9
5. Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dan hasil pemeriksaan selama
MRS dibawakan ke pasien waktu pulang
6. Surat-surat seperti : surat keterangan sakit, surat kontrol dan lain-lain.

2.6 Tahap-tahap

2.6.1 Tahapan Penerimaan Pasien Baru

Pada tahapan penerimaan pasien baru, terdapat 2 tahap yaitu tahap pra
penerimaan pasien baru dan tahap pelaksanaan pasien baru. Tahap pra penerimaan
pasien baru adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan kelengkapan administrasi


2. Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan
3. Menyiapkan format penerimaan pasien baru
4. Menyiapkan buku status pasien dan fornmat pengkajian keperawatan
5. Menyiapkan inform consent sentralisasi obat
6. Menyiapkan nursing kids
7. Menyiapkan lembar tata tertib pasien, keluarga dan pengunjung
ruangan

Pada pelaksanaan pasien baru, memiliki tahapan tahapan sebagai berikut:

1. Pasien datang diruangan diterima oleh kepala ruanmgan atau perawat


primer atau perawat yang diberi delegasi
2. Perawat memperkenalkan diri pada klien dan keluarganya
3. Perawat bersama dengan karyawan lain memindahkan pasien ke
tempat tidur (apabila pasien datang dengan berangkat atau kursi roda)
dan berikan posisi yang nyaman
4. Perkenalkan pasien baru dengan pasien yang sekamar
5. Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan perawat
memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang orientasi
ruangan. Perawatan (termasuk perawat yang bertanggung jawab dan

10
sentralisasi obat), medis (dokter yang bertanggung jawab dan jadwal
visit) dan tata tertib ruangan.
6. Perawat menanyakan kembali tentang kejelas dan informasi yang telah
disampaikan
7. Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai dengan format
8. Perawat menunjukkan kamar atau tempat tidur klien dan mengantarkan
ke tempat yang telah ditetapkan.
9. Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk
menendatangani Inform Consent sentralisasi obat.

2.6.2 Tahapan Discharge Planning

Discharge Planning memiliki bbebrapa tahapan sebagai berikut:

A. Pengkajian

Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data


tentang klien. Ketika melakukan pengkajian kepada klien, keluarga
merupakan bagian dari unit perawatan. Klien dan keluarga harus aktif
dilibatkan dalam proses discharge agar transisi dari rumah sakit ke rumah
dapat efektif. Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah :

 Data kesehatan
 Data pribadi
 Pemberi perawatan
 Lingkungan
 Keuangan dan pelayanan yang dapat mendukung
B. Diagnosa

Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajiandischarge planning,


dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga. Keluarga
sebagai unit perawatan memberi dampak terhadap anggota keluarga yang
membutuhkan perawatan. Keluarga penting untuk menentukan apakah
masalah tersebut aktual atau potensial.

11
C. Perencanaaan : Hasil yang diharapkan

Menurut Luverne & Barbara (1988), perencanaan pemulangan pasien


membutuhkan identifikasi kebutuhan spesifik klien. Kelompok perawat
berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk persiapan
pulang klien, yang disingkat dengan METHOD, yaitu:

1. Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah
pulang.
2. Environment (Lingkungan)
Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya
aman. Pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang
dibutuhkan untuk kontinuitas perawatannya.
3. Treatrment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah
klien pulang, yang dilakukan oleh klien atau anggota keluarga. Jika hal
ini tidak memungkinkan, perencanaan harus dibuat sehingga seseorang
dapat berkunjung ke rumah untuk memberikan keterampilan
perawatan.
4. Health Teaching (Pengajaran Kesehatan)
Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana
mempertahankan kesehatan. Termasuk tanda dan gejala yang
mengindikasikan kebutuhan pearwatan kesehatan tambahan.
5. Outpatient referral
Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen
komunitas lain yang dapat meningkatan perawatan yang kontinu.
6. Diet
Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya. Ia
sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya.

12
D. Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral.


Seluruh pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan
perawat dan ringkasan pulang (Discharge summary). Instruksi tertulis
diberikan kepada klien. Demonstrasi ulang menjadi harus memuaskan.
Klien dan pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan dan
melakukannya dengan alat yang akan digunakan di rumah.

Penyerahan homecare dibuat sebelum klien pulang. Informasi tentang


klien dan perawatannya diberikan kepada agen tersebut. Seperti informasi
tentang jenis pembedahan, pengobatan (termasuk kebutuhan terapi cairan
IV di rumah), status fisik dan mental klien, faktor sosial yang penting
(misalnya kurangnya pemberi perawatan, atau tidak ada pemberi
perawatan) dan kebutuhan yang diharapkan oleh klien. Transportasi harus
tersedia pada saat ini

E. Evaluasi

Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat


kerja proses discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti
dengan cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai.
Evaluasi berjalan terus-menerus dan membutuhkan revisi dan juga
perubahan.

Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan seminggu


setelah klien berada di rumah. Ini dapat dilakukan melalui telepon,
kuisioner atau kunjungan rumah (homevisit). Keberhasilan program
rencana pemulangan tergantung pada enam variabel :

1. Derajat penyakit
2. Hasil yang diharapkan dari perawatan
3. Durasi perawatan yang dibutuhkan
4. Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan

13
5. Komplikasi tambahan
6. Ketersediaan sumber-sumber

2.7 Alur atau Mekanisme

2.7.1 Penerimaan pasien baru

Awal masuk rumah


sakit Pasien baru diterima oleh Karu dan PP

Selama Perawatan
PP menyampaikan:kemungkinan penyakit
pasien, perkiraan lama pasien dirawat,
intervensi keperawatan/medis yang biasa
PP membawa status dilakukan di ruangan, biaya perawatan, PP
pasien, kemudian mengorientasikan ruangan kepada
mengkaji, keluarga pasien.
merencanakan dan
mendelegasikan
Menyampaikan pendidikan kesehatan:
pada PA 1. Konsep penyakit
2. Terapi & intervensi yang akan diberikan
3. Pola diet
4. Aktivitas dan istirahat
5. Tanggal & tempat control
6. Menjelaskan prosedur, manfaat, dan efek
samping dari setiap terapi dan intervensi
yang akan diberikan pada klien &
keluarga:
- Proses perawatan di ruangan
Pemenuhan kebutuhan nutrisi yg adekuat
3. Mendokumentasikan

14
Proses penerimaan masuk pasien di rumah sakit adalah sebagai berikut:

a. sambut pasien dan keluaga dengan baik serta memperkenalka identitas


b. antarkan pasien serta keluarga menuju ruangan yang telah di tujukan
c. kaji penampilan umum pasien
d. orientasikan kepada pasien divisi keperawatan
 kenalkan jumlah staf yang masuk kedalam ruangan
 beri tahu kepada pasien nama kepala perawat
 jelaskan jam berkunjung

2.7.2 Discharge Planning

Keluar Rumah Sakit

Monitor (sebagai program service savety) oleh : keluarga dan petugas

Perencanaan pulang
Program HE:
1. Kontrol dan obat/perawatan
2. Diet
Penyelesaian administrasi
3. Aktivitas dan istirahat
4. Perawatan diri

Tindakan perawatan yang diberikan pada waktu perencanaan


pulang yaitu meliputi :

a. Pendidikan (edukasi, redukasi, reorientasi) pendidikan kesehatan


diharapkan bisa mengurangi angka kambuh dan
meningkatkan pengetauan pasien.

15
b. Program pulang bertahap
Bertujuan untuk melatih pasien kembali kelingkungan keluarga
dan masyarakat antara lain apa yang harus dilakukan pasien di
rumah sakit, apa yang harus dilakukan keluarga.
c. Rujukan
Integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan
langsung antara perawatan community dengan rumah sakit
sehingga dapat mengetahui perkembangan pasien dirumah.

2.8 Jenis pemulangan Pasien

Jenis Pemulangan pasien (Discharge Planning) antara lain sebagai berikut:

1. Conditinal discharge ( pulang sementara atau cuti), keadaan


pulang ini dilakukan Apabila kondisi pasien bagus tidak terdapat
kompilikasi. Pasien untuk sementara dirawat di rumah namun harus
ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau Puskesmas terdekat.
2. Absolute discharge (pulang mutlak atau selmanya) cara ini
merupakan akhir dari hubungan pasien dengan rumah sakit. Namun
apabila pasien perlu dirawat kembali maka prosedur perawatan dapat
dilakukan kembali.
3. Judical discharge (pulang paksa) kondisi ini pasien diperbolehkan
4. pulang walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk
pulang, tetapi pasien harus dipantau dengan melakukan kerja
sama dengan perawat puskesmas terdekat.

16
2.9 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan

2.9.1 Penerimaan pasien baru

Adapun hal hal yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut:

1. Pelaksanaan secara efektif dan efisien


2. Dilakukan oleh kepala ruangan atau perawat primer dan atau
perawat asosiete yang telah diberikan wewenang atau yang
telah didelegasikan
3. Saat pelaksanaan tetap menjaga privasi klien.
4. Ajak pasien komunikasi yang baik dan beri sentuhan terapeutik

2.9.2 Discharge Planning

Meskipun pasien telah dipulangkan, penting bagi pasien dan


keluarga mengetahui apa yang telah dilaksanakan dan bagaimana mereka
dapat meneruskan untuk meningkatkan status kesehatan pasien. Selain itu,
ringkasan pulang tersebut dapat disampaikan oleh perawat
praktisi/perawat home care dan mungkin dikirim ke dokter primer/dokter
yang terlibat untuk dimasukkan dalam catatan institusi untuk
meningkatkan kesinambungan perawatan dengan kerja yang kontinu ke
arah tujuan dan pemantauan kebutuhan yang berubah (Doenges &
Moorhouse, 2000).

Discharge Planning harus disesuaikan dengan :

1. Kebutuhan klien, tersedianya tim kesehatan


2. Dimulai sejak awal masuk rumah sakit
3. Disusun oleh tim

17
2.10 Peran Perawat Dalam Penerimaan Pasien Baru

A. Kepala Ruangan
1.Menerima pasien baru
2.Memeriksa kelengkapan yang diperlukan untuk persiapan pasien
baru
B. Perawat Primer
1. Menyiapkan lembar penerimaan pasien baru
2. Menandatangani lembar penerimaan pasien baru
3. Mengorientasikan pasien ke ruangan
4. Memberi penjelasan tentang perawat dan dokter yang
bertanggung jawab
5. Mendelegasikan pengkajian dan pemeriksaan fisik pada pasien
baru kepada perawat asociate
6. Mendokumentasikan penerimaan pasien baru
C. Perawat Associate
Membantu PP dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru, pengkajian
dan pemeriksaan fisik pada pasien baru.

2.11 Standar Keperawatan Perencanaan Pulang

Standar perencanan pulang merupakan sistem keperawatan yang


berkelanjutan yang diperlukan klien yang diperlukan klien setelah masuk ke
rumah sakit dan membantu keluarga menemukan cara penyelesaian masalah yang
baik pada saat yang tepat, sumber yang tepat serta biaya yang terjangkau. Standar
perencanaan klien pulang dimulai sejak awal klien masuk rumah sakit sampai
klien pulang dengan melibatkan klien dan keluarganya.

 Standar Pengkajian

Data yang harus dikaji meliputi :

1. Aktifitas sehari-hari :

18
a. Makan dan Minum
• Penggunaan alat makan dan minum
• Cara makan dan minum
• Kemauan untuk makan dan minum
• Pola makan
b. Eliminasi
• Kebiasaan dan kemampuan eliminasi
• Pola eliminasi
c. Personal Hygine
• Kemampuan
• Kebiasaan
• Frekuensi
• Sarana yang digunakan
d. Berpakaian dan Kerapihan diri
• Frekuensi ganti pakaian
• Kerapihan
• Kemampuan Berpakaian
e. Aktivitas
• Ada - tidaknya aktivitas
• Bertujuan - tidaknya
• Intensitas/normal/hyperaktif/malas
• Bertanggung jawab/tidak
• Kemampuan
f. Istirahat Tidur
• Pola
• Lamanya
• Mimpi buruk
• Kesulitan untuk memulai tidur
g. Keagamaan
• Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan ajaran agama atau tidak

• Hubungan dengan pemuka agama

19
2. Tingkat Kebutuhan Perawatan Klien

a. Kondisi klien yang membutuhkan perawatan intensif :

• Disorientasi berat

• Agresif dan Amuk

• Perilaku bizarre

• Mengancam intregritas fisik dan psikologis klien

• Mengancam intregritas fisik dan psikologis orang lain

• Klien yang hari ke 1 dirawat

• Derajat ketergantungan klien pada perawat.

b. Kondisi Klien yang Memerlukan Modifikasi Perawatan Intensif :

• Disorientasi sedang

• Motifasi terbatas

• Kegiatan harian perlu supervise dan bimbinga yang sering

• Derajat ketergantungan klien pada perawat sedang

c. Kondisi Klien yang Memerlukan Perawatan Transisi :

• Penyimpangan perilaku sedang;perlu control sedang

• Mampu berkomunikasi dengan bimbingan

• Mampu berinteraksi dengan lingkungan dengan bimbingan

• Mampu melaksanakan kegiatan harian dengan bimbingan

• Hanya memerlukan pengarahan terbatas,nseperti dorongan dan dukungan

• Derajat ketergantungan sedang/perlu pengawasan sebagian.

20
d. Kondisi klien yang memerlukan perawatan minimal :

• Mampu berkomunikasi secara verbal dan non verbal

• Mampu berinteraksi dengan oranglain atau lingkungan

• Mampu melaksanakan kegiatan harian dengan control minimal

• Mampu melaksanakan kegiatan yang terprogram

• Derajat ketergantungan klien pada perawatan rendah

• Kegiatan harian dan pengisan waktu luang baik

3. Pengetahuan dan Kemampuan Klien dan Keluarga tentang :

a. Penyakit Klien :

• Tanda dan gejala

• Stressor pencetus

• Cara penanganan

b. Pengobatan :

• Manfaat

• Efek samping

• Waktu pemberian

4. Hubungan interpersonal dalam keluarga :

• Pola komunikasi terbuka /tertutup

• Keakraban dan kerenggangan

• Pola hubungan antar generasi

21
5. Kemampuan dan kemauan klien dan keluarga dalam penerimaan tindakan
keperawatan.

6. Sumber dan sistem pendukung yang ada di masyakarat :

• Puskesmas

• Bengkel Kerja

• Perawat komunitas

7. Sumber finansial dan pekerjaan :

• Pekerjaan; ada/tidak

• Jenis pekerjaan

• Hobi

• Keterampilan yang dimiliki

• Tanggungan hidup, ada / tidak

• Penghasilan; mencukupi / tidak

Standar Masalah

Berdasarkan prioritas masalah yaitu :

• Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari

• Cemas pada klien dan keluarga akan penyakit yang dideritanya yang berkaitan
dengan rencana pulang

• Ketidakmampuan keluarga merawat klien dirumah

• Sistem pendukung yang tidak adekuat

Standar Tindakan

1. Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari :

• Bina hubungan saling percaya antara klien, perawat, keluarga.

22
 Identifikasi kebiasaan dan kemampuan pemenuhan kebutuhan aktivitas
sehari-hari klien selama di rumah.
 Beri reiforcemment fositif atau pujian pada hal-hal positif yang
dikemukakan klien
 Diskusikan dengan klien tentang kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari
selama dalam masa perawatan dirumah.
 Motivasi klien untuk melakukan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari
selama dalam masa perawatan dirumah sakit.
 Observasi dan bimbing klien dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari
selama dalam masa perawatan dirumah sakit .
 Beri reinfortcement positif atau pujian pada tindakan positif yang dilakukan
klien, diskusikan dengan klien tentang manfaat yang dirasakan setelah
melakukan aktivitas hidup sehari-hari setelah dirumah sakit.
 Anjurkan klien untuk mengikuti terapi okupasi yang sesuai dengan
minatnya.
 Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang telah di
identifikasi dan keterampilan yang didapat dari terapi okupasi.
 Kerjasama dengan keluarga untuk memotivasi dan mendorong klien
melakukan aktivitas hidup sehari-hari dirumah sakit dan dirumah.

2. Cemas pada klien dan keluarga akan penyakit yang diderita yang berkaitan
dengan rencana pulang :

 Bina hubungan saling percaya antara perawat, klien, dan keluarga


 Tanyakan pada klien dan keluarga tentang harapan yang ingin dicapai
setelah pukang
 Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan perasaan-perasaan
mengenai meninggalkan rumah sakit, antisipasi masalah, ketakutan, dan cara
menghadapi situasi diluar rumah sakit
 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang tujuan dan harapan setelah
pulang

23
 Anjurkan kepada klien dan keluarga untuk melihat kepulangan sebagai
langkah positif.
 Tekankan pada klien dan keluarga bahwa hubungan perawat, klien, dan
keluarga dirumah sakit adalah hubungan terapeutik.

3. Ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah :

 Bina hubungan saling percaya antar perawat dan keluarga


 Diskusikan dengan keluarga tentang cara-cara konstruktif dalam mengatasi
masalah klien termasuk tentang kebutuhan chek up (kontrol), kebutuhan
untuk terapi medis serta tempat rujukan
 Diskusikan dengan keluarga bahwa keluarga terikat secara kontinue
mengenai perawatan klien sejak awal
 Diskusikan dengan keluarga bahwa klien tidak mutlak menjadi tanggung
jawab pihak rumah sakit tetapi merupakan bagia dari keluarga
 Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang ada pada klien serta
efeknya terhadap klien dan lingkungan .
 Indentifikasi dengan keluarga tentang kemampuan keluarga dalam
mengatasi masalah .
 Diskusikan tentang obat klien, kegunaan, waktu pemberian, instruksikan
keluarga untuk melakukan cara-cara yang konstruktif dalam mengatasi
masalah klien merawat klien di rumah.

4. Sistem pendukung (dalam keluarga dan masyarakat tidak adekuat) :

 Bina hubungan saling percaya antar perawat dengan keluarga.


 Identifikasi hubungan interpersonal antar klien dan keluarga .
 Identifikasi masalah-masalah yang ada dalam keluarga .
 Identifikasi cara-cara keluarga dalam mengatasi masalah.
 Diskusikan dengan keluarga tentang cara-cara mengatasi masalah yang
konstruktif .
 Jelaskan pada keluarga tentang peran penting keluarga sebagai pendukung
dari klien.

24
 Diskusikan dengan keluarga tentang cara-cara untuk menjadi sistem
pendukung yang adikuat bagi klien yaitu dengan cara ikut terlibat dalam
perawatan klien di rumah sakit .
 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan masalah .
 Motivasi klien untuk menggunakan cara-cara konstruktif dalam mengatasi
masalah dan aktifitas sehari-hari yang positif
 Diskusikan dengan keluarga tentang sistem pendukung yang ada dalam
masyarakat : Puskesmas, Karang Taruna, Balai Latihan Kerja .
 Motivasi keluarga dan klien untuk memanfaatkan sistem pendukung yang
ada dalam masyarakat .

Standar Evaluasi

Standar evaluasi klien dapat pindah dari ruangan intensif akut atau modifikasi
intensif / intermediate / perawatan minimal .

1. Kondisi klien dapat pindah dari ruang intensif akut ke ruang modifikasi
intensif :

• Disorientasi sedang
• Motivasi terbatas
• Kegiatan dan aktifitas perlu bimbingan dan supervisi yang ketat
• Derajat ketergantungan pada perawat sedang
• Perilaku tudak mengancam integritas fisik
• Perilaku tidak mengancam integritas fisik dan keselamatan orang lain
2. Kondisi klien yang dapat pindah dari ruang modifikasi intensif ruang
intermediate;

• Penyimpangan perilaku sedang; perlu kontrol sedang.


• Mampu berkomunikasi dengan pembimbing.
• Mampu berinteraksi dengan lingkungan dengan bimbingan.
• Mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari dengan bimbingan.
• Perlu pengarahan terbatas untuk mendukung atau mendorong.
• Derajat ketergantungan pada perawat sedang atau perlu perawat sebagian.

25
3. Kondisi klien yang dapat pindah ruang dari intermediate ke ruang perawat
minimal atau persiapan pulang;

 Mampu berkomunikasi secara verbal dan non verbal, verbal dan non verbal
sesuai.
 Mampu melaksanakan kegiatan yang terprogaram.
 Mampu melaksanakan kegiatan harian dengan kontrol minimal.
 Derajat ketergantungan perawat rendah atau minim.
 Kegiatan harian dan pengisian waktu luang baik.
 Mampu mengungkapkan perasaan dengan orang lain secara asertif.

4. Kondisi klien yang dapat pulang;

 Mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara mandiri.


 Mempunyai jadwal kegiatan sehari-hari serta penggunaan waktu luang dengan
kegiatan yang posisif.
 Komunikasi verbal dan non verbal sesuai.
 Klien sanggup mengatasi stressor pencetus dengan cara-cara penangan yang
konstruktif.
 Klien dan keluarga memahami tentang pengobatan yang harus dijalani;
manfaat obat, efak samping, waktu pemberian obat.
 Klien dan keluarga mengetahui sistem pendukung yang ada di masyarakat;
puskesmas, balai latihan kerja, perawat komunitas.

26
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pasien yang masuk ke Rumah Sakit yang membutuhkan keperawatan karena


membutuhkan pematauan dan pengawasan yang lebih lanjut dan karena memilki
defisit personal higiene dan gangguan lainnya.Dan pasien juga membutuhkan
dukungan mental berupa konseling , healthty education. Di sini perawat di beri
kepercayaan untuk merawat pasien dalam waktu 24 jam sebagai perawt yang
profesional mampu memahami atau mempunyai kompetensi untuk melihat
kebutuhan yang di gunakan pasien selama dalam proses keperawatan.
Discharge planning adalah komponen sistem perawatan berkelanjutan
sebagai perencanaan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada pasien
dan keluarganya yang dituliskan untukmeninggalkan satu unit pelayanan kepada
unit yang lain didalam atau diluar suatu agen pelayanan kesehatan umum,
sehingga pasien dan keluarganya mengetahui tentang hal-hal yang perlu dihindari
dan dilakukan sehubunagan dengan kondisi penyakitnya.

3.2 Saran

Dari pembuatan makalah diatas, penulis menyarankan kepada mahasiswa


perawat untuk mengetahui dan memahami tentang penerimaan pasien dan
persiapan klien pulang (discharge planning) sehingga mahasiswa perawat dapat
mengaplikasikannya sesuai dengan teori yang didapatkan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Chesca, (1990). Perencanaan Pulang Pasien.Makalah Kuliah untuk Perawat.


Jakarta:EGC

New Brunswick Department of Health and Wellness. 2002. Job definition of a


discharge planning coordinator. Author: Fredericton, NB

Nursalam. 2002. Manajemen keperawatan Aplikasi dalam Praktik keperawatan


Profesional. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam. 2007. Manajemen keperawatan Aplikasi dalam Praktik keperawatan


Profesional Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika

28

Anda mungkin juga menyukai