1) Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan 1) Adanya dispnea dan perubahan kedalaman
pernapasan : dispnea, penggunaan otot- pernapasan menandakan adanya distress
otot pernapasan. pernapasan.
2) Pantau tanda- tanda vital dan gas- gas 2) Perubahan tanda-tanda vital dan nilai gas
dalam arteri. darah merupakan indicator
3) Baringkan pasien dalam posisi semi ketidakefektifan pernapasan.
fowler. 3) Posisi semi fowler untuk memaksimalkan
4) Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan ekspansi dada
4) Memaksimalkan napas dan menurunkan
kerja otot pernapasan.
DX 3 Gangguan pertukaran gas b.d Edema paru.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan dalam waktu 1x24
jam pertukaran gas membaik.
Kriteria evaluasi :
Frekuensi napas 18-20/menit
Frekuensi nadi 75-100/menit
Warna kulit normal, tidak ada dipnea
Dapat mendemonstrasikan batuk efektif
Hasil analisa gas darah normal :
PH (7,35 – 7,45)
PO2 (80 – 100 mmHg)
PCO2 ( 35 – 45 mmHg)
Intervensi Rasional
1) Pantau status pernapasan tiap 4 jam, hasil 1) Untuk mengidentifikasi indikasi ke arah
GDA, intake, dan output. kemajuan atau penyimpangan dari hasil
2) Tempatkan klien pada posisi semifowler. klien.
3) Berikan terapi intravena sesuai anjuran. 2) Posisi tegak memungkinkan ekspansi paru
4) Berikan oksigen melalui kanula nasal 4 lebih baik.
L/menit selanjutnya sesuaikan dengan 3) Untuk memungkinkan rehidrasi yang
hasil PaO2. cepat dan dapat mengkaji keadaan
5) Kolaborasi dengan tim medis dalam vaskuler untuk pemberian obat-obat
memberikan pengobatan yang telah tepat darurat.
serta amati bila ada tanda-tanda toksisitas. 4) Pemberian oksigen mengurangi beban
otot-otot pernapasan.
5) Pengobatan untuk mengembalikan kondisi
bronkhus seperti kondisi sebelumnya.
Dx. 4
Tujuan : klien mampu berkomunikasi secara efektif
Kriteria hasil :
klien mampu menggunakan alat komunikasi alternatif
klien mampu mengutarakan maksud/keinginannya
Intervensi Rasional