Anda di halaman 1dari 9

Konsep Stunting

I. Pengertian stunting

Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana seseorang mempunyai tinggi badan

yang lebih pendek dibandingkan dengan tinggi badan orang yang seumuran pada

umumnya (Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi,

2017).

Stunting merupakan keadaan tubuh yang pendek menurut umur hingga

melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan menurut umur.

Telah diketahui bahwa permasalahan anak pendek berawal pada proses tumbuh

kembang janin dalam kandungan sampai usia 2 tahun (Wellina, Kartasurya, and

Rahfilludin, 2016). Stunting adalah suatu keadaan yang ditunjukkan dengan

terhambatnya pertumbuhan yang bersifat kronis yang disebabkan oleh malnutrisi

jangka panjang (Yudianti and Saeni, 2017).

II. Etiologi stunting

Menurut Antonio and Weise (2012) faktor yang berhubungan dengan stunting

pada anak sebagai berikut:

1. Faktor keluarga dan rumah tangga

Dalam faktor keluarga dan rumah tangga ada beberapa yang mempengaruhi

balita menjadi stunting yaitu, faktor maternitas dan faktor lingkungan rumah,

yang termasuk kedalam faktor maternitas yaitu, sedikitinya nutrisi yang masuk

8
9

saatprekonsepsi kehamilan dan laktasi, adanya infeksi, gangguan mental,

hipertensi, kelahiran preterm, kehamilan muda, tinggi ibu rendah, jarak

kehamilan yang pendek, dan Intrauterine Growth Restriction (IUGR). Kondisi

ibu sebelum hamil juga menentukan pertambahan berat badan ibu selama

kehamilan. Tinggi badan ibu sebelum hamil merupakan faktor yang turut andil

mempengaruhi pertambahan berat badan selama kehamilan. Ibu dengan tinggi

badan kurang dari 150 mendapatkan pertambahan berat badan yang jauh lebih

rendah dari standar. Lebih diperberat lagi jika ibu hamil pada usia kurang dari 19

tahun dengan tinggi badan kurang dari 150 dimana masa pra hamil (BBPH)

kurang dari 45 kg, dibandingkan dengan kelompok ibu dengan BBPH ≥45 kg

(Trihono et al., 2015). Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi

stunting yaitu, ketidakadekuatan stimulasi anak dan aktivitas, kurangnya

perhatian, ketidakadekuatan sanitasi dan suplay air bersih, keamanan pangan,

menurunnya edukasi pengasuh, alokasi makanan rumah tangga yang tidak sesuai

(WHO, 2013).

2. Asupan makanan yang tidak adekuat

Ketidakadekuatan dalam memberikan makanan seperti kualitas makanan yang

buruk, pemberian makanan yang tidak adekuat serta ketidakterampilan masalah

kebersihan makanan dan minuman dapat menyebabkan anak kekurangan gizi

sehingga muncul masalah stunting dalam masa pertumbuhannya (WHO, 2013).

Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal anak

lahir, tetapi stunting baru terlihat setelah anak berusia 2 tahun (Kementerian Desa

Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, 2017)

3. Riwayat pemberian ASI eksklusif


10

Adanya pemberian ASI eksklusif merupakan rekomendasi dari World Health

Organization (WHO) dengan pemberian ASI selama 6 bulan secara eksklusif

dari pertama kehidupan sampai berumur 2 tahun atau lebih untuk mencapai

pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang optimal (WHO, 2013).

Apabila hal ini tidak dilakukan dengan baik oleh ibu dalam memenuhi kebutuhan

nutrisi bayi maka akan dapat memicu terjadinya stunting. Adapun masalah yang

mengganggu praktik pemberian ASI eksklusif yaitu, inisiasi menyusui dini yang

tertunda atau terlambat, tidak memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, dan

penghentian penyusuan dini.

4. Riwayat penyakit infeksi

Beberapa penyakit infeksi seperti diare, gangguan pernafasan, malaria, demam,

dan infeksi karena cacing dapat menjadi faktor terjadinya inflamasi sehingga

terjadi diversi zat gizi, penyerapan dan kehilangan zat gizi berlebih (Sundari and

Nuryanto, 2016). Terjadinya gangguan asupan nutrisi akan mengakibatkan

terganggunya proses pertumbuhan anak.

5. Kelainan endokrin

Kelainan endokrin dalam faktor penyebab terjadinya stunting berhubungan

dengan defisiensi GH, IGF-1, hipotiroidisme, kelebihan glikokortikoid, diabetes

melitus, diabetes insipidus (Soedjatmiko, 2001). Stunting dapat disebabkan

karena kelainan endokrin dan non endokrin. Penyebab terbanyak yaitu non

endokrin seperti penyakit infeksi, gangguan nutrisi, faktor sosial ekonomi

(Antonio and Weise, 2012).

6. Sarana Air Bersih


11

Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air (Notoadmojo, 2012). Air

merupakan kebutuhan sangat penting bagi kehidupan manusia. Keperluan air

sangat banyak salah satunya yaitu untuk minum. Air untuk konsumsi mempunyai

syarat khusus agar air tidak menimbulkan penyakit bagi manusia.

Syarat air minum yang sehat menurut Notoadmodjo (2012) sebagai berikut :

1) Syarat fisik

Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tidak

berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara diluarnya.

2) Syarat bakteriologis

Air untuk keperluan minum harus bebas dari bakteri terutama bakteri

patogen. Jarak aman dari pembuangan limbah, sampah, kendang ternak,

dan pembuangan tinja yaitu minimal 11 meter.

3) Syarat kimia

Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah

tertentu. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat dalam air akan

menyebabkan gangguan fisiologi pada manusia.

III. Faktor lain yang mempengaruhi stunting

Menurut Loya and Nuryanto (2017), faktor tidak langsung yang dapat

mempengaruhi terjadinya stunting yaitu :

1. Sosio-ekonomi

2. Pengetahuan

3. Pendidikan

4. Ketersediaan pangan
12

5. Pelayanan kesehatan

6. Kekacauan politik

IV. Manifestasi stunting

Tanda seseorang mengalami stunting menurut Kementerian Desa

Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (2017) sebagai berikut:

1. Tanda pubertas terlambat

Anak yang mengalami stunting akan mempengaruhi perkembangan

reproduksinya. Salah satu tanda pubertas pada remaja perempuan yaitu

Menarche. Menarche adalah periode menstruasi pertama kali pada masa pubertas

remaja perempuan (Beddu et al., 2015). Status gizi perempuan sangat

mempengaruhi terjadinya menarche. Nutrisi mempengaruhi kematangan

reproduksi remaja perempuan. Status tinggi badan seseorang akan mempengaruhi

perkembangan alat reproduksinya (Nurillah et al., 2012).

2. Perfoma buruk pada tes perhatian dan memori belajar

3. Pertumbuhan gigi terlambat

Menurut Rahman, Adhani dan Triawanti (2016) terdapat hubungan antara status

gizi pendek dengan tingkat pertumbuhan gigi dan tingkat karies gigi. Akibat dari

karies gigi menyebabkan rasa sakit sehingga mempengaruhi fungsi pengunyahan.

Terganggunya fungsi pengunyahan mempengaruhi asupan zat gizi dan

mempengaruhi status gizi (Kartikasari and Nuryanto, 2014)

4. Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan eye contact

5. Pertumbuhan yang melambat

6. Wajah tampak lebih muda dari usianya


13

V. Dampak stunting

Menurut Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan

Transmigrasi (2017) dampak dari stunting yaitu dapat dibagi menjadi dampak jangka

pendek dan jangka panjang.

1. Dampak jangka pendek

a. Terganggunya perkembangan otak dan kecerdasan

b. Terganggunya pertumbuhan fisik

c. Gangguan metabolisme tubuh

2. Dampak jangka panjang

a. Menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar

b. Menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit.

c. Resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, obesitas, penyakit jantung

dan pembuluh darah, kanker, dan stroke.

d. Disabilitas pada usia tua.

VI. Pencegahan stunting

Stunting merupakan salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs)

yang termasuk pada tujuan pembangunan berkelanjutan ke dua yaitu menghilangkan

kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan

pangan. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah menetapkan stunting sebagai

salah satu program prioritas. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39

Tahun 2016 tentang pedoman penyelenggaraan program Indonesia sehat dengan

pendekatan keluarga, upaya yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi stunting di

antaranya sebagai berikut (Kemenkes, 2018) :


14

1. Ibu Hamil dan Bersalin

a. Intervensi pada 1000 hari pertama kehidupan

b. Mengupayakan jaminan mutu ante natal care (ANC) terpadu

c. Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan

d. Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi kalori, protein,

dan mikronutrien (TKPM).

e. Deteksi diri penyakit (menular dan tidak menular)

f. Pemberantasan cacingan

g. Meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam buku KIA.

h. Menyelenggarakan konseling inisiasi menyusui dini (IMD) dan ASI eksklusif.

i. Penyuluhan dan pelayanan KB.

2. Balita

a. Pemantauan pertumbuhan balita.

b. Menyelenggarakan kegiatan pemberian makanan tambahan (PMT)

untuk balita.

c. Menyelenggarakan stimulasi dini perkembangan anak.

d. Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.

3. Anak Usia Sekolah

a. Melakukan revitalisasi usaha kesehatan sekolah (UKS).

b. Menguatkan kelembagaan tim pembina UKS.

c. Menyelenggarakan program gizi anak sekolah (PROGAS).

d. Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok dan narkoba.

4. Remaja
15

a. Meningkatkan penyuluhan untuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),

pola gizi seimbang, tidak merokok, dan mengonsumsi narkoba.

b. Pendidikan kesehatan reproduksi.

5. Dewasa Muda

a. Penyuluhan dan pelayanan keluarga berencana.

b. Deteksi dini penyakit.

c. Meningkatkan penyuluhan untuk PHBS, pola gizi seimbang, tidak

merokok atau mengonsumsi narkoba.

Menurut Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

(2017) stunting dapat dicegah dengan cara sebagai berikut:

1. Ibu hamil mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan

2. Pemberian makanan tambahan ibu hamil

3. Pemenuhan gizi

4. Persalinan dengan dokter atau bidan yang ahli

5. IMD (Inisiasi Menyusui Dini)

6. Pemberian ASI ekslusif pada bayi hingga usia 6 bulan

7. Pemberian makanan pendamping ASI untuk bayi diatas 6 bulan hingga 2 tahun

8. Pemberian imunisasi lengkap dan vitamin A

9. Pemantauan pertumbuhan balita di Posyandu terdekat

10. Melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Dan menurut Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan

Transmigrasi (2017) terdapat 5 pilar sanitasi total berbasis lingkungan yaitu:

1. Cuci tangan menggunakan sabun


2. Berhenti buang air besar sembarangan

3. Pengelolaan sampah rumah tangga

4. Pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga

5. Pengelolaan limbah cair rumah tangga.

Anda mungkin juga menyukai