DI SUSUN OLEH :
SITI NAHDALIA
2021032097
CI LAHAN CI INSTITUSI
CI INSTITUSI
A. KONSEP TEORITIS
1. Definisi
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua ginjal akibat adanya
obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik sehingga tekanan di ginjal
meningkat (Smeltzer dan Bare, 2002).
Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih dapat
mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat
mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal (Sylvia,1995).
Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi
kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan
maka hanya satu ginjal yang rusak.
2. Etiologi
Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan ureteropelvik
(sambungan antara ureter dan pelvis renalis):
a. Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis terlalu tinggi
b. Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah
c. Batu di dalam pelvis renalis
d. Penekanan pada ureter oleh:
e. jaringan fibrosa
f. arteri atau vena yang letaknya abnormal
g. tumor
Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan di bawah sambungan
ureteropelvik atau karna arus balik air kemih dari kandung kemih:
a. Batu di dalam ureter
b. Tumor di dalam atau di dekat ureter
c. Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi penyinaran atau pembedahan
d. Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter
e. Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat pembedahan, rontgen
atau obat-obatan (terutama metisergid)
f. Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih)
g. Kanker kandung kemih, leper rahim, rahim, prostat atau organ panggul lainnya
h. Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke uretra akibat
pembesaran prostat, peradangan atau kanker
i. Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera
j. Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu menghalangi kontraksi ureter.
3. Klasifikasi Hidronefrosis
Dari hasil pemeriksaan radiologis hidronefrosis terdapat 4 grade hidronfrosis, diantaranya
(Beetz dkk, 2001) :
a. Hidronefrosis Derajat 1
Hasil yang ditemukan berupa dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks berbentuk Blunting
alias tumpul
b. Hidronefrosis Derajat 2
Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor, kaliks berbentuk flattening, alias mendatar
c. Hidronefrosis derajat 3
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa adanya penipisan korteks. Kaliks
berbentuk clubbing, alias menonjol. Adanya tanda minor atrofi ginjal (papilla datar dan
forniks tumpul)
d. Hidronefrosis derajat 4
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Serta adanya penipisan korteks batas
antara pelvis ginjal dan kaliks hilang. Tanda signifikan adanya atrofi ginjal (parenkis tipis).
Calices berbentuk ballooning alias menggembung.
4. Patofisiologi
Obstruksi pada aliran normal urine menyebabkan urine mengalir balik sehingga tekanan
ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan balik akan
mempengaruhi kedua ginjal. Tetapi jika obstruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya batu
atau kekakuan, maka hanya satu ginjal yang rusak.
Obstruksi parsial atau intermitten dapat disebabkan oleh batu renal yang terbentuk di piala
ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi dapat diakibatkan oleh tumor yang
menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat obses atau inflamasi dekat ureter dan menjepit
saluran tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk sudut abnormal di pangkal ureter
atau posisi ginjal yang salah yang menyebabkan ureter kaku.
Pada pria lansia, penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat
pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat terjadi pada kehamilan akibat pembesaran uterus.
Apapun penyebabnya adanya akumulasi urine di piala ginjal akan menyebabkan distensi piala
dan kaliks ginjal. Pada saat ini, atrofi ginjal terjadi ketika salah satu ginjal mengalami kerusakan
bertahap maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertrofi komensatori) akhirnya
fungsi renal terganggu (Smeltzer, 2001:1442).
5. Pathway
6. Manifestasi Klinis
Gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi penyumbatan serta lamanya
penyumbatan
a. Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi akut dapat
menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi maka disuria, menggigil,
demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri dan piuria mungkin juga ada. Jika
kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti:
1) Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
2) Gagal jantung kongestif.
3) Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi
4) Pruritis (gatal kulit).
5) Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
6) Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
7) Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang.
8) Amenore, atrofi testikuler. (Smeltzer dan Bare, 2002)
b. Jika penyumbatan timbul dengan cepat (hidronefrosis akut), biasanya akan menyebabkan kolik
renalis ( nyeri yang luar biasa di daerah antara tulang rusuk dan tulang panggul) pada sisi
ginjal yang terkena.
c. Jika penyumbatan berkembang secara perlahan (hidronefrosis kronis), bisa tidak menimbulkan
gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul).
d. Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis renalis atau karena
penyumbatan sementara ureter akibat ginjal bergeser ke bawah.
e. Air kemih dari 10% penderita mengandung darah
f. Sering ditemukan infeksi saluran kemih (terdapat nanah di dalam air kemih), demam dan rasa
nyeri di daerah kandung kemih atau ginjal
g. Jika aliran air kemih tersumbat, bisa terbentuk batu (kalkulus).
h. Hidronefrosis bisa menimbulkan gejala saluran pencernaan yang samar-samar, seperti mual,
muntah dan nyeri perut.
i. Gejala ini kadang terjadi pada penderita anak-anak akibat cacat bawaan, dimana sambungan
ureteropelvik terlalu sempit.
j. Jika tidak diobati, pada akhirnya hidronefrosis akan menyebabkan kerusakan ginjal dan bisa
terjadi gagal ginjal
7. Komplikasi
Menurut Kimberly (2011) penyakit hidronefrosis dapat menyebabkan komplikasi sebagai berikut:
a. Batu ginjal
b. Sepsis
c. Hipertensi renovaskuler
d. Nefropati obstruktif
e. Infeksi
f. Pielonefritis
g. Ileus paralitik
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Adanya massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul, terutama jika ginjal sangat
membesar.
b. USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung kemih
c. Urografi intravena, bisa menunjukkan aliran air kemih melalui ginjal
d. Sistoskopi, bisa melihat kandung kemih secara langsung
e. Laboratorium
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya kadar urea karena ginjal tidak mampu membuang
limbah metabolik.
9. Penatalaksanaan Medis\
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab obstruksi, untuk
menangani infeksi, dan untuk mempertahankan serta melindungi fungsi renal. Untuk mengurangi
obstruksi urin harus dialihkan dengan tindakan nefrostomi atau tipe diversi lainnya. Infeksi
ditangani dengan agen antimikrobial karena sisa urin dalam kaliks menyebabkan infeksi dan
pielonefritis. Pasien disiapkan untuk pembedahan untuk mengankat lesi obstruktif (batu, tumor,
obstruksi ureter). Jika salah satu ginjal rusak parah dan fungsinya hancur, maka nefrektomi dapat
dilakukan.
a. hidronefrosis akut
1) Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka air kemih
yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya melalui sebuah jarum yang
dimasukkan melalui kulit)
2) Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka bisa dipasang
kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu
b. hidronefrosis kronik
1) diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air kemih
2) Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan dan ujung-
ujungnya disambungkan kembali
3) dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa.
Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan untuk
melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang berbeda
4) Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:
a) terapi hormonal untuk kanker prostat
b) pembedahan
c) pelebaran uretra dengan dilator