Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN KOLIK RENAL DI POLIKLINIK UROLOGI

RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO


KLATEN

Oleh

Fahmi Alfi Dayanti

2520142592

2D

PROGRAM STUDI DII KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO

2016
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan ini di susun untuk memenuhi tugas mandiri PKK KMB I
semester IV di Poliklinik Urologi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Telah disahkan pada :

Hari :.................

Tanggal :.................

Disusun Oleh

Mahasiswa

( Imas Caemora Menati Klasima )

2520142595

Pembimbing Klinik Rumah Sakit Pembimbing Klinik Akademik

(Agus Purwanta, Amk) (EvaNurmalina,S.kep,.Ns,.M.Kep,.Sp.kom)

LAPORAN PENDAHULUAN HIDRONEFROSIS


1. Konsep Dasar Teori
A. Definisi
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau kedua ginjal akibat
obstruksi. Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga tekanan
diginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan balik akan
mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau
kekakuan, maka hanya satu ginjal saja yang rusak. ( Smeltzer & Bare,2002 )
Hidronefrosis adalah pembengkakan ginjal yang terjadi sebagai akibat
akumulasi urin di saluran kemih bagian atas. Hal ini biasanya disebabkan adanya
penyumbatan disuatu tempat di sepanjang saluran kemih.
Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis renalis dan calyces, serta atrofi progresif dan
pembesaran kistik ginjal, dapat juga disertai pelebaran ureter (hidroureter).

B. Etiologi
Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan
ureteropelvik (sambungan antara ureter dan pelvis renalis) :
1. Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke pelvis renalis terlalu

tinggi
2. Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah
3. Batu di dalam pelvis renalis
4. Penekan pada ureter oleh : jaringan fibrosa, arteri atau vena yangletaknya

abnormal,tumor
5. Hedronefrosis juga dapat terjadi akibat adanya penyumbatan di bawah
ureteropelvik atau karena arus balik air kemih dari kandungkemih :
Batu di dalam ureter.
Tumor di dalam atau di dekat ureter.
Penyempitan ureter akibat cacat bawaan , cidera, infeksi, terapi

penyinaran atau pembedahan .


Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter..
Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter
akibat pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid).
Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung
kemih).
Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ
panggul lainnya.
Sumbatan yang menghalangi air kemih dari kandung kemih ke
uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker.
Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau
cidera.
Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu
menghalangi kontraksi ureter.

Kadang hidronefrosis terjadi selama kehamilan akibat pembesaran rahim


tertekan ureter. Perubahan hormonal akan memeperburuk keadaan ini karena
mengurangi kontraksi ureter yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung
kemih. Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilam berakhir, meskipun sesudahnya
pelvis renalis dan ureter mungkin tetap agak melebar.
Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi kontraksi
otot ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Jaringan
fibrosa lalu akan menggantikan kedudukan jaringan otot yang normal di dinding
ureter sehingga terjadi kerusakan yang menetap.

C. Manifesti Klinis
Gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi penyumbatan serta
lamanya penyumbatan, Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara
bertahap. Obstruksi akut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang.
Jika terjadi infeksi maka disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria
akan terjadi. Hematuri dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kena maka
tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti:
1. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
2. Gagal jantung kongestif.
3. Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi
4. Pruritis (gatal kulit).
5. Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
6. Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
7. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang.
8. Amenore, atrofi testikuler. (Smeltzer dan Bare, 2002)
Jika penyumbatan timbul dengan cepat (hidronefrosis akut), biasanya akan
menyebabkan kolik renalis ( nyeri yang luar biasa di daerah antara tulang rusuk dan
tulang panggul) pada sisi ginjal yang terkena. Jika penyumbatan berkembang secara
perlahan (hidronefrosis kronis), bisa tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di
daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul).
Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis renalis atau
karena penyumbatan sementara ureter akibat ginjal bergeser ke bawah. Air kemih
dari 10% penderita mengandung darah. Sering ditemukan infeksi saluran kemih
(terdapat nanah di dalam air kemih), demam dan rasa nyeri di daerah kandung
kemih atau ginjal. Jika aliran air kemih tersumbat, bisa terbentuk batu
(kalkulus). Hidronefrosis bisa menimbulkan gejala saluran pencernaan yang samar-
samar, seperti mual, muntah dan nyeri perut. Gejala ini kadang terjadi pada
penderita anak-anak akibat cacat bawaan, dimana sambungan ureteropelvik terlalu
sempit. Jika tidak diobati, pada akhirnya hidronefrosis akan menyebabkan
kerusakan ginjal dan bisa terjadi gagal ginjal.

D. Patofisiologi
Hidronefrosis merupakan respons hasil dari proses anatomis atau fungsional dari
suatu gangguan aliran urine. Gangguan ini dapat terjadi dimana saja di
sepanjang saluran urine dari ginjal sampai ke meatus uretra.
Kenaikan tekanan ureter menyebabkan perubahan yang ditandai di
filtrasi glomerular, fungsi tubular, Dn aliran darah ginjal. Laju filtrasiglomerulus
(GFR) menurun secara signifikan dalam hitungan jam setelah obstruksi akut.
Penurunan signifikan dapat bertahan selama berminggu minggu setelah relief
obstruksi. Selain itu, kemampuan tubular ginjal untuk mengangkut natrium, kalium,
dan proton, serta berkonsentrasi dan untuk mencairkan urine sangat terganggu.
Tingkat gangguan fungsional secara langsung berkaitan dengan durasi dan
luasnya obstruksi. Pada gangvuan fungsional yang terjadi bersifat reversible dengan
sedikit perubahan anatomis. Sementara itu, pada kondisi gangguan kronis akan
mengakibatkan atrofi tubulus mendalam dan kehilangan nefron permanen.
Peningkatan tekanan ureter juga menghasilkan refluk pyelovenous dan
pyelolymphatic. Perubahan bruto dalam saluran kemih bergantung pada durasi,
derajat, dan tingkat obstruksi. Dalam sistem pengumpulan intrarenal, derajat dilatasi
diatasi oleh parenkim ginjal.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik
Pada pasien dengan hidronefrosis berat, palpasi ginjal dapat teraba, dengan
hidronefrosis bilateral, edema ekstremitas bawah dapat terjadi.
2. Laboratorium
Urinalisis, pyuria menunjukkan adanya infeksi. Hematoriamikroskopik
menunjukkan adanya batu atau tumor
Hitung jumlah sel darah lengkap: leukositosisnmungkin menunjukan infeksi akut.
Kimia serum: hidronefrosis bilateral dan hidroureter dapat mengakibatkan
peningkatan kadar BUN dan kratinin. Selain itu hiperkalimia dapat menjadi
kondisi yang mengancanm kehidupan.
3. Pyelograpi intravena(IVP)
Pyelograpi intravena ini berguna untuk mengidentifikasikeberadaan dan
penyebab hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal merupakan penyebab yang
paling mudah yang dapat mengidentifikasi berdasarkan IVP.
4. CT scan
Memiliki peran penting dalam evaluasi dan hidroureter. Proses retroperitroneal
penyebab obstruksi ekstrinsik dari ureter dan kandung kemih dapat dievaluasi
dengan baik melalui CT.

F. Penatalaksaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki
penyebab obstruksi untuk menangani infeksi dan untuk mempertahankan serta
melindungi fungsi renal.
Untuk mengurangi obstruksi, urine harus dialihkan melalui refrostomi atau tipe
diversi. Infeksi ditangani dengan agen antimikroloid karena sisa urine dalam kaliks
menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien dipersiapkan untuk pembedahan yaitu
untuk mengangkat lesi obstruktif (batu, tumor, obstruksi ureter). Jika salah satu
ginjal rusak berat dan fungsinya hancur, maka nefraktomi (pengangkatan ginjal).
G. Komplikasi
Menurut Kimberly (2011) penyakit hidronefrosis dapat menyebabkan komplikasi
sebagai berikut:
a. Batu ginjal
b. Sepsis
c. Hipertensi renovaskuler
d. Nefropati obstruktif
e. Infeksi
f. Pielonefritis
g. Ileus paralitik

2. Penatalaksanaan Keperawatan
A. Pengkajian
a. Identitas pasien dan identitas penanggung jawab
b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak
sekitar perut. Tidak nafsu makan, mual, muntah dan diare. Badan panas
hanya 1 hari pertama sakit.
Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengeluh kelainan pada ginjal sebelumnya, atau
gejala-gejala tumor wilms.
Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada riwayat keluarga klien pernah mengidap kanker atau tumor
sebelumnya.
Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan TTV pada klien, melakukan pemeriksaan
secara head to toe yang harus diperhatikan adalah palpasi abdomen
yang cermat dan pengukuran tekanan darah pada klien. Tumor dapat
memproduksi rennin atau menyebabkan kompresi vaskuler sehingga
mengakibatkan hipertensi pada anak.
Pemeriksaan kebutuhan Fisik dan Psikososial
1. Pola Nutrisi dan Metabolik.
Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi
natrium dan air,edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien
mudah mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun.
Adanya mual,muntah,dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi
yang tidak adekuat. BB meningkat karena adanya edema. Perlukaan
pada kulit dapat terjadi karena uremia.
2. Pola Eliminasi.
Eliminasi urine : gangguan pada glomerulus menyebabkan sisa-sisa
metabolisme tidak dapat di ekskresi dan terjadi penyerapan kembali
air dan natrium pada tubulus ginjal yang tidak mengalami gangguan
yang menyebabkan oliguri, anuria, proteinuria, dan hematuria.
3. Pola Aktivitas dan latihan.
Pada klien dengan kelemahan malaise,kelemahan otot dan
kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam
perawatan,klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan
tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk di
mulai bila tekanan darah udah normal selama satu minggu. Adanya
edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada,penggunaan
otot bantu napas, teraba massa, auskultasi terdengar rales, dispnea,
ortopnea, dan pasien terlihat lemah ( kelebihan beban sirkulasi
sehingga menyebabkan pembesaran jantung ), anemia, dan
hipertensi yang di sebabkan oleh spasme pembuluh darah.

4. Pola Tidur dan Istirahat.


Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena
adanya uremi, keletihan, kelemahan malaise, keemahan otot dan
kehilangan tonus.
5. Pola Kognitif dan Perseptual.
Penigkatan ureum darah menyebabkan kuit bersisik kasar dan gatal-
gatal karena adanya uremia. Gangguan penglihatan dapat terjadi
apabila terjadi ensefalopati hipertensi.
6. Persepsi Diri
Klien dan orang tuanya cemas dan takut karena adanya warna urine
yang berwarna merah, adanya edema, serta perawatan yang lama.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya tekanan di ginjal
yang meningkat.
Intervensi
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya tekanan ginjal yang
meningkat.
Tujuan : nyeri terkontrol / berkurang
Kriteria hasil : pasien mengatakan nyeri berkurang dengan spasme
terkontrol, tampak rileks, mampu istirahat dengan tepat.
Intervensi Rasional
Catat lokasi, lamanya, intensitas dan Bantu mengevaluasi tempat obstruksi
penyebaran dan kemajuan gerakan kalkulus
Bantu dan dorong penggunaan nafas, Memberikan kesempatan untuk
berfokus bimbingan imajinasi dan pemberi perhatian dan membantu
aktifitas teraupetik relaksasi otot
Dorong dan ambulasi sesuai indikasi Hidrasi kuat meningkatkan lewatnya
dan tingkatkan pemasukan cairan batu, mencegah statis urin dan
sedikitnya 3-4 L/ hari mencegah pembentukan batu
Perhatikan keluhan penambahan/ Dapat menyebabkan perforasi dan
menetapnya nyeri abdomen ekstravasasi urin ke dalam arca prianal
Berikan obat sesuai indikasi Biasanya diberikan sebelum episode
akut untuk meningkatkan relaksasi
otot / mental

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 1990. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Price,sylvia,A,1995, patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Alih
bahasa:peter anugerah. Edisi 4, jakarta:EGC
Price. Sylvia anderson,2001. Patofisiologi vol 2. Jakarta:EGC
RN, swearingen.2001. keperawataan medikal bedah edisi 2. Jakarta: EGC
Robins, stanley L,2001. Patofisiologi II edisi 4. Jakarta:EGC
Smeltzer, suzanene C,2001. Buku ajar keperawatan medikal bedal brunner and
suddarth. Alih bahasa :agung waluyo (et al).edisi 8 volume 2.jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai