HIDRONEFROSIS
Disusun oleh:
EGA SURYAANI
NIM. 210721026
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Hidronefrosis merupakan suatu keadaan pelebaran dari pelvis ginjal dan
kalises. Adanya hidronefrosis harus dianggap sebagai respons fisiologis
terhadap gangguan aliran urine. Meskipun hal ini sering disebabkan oleh
proses obstruktif, tetapi dalam beberapa kasus, seperti megaureter sekunder
untuk refluks prahalir, system pengumpulan mungkin membesar karena tidak
adanya obstruktif (Arif Muttaqin dan Kumala Sari, 2018).
Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung
kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks
ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim
ginjal (Sylvia, 2019).
Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis uterus yang dihasilkan oleh obstruksi aliran
keluar urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang menekan ureter sehingga pelvis
membesar dan terdapat destruksi progresif jaringan ginjal (Gibson, 2020). Hal ini
akan menyebabkan ginjal mengembung dan menekan jaringan ginjal yang
rapuh. Pada akhirnya, tekanan hidronefrosis yang menetap dan berat akan
merusak jaringan ginjal sehingga secara perlahan ginjal akan kehilangan
fungsinya.
B. Etiologi
C. Klasifikasi
D. Manifestasi Klinis
Gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi
penyumbatan serta lamanya penyumbatan
1. Obstruksi akut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang.
Jika terjadi infeksi maka disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan
serta piuria akan terjadi. Hematuri dan piuria mungkin juga ada. Jika
kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan
muncul, seperti:
a) Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
b) Gagal jantung kongestif.
c) Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi
d) Pruritis (gatal kulit).
e) Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
f) Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
g) Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang.
h) Amenore, atrofi testikuler. (Smeltzer dan Bare, 2011).
2. Jika penyumbatan timbul dengan cepat (hidronefrosis akut), biasanya
akan menyebabkan kolik renalis ( nyeri yang luar biasa di daerah antara
tulang rusuk dan tulang panggul) pada sisi ginjal yang terkena.
a) Jika penyumbatan berkembang secara perlahan (hidronefrosis
kronis), bisa tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah
antara tulang rusuk dan tulang pinggul).
b) Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis
renalis atau karena penyumbatan sementara ureter akibat ginjal
bergeser ke bawah.
c) Air kemih dari 10% penderita mengandung darah
d) Sering ditemukan infeksi saluran kemih (terdapat nanah di dalam air
kemih), demam dan rasa nyeri di daerah kandung kemih atau ginjal
e) Jika aliran air kemih tersumbat, bisa terbentuk batu (kalkulus).
E. Patofisiologi
Obstruksi pada aliran normal urine menyebabkan urine mengalir balik
sehingga tekanan ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau
kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal. Tetapi jika
obstruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan, maka
hanya satu ginjal yang rusak.
Obstruksi parsial atau intermitten dapat disebabkan oleh batu renal
yang terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya.
Obstruksi dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter atau berkas
jaringan parut akibat obses atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran
tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk sudut abnormal di
pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah yang menyebabkan ureter kaku.
Pada pria lansia, penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada pintu
kandung kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat terjadi
pada kehamilan akibat pembesaran uterus (Smeltzer, 2019).
F. Pemeriksaan Fisik
1. B1 (Breathing)
Tidak ada ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan = kiri, nyeri tekan
tidak ada, sonor seluruh lapangan paru, suara dasar vesikuler seluruh
lapang paru, tidak ada suara tambahan.
2. B2 (Blood)
Jantung: Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung
dalam batas normal, S1>S2, regular, tidak ada suara tambahan,
Peningkatan tekanan darah, kulit hangat dan Sirkulasi pucat
3. B3 (Brain)
Nyeri abdomen, nyeri tulang rusuk dan tulang panggul, gelisah, distraksi
tergantung derajat keparahan
4. B4 (Bladder)
Penurunan frekuensi, oliguri, anuri, perubahan warna urin
5. B5 (Bowel)
Penurunan berat badan karena malnutrisi, anoreksia, mual, muntah
6. B6 (Bone)
Kelelahan, kelemahan, malaise
G. Diagnosa Medik
1. Adanya massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul, terutama
jika ginjal sangat membesar
2. USG, memberikan gambar ginjal, ureter, dan kandung kemih
3. Urografi intravena, bisa menunjukan aliran air kemih melalui ginjal
4. Sistoskopi, bisa melihat kandung kemih secara langsung
5. Laboratorium, pemeriksaan darah bisa menunjukan adanya kadar urea
karena ginjal tidak mampu membuang limbah metabolic
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
- Urinalisis : Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria
mikroskopik dapat menunjukkan adanya batu atau tumor, Volumenya
<400 ml/ hari dalam 24-28 jam setelah ginjal rusak, Warna urin
Kotor, terdapat sedimen kecoklatan yang menunjukkan adanya darah,
mioglobin, dan porfirin.
- Hitung jumlah sel darah lengkap: leukositosis mungkin menunjukkan
infeksi akut.
- Kimia serum: hidronefrosis bilateral dan hidroureter dapat
mengakibatkan peningkatan kadar BUN dan kreatinin. Selain itu,
hiperkalemia dapat menjadi kondisi yang mengancam kehidupan.
2. Radiodiagnostik
- USG abdomen : Berfungsi sebagai tes skrining pilihan untuk
menetapkan diagnosis dan hidronefrosis.
- IVP : Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi
keberadaan dan penyebab hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal
merupakan penyebab paling mudah yang dapat diidentifikasi
berdasarkan temuan IVP
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Non Medis
2. Penatalaksanaan Medis
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki
penyebab obstruksi, untuk menangani infeksi, dan untuk
mempertahankan serta melindungi fungsi renal.Untuk mengurangi
obstruksi urin harus dialihkan dengan tindakan nefrostomi atau tipe
diversi lainnya. Infeksi ditangani dengan agen antimikrobial karena sisa
urin dalam kaliks menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan
untuk pembedahan untuk mengankat lesi obstruktif (batu, tumor,
obstruksi ureter). Jika salah satu ginjal rusak parah dan fungsinya hancur,
maka nefrektomi dapat dilakukan.
a. Hidronefrosis akut
1) Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang
hebat, maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan
segera dikeluarkan (biasanya melalui sebuah jarum yang
dimasukkan melalui kulit).
2) Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat
batu, maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk
sementara waktu.
b. Hidronefrosis kronik
1) Diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi
penyumbatan air kemih
2) Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui
pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan kembali
3) dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan
fibrosa. Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat,
maka dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter dan
menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang
berbeda.
c. Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi: terapi hormonal
untuk kanker prostat
1) Pembedahan
2) pelebaran uretra dengan dilator
J. Komplikasi
K. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya tekanan di ginjal
yang meningkat
2. Gangguan perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi
saluran kemih
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat mual, muntah
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan
tubuh
L. Rencana Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya tekanan ginjal
yang meningkat
Tujuan : nyeri terkontrol / berkurang
Kriteria hasil : pasien mengatakan nyeri berkurang dengan spasme
terkontrol, tampak rileks, mampu istirahat dengan tepat
Intervensi:
1) Catat lokasi, lamanya, intensitas dan penyebaran, pertahankan TTV
Rasional : bantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan
gerakan kalkulus
2) Bantu dan dorong penggunaan nafas, berfokus bimbingan imajinasi
dan aktivitas terapeutik
Rasional : memberikan kesempatan untuk pemberian perhatian dan
membantu relaksasi otot
3) Dorong dengan ambulasi sesuai indikasi dan tingkatkan pemasukan
cairan sedikitnya 3-4 L/hari
Rasional : hidrasi kuat meningkatkan lewatnya batu, mencegah statis
urine dan mencegah pembentukan batu
4) Perhatikan keluhan penambahan / menetapnya nyeri abdomen
Rasional : obstruksi dapat menyebabkan perforasi dan ekstravasasi
urine ke dalam arca perianal
5) Berikan obat sesuai indikasi
Rasional : biasanya diberikan sebelum episode akut untuk
meningkatkan relaksasi otot / mental
2. Gangguan perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi
saluran kemih
Tujuan : dapat berkemih dengan jumlah normal dewasa ½ – 1
ml/kgbb/jam
Kriteria hasil : tidak mengalami tanda obstruksi
Intervensi
1) Dorong meningkatkan pemasukan cairan
Rasional : peningkatan hidrasi membilas bakteri darah dan membantu
lewatnya batu
2) Tentukan pola berkemih normal dan perhatikan variasi
Rasional : biasanya frekuensi meningkat bila kalkulus mendekati
pertemuan uretrovesikal
3) Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran
Rasional : akumulasi sisa berkemih dan ketidakseimbangan elektrolit
dapat menjadi toksik di ssp
4) Catat Px laboratorium, ureum, creatinin
Rasional : peningkatan ureum, creatinin mengindikasikan disfungsi
ginjal
5) Amati keluhan Vu penuh, palpasi untuk distensi suprabubik,
pertahankan penurunan keluaran urine
Rasional : retensi urine dapat terjadi, menyebabkan distansi jaringan
dan resiko infeksi, gagal ginjal
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat, mual, muntah
Tujuan : kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil : nafsu makan meningkat, tidak mengalami tanda malnutrisi
lebih lanjut Intervensi
1) Kaji dan catat pemasukan diet
Rasional : membantu mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet
2) Berikan makan sedikit tapi sering
Rasional : meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan
status uremik
3) Timbang BB setiap hari
Rasional : perubahan kelebihan 0,5 kg dapat menunjukkan
perpindahan keseimbangan cairan
4) Awasi Px lab, contoh BUN, albumin serum, natrium, kalium
Rasional : indikator kebutuhan nutrisi, pembatasan aktivitas terapi
5) Berikan / Kolaborasi obat antidiuretik
Rasional : menghilangkan mual, muntah, meningkatkan pemasukan
oral
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan
tubuh
Tujuan : tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : tidak menunjukkan tanda dan gejala infeksi
1) Tingkatkan cuci tangan yang baik pada pasien dan perawat
Rasional : menurunkan resiko kontaminasi silang
2) Bantu nafas dalam, batuk dan pengubahan posisi
Rasional : mencegah atelektosis dan kemobilisasi secret untuk
menurunkan resiko infeksi
3) Kaji integritas kulit
Rasional : ekskorisasi akibat gesekan dapat menjadi infeksi sekunder
4) Awasi tanda vital
Rasional : demam dengan peningkatan nadi dan pernafasan adalah
tanda peningkatan laju metabolik dan proses inflamasi
5) Awasi Px lab, contoh SDP dengan diferensial
Rasional : SDP meningkat mengindikasi infeksi.