OLEH :
WENIE
NIM : 2017.C.09a.0913
OLEH :
WENIE
NIM : 2017.C.09a.0913
LEMBAR PERSETUJUAN
PEMBIMBING PRAKTIK
Mengetahui
Kepala Ruangan
., S. Kep., Ners
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Ketua Program Studi Ners
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas Kasih dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Nefrolitiasis Di Ruang Perioperatif
(IBS) RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”.
Penulisan Laporan pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, baik materi, moral maupun spritual.
Bersama ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Maria Adelheid, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka Raya
yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan memberi izin untuk
melaksanakan penelitian.
2. Meilita Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
di STIKes Eka Harap Palangka Raya yang telah memberikan bantuan dalam proses
pembelajaran..
3. Rimba Aprianti,S.Kep.,Ns , selaku Pembimbing Akademik yang telah
meluangkan waktunya membimbing penulisan dalam menyelesaikan Studi Kasus ini
dengan ikhlas dan sabar.
4. Merry Triana ,S.Kep.,Ns ,selaku Pembimbing Lahan yang telah banyak
memberikan saran dan bimbingannya dalam menyelesaikan laporan pendahuluan ini.
5. Seluruh dosen dan staf yang telah bersedia memberikan ilmu, membimbing,
mendidik dan membantu selama ini.
6. Kedua orang tua saya, adik saya yang selalu memberi dukungan, bantuan baik
moril maupun materil, doa serta cinta kasihnya selama ini, serta keluarga besar saya
terima kasih atas dukungannya selama ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan studi kasus ini masih jauh dari
sempurna. Maka dengan ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak.
Semoga laporan pendahuluan ini dapat berguna bagi pengembangan Ilmu
Keperawatan dan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan Berkat dan
KaruniaNya kepada kita semua.
Palangka Raya, Oktober
2021
Penulis
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar II.1
Anatomi Ginjal
(Sumber: Smeltzer, 2019:1365)
1.1.2 Definisi
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu
tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urine (kalsium oksolat asam urat, kalium
fosfat, srtruvit dan sistin). Ukuran batu tersebut bervariasi dari yang granular (pasir
dan kerikil) sampai sebesar buah jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan
dengan spontan, pria lebih sering terkena penyakit ini daripada wanita dan
kekambuhan merupakan hal yang mungkin terjadi. (Mansjoer Arief, 2020)
Nefrolitiasis merujuk pada batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk didalam
saluran saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari
substansi ekskresi di dalalm urine. (Nursalam, 2018)
Nefrolitiasis adalah batu ginjal yang ditemukan didalam ginjal, yang
merupakan pengkristalan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya nanah,
darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli terdiri atas garam kalsium
(oksala dan fosat) atau magnesium fosat dan asam urat. (Baradero, 2018)
Nefrolitiasis adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di saluran
kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan saluran kemih atau
infeksi. Batu ini dapat terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di kandung
kemih (batu kandung kemih), proses pembentukan ini disebut urolitiasis (litiasis
renalis, nefrolitiasis). (Sjamsuhidrajat, 2017)
1.1.3 Klasifikasi
Pembentukan batu saluran kemih atau ureter dapat diklasifikasikan menjadi sebagai
berikut:
a. Batu kalsium
Paling sering terjadi (90%), dalam bentuk kalsium oksalat atau kalsium fosfat.
Mulai dari ukuran pasir sampai memenuhi pelvis renal (batu stoghorn).
Hiperkalsiuria dapat disebabkan oleh beberapa hal:
1. Kecepatan reabsorpsi tulang yang tinggi yang melepas kalsium,seperti pada
hiperparatiroid, immobilias, dan cushing disease.
2. Absorpsi kalsium di perut dalam jumlah besar, seperti: sarcoidosis atau milk-
alkali sindrom.
3. Gangguan absorpsi tubulus ginjal.
4. Abnormalitas struktur traktur urinarius, seperti: sponge kidney.
b. Batu oksalat
Paling sering terjadi di daerah yang makanan utamanya sereal, dan jarang
terjadi di daerah peternakan. Meningkatnya oksalat disebabkan oleh:
1. Hiperabsorpsi oksalat pada inflamasi bowel disease dan intake tinggimakanan
berbahan kecap.
2. Post ileal resection atau post operasi bypass usus kecil.
3. Overdosis vitamin C atau asam askorbat.
4. Malabsorpsi lemak, yang menyebabkan calcium binding dan oksalat dilepas
untuk diabsorpsi.
c. Batu struvit
Disebut juga triple fosfat: carbonat, magnesium, dan ammonium fosfat. Pada
urin tinggi ammonia karena infeksi oleh bakteri yang mengandung enzim urease,
seperti proteus, pseudomonas, klebsiella, stapilococcus,yang memecah urea
menjadi 2 molekul ammonia, sehingga pH urin menjadi alkali. Biasa membentuk
batu staghorn, sering membuat abses,dan sulit dieliminasi karena batu
mengelilingi bakteri sehingga terlindung dari antibiotic.
d. Batu asam urat
Disebabkan karena peningkatan ekskresi asam urat, kurang cairan,atau pH
urin rendah. Orang dengan gout primer/sekunder berisikomengalami batu asam
urat.
e. Batu sistin
Merupakan hasil dari gangguan metabolic asam amino congenital dari
gangguan autosom resesif, yang mengakibatkan terbentuknya Kristalcistin di urin
yang terutama terjadi pada anak-anak dan remaja, sedangkan pada dewasa jarang
terjadi.
f. Batu xantin
Bersifat herediter, akibat defisiensi xantin oksidase. Kristal dipicu pada urin
yang asam. (Mansjoer Arief, 2020)
1.1.4 Etiologi
Batu ginjal merupakan konsisi terdapatnya kristal kalsium dalam ginjal,
kristal tersebut dapat berupa kalsium oksalat, kalsium fosfat maupun kalsium sitrat.
Tidak ada penyebab yang bisa dibuktikan yang sering menjadi predisposisi adalah
infeksi saluran kemih hiperkasiuria, hiperpospaturia, hipervitaminosis D dan
hipertiroidism dan kebanyakan intake kalsium serta alkali cenderung timbul
presipitasi garam kalsium dalam urine.
a. Faktor intrinsik, meliputi:
1. Herediter
Diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2. Umur
Paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin
Jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
b. Faktor ekstrinsik, meliputi:
1. Geografi
Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)
2. Suhu
Nefrolitiasis lebih banyak ditemukan pada daerah bersuhu tinggi.
3. Asupan air
Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4. Diet
Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu
saluran kemih.
5. Pekerjaan
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk
atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).
6. Infeksi
Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum dan membentuk amonium akan
mengubah pH urin menjadi alkali dan akan mengendapkan garam-garam
fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada.
Selain itu ada beberapa teori yang ,membahas tentang proses pembentukan batu yaitu:
a. Teori inti (nucleus)
Batu terbentuk didalam urin karena adanya inti batu atau sabuk batu
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan
mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu
dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.
b. Teori matriks
Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin, dan
mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.
c. Teori inhibitor kristalisasi
Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal yakni
magnesium, sitrat,pirofosfat, mukoprotein, dan beberapa peptida. Jika kadar salah
satu atau beberapa zat ini kurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam
saluran kemih ( Mansjoer Arief , 2020)
1.1.6 Patofisiologi
Batu saluran kemih biasanya timbul akibat terjadinya kerusakan pada sistem
keseimbangan cairan yang baik. Ginjal harus mengolah air, namun ginjal juga harus
mengekskresikan materi yang derajat kelarutannya rendah. Dua persyarafan yang
berlawanan ini harus diseimbangkan selama adaptasi terhadap diet, iklim dan
aktivitas. Hingga derajat tertentu, masalah ini diringankan oleh kenyataan bahwa urin
mengandung substansi yang menghambat proses klristalisasi kalsium dan garam
lainnya yang dapat mengikat kalsium menjadi senyawa kompleks yang larut,
mekanisme protektif ini kurang begitu sempurna.
Hiperkalsiuria seringkali menyebabkan pembentukan batu kalsium oksalat yang
mengendap dalam ginjal dan berubah menjadi batu dalam sekian waktu.
Hiperurikosuria dengan atau tanpa hiperurikemia merupakan faktor yang paling
mendasar pembentukan batu ginjal. Infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh
organisme pemecah-urin menyebabkan alkalinisasi urin dan produksi ammonia yang
berlebih, yang dapat mengakibatkan presipitasi magnesium ammonium fosfat (struvit)
dan kalsium fosfat. Benda-benda ini bekerja sebagai benda asing, menyebabkan
obstruksi dan infeksi secara terusmenerus. Saat urin menjadi “super” jenuh dengan
materi yang tidak dapat larut, karena laju ekskresinya berlebihan dan atau karena
konservasi air begitu ekstrim, maka kristal mulai terbentuk dan dapat membesar serta
mengelompok untuk membentuk sebuah batu.
Batu yang terjebak di ureter, menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa.
Pasien sering merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit yang keluar menyebabkan
perubahan eliminasi urin dan biasanya urin yang dikeluarkan mengandung darah
(hematuria) akibat aksi abrasif batu. Umumnya batu diameter < 0,51 cm keluar
spontan. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di seluruh area
kostovertebral dan muncul mual dan muntah, maka pasien sedang mengalami kolik
renal yang dapat mengakibatkan kekurangan volume cairan.
Untuk itu dilakukan pembedahan. Pasien post operasi yang masih terpengaruh
anestesi mengalami penurunan kesadaran dan mengalami kelemahan fisik yang
mengakibatkan terjadinya hambatan mobilitas fisik. Pada daerah insisi dimana terjadi
terputusnya kontinuitas jaringan yang merupakan tempat masuknya organisme
sehingga pasien beresiko tinggi mengalami infeksi, selain itu pada daerah insisi
mengenai sel-sel syaraf sehingga sensasi syaraf nyeri meningkat, pasien mengalami
gangguan rasa nyaman nyeri. Nyeri bertambah bila untuk bergerak hal ini
menyebabkan pasien mengalami defisit perawatan diri. Pada proses penyembuhan
daerah yang diinsisi, tubuh mengalami peningkatan metabolisme sehingga mengalami
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Pada proses penyembuhan diperlukan nutrisi dan diit yang dapat mempercepat
proses penyembuhan luka, maka dilakukan pendidikan kesehatan dimana pasien
kurang informasi menyebabkan kurang pengetahuan pada pasien.( Corwin, 2019 )
Pathway
Faktor Intrinsik Faktor Ekstrinsik Pada ginjal Hiperkalsiuria
Herediter Geografi
Umur Suhu
Jenis kelamin Asupan air Banyak zat Pembentukan batu
Diet terlarut dalam kalsium oksalat
Pekerjaan urin
Infeksi
Mengendap di
ginjal
Zat pelarut
mengendap
Endapan menjadi
batu
NEFROLITIASIS
Gangguan
eliminasi urin
1.1.7 Komplikasi
1. Gagal ginjal
Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah
yang disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen
terhambat. Hal in menyebabkan iskemis ginjal dan jika dibiarkan
menyebabkan gagal ginjal.
2. Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk
perkembangbiakan microorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi
pada peritoneal.
3. Hidronefrosis
Karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk
diginjal dan lama-kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urin.
4. Avaskuler ischemia
Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi
kematian jaringan. (Mansjoer Arief, 2019)
b. Laboratorium
Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau
polisitemia.
Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum
dan kalsium urine.
c. Urinalisa
Warna kuning, coklat atau gelap. : warna : normal kekuning-kuningan,
abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine,
kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal). pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata
6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali (meningkatkan
magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), Urine 24 jam :
Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin
meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil
normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk
mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar
perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet
tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan status katabolik (cedera,
infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl
perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan
kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. Abnormal
(tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu
obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
1.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada batu ginjal, yaitu:
1.1.9.1 Penatalaksanaan medis
a) Terapi medis dan simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu
yang dapat dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin
G. Terapi simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat
diberikan minum yang lebih/banyak sekitar 2000 cc/hari dan pemberian
diuretik bendofluezida 5 – 10 mg/hr.
b) Terapi mekanik (Litotripsi)
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan
untuk membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini
disebut nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering
dilakukan adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan menggunakan
gelombang kejut.
c) Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat
gelombang kejut). Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode
utama. Namun demikian saat ini bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien.
Intervensi bedah diindikasikan jika batu tersebut tidak berespon terhadap
bentuk penanganan lain. Ini juga dilakukan untuk mengoreksi setiap
abnormalitas anatomik dalam ginjal untuk memperbaiki drainase urin. Jenis
pembedahan yang dilakukan antara lain:
1) Pielolititomi : jika batu berada di piala ginjal
2) Nefrolithotomi/nefrektomi : jika batu terletak didalam ginjal
3) Ureterolitotomi : jika batu berada dalam ureter
4) Sistolitotomi : jika batu berada di kandung kemih
d) Obat diuretik thiazid ( misalnya trichlorometazid)akan mengurangi
pembentukan batu yang baru.
1.2 Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan ditujukan untuk mengurangi nyeri
a. Peredaan segera pada nyeri hebat karena kolik uterteral atau renal diatasi
dengan analgesik narkotik.
b. Pasien dilanjutkan untuk memilih posisi yang nyaman.
c. Mandi air panas atau air hangat diarea panggul dapat mengurangi nyeri.
d. Masukan cairan sepanjang hari mengurangi konsentrasi kristaloid urin,
mengencerkan urin dari dan menjamin keluaran urin yang besar.
(Sjamsuhidajat, 2019)
1. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling menggangu ketidak nyamanan dalam aktivitas
atau yang menggangu saat ini. keluhan utama yang lazim didapatkan adalah nyeri pada
pinggang. Untuk lebih komprehensifnya, pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan
pendekatan PQRST.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Di mana mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang
mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di bawa ke RS.
3. Riwayat Kesehatan Penyakit Dahulu
Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam ginjal.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan dari orang tua.
5. Riwayat psikososial
Siapa yang mengasuh klien, bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya dan
bagaimana perawat secara umum.
1.2.3 Intervensi
Pre Op
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi urin.
(Nanda,
2015)