Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA

NEFROLITIASIS DIRUANG PERIOPERATIF (IBS)


RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

OLEH :
WENIE
NIM : 2017.C.09a.0913

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2021

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA


NEFROLITIASIS DIRUANG PERIOPERATIF (IBS)
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA
Dibuat Sebagai Syarat Dalam Menempuh Praktik Praklinik Keperawatan
Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya

OLEH :
WENIE
NIM : 2017.C.09a.0913

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2021

LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan ini disusun oleh:


Nama : Wenie
Nim : 2017.C.09a.0913
Judul : Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Diagnosa Medis
Nefrotialisis di Ruang Perioperatif (IBS) RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya
Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan program Sarjana Keperawatan Praktik Pra Klinik pada Program Studi
Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Rimba Aprianti, S.Kep.,Ners Merry Triana, S.Kep.,Ns

Mengetahui
Kepala Ruangan

., S. Kep., Ners

LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan ini disusun oleh:


Nama : Wenie
Nim : 2017.C.09a.0913
Judul : Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Diagnosa Medis
Nefrotialisis di Ruang Perioperatif (IBS) RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan program Sarjana Keperawatan Praktik Pra Klinik pada Program Studi
Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.
PEMBIMBING PRAKTIK

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Rimba Aprianti, S.Kep.,Ners Merry Triana, S.Kep.,Ns

Mengetahui
Ketua Program Studi Ners

Meilitha Carolina, Ners., M.Kep


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas Kasih dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Nefrolitiasis Di Ruang Perioperatif
(IBS) RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”.
Penulisan Laporan pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, baik materi, moral maupun spritual.
Bersama ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Maria Adelheid, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka Raya
yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan memberi izin untuk
melaksanakan penelitian.
2. Meilita Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
di STIKes Eka Harap Palangka Raya yang telah memberikan bantuan dalam proses
pembelajaran..
3. Rimba Aprianti,S.Kep.,Ns , selaku Pembimbing Akademik yang telah
meluangkan waktunya membimbing penulisan dalam menyelesaikan Studi Kasus ini
dengan ikhlas dan sabar.
4. Merry Triana ,S.Kep.,Ns ,selaku Pembimbing Lahan yang telah banyak
memberikan saran dan bimbingannya dalam menyelesaikan laporan pendahuluan ini.
5. Seluruh dosen dan staf yang telah bersedia memberikan ilmu, membimbing,
mendidik dan membantu selama ini.
6. Kedua orang tua saya, adik saya yang selalu memberi dukungan, bantuan baik
moril maupun materil, doa serta cinta kasihnya selama ini, serta keluarga besar saya
terima kasih atas dukungannya selama ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan studi kasus ini masih jauh dari
sempurna. Maka dengan ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak.
Semoga laporan pendahuluan ini dapat berguna bagi pengembangan Ilmu
Keperawatan dan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan Berkat dan
KaruniaNya kepada kita semua.
Palangka Raya, Oktober

2021

Penulis

BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Dasar Nefrolitiasis


1.1.1 Anatomi Fisiologi
Manusia memiliki sepasang ginjal.Dua ginjal terletak pada dinding posterior
abdomen, diluar rongga peritoneum. Sisi medial setiap ginjal merupakan daerah
lekukan yang disebut hilum tempat lewatnya arteri dan vena renalis, cairan limfatik,
suplai saraf , dan ureter yang membawa urine akhir dari ginjal ke kandung kemih,
tempat urine disimpan hingga dikeluarkan. Ginjal dilengkapi oleh kapsul fibrosa yang
keras untuk melindungi struktur dalamnya yang rapuh.Posisi ginjal kanan sedikit
lebih rendah dari posisi ginjal kiri karena ginjal kanan tertekan oleh organ hati.Kedua
ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3, sebagian dari bagian atas ginjal
terlindungi oleh iga ke sebelas dan dua belas.
Bentuk makroskopis ginjal pada  orang dewasa, bentuknya seperti kacang
polong dengan ukuran panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7 hingga 5,1
inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1 inci), dan beratnya sekitar 125- 150
gram, kira-kira seukuran kepalan tangan. Masing-masing ginjal manusia terdiri dari
kurang lebih satu juta nefron, masing-masing mampu membentuk urine. Ginjal tidak
dapat membentuk nefron baru. Oleh karena itu, pada trauma ginjal, penyakit ginjal,
atau proses penuaan yang normal akan terjadi penurunan jumlah nefron secara
bertahap.
Dibawah ini terdapat gambar tentang anatomi fisiologi ginjal

Gambar II.1
Anatomi Ginjal
(Sumber: Smeltzer, 2019:1365)

Bentuk makroskopis ginjal pada  orang dewasa, bentuknya seperti kacang


polong dengan ukuran panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7 hingga
5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1 inci), dan beratnya sekitar
125- 150 gram, kira-kira seukuran kepalan tangan. Masing-masing ginjal manusia
terdiri dari kurang lebih satu juta nefron, masing-masing mampu membentuk urine.
Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru. Oleh karena itu, pada trauma ginjal,
penyakit ginjal, atau proses penuaan yang normal akan terjadi penurunan jumlah
nefron secara bertahap. Setiap nefron terdiri dari glomerulus dan tubulus.
Glomerulus terdiri dari sekumpulan kapiler glomerulus yang dilalui
sejumlah besar cairan yang difiltrasi dari darah. Glomerulus tersusun dari suatu
jaringan kapiler glomerulus yang bercabang dan beranastomosis, yang mempunyai
tekanan hidrostatik tinggi (kira-kira 60 mmHg) bila dibandingkan dengan kapiler
lainnya. Kapiler glomerulus dilapisi oleh sel- sel epitel, dan keseluruhan glomerulus
dibungkus dalam kapsula bowman. Sedangkan tubulus merupakan tempat cairan
hasil filtrasi diubah menjadi urin dalam perjalanannya menuju pelvis ginjal.
Meskipun setiap nefron mempunyai semua komponen seperti yang digambarkan
diatas, tetapi tetap terdapat beberapa perbedaan, bergantung pada seberapa dalam
letak nefron pada massa ginjal. Nefron yang memiliki glomerulus dan terletak di
korteks sisi luar disebut nefon kortikal; nefron tersebut mempunyai ansa henle
pendek yang hanya sedikit menembus ke dalam medula. Kira-kira20-30% nefron
mempunyai glomerulus yang terletak di korteks renal sebelah dalam dekat medula,
dan disebut nefron jukstamedular; nefron ini mempunyai ansa henle yang panjang
dan masuk sangat dalam ke medula.

1.1.2 Definisi
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu
tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urine (kalsium oksolat asam urat, kalium
fosfat, srtruvit dan sistin). Ukuran batu tersebut bervariasi dari yang granular (pasir
dan kerikil) sampai sebesar buah jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan
dengan spontan, pria lebih sering terkena penyakit ini daripada wanita dan
kekambuhan merupakan hal yang mungkin terjadi. (Mansjoer Arief, 2020)
Nefrolitiasis merujuk pada batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk didalam
saluran saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari
substansi ekskresi di dalalm urine. (Nursalam, 2018)
Nefrolitiasis adalah batu ginjal yang ditemukan didalam ginjal, yang
merupakan pengkristalan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya nanah,
darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli terdiri atas garam kalsium
(oksala dan fosat) atau magnesium fosat dan asam urat. (Baradero, 2018)
Nefrolitiasis adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di saluran
kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan saluran kemih atau
infeksi. Batu ini dapat terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di kandung
kemih (batu kandung kemih), proses pembentukan ini disebut urolitiasis (litiasis
renalis, nefrolitiasis). (Sjamsuhidrajat, 2017)
1.1.3 Klasifikasi
Pembentukan batu saluran kemih atau ureter dapat diklasifikasikan menjadi sebagai
berikut:
a. Batu kalsium
Paling sering terjadi (90%), dalam bentuk kalsium oksalat atau kalsium fosfat.
Mulai dari ukuran pasir sampai memenuhi pelvis renal (batu stoghorn).
Hiperkalsiuria dapat disebabkan oleh beberapa hal:
1. Kecepatan reabsorpsi tulang yang tinggi yang melepas kalsium,seperti pada
hiperparatiroid, immobilias, dan cushing disease. 
2. Absorpsi kalsium di perut dalam jumlah besar, seperti: sarcoidosis atau milk-
alkali sindrom.
3. Gangguan absorpsi tubulus ginjal.
4. Abnormalitas struktur traktur urinarius, seperti: sponge kidney.
b. Batu oksalat
Paling sering terjadi di daerah yang makanan utamanya sereal, dan jarang
terjadi di daerah peternakan. Meningkatnya oksalat disebabkan oleh:
1. Hiperabsorpsi oksalat pada inflamasi bowel disease dan intake tinggimakanan
berbahan kecap. 
2. Post ileal resection atau post operasi bypass usus kecil.
3. Overdosis vitamin C atau asam askorbat.
4. Malabsorpsi lemak, yang menyebabkan calcium binding dan oksalat dilepas
untuk diabsorpsi.
c. Batu struvit
Disebut juga triple fosfat: carbonat, magnesium, dan ammonium fosfat. Pada
urin tinggi ammonia karena infeksi oleh bakteri yang mengandung enzim urease,
seperti proteus, pseudomonas, klebsiella, stapilococcus,yang memecah urea
menjadi 2 molekul ammonia, sehingga pH urin menjadi alkali. Biasa membentuk
batu staghorn, sering membuat abses,dan sulit dieliminasi karena batu
mengelilingi bakteri sehingga terlindung dari antibiotic.
d. Batu asam urat
Disebabkan karena peningkatan ekskresi asam urat, kurang cairan,atau pH
urin rendah. Orang dengan gout primer/sekunder berisikomengalami batu asam
urat.
e. Batu sistin
Merupakan hasil dari gangguan metabolic asam amino congenital dari
gangguan autosom resesif, yang mengakibatkan terbentuknya Kristalcistin di urin
yang terutama terjadi pada anak-anak dan remaja, sedangkan pada dewasa jarang
terjadi.
f. Batu xantin
Bersifat herediter, akibat defisiensi xantin oksidase. Kristal dipicu pada urin
yang asam. (Mansjoer Arief, 2020)

1.1.4 Etiologi
Batu ginjal merupakan konsisi terdapatnya kristal kalsium dalam ginjal,
kristal tersebut dapat berupa kalsium oksalat, kalsium fosfat maupun kalsium sitrat.
Tidak ada penyebab yang bisa dibuktikan yang sering menjadi predisposisi adalah
infeksi saluran kemih hiperkasiuria, hiperpospaturia, hipervitaminosis D dan
hipertiroidism dan kebanyakan intake kalsium serta alkali cenderung timbul
presipitasi garam kalsium dalam urine.
a. Faktor intrinsik, meliputi:
1. Herediter
Diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2. Umur
Paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin
Jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
b. Faktor ekstrinsik, meliputi:
1. Geografi
Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)
2. Suhu
Nefrolitiasis lebih banyak ditemukan pada daerah bersuhu tinggi.
3. Asupan air
Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4. Diet
Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu
saluran kemih.
5. Pekerjaan
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk
atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).
6. Infeksi
Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum dan membentuk amonium akan
mengubah pH urin menjadi alkali dan akan mengendapkan garam-garam
fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada.

Selain itu ada beberapa teori yang ,membahas tentang proses pembentukan batu yaitu:
a. Teori inti (nucleus)
Batu terbentuk didalam urin karena adanya inti batu atau sabuk batu
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan
mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu
dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.
b. Teori matriks
Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin, dan
mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.
c. Teori inhibitor kristalisasi
Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal yakni
magnesium, sitrat,pirofosfat, mukoprotein, dan beberapa peptida. Jika kadar salah
satu atau beberapa zat ini kurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam
saluran kemih ( Mansjoer Arief , 2020)

1.1.5 Manifestasi klinis


Keluhan pada penderita nefrolitiasis yaitu :
1. Nyeri dan pegal di daerah pinggang
Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu berada. Bila pada piala ginjal rasa
nyeri adalah akibat dari hidronefrosis yang rasanya lebih tumpul dan sifatnya
konstan. Terutama timbul pada costovertebral.
2. Hematuria
Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena adanya trauma
yang disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik.
3. Batu ginjal menimbulkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pelvis
ginjal serta ureter proksimal yang menyebabkan kolik.
4. Sumbatan
Batu menutup aliran urine akan menimbulkan gejala infeksi saluran kemih:
demam dan menggigil. (Nursalam, 2018)
5. Batu, terutama yang kecil (ureter), bisa tidak menimbulkan gejala
6. Batu di dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah.
Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menye
menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalias (nyeri kolik yang hebat). Kolik
renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara
tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan
paha sebelah dalam. (Smeltzer,2014)
7. Gejala lainya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam, menggigil
dan darah dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih,
terutama ketika melewati ureter. Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih.
Jika batu menyumbat aliran kemih menyumbat aliran kemih, bakteri akan
terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga
terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini di dalam air kemih yang terkumpul
diatas penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini
berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di dalam ginjal,
menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis)
dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal. (Mansjoer Arif, 2020 )

1.1.6 Patofisiologi
Batu saluran kemih biasanya timbul akibat terjadinya kerusakan pada sistem
keseimbangan cairan yang baik. Ginjal harus mengolah air, namun ginjal juga harus
mengekskresikan materi yang derajat kelarutannya rendah. Dua persyarafan yang
berlawanan ini harus diseimbangkan selama adaptasi terhadap diet, iklim dan
aktivitas. Hingga derajat tertentu, masalah ini diringankan oleh kenyataan bahwa urin
mengandung substansi yang menghambat proses klristalisasi kalsium dan garam
lainnya yang dapat mengikat kalsium menjadi senyawa kompleks yang larut,
mekanisme protektif ini kurang begitu sempurna.
Hiperkalsiuria seringkali menyebabkan pembentukan batu kalsium oksalat yang
mengendap dalam ginjal dan berubah menjadi batu dalam sekian waktu.
Hiperurikosuria dengan atau tanpa hiperurikemia merupakan faktor yang paling
mendasar pembentukan batu ginjal. Infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh
organisme pemecah-urin menyebabkan alkalinisasi urin dan produksi ammonia yang
berlebih, yang dapat mengakibatkan presipitasi magnesium ammonium fosfat (struvit)
dan kalsium fosfat. Benda-benda ini bekerja sebagai benda asing, menyebabkan
obstruksi dan infeksi secara terusmenerus. Saat urin menjadi “super” jenuh dengan
materi yang tidak dapat larut, karena laju ekskresinya berlebihan dan atau karena
konservasi air begitu ekstrim, maka kristal mulai terbentuk dan dapat membesar serta
mengelompok untuk membentuk sebuah batu.
Batu yang terjebak di ureter, menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa.
Pasien sering merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit yang keluar menyebabkan
perubahan eliminasi urin dan biasanya urin yang dikeluarkan mengandung darah
(hematuria) akibat aksi abrasif batu. Umumnya batu diameter < 0,51 cm keluar
spontan. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di seluruh area
kostovertebral dan muncul mual dan muntah, maka pasien sedang mengalami kolik
renal yang dapat mengakibatkan kekurangan volume cairan.
Untuk itu dilakukan pembedahan. Pasien post operasi yang masih terpengaruh
anestesi mengalami penurunan kesadaran dan mengalami kelemahan fisik yang
mengakibatkan terjadinya hambatan mobilitas fisik. Pada daerah insisi dimana terjadi
terputusnya kontinuitas jaringan yang merupakan tempat masuknya organisme
sehingga pasien beresiko tinggi mengalami infeksi, selain itu pada daerah insisi
mengenai sel-sel syaraf sehingga sensasi syaraf nyeri meningkat, pasien mengalami
gangguan rasa nyaman nyeri. Nyeri bertambah bila untuk bergerak hal ini
menyebabkan pasien mengalami defisit perawatan diri. Pada proses penyembuhan
daerah yang diinsisi, tubuh mengalami peningkatan metabolisme sehingga mengalami
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Pada proses penyembuhan diperlukan nutrisi dan diit yang dapat mempercepat
proses penyembuhan luka, maka dilakukan pendidikan kesehatan dimana pasien
kurang informasi menyebabkan kurang pengetahuan pada pasien.( Corwin, 2019 )
Pathway
Faktor Intrinsik Faktor Ekstrinsik Pada ginjal Hiperkalsiuria
Herediter Geografi
Umur Suhu
Jenis kelamin Asupan air Banyak zat Pembentukan batu
Diet terlarut dalam kalsium oksalat
Pekerjaan urin
Infeksi
Mengendap di
ginjal
Zat pelarut
mengendap

Endapan menjadi
batu

NEFROLITIASIS

Tindakan pembedahan Nefrolitotomi

Infeksi saluran Nyeri tekan Kurang


kemih diarea pengetahu Terputusnya
anestesi Luka insisi Meta
an kontinuitas
jaringan pembedahan bolisme
Alkalinisasi urin Kolik renal
dan produksi urin Penurunan
berlebih Ansietas Syaraf nyeri ketidak
kesadaran
mengalami seimbangan
Mual
rangsangan nutrisi kurang
muntah dari
Obstruksi Kelemahan
urin Kekurangan fisik kebutuhan tubuh
volume Nyeri akut
Tempat
Penurunan cairan
Nyeri akut
Hambatan
mobilitas
fisik
Resiko
Aliran
tinggi
urin
infeksi
terhanbat

Gangguan
eliminasi urin
1.1.7 Komplikasi
1. Gagal ginjal
Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah
yang disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen
terhambat. Hal in menyebabkan iskemis ginjal dan jika dibiarkan
menyebabkan gagal ginjal.
2. Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk
perkembangbiakan microorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi
pada peritoneal.
3. Hidronefrosis
Karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk
diginjal dan lama-kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urin.
4. Avaskuler ischemia
Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi
kematian jaringan. (Mansjoer Arief, 2019)

1.1.8 Pemeriksaan penunjang


Ada beberapa pemeriksaan diagnostik dalam menegakkan diagnosa nefrolitiasis, yaitu
:
a. Radiologi
Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini
berbeda untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari
jenis apa yang ditemukan. Radiolusen umumnya adalah jenis batu asam urat
murni.
Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk
menduga adanya batu ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan tertentu
terkadang batu terletak di depan bayangan tulang, sehingga dapat luput dari
penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering perlu ditambah foto pielografi
intravena (PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto dengan bantuan kontras akan
menyebabkan defek pengisian (filling defect) di tempat batu berada. Yang
menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi
sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini perludilakukan pielografi
retrograde.

b. Laboratorium
 Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau
polisitemia.
 Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum
dan kalsium urine.
c. Urinalisa
Warna kuning, coklat atau gelap. : warna : normal kekuning-kuningan,
abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine,
kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal). pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata
6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali (meningkatkan
magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), Urine 24 jam :
Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin
meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil
normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk
mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar
perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet
tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan status katabolik (cedera,
infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl
perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan
kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. Abnormal
(tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu
obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.

3. Foto KUB (Kidney Ureter Bladder)


Menunjukkan ukuran ginjal, ureter dan bladder serta menunjukan adanya batu
di sekitar saluran kemih.
4. Endoskopi ginjal
Menentukan pelvis ginjal, dan untuk mengeluarkan batu yang kecil.
5. USG Ginjal
Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
6. EKG (Elektrokardiografi)
Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.
7. Foto Rontgen
Menunjukan adanya batu didalam kandung kemih yang abnormal,
menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal dan
sepanjang ureter.
8. IVP (Intra Venous Pyelografi )
Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih, membedakan derajat
obstruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal
otot kandung kemih dan memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti
penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada
struktur anatomik (distensi ureter).
9. Pielogram retrograd
Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih. Diagnosis
ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intravena atau
pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24 jam untuk
mengukur kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan volume total merupakan
upaya dari diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta adanya riwayat batu
ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam keluarga di dapatkan untuk
mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu kandung kemih
pada klien.(Baradero, 2018)

1.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada batu ginjal, yaitu:
1.1.9.1 Penatalaksanaan medis
a) Terapi medis dan simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu
yang dapat dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin
G. Terapi simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat
diberikan minum yang lebih/banyak sekitar 2000 cc/hari dan pemberian
diuretik bendofluezida 5 – 10 mg/hr.
b) Terapi mekanik (Litotripsi)
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan
untuk membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini
disebut nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering
dilakukan adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan menggunakan
gelombang kejut.
c) Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat
gelombang kejut). Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode
utama. Namun demikian saat ini bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien.
Intervensi bedah diindikasikan jika batu tersebut tidak berespon terhadap
bentuk penanganan lain. Ini juga dilakukan untuk mengoreksi setiap
abnormalitas anatomik dalam ginjal untuk memperbaiki drainase urin. Jenis
pembedahan yang dilakukan antara lain:
1)      Pielolititomi                          : jika batu berada di piala ginjal
2)      Nefrolithotomi/nefrektomi   : jika batu terletak didalam ginjal
3)      Ureterolitotomi                     : jika batu berada dalam ureter
4)      Sistolitotomi                         : jika batu berada di kandung kemih
d) Obat diuretik thiazid ( misalnya trichlorometazid)akan mengurangi
pembentukan batu yang baru.
1.2 Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan ditujukan untuk mengurangi nyeri
a. Peredaan segera pada nyeri hebat karena kolik uterteral atau renal diatasi
dengan analgesik narkotik.
b. Pasien dilanjutkan untuk memilih posisi yang nyaman.
c. Mandi air panas atau air hangat diarea panggul dapat mengurangi nyeri.
d. Masukan cairan sepanjang hari mengurangi konsentrasi kristaloid urin,
mengencerkan urin dari dan menjamin keluaran urin yang besar.
(Sjamsuhidajat, 2019)

1.2 Konsep Manajemen Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengakajian
a) Anamnesa
a. Identitas
Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan,
pendidikan, alamat, tanggal masuk MRS dan diagnosa medis.
b. Riwayat penyakit

1. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling menggangu ketidak nyamanan dalam aktivitas
atau yang menggangu saat ini. keluhan utama yang lazim didapatkan adalah nyeri pada
pinggang. Untuk lebih komprehensifnya, pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan
pendekatan PQRST.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Di mana mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang
mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di bawa ke RS.
3. Riwayat Kesehatan Penyakit Dahulu
Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam ginjal.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan dari orang tua.
5. Riwayat psikososial
Siapa yang mengasuh klien, bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya dan
bagaimana perawat secara umum.

b) Pemeriksaan fisik fokus


Menurut Arif Muttaqin (2011) pada pemeriksaan fokus nefrolitiasis didapatkan adanya
perubahan TTV sekunder dari nyeri kolik. Pasien terlihat sangat kesakitan, keringat
dingin, dan lemah.
a. Inspeksi
Pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya hematuri, retensi urine, dan
sering miksi. Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat mual muntah.
b. Palpasi
Palpasi ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi masa. Pada beberapa kasus dapat teraba
ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis.
c. Perkusi
Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan pada
sudut kostovertebral dan didapatkan respon nyeri.
c) Pola Fungsional Kesehatan Gordon
Riwayat kesehatan yang perlu dikaji adalah :
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit batu ginjal dalam
menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana hidup sehat.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun karena adanya luka
pada ginjal.
3. Pola aktivitas dan latihan
Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena adanya
luka pada ginjal.
4. Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya BAK sedikit karena
adanya sumbatan atau bagu ginjal dalam perut, BAK normal.
5. Pola tidur dan istirahat
Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu karena adanya
penyakitnya.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan dilakukan dan bagaimana
dilakukan operasi.
7. Pola sensori dan kognitif
Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya selama di rumah sakit.
8. Pola reproduksi sexual
Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat melakukan dan selama
sakit tidak ada gangguan yang berhubungan dengan produksi sexual.
9. Pola hubungan peran
Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik tidak ada
gangguan.
10. Pola penaggulangan stress
Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal yang positif jika
stress muncul.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di derita ada obat dan dapat
sembuh.

1.2.2 Diagnosa keperawatan


Pre Op :
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi urin.
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan terhambatnya aliran urin.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah akibat kolik
renal.
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit.
Post Op :
1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka insisi pembedahan.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
meningkatnya metabolisme.
(Nanda, 2015)

1.2.3 Intervensi
Pre Op
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi urin.

Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Keperawatan Kriteria Hasil

Nyeri akut NOC NIC


Definisi: Pengalaman 1. Pain Level, Pain Management
sensori dan emosional 2. Pain control 1. Lakukan
yang tidak menyenangkan 3. Comfort level pengkajian nyeri secara
yang muncul akibat komprehensif termasuk
kerusakan jaringan yang Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik,
aktual atau potensial atau 1. Mampu durasi frekuensi,
digambarkan dalam hal mengontrol nyeri kualitas dan faktor
kerusakan sedemikian rupa (tahu penyebab presipitasi
(International Association nyeri, mampu 2. Observasi reaksi
for the study of Pain): menggunakan nonverbal dan
awitan yang tiba-tiba atau tehnik ketidaknyamanan
lambat dan intensitas nonfarmakologi 3. Gunakan teknik
ringan hingga berat dengan untuk mengurangi komunikasi terapeutik
akhir yang dapat nyeri, mencari untuk mengetahui
diantisipasi atau diprediksi bantuan) pengalaman nyeri
dan berlangsung <6 bulan. 2. Melaporkan pasien
bahwa nyeri 4. Kaji kultur yang
Batasan Karakteristik : berkurang dengan mempengaruhi respon
1. Perubahan selera makan menggunakan nyeri
2. Perubahan tekanan manajemen nyeri 5. Evaluasi
darah 3. Mampu pengalaman nyeri masa
3. Perubahan frekwensi mengenali nyeri lampau
jantung (skala, intensitas, 6. Evaluasi bersama
4. Perubahan frekwensi frekuensi dan pasien dan tim
pernapasan tanda nyeri) kesehatan lain tentang
5. Laporan isyarat 4. Menyatakan ketidakefektifan kontrol
6. Diaforesis rasa nyaman nyeri masa Iampau
7. Perilaku distraksi setelah nyeri 7. Bantu pasierl dan
(mis,berjaIan mondar- berkurang keluarga untuk mencari
mandir mencari orang lain dan menemukan
dan atau aktivitas lain, dukungan
aktivitas yang berulang) 8. Kontrol
8. Mengekspresikan lingkungan yang dapat
perilaku (mis, gelisah, mempengaruhi nyeri
merengek, menangis) seperti suhu ruangan,
9. Masker wajah (mis, pencahayaan dan
mata kurang bercahaya, kebisingan
tampak kacau, gerakan 9. Kurangi faktor
mata berpencar atau tetap presipitasi nyeri
pada satu fokus meringis) 10. Pilih dan lakukan
10. Sikap melindungi penanganan nyeri
area nyeri (farmakologi, non
11. Fokus menyempit farmakologi dan inter
(mis, gangguan persepsi personal)
nyeri, hambatan proses 11. Kaji tipe dan
berfikir, penurunan sumber nyeri untuk
interaksi dengan orang dan menentukan intervensi
lingkungan) 12. Ajarkan tentang
12. Indikasi nyeri yang teknik non farmakologi
dapat diamati 13. Berikan
13. Perubahan posisi anaIgetik untuk
untuk menghindari nyeri mengurangi nyeri
14. Sikap tubuh 14. Evaluasi
melindungi keefektifan kontrol
15. Dilatasi pupil nyeri
16. Melaporkan nyeri 15. Tingkatkan
secara verbal istirahat
17. Gangguan tidur 16. Kolaborasikan
dengan dokter jika ada
FaktorYang keluhan dan tindakan
Berhubungan: nyeri tidak berhasil
1. Agen cedera (mis, 17. Monitor
biologis, zat kimia, fisik, penerimaan pasien
psikologis) tentang manajemen
nyeri
Analgesic
Administration
18. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
19. Cek instruksi
dokter tentang jenis
obat, dosis, dan
frekuensi
20. Cek riwayat
alergi
21. Pilih analgesik
yang diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
22. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
23. Tentukan
analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
24. Pilih rute
pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
25. Monitor vital
sign sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama kali
26. Berikan
analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri
hebat
27. Evaluasi
efektivitas analgesik,
tanda dan gejala

(Nanda,
2015)

2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan terhambatnya aliran urin.


Diagnosa Tujuan dan
Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
Gangguan eliminasi NOC NIC
urin 1. Urinar Urinary Retention Care
Definisi : Disfungsi y elimination 1. Lakukan penilaian
pada eliminasi urine. 2. Urinar kemih yang komperhensif
y Contiunence berfokus pada inkontenensia
Batasan (misalnya, output urin, pola
Karakteristik : Kriteria hasil : berkemih, fungsi kognitif,
1.3 Disuria 1. Kandung dan masalah kencing
1.4 Sering kemih kosong praeksisten)
berkemih secara penuh 2. Memantau penggunaan
1.5 Anyang- 2. Tidak ada obat dengan sifat
anyangan residu urine antikolinergik atau properti
1.6 Inkontinensi >100-200cc alpha agonis.
a 3. Intake cairan 3. Memonitor efek dari
1.7 Nokturia dalam rentang obat-obatan yang
1.8 Retensi normal diresepkan, seperti calcium
1.9 Dorongan 4. Bebas dari channel blockers dan
ISK antikolinergik
Faktor yang 5. Tidak ada 4. Merangsang reflek
berhubungan : spasme bladder kandung kemih dengan
1. Obstruksi anatomic 6. Balance cairan menerapkan dingin untuk
2. Penyebab multiple seimbang perut, membaelai tinggi
Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil

Kekurangan volume NOC NIC


cairan 1. Fluid balance
Fluid management
Definisi : penurunan cairan 2. Hydration 1. Timbang
3. Gangguan
intravaskular, sensori
interstisial, 3. Nutritional batin atau urin.
popok/pembalut jika
dan atau motorik
intraseluler. Ini Status: Food and5. Sediakan waktu yang
di perlukan
4.
mengacu padaInfeksi saluran
dehidrasi, Fluid cukup untuk pengosongan
2. Pertahankan
kemih
kehilangan cairan saat 4. Intake kandung
catatan intakekemih
dan (10menit)
tanpa perubahan pada 6. Gunakan
output yang akurat spirit
natrium Kriteria Hasil : wintergreen
3. Monitor di pispot atau
status
urinal
1. Mempertahanka hidrasi (kelembaban
Batasan Karakteristik n urine output 7. Menyediakan
membran mukosa, manuver
1. Perubahan status sesuai dengan usia crede, uyang
nadi adekuat, tekanandiperlukan
mental dan BB, BJ urine 8. Gunakan double-void
darah ortostatik), jika
2. Penurunan tekanan teknik
normal, HT normal diperlukan
darah 2. Tekanan darah, 9. Masukan
4. Monitor vitalkateter
sign kemih,
3. Penurunan tekanan nadi, suhu tubuh sesuai masu kan
5. Monitor
nadi dalam batas 10. / cairan danAnjurkan
makanan
4. Penurunan volume normal pasien/keluarga
hitung intake kalorimerekam
nadi output
3. Tidak ada tanda harian urin, sesuai
5. Penurunan turgor kulit tanda dehidrasi, 11.
6. Kolaborasikan Instruksika
6. Penurunan turgor lidah Elastisitas turgor n cara-cara
pemberian cairan IVuntuk
7. Penurunan haluaran kulit baik, menghindari
7. Monitor statuskonstipasi atau
urin membran mukosa impaksi
nutrisi tinja.
8. Penurunan pengisisan lembab, tidak ada 8. Berikan cairan IV Memantau
12.
vena rasa haus yang asupan
pada suhu dan keluaran
ruangan
9. Membran mukosa berlebihan 9. Dorong masukan Memantau
13.
kering oraltingkat distensi kandung
10. Kulit kering 10.kemih dengan palpasi dan
Berikan
11. Peningkatan perkusi
penggantian
hematokrit 14.
nesogatrik sesuai Membantu
12. Peningkatan suhu dengan toilet secara berkala
output
tubuh 11.15. Dorong Memasuka
13. Peningkatan frekwensi n pipa kedalam
keluarga untuk lubang
nadi tubuh untuk
membantu sisa
pasien
14. Peningkatan 16.
makan Menerapk
kosentrasi urin 12.an kateterisasi
Tawarkan intermiten
15. Penurunan berat badan snack (jus buah, buahMerujuk
17.
16. Tiba-tiba (kecuali ke spesialis kontinensia
segar)
pada ruang ketiga) 13.kemihKolaborasi
17. Haus dengan dokter
18. Kelemahan 14. Atur
kemungkinan tranfusi
(Nanda,
Faktor Yang2015) 15. Persiapan untuk
3. Berhubungan tranfusi
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah akibat kolik renal.
1. Kehilangan cairan Hypovolemia
aktif Management
2. Kegagalan mekanisme 16. Monitor status
regulasi cairan termasuk intake
dan output cairan
17. Pelihara IV line
18. Monitor tingkat
Hb dan hematokrit
19. Monitor tanda
vital
20. Monitor respon
pasien terhadap
penambahan cairan
21. Monitor berat
(Nanda, 2015)

1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit.


Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil

Ansietas NOC NIC


Definsi : Perasaan tidak 1. Anxiety self- Anxiety Reduction
nyaman atau kekawatiran control (penurunan
yang Samar disertai respon 2. Anxiety level kecemasan)
autonom (sumber sering 3. Coping 1. Gunakan
kali tidak spesifik atau pendekatan yang
tidak diketahui oleh Kriteria Hasil : menenangkan
individu); perasaan takut 1. Klien 2. Nyatakan dengan
yang disebabkan oleh mampu jelas harapan terhadap
antisipasi terhadap bahaya. mengidentifikasi pelaku pasien
Hal ini merupakan isyarat dan 3. Jelaskan semua
kewaspadaan yang mengungkapkan prosedur dan apa
memperingatkan individu gejala cemas. yang dirasakan
akan adanya bahaya dan 2. Mengidentifi selama prosedur
kemampuan individu untuk kasi, 4. Pahami prespektif
bertindak menghadapi mengungkapkan pasien terhadap
ancaman. dan menunjukkan situasi stres
tehnik untuk 5. Temani pasien
Batasan Karakteristik mengontol cemas. untuk memberikan
Perilaku : 3. Vital sign keamanan dan
1. Penurunan produktivitas dalam batas mengurangi takut
2. Gerakan yang ireleven normal. 6. Dorong keluarga
3. Gelisah 4. Postur untuk menemani anak
4. Melihat sepintas tubuh, ekspresi 7. Lakukan back /
5. Insomnia wajah, bahasa neck rub
6. Kontak mata yang buruk tubuh dan tingkat 8. Dengarkan dengan
7. Mengekspresikan aktivfitas penuh perhatian
kekawatiran karena menunjukkan 9. Identifikasi tingkat
perubahan dalam peristiwa berkurangnya kecemasan
hidup kecemasan. 10. Bantu pasien
8. Agitasi mengenal situasi yang
9. Mengintai menimbulkan
10. Tampak waspada kecemasan
Affektif : 11. Dorong pasien
1. Gelisah, Distres untuk
2. Kesedihan yang mengungkapkan
mendalam perasaan, ketakutan,
3. Ketakutan persepsi
4. Perasaan tidak adekuat 12. Instruksikan
5. Berfokus pada diri pasien menggunakan
sendiri teknik relaksasi
6. Peningkatan 13. Berikan obat
kewaspadaan untuk mengurangi
7. Iritabihtas kecemasan
8. Gugup senang
beniebihan
9. Rasa nyeri yang
meningkatkan
ketidakberdayaan
10. Peningkatan rasa
ketidak berdayaan yang
persisten
11. Bingung, Menyesal
12. Ragu/tidak percaya
diri
13. Khawatir
Fisiologis :
1. Wajah tegang, Tremor
1.2.4 Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing oders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari
pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping. Terdapat 3 tahap dalam tindakan keperawatan, yaitu persiapan,
perencanaan dan dokumentasi (Nursalam, 2019 : 127). Kegiatan implementasi pada klien
dengan batu ginjal adalah membantunya mencapai kebutuhan dasar seperti :
1. Melakukan pengakajian keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru atau
mamantau status atau masalah yang ada.
2. Melakukan penyuluhan untuk membantu klien mamperoleh pengetahuan baru
mangenai kesehatan mereka sendiri atau penatalaksanaan penyimpangan.
3. Membantu klien membuat keputusan tentang perawatan kesehatan dirinya sendiri.
4. Konsultasi dan rujuk pada profesional perawatan kesehatan lainnya untuk
memperoleh arahan yang tepat.
5. Memberikan tindakan perawatan spesifik untuk menghilangkan, mengurangi atau
mengatasi masalah kesehatan
1.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yan
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga
perawat dapat mengambil keputusan (Nursalam, 2019 : 135).
Evaluasi dapat dibagi dua, yaitu evaluasi hasil atau formatif dilakukan setiap
selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil sumatif dilakukan dengan membandingkan
respons klien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan.
Problem-Intervention-Evaluation adalah suatu singkatan masalah, intervensi dan
evaluasi. Sistem pendokumentasian PIE adalah suatau pendekatan orientasi-proses pada
dokumentasi dengan penekanan pada proses keperawatan dan diagnosa keperawatan
(Nursalam, 2019 : 207)
Proses dokumentasi dimulai pengkajian waktu klien masuk diikuti pelaksanaan
pengkajian sistem tubuh setiap hari setiap pergantian jaga (8 jam), data masalah hanya
dipergunakan untuk asuhan keperawatan klien jangka waktu yang lama dengan masalah
yang kronis, intervensi yang dilaksanakan dan rutin dicatat dalam
“flowsheet”, catatan perkembangan digunakan untuk pencatatan nomor intervensi keperawatan
yang spesifik berhubungan dengan masalah, intervensi langsung terhadap penyelesaian masalah
ditandai dengan “I” (intervensi) dan nomor masalah klien, keadaan klien sebagai pengaruh dari
intervensi diidentifikasikan dengan tanda “E” (Evaluasi) dan nomor masalah klien, setiap
masalah yang diidentifikasi dievaluasi minimal setiap 8 jam (2009 : 208).

Anda mungkin juga menyukai