Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

DENGAN KASUS HIDRONEFROSIS

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah II

oleh Dosen Pembimbing Ns. Agus Khoirul F., M. Kep

Disusun Oleh Kelompok 1 :

1. Amirul Hamidah (201914201001)


2. Andrik Setiawan (201914201003)
3. Silvia Nadiyatul Ula (201914201026)
4. Yolanda Herlinasari (201914201033)

STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK

PRODI S1-KEPERAWATAN

2020/2021
MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

DENGAN KASUS HIDRONEFROSIS

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah II

oleh Dosen Pembimbing Ns. Agus Khoirul F., M. Kep

Disusun Oleh Kelompok 1 :

1. Amirul Hamidah (201914201001)


2. Andrik Setiawan (201914201003)
3. Silvia Nadiyatul Ula (201914201026)
4. Yolanda Herlinasari (201914201033)

STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK

PRODI S1-KEPERAWATAN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Sang Pencipta Alam
Semesta beserta isinya, Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana atas segala limpahan
Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Asuhan
Keperawatan Dengan Pasien Hidronefrosis” ini dengan tepat waktu.

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini merupakan salah satu bagian
tugas yang diajukan untuk memenuhi tugas Ns. Agus Khoirul F., M. Kep pada mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah II di STIKes SATRIA BHAKTI NGANJUK. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Asuhan Keperawatan Dengan
Pasien Hidronefrosis” bagi kami dan juga para pembaca.

Rasa terima kasih penulis ucapkan kepada Ns. Agus Khoirul F., M. Kep selaku
pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat
dalam proses penyusunan makalah ini. Rasa terima kasih juga hendak kami ucapkan kepada
rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan sarannya baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang penyusunan


makalah ini. Namun kami menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan serta kekurangan. Sehingga kami mengharapkan masukan, kritik serta saran dari
semua pihak agar makalah ini bisa menjadi lebih sempurna. Kami berharap makalah ini dapat
dijadikan referensi dan bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Nganjuk, 31 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obstruksi lintas air kemih menyebabkan aliran urine tertahan (retensi). Hal ini
dapat terjadi di sepanjang lintasan dari hulu pada piala sampai ke muara pada uretra.
Gangguan penyumbatan ini bisa disebabkan oleh kelainan mekanik di dalam liang,
pada dinding atau tindisan dari luar terhadap dinding lintasan atau disebabkan
kelainan dinamik (neuromuskuler) yang masing-masing bisa karena kelainan dibawa
lahir atau diperdapat.
Selanjutnya penyumbatan ini bisa menyumbat sempurna (total) atau tidak
sempurna (sub total) dengan masing-masing bisa tampil mendadak, menahun atau
berulang timbul. Adanya rintangan penyumbatan total. Pada penyumbatan sub-total
melewatkan sebagian air kemih dan menahun sebagian lain yang berangsur
menumpuk seluruhnya pada penyumbatan total. Pada penyumbatan sub-total
melewatkan sebagian air kemih dan menahan sebagian lain yang berangsur-angsur
menumpuk. Tumpukan air kemih ini meregangkan lintasan pada hulu obstruksi
sehingga melebar.
Bagian hulu saluran ini berusaha meningkat tenaga dorong untuk mengungguli
hambatan sumbatan dengan menambah kuat kontraksi jaringan dinding saluran agar
penyaluran air kemih dapat berlangsung sempurna seperti biasanya (kompensasi).
Selanjutnya pada perlangsungan obstruksi biasanya mengundang kehadiran bakteri
dan pembentukan batu yang menyebabkan penyulit-penyulit yang lebih memberatkan
keadaan. Rentetan kejadian makin ke hulu melibatkan ginjal sehingga terjadi
hidronefrosis.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Hidronefrosis?
2. Apakah etiologi dari Hidronefrosis?
3. Apakah tanda dan gejala yang muncul pada penderita Hidronefrosis?
4. Bagaimanakah patofisiologi dari penyakit Hidronefrosis?
5. Apakah macam-macam pemeriksaan diagnostik dari Hidronefrosis?
6. Apa penyakit komplikasi yang bisa muncul pada penderita Hidronefrosis?
7. Bagaimanakah penatalaksanaan pada penderita Hidronefrosis?
8. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien dengan Hidronefrosis?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi Hideronefrosis
2. Untuk mengetahui etiologi Hideronefrosis
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala yang muncul pada penderita Hidronefrosis
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit Hidronefrosis
5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Hideronefrosis
6. Untuk mengetahui penyakit komplikasi yang bisa muncul pada penderita
Hidronefrosis
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan Hideronefrosis
8. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Hideronefrosis
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Hidronefrosis
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua
ginjal akibat adanya obstruksi pada aliran normal urin yang menyebabkan urin
mengalir balik sehingga tekanan di ginjal meningkat. Hidronefrosis adalah obstruksi
aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih yang dapat mengakibatkan
penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat
mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal. Apabila obstruksi ini terjadi di
ureter atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika
obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya
satu ginjal yang rusak.
Hidronefrosis merupakan suatu keadaan pelebaran dari pelvis ginjal dan
kalises. Adanya Hidronefrosis harus dianggap sebagai respons fisiologis terhadap
gangguan aliran urine. Meskipun hal ini sering disebabkan oleh proses obstruktif,
tetapi dalam beberapa kasus, seperti megaureter sekunder untuk refluks pralahir,
sistem pengumpulan mungkin membesar karena tidak adanya obstruksi (Arif
Muttaqin dan Kumala Sari, 2012).
Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang dihasilkan oleh obstruksi
aliran keluar urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang menekan ureter sehingga
pelvis membesar dan terdapat destruksi progresif jaringan ginjal (Gibson, 2003).
B. Etiologi Hidronefrosis
Menurut Parakrama & Clive (2005) penyebab yang bisa mengakibatkan
hidronefrosis adalah sebagai berikut :
1. Hidronefrosis Unilateral
Obstruksi pada salah satu sisi saluran kemih pada umumnya disebabkan oleh
proses patologik yang letaknya proksimal terhadap kandung kemih. Keadaan ini
berakibat hidronefrosis dan dapat menyebabkan atrofi serta kehilangan fungsi
salah satu ginjal tanpa menyebabkan gagal ginjal. Penyebab obstruksi unilateral
adalah :
a. Obstruksi sambungan ureteropelvik (sambungan antara ureterdan pelvis
renalis)
 Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis
renalis terlalu tinggi
 Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke
bawah
 Batu di dalam pelvis renalis
 Penekanan pada ureter oleh jaringan fibrosa, arteri atau vena yang
letaknya abnormal, dan tumor
b. Obstruksi adanya penyumbatan dibawah sambungan ureteropelvik
 Batu di dalam ureter
 Tumor di dalam atau di dekat ureter
 Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi
penyinaran atau pembedahan
 Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter
 Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter
akibat pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid)
 Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung
kemih)
 Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ
panggul lainnya
 Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih
ke uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker
 Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau
cedera
 Infeksi saluran kemih yang berat yang untuk sementara waktu
menghalangi kontraksi ureter
c. Penyakit ureter kongenital
d. Penyakit ureter yang didapat didapat
2. Hidronefrosis Bilateral
a. Hyperplasia prostat pada usia lanjut
b. Adanya katup uretra posterior congenital
c. Pasien paraplegia dengan kandung kemih neurogenik
d. Fibrosis retroperitoneum dan keganasan
e. Disfungsi otot ureter yang timbul pada masa kehamilan

Menurut Kimberly (2011) penyebab dari hidronefrosis adalah sebagai berikut:

a. Hiperplasia Prostat Benigna (BPH)


b. Striktur uretra
c. Batu ginjal
d. Striktur atau stenosis ureter atau saluran keluar kandung kemih
e. Abnormalitas kongenital
f. Tumor kandung kemih, ureter, atau pelvis
g. Bekuan darah
h. Kandung kemih neurogenik
i. Ureterokel
j. Tuberkulosis
k. Infeksi gram negatif
C. Tanda dan Gejala Hidronefrosis
Menurut David Ovedoff (2002) tanda dan gejala hidronefrosis adalah:
1. Nyeri dan pembengkakan di daerah pinggang
2. Kolik menunjukan adanya batu
3. Demam dan menggigil bila terjadi infeksi
4. Mungkin terdapat hipertensi
5. Beberapa penderita tidak menunjukan gejala
Menurut smeltzer & Brenda, 2001 Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi
secara bertahap. Obstruksi akut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan
pinggang. Jika terjadi infeksi maja disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta
piuria akan terjadi. Hematuri dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kena
maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti :
1. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
2. Gagal jantung kongestif.
3. Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi).
4. Pruritis (gatal kulit).
5. Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
6. Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
7. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang.
8. Amenore, atrofi testikuler.
D. Patofisiologi Hidronefrosis
Obstruksi total akut ureter pada binatang percobaan menyebabkan pelebaran
mendadak dan peningkatan tekanan lumen bagian proksimal tempat obstruksi. Filtrasi
glomerulus tetap berlangsung dengan peningkatan filtrasi pada tubulus dan
penumpukan cairan di ruang interstisium. Peningkatan tekanan interstisium
menyebabkan disfungsi tubulus. Kerusakan nefron ireversibel terjadi dalam waktu
kira-kira 3 minggu. Pada obstruksi parsial, kerusakan ireversibel terjadi dalam waktu
yang lebih lama dan bergantung pada derajat obstruksi.
Sebagian besar penyebab obstruksi saluran kemih yang diuraikan diatas
menyebabkan obstruksi parsial lambat terhadap aliran urine. Keadaan ini
menyebabkan hidronefrosis dan atrofi korteks ginjal progresif akibat kerusakan
nefron yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan tahunan. Hanya
hidronefrosis bilateral yang dapat menyebabkan gagal ginjal. Statis urine akibat
obstruksi meningkatakan insidensi pielonefritis akut dan pembentukan batu saluran
kemih yang keduanya dapat memperberat obstruksi.
Obstruksi ureter akut oleh batu, bekuan darah, atau kerak papila renalis akan
menyebabkan kolik ureter akibat peningkatan peristalsis ureter. Kolik ureter
merupakan nyeri intermitten yang sering kali sangat berat pada sudut ginjal posterior
dan menjalar disekitar pinggang (flank) menuju daerah pubis. obstruksi unilateral
kronis biasanya asimtomatik bahkan pada obstruksi total dan umumnya berlanjut
dengan kerusakan ginjal permanen sebelum terdeteksi. Obstruksi parsial bilateral
kronis memberikan gambaran gagal ginjal kronis progresif, meliputi hipertensi,
kegagalan fungsi tubulus (poliuria, asidosis tubulus renalis, dan hiponatremia), dan
timbulnya batu saluran kemih atau pielonefritis akut. Penanganan pasien tersebut
dapat mengembalikan fungsi tubulus menjadi normal bila dilakukan secara dini.
Obstruksi bilateral total meneyebabkan gagal ginjal akut tipe pascaginjal dan
selanjutnya dengan cepat menuju ekmatian bila tidak segera dikoreksi. Oleh karena
itu, keadaan ini termasuk kegawatdaruratan medis (Kimberly, 2011).
Sedangkan menurut Vinay Kumar, dkk (2007) Obstruksi bilateral total
menyebabkan anoria, yang menyebabkan pasien segera berobat. Apabila obstruksi
terletak dibawah kandung kemih, gejala dominant adalah keluhan peregangan
kandung kemih. Secara paradoks, obstruksi bilateral inkomplit menyebabkan poliuria
bukan oliguria, akibat terganggunya kemampuan tubulus memekatkan urin dan hal ini
dapat menyamarkan sifat asli kelainan ginjal. Sayangnya, hidronefrosis unilateral
dapat tetap asintomatik dalam jangka lama, kecuali apabila ginjal yang lain tidak
berfungsi karena suatu sebab. Ginjal yang membesar sering ditemukan secara tidak
sengaja pada pemerksaan fisik rutin. Kadang-kadang penyebab dasar hidronefrosis,
seperti kalkulus ginjal atau tumor obstruktif, menimbulkan gejala yang secara tidak
langsung menimbulkan perhatian ke hifronefrosis. Dihilangkanya obstruksi dalam
beberapa minggu biasanya memungkinkan pemulihan total fungsi, namun seiring
dengan waktu perubahan menjadi ireversibel.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
Urinalisis Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik dapat
menunjukkan adanya batu atau tumor. Hitung jumlah sel darah lengkap:
leukositosis mungkin menunjukkan infeksi akut. Kimia serum: hidronefrosis
bilateral dan hidroureter dapat mengakibatkan peningkatan kadar BUN dan
kreatinin. Selain itu, hiperkalemia dapat menjadi kondisi yang mengancam
kehidupan.
2. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi adalah metode yang cepat, murah, dan cukup akurat untuk
mendeteksi hidronefrosis dan hidroureter, namun, akurasi dapat bergantung pada
pengguna. Ultrasonografi umumnya berfungsi sebagai tes skrining pilihan untuk
menetapkan diagnosis dan hidronefrosis.
3. Pyelography Intravena (IVP)
Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan dan
penyebab hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal merupakan penyebab paling
mudah yang dapat diidentifikasi berdasarkan temuan IVP
4. CT Scan
CT Scan memiliki peran penting dalam evaluasi hidronefrosis dan hidroureter.
Proses retroperitoneal menyebabkan obstruksi ekstrinsik dari ureter dan kandung
kemih dapat dievaluasi dengan sangat baik pada CT Scan.
F. Komplikasi Hidronefrosis
Menurut Kimberly (2011) penyakit Hidronefrosis dapat menyebabkan komplikasi
sebagai berikut:
1. Batu ginjal
2. Sepsis
3. Hipertensi renovaskuler
4. Nefropati obstruktif
5. Infeksi
6. Pielonefritis
7. Ileus paralitik
G. Penatalaksanaan Hidronefrosis
1. Hidronefrosis akut
a. Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka
air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya
melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit).
b. Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka
bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu
2. Hidronefrosis kronik
Hidronefrosis kronik diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi
penyumbatan air kemih. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat
melalui pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan kembali.
a. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan
fibrosa.
b. Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan
pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi
kandung kemih yang berbeda.
c. Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:
 Terapi hormonal untuk kanker prostat
 Pembedahan dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari
jaringan fibrosa. Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat,
maka dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter dan
menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang berbeda.
Pembedahan pada hidronefrosis akut biasanya jika infeksi dapat
dikendalikan dan ginjal berfungsi dengan baik.
 Pelebaran uretra dengan dilator

Adapun penanganan medis yang diberikan kepada klien Hidronefrosisi, diantaranya :

1. Nefrotomi
Hal ini dilakukan jika hidronefrosis yang disebabkan karena adanya obstruksi
saluran urin bagian atas yang tidak memungkinkan ginjal mengalirkan urin ke
sistem urinaria bagian bawah dikarenakan adanya batu, infeksi, tumor, atau
kelainan anatomi. Hidronefrosis yang terjadi pada transplantasi ginjal. Tindakan
ini dilakukan dengan memasukkan sebuah kateter melalui kulit bagian belakang
(panggul) ke dalam ginjal. Tujuan dari tindakan ini untuk mengatasi penumpukan
atau pengumpulan urin pada ginjal yang terjadi karena obstruksi yang
menghalangi keluarnya urin.
2. Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
Merupakan suatu tindakan medis yang menangani renal kalkuli yang
menghancurkan batu ginjal menggunakan getaran dari luar tubuh ke area ginjal.
ESWL bekerja melalui gelombang kejut yang dihantarkan melalui tubuh ke ginjal.
Gelombang ini akan memecahkan batu ginjal menjadi ukuran lebih kecil untuk
selanjutnya dikeluarkan sendiri melalui air kemih. Gelombnag yang dipakai
berupa gelombang ultrasonic, elektrohidrolik atau sinar laser.
3. Nefrolitotomi
Perkutanaous Nephrolithotomi merupakan salah satu tindakan minimal
invasive dibidang urologi yang bertujuan mengangkat batu ginjal dengan
menggunakan akses perkutan untuk mencapai sistem pelviokalises yang
memberikan angka bebas batu yang tinggi.
4. Stent Ureter
Tindakan ini merupakan alat berbentuk pipa yang dirancang agar dapat
ditempatkan di ureter untuk mempertahankan aliran urin pada penderita obstruksi
ureter, memulihakan fungsi ginjal yang terganggu, dan mempertahankan caliber
atau patensi ureter sesudah pembedahan. Stent ini terbuat dari silicon yang bersifat
lunak dan lentur.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai