ILEUS
RUANG SERUNI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners
WENING SETYANI
PROGRAM NERS
D. Klasifikasi Ileus
Menurut Brunner dan Suddarth (2001) jenis obstruksi ada 2 tipe yaitu obstruksi
mekanis (ileus obstruksi) dan obstruksi neurogenic (ileus paralitik).
1. Obstruksi mekanis (Ileus Obstruksi)
Terjadi obstruksi intramural atau obstruksi mural dari tekanan pada dinding usus.
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi dapat diatasai oleh
peristaltik. Ileus obstruksi akut dapat terjadi akibat hernia stragualta atau
karsinoma yang melingkar, obstruksi batu empedu, neoplasma steonis dan abses.
Menurut sifat sumbatannya, ileus obstruktif dibagi atas 2 tingkatan :
a) Obstruksi biasa (simple obstruction) yaitu penyumbatan mekanis di dalam
lumen usus tanpa gangguan pembuluh darah, antara lain karena atresia usus dan
neoplasma
b) Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen usus disertai oklusi
pembuluh darah seperti hernia strangulasi, intususepsi, adhesi, dan volvulus.
Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 2 :
a) Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
b) Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar
E. Etiologi
Penyebab secara umum untuk ileus adalah Menurut Jong (1997) ada 6 yaitu
karsinoma, diverti kulitis, striktur rektum, stenosis anus, volvulus sigmoid dan
penyakit hirschsprung. Menurut Burner dan Suddarth penyebab ileus ada 5 yaitu adesi
(perlekatan), hernia, volvulus, inlusepsi, dan tumor.
a. Menurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 3:
1. Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi (postoperative),
hernia (inguinal, femoral, umbilical), neoplasma (karsinoma), dan abses
intraabdominal.
2. Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena kelainan kongenital
(malrotasi), inflamasi (Chrons disease, diverticulitis), neoplasma, traumatik, dan
intususepsi.
3. Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada di dalam usus,
misalnya benda asing, batu empedu.
b. Menurut etiologi pada ileus paralitik yaitu :
Penyebab lain dari ileus paralitik antara lain sepsis, obat-obatan (seperti opioid,
anti depresan, antasida), metabolik (hipokalemi, hipomagnesemia, hiponatremia,
anemia dan hipoosmolalitas), infark miokard, pneumonia, komplikasi diabetes,
trauma (misal fraktur spinal), kolik bilier, kolik renal, trauma kepala atau
prosedur-prosedur bedah saraf, inflamasi intraabdominal dan peritonitis dan
hematoma retroperitoneal. Penyebab yang paling sering dari ileus paralitik adalah
gangguan metabolik dan elekrolit (Summers, 2003).
Penyebab ileus paralitik dapat dibagi menjadi dua yaitu penyebab intra abdomen,
dan ekstra abdomen.
Penyebab intraabdomen :
a. Hambatan reflex
Laparotomi,Trauma abdomen,Transplantasi renal
b. Proses Inflamasi
Luka penetrasi, Peritonitis cairan empedu, Peritonitis cairan kimia,Perdarahan
intraperitoneal, Pankreatitis akut, Kolesistitis akut, Penyakit Celiac, Inflammatory
bowel diseases
c. Infeksi
Peritonitis bakteri, Appendicitis, Diverticulitis, Herpes Zoster virus
d. Proses iskemik
Insufisiensi arteri, Trombosis vena, Arteritis mesenteric, Obstruksi strangulasi
e. Trauma radiasi akut
Radiasi abdomen, Proses retroperitoneal, Batu ureteropelvik, Pyelonefritis,
Perdarahan retroperitoneal, Keganasan
f. Alterasi sel interstitial Cajal
Penyebab ekstra abdomen
a. Hambatan reflex
Kraniotomi,Fraktur iga, tulang belakang atau pelvis, Infark miokard, Coronary
bypass, Operasi bedah jantung, Pneumonia, emboli paru, Luka bakar, Gigitan laba-
laba janda hitam
b. Obat
Antikolinergik/antagonis ganglionik, Opiat, Agen kemoterapeutik, Tricyclic
antidepressants, Phenotiazines (Sudoyo dkk, 2006).
I. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Jong (1997), pemeriksaan penunjang ada 2 tipe yaitu pemeriksaan radiologik
dan pemeriksaan endoskopi. Pemeriksaan radiologi meliputi foto polos abdomen dan
closed loop, sedang pemeriksaan endoskopi meliputi rektosigmoidoskopi dan
kolonoskopi.
1. HB (hemoglobin), PCV (volume sel yang ditempati sel darah merah) : meningkat
akibat dehidrasi
2. Leukosit : normal atau sedikit meningkat ureum + elektrolit, ureum meningkat,
Na+ dan Cl- rendah.
3. Rontgen toraks : diafragma meninggi akibat distensi abdomen
4. Enema kontras tunggal (pemeriksaan radiografi menggunakan suspensi barium
sulfat sebagai media kontras pada usus besar) : untuk melihat tempat dan
penyebab.
5. CT Scan pada usus halus : mencari tempat dan penyebab, sigmoidoskopi untuk
menunjukkan tempat obstruksi.
J. Fokus Diagnosa
1. Perfusi jaringan serebral
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
3. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
4. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anareksia lama, status hipermetabolik, adanya diare adanya gangguan
absorbsi (Doenges, 2000)
5. Konstipasi berhubungan dengan penempatan ostom pada kolon sigmoid
desenden, ketidakadekuatan masukan diet/cairan (Doenges, 2000 ).
K. Fokus Intervensi
1. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, intensitas (skala 0-10)
2. Dorong pasien untuk menyatakan masalah.
3. Berikan tindakan kenyamanan.
4. Dorong penggunaan teknik relaksasi.
5. Bantu melakukan latihan rentang gerak dan dorong ambulasi dini.
6. Selidiki dan laporkan adanya kekuatan otot abdominal, kehati-hatian yang
tak sengaja dan nyeri tekan.
7. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
L. Daftar Pustaka
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Alih Bahasa Ester
M, EGC, Jakarta.
Jong, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, 73-87, EGC: Press Jakarta.
Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah . Jakarta: EGC.
.
Summers RW. Approach to the patient with ileus and obstruction. In: Yamada T,
Owyang C, Powell DW. Textbook of Gastroenterology vol I 4th edition.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2003. Pg: 829-842 )
Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 4. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI