Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ILEUS
RUANG SERUNI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

WENING SETYANI
PROGRAM NERS

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2017
A. Latar Belakang
Gawat abdomen atau gawat perut menggambarkan keadaan klinis akibat
kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai
keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa
tindakan bedah, misalnya pada obstruksi, perforasi, atau perdarahan masif di rongga
perut maupun saluran cerna. Infeksi, obstruksi atau strangulasi saluran cerna dapat
menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi
saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis. Salah satu gangguang abdomen adalah
ileus, ileus merupakan gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya
obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan .
Menurut klasifikasi gangguan pasase usus dibedakan menjadi dua yaitu ileus
obstruksi dan ileus paralitik. Masing-masing gangguan tersebut mempunyai penyebab
yang berbeda. Oleh karena hal tersebut untuk dapat memhami lebih lanjut maka akan
dibahas di dalam laporan pendahuluan ini diharapkan mahasiswa semakin paham
mengenai penyakit ileus.
B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami pengertian ileus
2. Mahasiswa dapat memahami klasifikasi ileus
3. Mahasiswa dapat memahami etiologi ileus
4. Mahasiswa dapat memahami tanda dan gejala ileus
5. Mahasiswa dapat memahami komplikasi ileus
6. Mahasiswa dapat memahami pemeriksaan penunjang ileus
7. Mahasiswa dapat memahami diagnosa keperawatan dan intervensi pada ileus.
C. Pengertian Ileus
Obstruksi usus atau Ileus menurut Sjamsuhidayat (1997) adalah obstruksi
saluran cerna disertai dengan pengeluaran banyak aliran cairan dan elektrolit baik di
dalam lumen usus bagian oral dari obstruksi maupun oleh muntah. Menurut
pengertian lain ileus adalah gangguan atau hambatan isis usus yang merupakan tnda
adanya obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau tindakan
(Carpenito, 2002). Salah satu tindakan adalah ileostomy adalah suatu tindakan bedah
pebuatan lubang antara ileum dan dinding abdomen untuk tujuan diversi fekal. Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ileostomy adalah suatu keadaan dimana
sisa makanan tidak dapat keluar seperti biasa maka di buat lubang.

D. Klasifikasi Ileus
Menurut Brunner dan Suddarth (2001) jenis obstruksi ada 2 tipe yaitu obstruksi
mekanis (ileus obstruksi) dan obstruksi neurogenic (ileus paralitik).
1. Obstruksi mekanis (Ileus Obstruksi)
Terjadi obstruksi intramural atau obstruksi mural dari tekanan pada dinding usus.
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi dapat diatasai oleh
peristaltik. Ileus obstruksi akut dapat terjadi akibat hernia stragualta atau
karsinoma yang melingkar, obstruksi batu empedu, neoplasma steonis dan abses.
Menurut sifat sumbatannya, ileus obstruktif dibagi atas 2 tingkatan :
a) Obstruksi biasa (simple obstruction) yaitu penyumbatan mekanis di dalam
lumen usus tanpa gangguan pembuluh darah, antara lain karena atresia usus dan
neoplasma
b) Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen usus disertai oklusi
pembuluh darah seperti hernia strangulasi, intususepsi, adhesi, dan volvulus.
Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 2 :
a) Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
b) Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar

2. Obstruksi Neurogonik (Ileus Paralitik)


Obstruksu yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis dan
peristaltic usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi usus. Terjadi karena
suplai saraf otonom mengenai endokrin seperti DM, gangguan usus terhenti selain
itu contohnya meliputi amiloidosisi, distropi otot, penyakit Parkinson.

E. Etiologi
Penyebab secara umum untuk ileus adalah Menurut Jong (1997) ada 6 yaitu
karsinoma, diverti kulitis, striktur rektum, stenosis anus, volvulus sigmoid dan
penyakit hirschsprung. Menurut Burner dan Suddarth penyebab ileus ada 5 yaitu adesi
(perlekatan), hernia, volvulus, inlusepsi, dan tumor.
a. Menurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 3:
1. Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi (postoperative),
hernia (inguinal, femoral, umbilical), neoplasma (karsinoma), dan abses
intraabdominal.
2. Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena kelainan kongenital
(malrotasi), inflamasi (Chrons disease, diverticulitis), neoplasma, traumatik, dan
intususepsi.
3. Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada di dalam usus,
misalnya benda asing, batu empedu.
b. Menurut etiologi pada ileus paralitik yaitu :
Penyebab lain dari ileus paralitik antara lain sepsis, obat-obatan (seperti opioid,
anti depresan, antasida), metabolik (hipokalemi, hipomagnesemia, hiponatremia,
anemia dan hipoosmolalitas), infark miokard, pneumonia, komplikasi diabetes,
trauma (misal fraktur spinal), kolik bilier, kolik renal, trauma kepala atau
prosedur-prosedur bedah saraf, inflamasi intraabdominal dan peritonitis dan
hematoma retroperitoneal. Penyebab yang paling sering dari ileus paralitik adalah
gangguan metabolik dan elekrolit (Summers, 2003).
Penyebab ileus paralitik dapat dibagi menjadi dua yaitu penyebab intra abdomen,
dan ekstra abdomen.
Penyebab intraabdomen :
a. Hambatan reflex
Laparotomi,Trauma abdomen,Transplantasi renal
b. Proses Inflamasi
Luka penetrasi, Peritonitis cairan empedu, Peritonitis cairan kimia,Perdarahan
intraperitoneal, Pankreatitis akut, Kolesistitis akut, Penyakit Celiac, Inflammatory
bowel diseases
c. Infeksi
Peritonitis bakteri, Appendicitis, Diverticulitis, Herpes Zoster virus
d. Proses iskemik
Insufisiensi arteri, Trombosis vena, Arteritis mesenteric, Obstruksi strangulasi
e. Trauma radiasi akut
Radiasi abdomen, Proses retroperitoneal, Batu ureteropelvik, Pyelonefritis,
Perdarahan retroperitoneal, Keganasan
f. Alterasi sel interstitial Cajal
Penyebab ekstra abdomen
a. Hambatan reflex
Kraniotomi,Fraktur iga, tulang belakang atau pelvis, Infark miokard, Coronary
bypass, Operasi bedah jantung, Pneumonia, emboli paru, Luka bakar, Gigitan laba-
laba janda hitam
b. Obat
Antikolinergik/antagonis ganglionik, Opiat, Agen kemoterapeutik, Tricyclic
antidepressants, Phenotiazines (Sudoyo dkk, 2006).

F. Tanda dan Gejala


Ini didapat dari Brunner & Suddarth, 2000
1. Nyeri abdomen
Pada usus halus pada abdomen atas dan mid abdomen.
Pada usus besar: nyeri pada abdomen bawah
2. Flatus tidak ada
3. Mual
4. Muntah
5. Dehidrasi
6. Konstipasi absolut
G. Patofisioloi
Pengaruh obstruksi kolon tidak sehebat pengaruh pada obstruksi usus halus,
karena pada obstruksi kolon, keculai pada volvus, hampir tidak pernah terjadi
stragulasi, kolon merupakan alat pemompaan feses sehingga secara relative fungsi
kolon sebagai alat penyerap sedikit sekali. Oleh karena itu kehilangan
cairan dan elektrolit berjalan lambat pada obstruksi kolon distal. Gambaran
klinik ini disebut obstruksi rendah, berlainan dengan ileus usus halus yang dinamai
ileus tinggi. Obstruksi kolon yang berlarut-larut akan menimbulkan destensi yang
amat besar bersamaan katup ileosekal tetap utuh. Bila terjadi lusufisiensi katup,
timbul reflek dari kolon ke dalam ileum terminal sehingga ileum turut membesar
karena itu gejala dan tenda obstruksi rendah tergantung kompetensi valvula bauhin.
Dinding usus halus kuat dan tebal, karena itu tidak timbul distensi berlebihan atau
ruptur. Dinding usus besar tipis, sehingga mudah mengalami distensi. Dinding sekum
merupakan bagian kolon yang paling tipis, karena itu dapat terjadi ruptur bila terlalu
terenggang (Jong, 1997).
(PATHWAY TERLAMPIR)
H. Komplikasi
Komplikasi untuk ileus obstruksi :
Strangulasi menjadi penyebab dari kebanyakan kasus kematian akibat ileus
obstruktif. Isi lumen usus merupakan campuran bakteri yang mematikan, hasil-hasil
produksi bakteri, jaringan nekrotik dan darah. Usus yang mengalami perforasi
mungkin mengalami perforasi dan menggeluarkan materi tersebut ke dalam rongga
peritoneum yang menyebabkan peritonis. Tetapi meskipun usus tidak mengalami
perforasi, bakteri dapat melintasi usus yang permeable tersebut dan masuk ke dalam
sirkulasi tubuh melalui cairan getah bening dan mengakibatkan syok septik.
Komplikasi untuk ileus paralitik :
Hilangnya cairan dan elektrolit dapat sangat berat, dan apabila tidak dilakukan
terapi penggantian cairan, maka dapat terjadi hipovolemi, insufisiensi renal dan bahkan
syok. Komplikasi yang paling berbahaya dari obstruksi intestinal akut adalah closed-
loop obstruction yang terjadi ketika lumen usus mengalami oklusi pada dua titik yang
disebabkan satu mekanisme misalnya hernia fasial atau pita adhesi. Pada komplikasi
tersebut, aliran darah juga terhambat. Pada kolon, walaupun aliran darah tidak terhambat
oleh karena adanya mekanisme obstruksi, namun distensi pada sekum menjadi sangat
ekstrim oleh karena diameternya yang besar, akibatnya, aliran darah intramural dapat
terganggu pula dan pada akhirnya terjadi gangrene pada dinding sekum. Setelah terjadi
hambatan aliran darah maka sebagai akibatnya terjadi invasi bakteri dan dapat pula timbul
peritonitis. Sama halnya dengan ileus paralitik, efek sistemik yang disebabkan distensi
adalah elevasi diafragma dengan ventilasi yang terhambat dan selanjutnya ateletaksis.
Komplikasi lain secara umum yang dapat timbul antara lain syok hipovolemia, abses,
pneumonia aspirasi dari proses muntah dan dapat menyebabkan kematian.

I. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Jong (1997), pemeriksaan penunjang ada 2 tipe yaitu pemeriksaan radiologik
dan pemeriksaan endoskopi. Pemeriksaan radiologi meliputi foto polos abdomen dan
closed loop, sedang pemeriksaan endoskopi meliputi rektosigmoidoskopi dan
kolonoskopi.
1. HB (hemoglobin), PCV (volume sel yang ditempati sel darah merah) : meningkat
akibat dehidrasi
2. Leukosit : normal atau sedikit meningkat ureum + elektrolit, ureum meningkat,
Na+ dan Cl- rendah.
3. Rontgen toraks : diafragma meninggi akibat distensi abdomen
4. Enema kontras tunggal (pemeriksaan radiografi menggunakan suspensi barium
sulfat sebagai media kontras pada usus besar) : untuk melihat tempat dan
penyebab.
5. CT Scan pada usus halus : mencari tempat dan penyebab, sigmoidoskopi untuk
menunjukkan tempat obstruksi.

J. Fokus Diagnosa
1. Perfusi jaringan serebral
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
3. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
4. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anareksia lama, status hipermetabolik, adanya diare adanya gangguan
absorbsi (Doenges, 2000)
5. Konstipasi berhubungan dengan penempatan ostom pada kolon sigmoid
desenden, ketidakadekuatan masukan diet/cairan (Doenges, 2000 ).

K. Fokus Intervensi
1. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, intensitas (skala 0-10)
2. Dorong pasien untuk menyatakan masalah.
3. Berikan tindakan kenyamanan.
4. Dorong penggunaan teknik relaksasi.
5. Bantu melakukan latihan rentang gerak dan dorong ambulasi dini.
6. Selidiki dan laporkan adanya kekuatan otot abdominal, kehati-hatian yang
tak sengaja dan nyeri tekan.
7. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

L. Daftar Pustaka

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Alih Bahasa Ester
M, EGC, Jakarta.

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC

Jong, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, 73-87, EGC: Press Jakarta.

Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah . Jakarta: EGC.
.
Summers RW. Approach to the patient with ileus and obstruction. In: Yamada T,
Owyang C, Powell DW. Textbook of Gastroenterology vol I 4th edition.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2003. Pg: 829-842 )

Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 4. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Anda mungkin juga menyukai