Definisi
Ileus adalah gangguan/hambat an pasase isi usus yang me rupakan tanda
adanya obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau
tindakan.Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan
dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena
adanya sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen
usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi
pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut
(Wibisono, 2014).
B. Etiologi/patofisiologi/faktor risiko
Etiologi dari obstruksi usus halus dan besar diklasifikasikan menjadi
ekstrinsik, intrinsik, atau intraluminal. Penyebab paling umum obstruksi usus
halus adalah dari sumber ekstrinsik, dengan perlengketan paska bedah menjadi
yang paling umum. Adhesi yang signifikan dapat menyebabkan usus berbelit-
belit sehingga terjadinya obstruksi. Operasi perut bagian bawah, termasuk
operasi usus buntu, operasi kolorektal, prosedur ginekologi, dan perbaikan
hernia memberikan risiko yang lebih besar untuk infeksi yang tidak diinginkan.
terjadinya obstruksi usus halus. Diperkirakan terdapat dua pertiga pasien
dengan operasi perut sebelumnya memiliki perlengketan. Sumber ekstrinsik
umum lainnya yaitu kanker dapat menyebabkan kompresi usus kecil.
Penyebab ekstrinsik yang kurang umum tetapi masih lazim adalah hernia
inguinalis dan umbilikalis. Hernia yang tidak teridentifikasi atau tidak dapat
direduksi dapat berkembang menjadi obstruksi usus dan dianggap sebagai
kedaruratan bedah dengan usus yang tercekik atau terkurung menjadi iskemik
dari waktu ke waktu (Jackson dan Manish, 2011; Smith et al., 2020).
Etiologi obstruksi usus halus intrinsik, menyebabkan penebalan dinding
usus yang berbahaya. Dinding usus perlahan menjadi terganggu dan
membentuk striktur. Penyakit Crohn adalah penyebab paling umum dari
striktur jinak. Penyebab intraluminal obstruksi usus halus kurang umum.
Proses ini terjadi ketika ada benda asing yang tertelan sehingga menyebabkan
impaksi di dalam lumen usus atau mengarah ke katup ileocecal dan tidak dapat
lewat, membentuk penghalang ke usus besar. Obstruksi usus besar terjadi
hanya 10% sampai 15% dari semua obstruksi usus. Penyebab paling umum
dari semua obstruksi usus besar adalah adenokarsinoma, diikuti oleh
divertikulitis dan volvulus. Obstruksi kolon paling sering terlihat pada kolon
sigmoid. Penyebab obstruksi lainnya meliputi intususepsi usus, volvulus, abses
intra abdominal, batu empedu, tuberculosis, dan benda asing (Jackson dan
Manish, 2011; Smith et al., 2020).
Faktor risiko yang paling berperan terhadap terjadinya obstruksi usus halus
akibat adhesi adalah teknik operasi dan luasnya jaringan peritonium yang
mengalami kerusakan. Teknik operasi laparaskopi dan operasi terbuka
mempunyai peranan yang penting terhadap morbiditas adhesi. Hampir
seluruhnya ileus obstruksi karena adhesi pasca operasi terjadi pada usus halus
dan jarang sekali terjadi pada usus besar. Diperkirakan setiap tahunnya kasus
ileus obstruksi yang disebabkan adhesi pascaoperasi ± 1 % dari seluruh kasus
rawat inap, 3% dari kasus emergensi, dan 4% dari seluruh kasus laparotomi
eksplorasi (Broek et al., 2018). Peningkatan resiko juga terjadi pada pasien
yang telah lanjut usia, laki-laki, operasi abdomen sebelumnya, perawatan
dirumah sakit yang terlambat, riwayat sakit perut sebelumnya, dan adanya
keganasan (Kapan et al., 2012).
Pada 90% kasus, obstruksi usus halus disebabkan oleh adhesi, hernia, dan
neoplasma. Adhesi mewakili 55-75% dari kasus ileus obstruksi sementara
hernia dan tumor usus kecil menyumbang sisanya. Obstruksi usus besar dipicu
oleh kanker pada sekitar 60% kasus; volvulus dan penyakit divertikular
bertanggung jawab atas 30% lainnya. Berbagai penyebab lain (karsinomatosis,
endometriosis, stenosis penyakit radang usus, dll.) menyebabkan 10-15%
obstruksi usus yang tersisa. Ileus Obstruktif dapat disebabkan oleh diantaranya
(Catena et al., 2019; Norton et al., 2008; Sjamjuhidayat et al., 2005).
1. Adhesi
Ileus karena adesi umumnya tidak disertai dengan strangulasi. Adhesi
umumnya berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis setempat
atau umum, atau pasca operasi. Adesi dalam bentuk perlengketan mungkin
tunggal maupun multiple, mungkin setempat maupun luas. Sering juga
ditemukan bentuk pita. Pada operasi perlengketan dilepas dan pita dipotong
agar pasase usus pulih kembali.
2. Hernia inkarserata
Obstruksi pada hernia inkarserata pada anak dapat dikelola secara
konservatif dengan posisi tidur trendelenburg.
3. Askariasis
Kebanyakan cacing askariasis hidup di usus halus bagian Yeyenum.
Obstruksi bisa terjadi dimana-mana di ileum terminal, tempat lumen paling
sempit. Cacing menyebabkan kontraksi lokal di dinding usus yang disertai
dengan reaksi radang setempat yang tampak dipermukaan peritoneum.
4. Invaginasi
Invaginasi biasanya pada anak-anak umur 2-12 bulan dan lebih banyak
pada anak laki-laki. Sering terdapat rhinitis atau infeksi saluran pernapasan
mendahului serangan invaginasi. Invaginasi berupa intususepsi ileosekal
naik ke kolon asendens dan mungkin keluar hingga ke rectum. Invaginasi
dapat menyebabkan nekrosis iskemik pada bagianusus yang masuk dengan
komplikasi perforasi dan peritonitis.
5. Volvulus
Volvulus di usus halus jarang ditemtaukan. Pita kongenital atau adhesi
biasanya dikambing hitamkan. Tetapi operasi sering tidak ditemukan.
6. Keganasan
Sebagian dari tumor jinak ditemukan di ileum sisanya di duodenum dan
yeyenum. Polip adenomatosa menduduki tempat nomor satu. Disusul oleh
lipoma, leioma dan hemangioma. Tumor jinak yang sering memberi gejala
yaitu leioma. Gejala pada tumor usus jarang terlihat kecuali bila disertai
penyulit. Tumor usus halus dapat menimbulkan komplikasi perdarahan dan
obstruksi. Perdarahan massif jarang terjadi. Obstruksi dapat disebabkan oleh
tumornya sendiri atau secara tidak langsung oleh invaginasi. Biasanya
tumor pada ujung invaginatum. Pada tumor ganas gambaran klinis serupa
dengan tumor jinak. keluhan samar dapat berupa nyyeri perut dan
penurunan berat badan. Agak jarang terdapat obstruksi dan perdarahan atau
perforasi. Jenis yang sering ditemukan ialah limfoma ganas, karsinoid dan
adenokarsinoma. Sindrom klinis yang luar biasa seperti sindrom Peutz-
Jeghers ditandai polip multiple dan kelaianan pigmen kulit, dan sindrom
Gardner yaitu sindrom Peutz-Jeghers disertasi osteoma, jarang ditemukan.
diagnosis ditegakan setelah laparotomy.
Patofisiologi ileus obstruktif diawali dari lumen usus yang tersumbat
secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70% dari gas yang
ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan
pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter
cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya
absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat.
Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan
sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini
adalah penciutan ruang cairan ekstrasel yang mengakibatkan syok—
hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan dan
asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan
penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus.
Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan
permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke
dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan
bakteriemia (Sjamjuhidayat et al., 2005; Norton et al., 2008).
Segera setelah timbulnya ileus obstruktif, pada ileus obstruktif
sederhana, distensi timbul tepat di proksimal dan menyebabkan muntah
refleks. Setelah mereda, peristaltik melawan obstruksi dalam usaha
mendorong isi usus melewatinya yang menyebabkan nyeri episodik kram
dengan masa relatif tanpa nyeri di antara episode. Gelombang peristaltik
timbul lebih sering setiap 3 sampai 5 menit di dalam jejunum dan setiap 10
menit di didalam ileum. Aktivitas peristaltik mendorong udara dan cairan
melalui gelung usus, yang menyebabkan gambaran auskultasi khas
terdengar dalam ileus obstruktif. Dengan berlanjutnya obstruksi, maka
aktivitas peristaltik menjadi lebih jarang dan akhirnya tidak ada
(Sjamjuhidayat et al., 2005; Norton et al., 2008).
Jika ileus obstruktif kontinu dan tidak mendapat terapi, maka timbul
muntah yang akan mulai tergantung atas tingkat obstruksi. Ileus obstruktif
usus halus menyebabkan muntah yang lebih dini dengan distensi usus relatif
sedikit, disertai kehilangan air, natrium, klorida dan kalium, kehilangan
asam lambung dengan konsentrasi ion hidrogennya yang tinggi
menyebabkan alkalosis metabolik. Berbeda pada ileus obstruktif usus besar,
muntah bisa muncul lebih lambat (jika ada). Bila timbul, biasanya akan
terjadi kehilangan isotonik dengan plasma. Kehilangan cairan ekstrasel
tersebut menyebabkan penurunan volume intravascular, hemokonsentrasi
dan oliguria atau anuria. Jika terapi tidak diberikan dalam perjalanan klinik,
maka dapat timbul azotemia, penurunan curah jantung, hipotensi dan syok
(Sjamjuhidayat et al., 2005; Norton et al., 2008).
Pada ileus obstruktif strangulata sirkulasi pada usus mencakup volvulus,
pita lekat, hernia dan distensi akan terancam. Disamping cairan dan gas
yang mendistensi lumen dalam ileus obstruksi sederhana, dengan
strangulasi ada juga gerakan darah dan plasma ke dalam lumen dan dinding
usus. Plasma bisa juga dieksudasi dari sisi serosa dinding usus ke dalam
cavitas peritonealis. Mukosa usus yang normalnya bertindak sebagai sawar
(penghambat) bagi penyerapan bakteri dan produk toksiknya, merupakan
bagian dinding usus yang paling sensitif terhadap perubahan dalam aliran
darah. Dengan strangulasi yang memanjang maka timbul iskemik dan sawar
rusak. Bakteri (bersama dengan endotoksin dan eksotoksin) bisa masuk
melalui dinding usus ke dalam cavitas peritonealis. Disamping itu,
kehilangan darah dan plasma maupun air ke dalam lumen usus cepat
menimbulkan syok. Jika kejadian ini tidak dinilai dini, maka dapat
menyebabkan kematian (Sjamjuhidayat et al., 2005; Norton et al., 2008).
Ileus obstruktif gelung tertutup timbul bila jalan masuk dan jalan keluar
suatu gelung usus tersumbat. Jenis ileus obstruktif ini lebih bahaya
dibandingkan ileus obstruksi yang lainnya, karena ia berlanjut ke strangulasi
dengan cepat sebelum terbukti tanda klinis dan gejala ileus obstruktif.
Penyebab ileus obstruktif gelung tertutup mencakup pita lekat melintasi
suatu gelung usus, volvulus atau distensi sederhana. Pada keadaan terakhir
ini, sekresi ke dalam gelung tertutup dapat menyebabkan peningkatan cepat
tekanan intalumen, yang menyebabkan obstruksi aliran keluar ke vena
(Sjamjuhidayat et al., 2005; Norton et al., 2008).
Ileus obstruktif kolon biasanya kurang akut (kecuali bagi volvulus)
dibandingkan ileus obstruksi usus halus. Karena kolon bukan organ
pensekresi cairan dan hanya menerima sekitar 500 ml cairan tiap hari
melalui valva ileocaecalis, maka tidak timbul penumpukan cairan yang
cepat. Sehingga dehidrasi cepat bukan suatu bagian sindroma yang
berhubungan dengan ileus obstruksi kolon. Bahaya paling mendesak karena
obstruksi itu karena distensi. Jika valva ileocaecalis inkompeten maka kolon
terdistensi dapat didekompresi ke dalam usus halus. Tetapi jika valva ini
kompeten, maka kolon terobstruksi membentuk gelung tertutup dan distensi
kontinu menyebabkan ruptura pada tempat berdiameter terlebar, biasanya di
sekum. Hal didasarkan atas hukum Laplace, yang mendefinisikan tegangan
di dalam dinding organ tubular pada tekanan tertentu apapun berhubungan
langsung dengan diameter tabung itu. Sehingga karena diameter kolon
melebar di dalam sekum, maka area ini yang biasanya pecah pertama
(Sjamjuhidayat et al., 2005; Norton et al., 2008).
C. Gejala dan Tanda Klinis
1. Obstruksi sederhana
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi,
artinya disertai dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di
dalam lumen usus bagian oral dari obstruksi,maupun oleh muntah.
Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai
kembung. Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala
muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah fekal walaupun
obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri
abdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian
atas. Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin
fekulen. Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut
dengan dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh
bisa normal sampai demam. Distensi abdomendapat dapat minimal atau
tidak ada pada obstruksi proksimal dan semakin jelas pada sumbatan di
daerah distal. Bising usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat
didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.
2. Obstruksi disertai proses strangulasi
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan
disertai dengan nyeri hebat.Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya
skar bekas operasi atau hernia. Bila dijumpai tandatanda strangulasi
berupa nyeri iskemik dimana nyeri yang sangat hebat, menetap dan
tidak menyurut, maka dilakukan tindakan operasi segera untuk
mencegah terjadinya nekrosis usus.
3. Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan -lahan dengan nyeri akibat
sumbatan biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus
menerus menunjukkanadanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus
dapat keras dan timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi
adalah gambaran umum obstruksi komplit. Muntah lebih sering terjadi
pada penyumbatan usus besar. Muntah timbul kemudian dan tidak
terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila akibat refluks
isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan pada
usus halus. Muntah feka lakan terjadi kemudian. Pada keadaan valvula
Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering mengakibatkan
perforasi sekum karena tekanannya paling tinggi dandindingnya yang
lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi abdomen
dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yang kurus, dan
akan terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan
terabanya massa menunjukkan adanya strangulasi.
G. Tatalaksana
Apabila dicurigai adanya ileus obstruktif mekanik dapat segera dirujuk ke
dokter spesialis bedah setelah sebelumnya diberikan tatalaksana persiapan di
bawah ini (Wibisono, 2014)
1. Pemasangan pipa lambung untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi,
dan dekompresi.
2. Resusitasi cairan dan elektrolit dengan cairan isotonic untuk perbaikan
keadaan umum.
3. Pemasangan kateter urine dilakukan untuk memonitor produksi urine.
4. Antibiotik spektrum luas dapat diberikan apabila ditemukan tanda infeksi.
H. Edukasi
I. Penyakit yang diderita pasien adalah ileus obstruktif di mana terjadi
hambatan pada saluran pencernaan pasien sehingga makanan, cairan, serta
udara terjebak di dalam saluran pencernaan
J. Ileus obstruktif dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab di mana
yang paling sering adalah adhesi, keganasan, dan hernia
K. Tanda dan gejala yang dialami pasien akan berupa nyeri perut, muntah,
mual dan tidak dapat buang angin maupun buang air besar
L. Tatalaksana yang akan dilakukan kepada pasien dan apakah pasien perlu
menjalani operasi atau bisa di terapi secara konservatif beserta risikonya
DAFTAR PUSTAKA
Broek, R., Pepjin, K., Salomone, D., Federico, C., Walter, L., Luca, A. 2018.
Bologna Guidelines for Diagnosis and Management of Adhesive Small Bowel
Obstruction (ASBO): 2017 Update of The Evidence Based Guidelines From
The World Society of Emergency Surgery ASBO Working Group. World
Journal of Emergency Surgery. 13(24):1–13.
Catena, F., De Simone, B., Coccolini, F., Di Saverio, S., Sartelli, M., Ansaloni, L.
2019. Bowel Obstruction: A Narrative Review for All Physicians. World
Journal of Emergency Surgery. 14(1):1–8.
Henry, M.M., Thompson J.N. Small Bowel Disesase and Intestinal Obstruction.
Dalam Sabiston Textbook of Surgery: The Biological Basis of Modern
Surgical Practice. Edisi ke-19. Philadelphia: Elsevier Saunders. 2012
Jackson, P. dan Manish, R. 2011. Evaluation and Management of Intestinal
Obstruction. American Family Physician. 83(2): 159–65.
Kapan, M., Akin, O., Serkan, P., Ibrahim, A., Zulfu, A., Fatih, T., Sadullah, G.
2012. Mechanical Bowel Obstruction and Related Risk Factors on Morbidity
and Mortality. Journal of Current Surgery. Vol 2(2): 55-61.
Norton, J., Barie, P., Bollinger, R., Chang, A., Lowry, S., Mulvihill, S. et al. 2008.
Surgery Basic Science and Clinical Evidence. Edisi ke-2. Springer, USA.
Paulson, E. & Thompson, W. 2015. Review of Small-Bowel Obstruction: The
Diagnosis and When to Worry. Radiology Journal. 275(2):332–42.
Pusat Data dan Infromasi Kemenkes RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Rilianti, D. dan Rasmi, Z. 2017. Radiografi Abdomen 3 Posisi Pada Kasus
Neonatus dengan Meteorismus. Jurnal Medula Unila. 7(2):42–7.
Shah, V. et al. 2021. Small Bowel Obstruction (online). Tersedia dari
https://radiopaedia.org/articles/small-bowel-obstruction. Diakses pada 10
Februari 2022.
Sjamjuhidayat & Wim, D. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC, Jakarta.
Smith, D., Sarang, K., Sara, M. 2020. Bowel Obstruction. StatPearls Publishing,
USA.
Wibisono, E., Jeo, W.S. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
2014.