Anda di halaman 1dari 7

https://www.google.co.id/?

gws_rd=cr,ssl&ei=WAH2VuOjL8PcmgX96a7wAw#q=klasifikasi
+ileus
PERBEDAAN ILEUS OBSTRUKTIF DENGAN ILEUS PARALITIK
1. ILEUS OBSTRUKTIF
A. DEFINISI
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan
penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus.
B. ETIOLOGI
Obstruksi dapat disebabkan oleh penyempitan lumen usus, akibat kompresi
ekstraluminal, ataupun torsi dari usus. Penyebab yang sering dari obstruksi usus halus
adalah adhesi (>50%). Adhesi dapat disebabkan oleh riwayat operasi intraabdomen
sebelumnya, atau proses inflamasi intraabdomen. Kasus ileus obstruksi lebih banyak
ditemukan pada wanita mengingat banyaknya tindakan operasi yang dilakukan pada
kasus obstetrik. Herniasi terjadi kira-kira 25% dari kasus obstruksi. Adhesi
merupakan penyebab ekstrinsik, sama halnya dengan hernia dan penyebab ekstrinsik
lainnya adalah berupa lilitan kongenital, volvulus atau karsinoma di luarusus. Sisanya
25% obstruksi usus halus disebabkan oleh lesi intrinsik yaitu lesi inflamasi,
intususepsi, neoplasma, korpus alienum atau atresia dan stenosis. Pada obstruksi usus
besar penyebab tersering adalah keganasan. Karsinoma sebanyak 60-65%,
diverikulitis 20% dan volvulus 5%

Gambar 1. Penyebab ileus obstruksi

C. KLASIFIKASI ILEUS OBSTRUKTIF


Berdasarkan penyebabnya ileus obstruktif dibedakan menjadi tiga kelompok
(Bailey,2002):
a. Lesi-lesi intraluminal, misalnya fekalit, benda asing, bezoar, batu empedu.
b. Lesi-lesi intramural, misalnya malignansi atau inflamasi.
c. Lesi-lesi ekstramural, misalnya adhesi, hernia, volvulus atau intususepsi.
Ileus obstruktif dibagi lagi menjadi tiga jenis dasar (Sjamsuhidajat & Jong, 2005;
Sabiston,1995) :
1. Ileus obstruktif sederhana, dimana obstruksi tidak disertai dengan terjepitnya
pembuluh darah.
2. Ileus obstruktif strangulasi, dimana obstruksi yang disertai adanya penjepitan
pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau
gangren yang ditandai dengan gejala umum berat yang disebabkan oleh toksin
dari jaringan gangren.

3. Ileus obstruktif jenis gelung tertutup, dimana terjadi bila jalan masuk dan
keluar suatu gelung usu tersumbat, dimana paling sedikit terdapat dua tempat
obstruksi.

D. Patofisiologi
Ileus obstruksi disebabkan oleh stasis kandungan lumen usus yang akan
menyebabkan perubahan local dan sistemik pada keadaan obstruksi.
2
Terdapat
kemiripan proses patofisiologis yang terjadi setelah obstruksi usus, tanpa memandang
penyebab obstruksi yang disebabkan oleh mekanis atau fungsional. Perbedaan
utamanya adalah pada obstruksi paralitik, peristaltik dihambat sejak awal, sedangkan
pada obstruksi mekanis, awalnya peristaltik diperkuat, kemudian timbul intermiten,
dan akhirnya menghilang.
Dinding usus yang terletak di sebelah proksimal dari segmen yang tersumbat
secara progresif akan teregang oleh penimbunan cairan dan gas (70% dari udara yang
tertelan) dalam lumen. Distensi berat pada dinding usus akan mengurangi pengaliran
air dan natriumdari lumen usus ke darah. Sekitar 8 liter cairan disekresi ke dalam
saluran cerna setiap hari, sehingga tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan
penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah merupakan sumber kehilangan utama
cairan dan elektrolit. Pengaruh kehilangan ini adalah pengerutan ruang cairan
ekstrasel yang mengakibatkan syok—hipotensi, berkurangnya curahjantung,
berkurangnya perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus
mengakibatkan timbulnya lingkaran setan penurunan absorpsi cairan dan
peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia
akibat distensi dan peningkatan permeabilitas yang disebabkan oleh nekrosis, disertai
dengan absorpsi toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik.

E. MANIFESTASI KLINIS ILEUS OBSTRUKTIIF


Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif (Winslet, 2002; Sabiston,1995)
1. Nyeri abdomen
2. Muntah
3. Distensi
4. Kegagalan buang air besar atau gas(konstipasi).
Gejala ileus obstruktif tersebut bervariasi tergantung kepada (Winslet,2002;
Sabiston, 1995):
1. Lokasi obstruksi
2. Lamanya obstruksi
3. Penyebabnya
4. Ada atau tidaknya iskemia usus

F. Diagnosis
a. Anamnesis
Gejala klasik ileus obstruktif adalah nyeri abdomen, distensi, obstipasi akut,
nausea dan vomit. Pada ileus obstruksi usus halus kolik dirasakan di sekitar umbilkus,
sedangkan pada ileus obstruksi usus besar kolik dirasakan di sekitar supra pubik.
Frekuensi muntah bervariasi tergantung pada letak obstruksi. Bila obstruksi terjadi pada
usus halus bagian atas, maka muntah akan lebih sering terjadi dibandingkan dengan
obstruksi yang terjadi pada ileum atau usus besar. Konstipasi absolute sering terjadi dini
pada obstruksi usus besar, tetapi flatus dan feses mungkin dapat dikeluarkan pada
permulaan obstruksi usus halus.
1
Sangat penting menggali riwayat medis pasien, seperti
riwayat operasi abdomen, obat-obatan, riwayat konstipasi kronis, perubahan caliber feses,
riwayat kanker dan pengobatannya (operasi, kemoterapi, radiasi) sehingga dapat
membantu menegakkan diagnosis dan menentukan penyebabnya.

b. Pemeriksaan Fisik
4
1. Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup kehilangan
turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat adanya
distensi, parut abdomen, hernia dan massa abdomen. Penderita tampak gelisah dan
menggeliat sewaktu serangan kolik.
2. Palpasi
Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda-tanda peritonitis atau nyeri tekan, yang
mencakup ‘defance musculair’ involunter dan pembengkakan atau massa di
abdomen.
3. Auskultasi
Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar bising usus meningkat dengan nada
tinggi (metallic sound) yang menunjukkan terjadinya dilatasi usus dengan air fluid

level. Tetapi setelah beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan usus di atas telah
berdilatasi, maka aktivitas peristaltik bisa menurun atau tidak ada. Pada ileus paralitik
biasanya tidak ditemukan bising usus.
Bagian akhir yang harus dilakukan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan rectum
dan pelvis. Jika terdapat massa atau tumor serta tidak adanya feses di dalam rektum
menggambarkan ileus obstruktif usus halus. Jika darah makroskopik atau feses postif
banyak ditemukan di dalam rektum, maka sangat mungkin bahwa ileus obstruktif
didasarkan atas lesi intrinsik di dalam usus

c. PemeriksaanPenunjang
1. Radiologi
Pemeriksaan radiografi penting untuk menentukan jenis dan derajat obstruksi.
Pemeriksaan radiografi biasanya membantu menentukan apakah obstruksi mengenai usus
halus dengan atau tanpa terkenanya kolon.
Foto thorak dengan posisi berdiri dikombinasi dengan foto abdomen dengan
posisi supine dan berdiri merupakan langkah awal yang harus dilakukan pada pasien
dengan dugaan obstruksi usus. Foto thorak membantu menentukan keadaan di luar
abdomen yang mempunyai gejala yang mirip dengan obstruksi usus seperti adanya
pneumonia. Penemuan khas dari obstruksi usus halus pada foto abdomen adalah adanya
dilatasi usus halus dengan gambaran air-fluid level. Pada ileus paralitik, distensi
lambung, usus halus dan usus besar memberikan gambaran herring bone, dengan
gambaran air-fluid level nya segaris, sedangkan pada ileus obstruksi memberikan
gambaran seperti gambaran anak tangga. Pada obstruksi proksimal, dilatasi usus biasanya
ditemukan sedikit, sebaliknya obstruksi usus bagian distal, distensi usus yang multiple
sering ditemukan. Usus halus dikatakan mengalami dilatasi jika diameter usus tersebut >
3 cm, sedangkan untuk usus besar bervariasi tergantung pada segmennya, dimana 9 cm
untuk proksimal kolon, 5 cm untuk kolon sigmoid. Ditemukannya udara bebas di rongga
abdomen merupakan tanda telah terjadi perforasi kolon.
2. Laboratorium
Laboratorium mempunyai nilai terbatas pada obstruksi mekanik. Parameter
hematologi seperti adanya leukositosis, atau tes laboratorium lainnya digunakan untuk
melihat adanya komplikasi. Peningkatan amilase serum kadang-kadang ditemukan pada
semua bentuk ileus obstruktif, khususnya jenis strangulasi. Hitung sel darah dan hitung
jenis, elektrolit, BUN, kreatinin, urinalisis harus diperiksa untuk menentukan adanya
gangguan cairan dan elektrolit serta menyingkirkan adanya sepsis.
2,5
G. Terapi
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksi untuk mencegah perforasi. Menghilangkan penyebab ileus obstruksi adalah
tujuan kedua.
2,4
1. Penatalaksanaan medik
Kontraindikasi untuk terapi non-operatif adalah apabila ada dugaan telah terjadi
iskemia, obstruksi usus besar, obstruksi closed-loop, hernia strangulate, dan perforasi.
Dekompresi sangat penting dilakukan pada pasien dengan ileus paralitik dan ileus
obstruksi. Pemasangan NGT memperbaiki distensi abdomen. Pemasangan tube yang
lebih panjang ke intestinal dengan bantuan endoskopi dan fluoroskopi akan lebih baik.
Dengan pemasangan NGT atau tube ke intestinal, akan mengurangi distensi, nausea,
vomit serta dapat menurunkan bahaya komplikasi seperti regurgitasi dan aspirasi.
Dekompresi gastrointestinal proksimal mempunyai nilai terbatas pada pasien dengan
distensi dan obstruksi kolon. Jika seluruh kolon termasuk rectum terisi oleh gas dan
mengalami distensi, insersi rectal tube dapat membantu.
Disamping insersi NGT, koreksi cairan dan elektrolit, eradikasi sepsis menggunakan
antibiotic spectrum luas sangat diperlukan. Biasanya tanda-tanda perbaikan dapat terlihat
dalam 24 jam. Dekompresi usus perendoskopi. NGT, puasa, dan perubahan posisi pasien
secara regular sangat diperlukan. Setelah 24 jam, keadaan klinis dinilai kembali dan
dibuat keputusan apakah diperlukan intervensi bedah.
2. Penatalaksanaan operatif
Jika pasien yang diterapi secara non-operatif mengalami obstruksi complicated,
intervensi bedah diperlukan. Tanda dan gejala obstruksi complicated adalah demam,
takikardi, leukositosis, nyeri tekan terlokalisir, nyeri abdomen yang menetap dan
peritonitis. Terdapatnya tiga dari tanda tersebut memprediksi telah terjadinya obstruksi
strangulate sebanyak 82%. Adanya empat dari tanda di atas hampir 100% menyatakan
telah terjadi obstruksi strangulate. Adanya gambaran udara bebas atau tanda close-loop
pada foto abdomen membutuhkan tindakan operasi. Operasi dapat dilakukan bila sudah
tercapai rehidrasi dan organ-organ vital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling
sering dilakukan adalah pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila:
6
1. Strangulasi
2. Obstruksi lengkap
3. Hernia inkarserata
4. Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan
pemasangan NGT, infus, oksigen dan kateter)

2. ILEUS PARALITIK
Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal/ tidak mampu
melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya.
Etiologi:
1. Neurologik: Pasca operasi, kerusakan medulla spinalis, keracunan timbal, kolik
ureter, iritasipersarafan splanknikus, pankreatitis.
2. Metabolik :Gangguan keseimbangan elektrolit (terutama hipokalemia), uremia,
komplikasi DM,penyakit sistemik seperti SLE, sklerosis multiple
3. Obat-obatan: Narkotik, Antikolinergik, Katekolamin
4. Infeksi: Pneumonia, empiema, peritonitis, infeksi sistemik berat lainnya
5. Iskemia usus

Manifestasi Klinik
Ileus adinamik (ileus inhibisi) ditandai oleh tidak adanya gerakan usus yangdisebabkan oleh
penghambatan neuromuscular dengan aktifitas simpatik yang berlebihan.
Diagnosis dan Penatalaksanaan Ileus Paralitik 18
Sangat umum, terjadi setelah semua prosedur abdomen, gerakan usus akan kembalinormal
pada:
usus kecil 24 jam, lambung 48 jam, kolon 3-5 hari.
(4)
Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung (
abdominal distention
),anoreksia, mual dan obstipasi. Muntah mungkin ada, mungkin pula tidak ada. Keluhanperut
kembung pada ileus paralitik ini perlu dibedakan dengan keluhan perut kembungpada ileus
obstruksi. Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan perut kembung, tidak disertai nyeri kolik
abdomen yang paroksismal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya distensi abdomen, perkusi timpanidengan bising
usus
yang lemah dan jarang bahkan dapat tidak terdengar sama sekali.Pada palpasi, pasien hanya
menyatakan perasaan tidak enak pada perutnya. Tidak ditemukan adanya reaksi peritoneal
(nyeri
tekan dan nyeri lepas negatif). Apabilapenyakit primernya peritonitis, manifestasi klinis yang
ditemukan adalah gambaranperitonitis.
(1)
II.7. Diagnosa
Pada ileus paralitik ditegakkan dengan auskultasi abdomen berupa
silent
abdomen
yaitu bisingusus menghilang. Pada gambaran foto polos abdomen didapatkan pelebaran udara
usus halusatau besar
.
Anamnesa
Pada anamnesa ileus paralitik sering ditemukan keluhan distensi dari usus, rasa mual
dandapat
disertai muntah. Pasien kadang juga mengeluhkan tidak bisa BAB ataupun flatus,rasa tidak
nyaman diperut tanpa disertai nyeri.
Pemeriksaan fisik
-
Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup kehilanganturgor kulit
maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat adanya
Diagnosis dan Penatalaksanaan Ileus Paralitik 19
distensi, parut abdomen, hernia dan massa abdomen. Pada pasien yang kurus tidak terlihat
gerakan peristaltik.-
Palpasi
Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau nyeritekan, yang
mencakup µdefence muscular¶ involunter atau rebound danpembengkakan atau massa yang
abnormal untuk mengetahui penyebab ileus.-
Perkusi
Hipertimpani-
Auskultasi
Bising usus lemah atau tidak ada sama sekali (silent abdomen) dan borborigmi
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium mungkin dapat membantu mencari kausa penyakit.
Pemeriksaanyang
penting untuk dimintakan adalah leukosit darah, kadar elektrolit, ureum, glukosa darah
danamylase. Foto polos abdomen sangat membantu untuk menegakkan diagnosis. Pada
ileusparalitik akan ditemukan distensi lambung, usus halus dan usus besar. Air fluid level
ditemukanberupa suatu gambaran line up (segaris). Hal ini berbeda dengan air fluid level
pada
ileusobstruktif yang memberikan gambaran stepladder (seperti anak tangga). Apabila
denganpemeriksaan foto polos abdomen masih meragukan, dapat dilakukan foto abdomen
denganmempergunakan kontras.
II.8. Penatalaksanaan
Pengelolaan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif. Tindakannya berupadekompresi,
menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mengobati kausa dan penyakit primer dan
pemberiaan nutrisi yang adekuat.
(1)
Prognosis biasanya baik, keberhasilan dekompresi kolondari ileus telah dicapai oleh
kolonoskopi
berulang.
(3)
Beberapa obat-obatan jenis penyekatsimpatik (simpatolitik) atau parasimpatomimetik pernah
dicoba, ternyata hasilnya tidak konsisten.
U
ntuk dekompresi dilakukan pemasangan pipa nasogastrik (bila perlu dipasang juga
rectal tube). Pemberian cairan, koreksi gangguan elektrolit dan nutrisi parenteral
hendaknyadiberikan sesuai dengan kebutuhan dan prinsip-prinsip pemberian nutrisi
parenteral.
Beberapaobat yang dapat dicoba yaitu metoklopramid bermanfaat untuk gastroparesis,
sisaprid
bermanfaatuntuk ileus paralitik pascaoperasi, dan klonidin dilaporkan bermanfaat untuk
mengatasi ileusparalitik karena obat-obatan.
(1)
Neostigmin juga efektif dalam kasus ileus kolon yang tidak berespon setelah pengobatan
konservatif.
(3)
1. Konservatif
§ Penderita dirawat di rumah sakit.§ Penderita dipuasakan§ Kontrol status
airway
,
breathing
and
circulation
.§ Dekompresi dengan
nasogastric
tube

Intravenous
fluids
and
electrolyte
§ Dipasang kateter urin untuk menghitung
balance
cairan.
2. Farmakologis
§ Antibiotik
broadspectrum
untuk bakteri anaerob dan aerob.§ Analgesik apabila nyeri.§ Prokinetik: Metaklopromide,
cisapride§ Parasimpatis stimulasi: bethanecol, neostigmin§ Simpatis blokade: alpha 2
adrenergik
antagonis
3. Operatif
§ Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah kecuali disertai dengan peritonitis
Diagnosis dan Penatalaksanaan Ileus Paralitik
§ Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric untuk mencegah
sepsissekunder atau rupture usus.§ Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul
dengan
teknik bedah yang disesuaikandengan hasil explorasi melalui laparotomi.o Pintas usus :
ileostomi, kolostomi.o Reseksi usus dengan anastomosiso Diversi stoma dengan atau tanpa
reseksi

Anda mungkin juga menyukai