Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Hidronefrosis merupakan suatu keadaan pelebaran dari pelvis ginjal dan
kalises, sedangkan hidroureter dianalogikan sebagai pelebaran ureter. Adanya
hidronefrosis atau hidroureter harus dianggap sebagai respon fisiologis
terhadap gangguan aliran urine. Meskipun hal ini sering disebabkan oleh
proses obstruktif, tetapi dalam beberapa kasus seperti megaureter sekunder
untuk refluks pralahir, sistem pengumpulan mungkin membesar karena tidak
adanya obstruksi (Muttaqin & Sari, 2012).
Obstruksi dapat menyebabkan dilatasi pelvis renalis maupun kaliks, yang
dikenal sebagai hidronefrosis. Pada umumnya obstruksi saluran kemih sebelah
bawah yang berkepanjangan akan obstruksi sebelah atas. Jika tidak diterapi
dengan tepat, obstruksi ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi dan
kerusakan struktur ginjal yang permanen, yang dikenal dengan nefropati
obstruktif, dan jika mengalami infeksi saluran kemih dapat menimbulkan
urosepsis (Purnomo, 2011).
Peran perawat pada pasien dengan hidronefrosis & ureterolitiasis adalah
care provider yaitu tindakan keperawatan kepada pasien yang difokuskan pada
penanganan nutrisi, penanganan nyeri dan pencegahan infeksi. Peran perawat
sebagai educator yaitu memberikan pendidikan kesehatan mengenai
pengertian Hidronefrosis & ureterolitiasis, penyebab, tanda gejala, komplikasi,
dan cara perawatannya sehingga keluarga mampu merawat pasien di rumah
dengan baik. Peran perawat sebagai conselor yaitu memotivasi dan
memberikan edukasi kepada pasien dengan penderita hidronefrosis agar tidak
cemas dengan penyakitnya.
Beberapa data diatas dapat dijadikan alasan untuk mengangkat asuhan
keperawatan pasien dengan hidronefrosis. Melihat dengan adanya kejadian
sebelumnya akan mempermudah menggali lebih dalam mengenai keberhasilan

4
dan penatalaksanaan, serta perawat akan lebih mudah dalam memberikan
asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan hidronefrosis.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan hidronefrosis
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar medis penyakit meliputi definisi, penyebab,
patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, komplikasi,
penatalaksanaan dan pathways.
b. Menganalisis pengkajian keperawatan pada pasien hidronefrosis
c. Menganalisis diagnosa keperawatan pada pasien hidronefrosis
d. Menganalisis intervensi keperawatan pada pasien hidronefrosis
e. Menganalisis implementasi keperawatan pada pasien hidronefrosis
f. Menganalisis evaluasi keperawatan pada pasien hidronefrosis

C. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I : Latar Belakang Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan,
Sistematika Penulisan
BAB II : Pengertian, Etiologi / Faktor Predisposisi, Patofisiologi
Manifestasi klinik, Komplikasi, Penatalaksaan, Proses
Keperawatan: Pengkajian fokus, Analisa data, Diagnosa
keperawatan, Rencana tindakan keperawatan, Pathways
BAB III : Penutup

5
BAB II
KONSEP DASAR

A. Pengertian
Hidronefrosis berasal dari kata “hidro” yang berarti “air” dan
“nefron” yang berarti “ginjal” sehingga dapat di artikan sebagai air
didalam ginjal. Pada hidronefrosis terjadi pelebaran dari saluran - saluran
yang terdapat di dalam ginjal sehingga ginjal akan tapak membesar atau
membengkak. Pembengkakan terjadi akibat adanya gangguan pada saluran
kemih. Yang letaknya ada di bawah dari ginjal dan penyebabnya dapat
beracam-macam. Apabila terjadi gangguan dari saluran kemih maka aliran
urin akan terhambat sehingga akan menggenangi ginjal dan menyebabkan
pelebaran dari saluran-saluran yang ada didalam ginjal. (Irianto, 2015)
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu
atau kedua ginjal akibat adanya obstruksi.

6
B. Etiologi
Banyak faktor yang memungkinkan terbentuknya kondisi
hidronefrosis antara lain kelainan pada ureter, kandung kemih dan uretra.
Tabel 2.1
Etiologi Hidronefrosis
Sumber: Muttaqin & Sari (2012)
Kelainan pada Ureter
Intrinsik Fungsional Ekstrinsik
a. Ureteropelvic junction a. Infeksi gram negatif a. Retroperitoneal
stricture b. Neurogenic bladder Lymphoma
b. Ureterovesical b. Retroperitoneal
Junction Obstruction sarcoa
c. Papillary necrosis c. Kanker serviks
d. Ureteral folds d. Kanker prostat
e. Ureteral valves e. Retroperitoneal
f. Ureteral stricture fibrosis
g. Blood clot f. Aortic aneurysm
h. Benign fibroepithelial g. Inflammatory bowel
polyps disease
i. Ureteral tumor h. Retrocaval ureter
j. Fungus ball i. Uterine prolapse
k. Ureteral calculus j. Kehamilan
l. Ureterocele k. Latrogenic ureteral
m. Endoetriosis ligation
n. Tuberculosis l. Ovarian cysts
o. Retrocaval ureter m. Dverculitis
n. Tuboovarian abscess
o. Retroperitoneal
heorrhage
Kelainan pada Kandung Kemih
Intrinsik Fungsional Ekstrinsik
a. Karsinoma kandung a. Neurogenic bladder Pelvic lipomatosis
kemih b. Vesicoureteral reflux
b. Bladder calculi
c. Bladder neck
contracture
d. Cystocele
e. Primary bladder neck
hypertrophy
f. Bladder diverticula
Kelainan Uretera
Intrinsik Fungsional Ekstrinsik
a. Urethral stricture a. Benign prostatic
b. Urethral valves hyperplasia
c. Urethral diverticula b. Prostate cancer
d. Urethral atresia
e. Labial fusion

7
C. Patofsologi
Hidronefosis merupakan respon hasil dari proses anatomis atau
fungsional dari suatu gangguan aliran urin. Gangguan ini dapat terjadi
dimana saja disepanjang saluran urin dari ginjal sampai ke meatus uretra.
Kenaikan tekanan ureter menyebabkan perubahan yang ditandai
difiltrasiglomerural, fungsi tubular dan aliran darah ginjal laju filtrasi
glomerulus menurun secara signifikan dalam hitungan jam setelah
obstruksi akut. Penurunan signifikan gloemelurus dapat bertahan secara
berminggu – minggu setelah relief obstruksi selain itu, kemapuan tubuler
ginjal untuk mengangangkut proton, natrum, kalium serta berkonsentrasi
dan untuk mencarkan urin sangat terganggu (Muttaqin & Sari, 2012).
Tingkat gangguan fungsional secara langsung berkaitan dengan
durasi dan luasnya obstruksi. Pada gangguan fungsional yang terjadi
bersifat rifersibel dengan sedikit perubahan anatomis. Sementara itu pada
kondisi gangguan kronis akan mengakibatkan atrofi tubulus mendalam dan
kehilangan nefron permanen (Muttaqin & Sari, 2012).
Peningkatan tekanan ureter juga menghasilkan refluks pyelovenous
dan pyeolymphatik. Perubaan bruto dala saluran kemih bergantung pada
durasi, derajat dan tingkat obstruksi. Dalam sistem pengumpulan
intrarenal,derajat dilatasi dibatasi oleh parenkim ginjal (Muttaqin & Sari,
2012).
D. Manfestasi Klinis
Gejala yang dapat ditemukan apabila terkena penyakit
hidronefrosis adalah :
1. Nyeri pada perut hingga genetalia karna terjadi distensi atau pelebaran
dari saluran kemih. Nyeri dapat mucul setiap saat maupun hanya saat
buang air kecil atau BAK.
2. Tidak dapat kencing.
3. Kencing menjadi sering terutama disadari terjadi di malam hari
sehingga tidur juga ikut menjadi terganggu dan sulit tidur.

8
4. BAK menjadi lebih sering, urin tetap menetes – netes setelah selesai
BAK, pancaran urin saat BAK yang melemah, rasa tidak lega setelah
BAK perlu menunggu sebentar sebelum mulai BAK .
5. Infeksi saluran kemih berulang hingga kadang bersifat kronik .
6. Tekanan darah tinggi.
7. Demam.
8. Nyeri pada pinggang terutama bila diketuk.
9. Asintomatik
10. Hematuria dan piuria
(Irianto, 2015)

E. Komplikasi
Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2 – 3 hari, terjadi
sebagai akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti
insufiensi ginnjal akut dengan uremia, hiperkalemia, dan hiperfostemia.
Walau origuria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, namun
bila hal ini terjadi maka dialysis peritoneum kadang – kadang diperlukan.
Hipertensi ensefalopati, didapatkan gejala berupa gangguan penglihatan,
pusing, muntah, dan kejang – kejang. Ini disebabkan spasme pembuluh
darah local dengan anoksia dan edema otak. Gangguan sirkulasi berupa
dispene, ortopne, terdapatnya ronki basah, pembesaran jantung dan
meninggi nya tekanan darah yang bukan saja disebabkan spasme
pembuluh darah, melainkan juga disebabkan oleh pertambahnya volume
plasma. Jantung dapat memberas dan terjadi gagal jantung akibat
hipertensi yang menetap dan kelainan miokardium. Anemia yang timbul
karena adanya hipervolemia disamping sintesis eritropoitik yang menurun.
(Doenges, Marilyn E, dkk. 1999.)

9
F. Penatalaksanaan
Untuk pengobatan teradap hidronefrosis, perlu dicari penyebab dari
penyakit ini sehingga dapat dilakukan diagnosis yang tepat dan terapi
yang sesuai untuk menghilangkan penyebab tersebut. Selain
itu,pengobatan juga dilakukan berdasarkan keluhan yang muncul,
misalnya apabila terjadi infeksi dari saluran kemih dapat diberikan
antibiotik untuk mengobati infeksi, apabila terjadi nyeri dapat diberikan
obat- obatan anti nyeri. Apabila terjadi gangguan terhadap BAK misalnya
tidak dapat atau tidak bisa BAK dapat dilakukan pemasangan kateter
untuk mengurangi gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita
hidronefrosis. Dapat juga dilakukan tindakan operatif untuk memperbaiki
kelainan dari struktur terutama pada anak-anak, untuk menghancurkan
batu yang menyumbat, dan melebarkan sumbatan akibat pembesaran
prostat (Irianto, 2015).
Apabila penyakit ini tidak diberikan terapi yang memadai maka
dapat terjadi kerusakan dari ginjal secara progesif. Fungsi dari ginjal untuk
menyaring zat-zat yang tidak diperlukan tubuh akan menurun sehingga
zat-zat akan menumpuk di dalam tubuh dan dapat menjadi berbahaya.
Fungsi ginjal yang menurun tersebut dapat menyebabkan terjadinya gagal
ginjal dan pada keadaan terminal memerlukan cuci darah untuk membantu
membuang racun di dalam tubuh tersebut. Selain itu, pada kondisi gagal
ginjal terminal dapat juga dilakukan cangkok ginjal (Irianto, 2015).
Pengobatan dini dari gejala infeksi dan gangguan dari saluran
kemih dapat mencegah kelanjutan dari gangguan fungsi ginjal. Sumbatan
yang terjadi di ureter kiri dan kanan umumnya akan menyebabkan
tejadinya gagal ginjal kronik, terutama pada kasus pembesaran dari prostat
(Irianto, 2015).
Karena komplikasi yang mungkin terjadi berupa gagal ginjal maka
perlu dilakukan pencegahan agar tidak terjadi lebih parah. Pencegahan
hidronefrosis dengan minum air minimal 8 gelas sehari dapat membantu

10
mencegah terjadinya infeksi dari saluran kemih dan terbentuknya batu
disaluran kemih (Irianto, 2015).
Pemasangan nefrostomy merupakan upaya untuk mencegah
kerusakan ginjal dan mengeluarkan urine dari ginjal. Berikut adalah jenis
dan langkah nefrostomi:
A. Drainase Nefrostomi
Selang nefrostomi dimasukkan langsung ke dalam ginjal untuk
pengalihan aliran urin temporer atau permanen secara percutan atau
melalui luka insisi. Sebuah selang tunggal atau selang nefrostomi
sirkuler atau U-loop yang dapat tertahan sendiri dapat digunakan.
Drainase nefrostomi diperlukan utuk drainase cairan dari ginjal
sesudah pembedahan, memelihara atau memulihkan drainase dan
memintas obstruksi dalam ureter atau traktus urinarius inferior.
Selang nefrostomi dihubungkan ke sebuah system drainase tertutup
atau alat uostomi.
B. Nefrostomi Perkutaneus
Pemasangan sebuah selang melalui kulit ke dalam pelvis ginjal.
Tindakan ini dilakukan untuk drainase eksternal urin dari ureter yang
tersumbat, membuat suatu jalur pemasangan stent ureter,
menghancurkan batu ginjal, melebarkan striktur, menutup fistula,
memberikan obat, memungkinkan penyisipan alat biopsy bentuk sikat
dan nefroskop atau untuk melakukan tindakan bedah tertentu. Daerah
kulit yang akan dinsisi dipersiapkan serta dianestesi, dan pasien
diminta untuk menarik nafas serta menahannya pada saat sebuah
jarum spinal ditusukkan ke dalam pelvis ginjal. Urin diaspirasi untuk
pemeriksaan kultur dan media kontras dapat disuntikkan ke dalam
system pielokaliks.Seutas kawat pemandu kateter angografi disisipkan
lewat jarum tersebut ke dalam ginjal. Jarum dicabut dan saluran
dilebarkan dengan melewatkan selang atau kawat pemandu. Selang
nefrostomi dimasukkan dan diatur posisinya dalam ginjal atau ureter,

11
difiksasi dengan jahitan kulit serta dihubungkan dengan system
drainase tertutup. (Doenges, Marilynn E. 1990)

G. Pengkajian Fokus
1. Biodata
a. Identitas Klien
1) Umur
Umur dapat mengidentifikasi penyebab dari hidronefrosis yang
terjadi pada orang dewasa
2) Jenis kelamin
Jenis kelamin bisa untuk identifikasi penyebab misalnya pada
pria lansia penyebab tersering ialah akibat obstruksi uretra
pada pintu kandung kemih akibat pembesaranprostat. Pada
perempuan hamil bisa terjadi akibat pembesaran uterus.
3) Pekerjaan
Pekerjaan klien dapat berpengaruh terhadap penyebab klien
menderita hidronefrosis, misalnya sopir atau sekretaris yang
pekerjaannya banyak untuk duduk sehingga meningkatkan
statis urine.

12
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat pasien terdahulu mungkin pernah mengalami penyakit
batu ginjal, tumor, pembesaran prostat, ataupun kelainan
kongenital.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan klien saat ini
seperti klien berkemih sedikit tergantung periode penyakit, nyeri
saat berkemih, nyeri panggul.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya riwayat penyakit di keluarga yang berhubungan dengan
kelainan ginjal, seperti BPH, diabetes mellitus, gagal ginjal dan
kelainan ginjal lainnya.

3. Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas dan istirahat Kelelahan, kelemahan, malaise
b. Integritas ego: Faktor stress, perasaan tidak berdaya, menolak
cemas, marah.
c. Elimasi: Penurunan frekuensi, oliguri, anuri, perubahan warna urin.
d. Makanan/cairan: Penurunan berat badan karena malnutrisi,
anoreksia, mual, muntah.
e. Nyeri/kenyamanan: Nyeri abdomen, nyeri tulang rusuk dan tulang
panggul, gelisah, distraksi tergantung derajat keparahan.
f. Interaksi sosial: Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan
peran seperti biasa.
g. Persepsi diri: Kurangnya pengetahuan, gangguan body image.
h. Sirkulasi: Peningkatan tekanan darah, kulit hangat dan pucat.
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : pada kondisi yang masih belum parah,
kemungkinan klien dalam keadaan compos mentis, dan dalam

13
keadaan yang cukup parah kemungkinan klien berada dalam
tingkat kesadaran sopor.
b. Kepala dan leher
Pada inspeksi kepala dan leher pada klien hidronefrosis
kemungkinan dapat terjadi yaitu, pada mata terlihat adanya
konjungtiva anemis dan bibir pucat, hal ini dapat terjadi karena
fungsi ginjal yang terganggu sehingga tidak dapat menghasilkan
eritropoeitin (produksi eritrosit menurun) dan dapat menyebabkan
suplai O2 ke jaringan turun. Klien jika sudah dalam keadaan yang
kronis juga dapat mengalami pernapasan cuping hidung, hal ini
terjadi karena kegagalan ginjal untuk membuang limbah metabolik
sehingga terjadi asidosis metabolik.
c. Dada
Pemeriksaan dada pada klien hidronefrosis biasanya masih belum
didapatkan kelainan.
d. Abdomen
Pemeriksaan fisik abdomen pada klien hidronefrosis kemungkinan
dapat diperoleh hasil teraba massa di daerah suprabubik dengan
konsentrasi keras, pada klien juga bisa diperoleh adanya nyeri
ketok di sudut costovertebra, keadaan ini terjadi karena adanya
regangan kapsul ginjal akibat hidronefrosis.
e. Kulit
Pemeriksaan kulit pada klien hidronefrosis kemungkinan dapat
terjadi pucat, lembab. Hal ini terjadi karena ginjal mengalami
gangguan sehingga produksi eritropoeitin menurun dan suplai O2
ke jaringan juga menurun.
f. Genetalia dan Rektum
Pada klien hidronefrosis kemungkinan bisa ditemukan terabanya
massa jika hidronefrosis disebabkan oleh tumor. Selain itu, juga
dapat diperoleh adanya pembesaran prostat jika keadaan tersebut
disebabkan oleh BPH.

14
g. Ekstremitas
Pada klien hidronefrosis kemungkinan tidak didapatkan kelainan
ektremitas. Namun jikahidronefrosis parah pada kedua bagian
ginjal, maka dapat mengakibatkan gejala gagal ginjal seperti
terdapat odem pada extremitas, keletihan, dan kelemahan.

15
H. Pathways

Proses infeksi Infeksi pada Tumor/neoplas Pembesaran


uretra ma di sekitar pada uterus pada
ureter atau saat kehamilan
uretra
Metabolisme Peradangan
meningkat
Kompresi pada
Kompresi saluran kemih
Panas/demam Terbentuknya pada
jaringan parut ureter/uret
ra

HIPERTERMI Urine yang GANGGUAN


Obstruksi sebagian
keluar sedikit POLA
Obstruksi atau total aliran
karena ada ELIMINASI
akut urine
penyempitan URINE
ureter/uretra

Kolik Urine mengalir balik Kegagalan


Lambung
renalis/nyeri ginjal untuk
pinggang membuang
limbah
metabolik
Ureum
NYERI AKUT Hidroureter bertemu
dengan
HCL
Peningkatan
Urine refluk ke ureum
Stasis urine
pelvis ginjal dalam darah

Mual
muntah
RESIKO
Penekanan pada Bersifat
INFEKSI
medulla ginjal/pada sel racun dalam
sel ginjal tubuh

GANGGUAN
NUTRISI
KURANG DARI
RESIKO PERUBAHAN
System KEBUTUHAN
PERFUSI GINJAL
pencernaan

16
I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi akut
2. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan penyempitan ureter/uretra
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah.
4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
(Doenges, 1990).

J. Fokus Intervensi Dan Rasonal

Diagnosa Tujuan dan


No. Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri akut Tujuan: a. Bina hubungan a. Mengenal klien dan
berhubungan Nyeri berkurang saling percaya. mempermudah untuk
dengan sampai tidak ada memberikan intervensi
obstruksi akut. nyeri. selanjutnya.
Kriteria hasil:
Pasien b. Kaji lokasi, b. Mengetahui skala dan
menunjukkan lamanya, intensitas kualitas nyeri
rileks dan dan tingkat skala
mengatakan nyeri nyeri.
berkurang.
c. Atur posisi yang c. Posisi yang nyaman akan
nyaman bagi klien. membantu memberikan
kesempatan pada otot
untuk relaksasi seoptimal
mungkin.

d. Ajarkan pasien d. Teknik relaksasi dapat


teknik relaksasi. mengurangi rasanyeri
yang dirasakan pasien.

e. Berikan health e. Pemahaman pasien


education tentang tentang penyebab nyeri
penyebab nyeri yg yang terjadi akan
dialami pasien. mengurangi ketegangan
pasien dan memudahkan
pasien untuk diajak
bekerjasama dalam
melakukan tindakan.

17
Diagnosa Tujuan dan
No. Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
f. Kolaborasi dengan f. Obat-obat analgesik
dokter untuk dapat membantu
pemberian mengurangi nyeri pasien.
analgesik.

2. Perubahan pola Tujuan: a. Kaji pemasukan a. Memberikan informasi


eliminasi urine Pasien dapat cairan dan tentang fungsi ginjal dan
berhubungan berkemih dengan pengeluaran adanya komplikasi.
dengan jumlah normal karakteristi urin.
penyempitan Kriteria hasil:
ureter/uretra Pasien b. Tentukan pola b. Peningkatan hidrasi
menunjukkan tidak berkemih normal membilas bakteridarah dan
mengalami tanda dan membantu lewatnya batu.
obstruksi. perhatikan variasi.

c. Dorong c. Biasanya frekuensi


peningkatkan meningkat bila
pemasukan cairan. kalkulus mendekati
pertemuan
uretrovesikal.

d. Observasi perubahan d. Akumulasi sisa berkemih


status mental, dan
perilaku atau tingkat ketidakseimbangan
kesadaran. elektrolit dapat menjadi
toksik di ssp

e. Catat Px e. Peningkatan ureum,


laboratorium, ureum, creatinin
Creatinin. mengindikasikan disfungsi
ginjal.

f. Amati keluhan f. Pertahankan penurunan


kandung kemih, keluaran urine retensi
palpasi untuk distensi urine dapat terjadi,
menyebabkandistansi
jaringan dan resiko infeksi,
gagal ginjal.
3. Gangguan Tujuan: a. Kaji pola nutrisi a. Mengetahui status nutrisi
nutrisi kurang Status nutrisi klien klien dan perubahan pasien terkini.
dari kebutuhan mencapai adekuat. yang terjadi.
tubuh Kriteria hasil:
berhubungan Pasien b. Kaji factor b. Mengetahui penyebab
dengan mual menunjukkan penyebab gangguan gangguan
dan muntah. peningkatan berat pemenuhan nutrisi. pemenuhan nutrisi.
badan.

18
Diagnosa Tujuan dan
No. Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
c. Anjurkan klien c. Memaksimalkan intake
untuk modifikasi pemenuha gizi.
diit
(porsi sedikit demi
sedikit tapi sering).

d. Rencanakan d. Tindakan memaksimalkan


pengaturan diit kebutuhan nutrisi pasien.
dengan
libatkan klien dan
ahli gizi (kebutuhan
kalori, variasi
menu).

e. Pantau intake e. Mengetahui keefektifan


nutrisi klien. pemberian diit Pasien.

f. Timbang berat f. Mengetahui perkembangan


badan setiap hari. status nutrisipasien.

g. Kolaborasi dengan g. Tindakan untuk mencapai


dokter terkait intake sesuai program
pemberian obat- adekuat
obatan yang ad
aindikasi
4. Hipertermi Tujuan: a. Monitoring TTV. a. Memantau suhu setip saat
berhubungan Suhu tubuh pasien apakah normal, atau terjadi
dengan proses normal peningkatan.
infeksi. Kriteria hasil:
Pasienmenunjukkan b. Beri kompres air b. Menurunkan suhu tubuh
suhu normal. hangat. sampai batas normal.

c. Jaga lingkungan c. Pasien tetap nyaman


sekitar pasien. dengan mengatur suhu
ruangan.

d. Anjurkan keluarga d. Metabolisme dalam tubuh


memakaikan baju tidak meningkat.
tipis.

e. Anjurkan keluarga e. Untuk mempercepat proses


untuk membatasi penyembuhan.
aktivitasklien.

f. Kolaborasi dengan f. Akan meredakan


tim medis dalam hipotalamus sebagai pusat

19
Diagnosa Tujuan dan
No. Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
pemberian obat mengatur panas
penurun panas. sehinggapanas tubuh
Contohparacetamol. berangsur-angsur turun.

(Doenges, Marilyn E, dkk. 1999)

20
DAFTAR PUSTAKA

Irianto. 2015. Memahami Berbagai Macam Penyakit. Penerbit: Alfabeta , Bandung.

Muttaqin dan Sari. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.


Penerbit: Salemba Medika, Jakarta

Nanda. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA


Jilid 1. Penerbit: Jakarta: ECG

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2016. Standar Diagnosis


Keperawatan Indonesia. Penerbit : Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia, Jakarta Selatan

Doenges, Marilynn E. 1990. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Doenges, Marilyn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I Made
Kariasa,N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, Yasmin
asih. Ed.3. Jakarta : EGC.

21

Anda mungkin juga menyukai