N
DENGAN HIDRONEFROSIS DI RUANGAN MINA
RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA
PEKANBARU
CI Pendidikan CI Lapangan
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT. karena atas berkat dan rahmat-Nya
penyusun dapat menyusun makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. N
dengan Hidronefrosis Di Ruangan Mina Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru”, sebagai salah
Dalam proses penyusunan makalah ini penyusun banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak baik itu bantuan moril maupun materil. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada:
1. Ibu Ns. Fitra Mayenti, M. Kep, selaku preceptor akademik, yang telah memberikan
2. Ibu Ns. Yulia Rahmayeni, S. Kep, selaku preceptor klinik, yang telah memberikan
3. Staf perawat ruangan Mina yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu,
4. Rumah sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru yang telah memberikan izinnya untuk
Pekanbaru.
Penyusun sadar makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi perbaikan selanjutnya.
Akhirnya penyusun mempersembahkan makalah ini dengan harapan semoga bermanfaat bagi
Penyusun
ii
BAB I
PENDAHULUAN
ginjal karena aliran air kemih tersumbat. Dalam keadaan normal, air kemih mengalir
dari ginjal dengan tekanan yang sangat rendah. Jika aliran air kemih tersumbat, air
kemih akan mengalir kembali ke dalam tabung-tabung kecil di dalam ginjal (tubulus
renalis) dan ke dalam daerah pusat pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal ini
akan menyebabkan ginjal menggembung dan menekan jaringan ginjal yang rapuh.
Pada akhirnya, tekanan hidronefrosis yang menetap dan berat akan merusak jaringan
otot ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Jaringan
fibrosa lalu akan menggantikan kedudukan jaringan otot yang normal di dinding ureter
memperburuk keadaan ini karena mengurangi kontraksi ureter yang secara normal
mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilan
berakhir.
baik yang disebabkan oleh infeksi, batu ataupun prostat. Diseluruh dunia rata-rata
terdapat 1-2% penduduk yang menderita penyakit ini, di Indonesia penyakit ini masih
memegang andil terbesar dari total pasien di klinik urologi. Angka kejadian di
Indonesia pada tahun 2002 ditemukan sebesar 37.636 kasus, di Rumah Sakit Islam
Ibnu Sina pada tahun 2018 diperkirakan jumlah kasus hidronfrosis sekitar..
Oleh sebab itu untuk mengatasi dan untuk mencegah komplikasi yang
iii
1.2 Tujuan Penyusunan
hidronefrosis
hidrronefrosis
hidronefrosis
iv
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 PENGERTIAN
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau kedua
ginjal akibat obstruksi. Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir
balik, sehingga tekanan diginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau
kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi
terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan, maka hanya satu ginjal
kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan
ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal (Sylvia, 1995).
akumulasi urin di saluran kemih bagian atas. Hal ini biasanya disebabkan adanya
2.2 ETIOLOGI
a. Kelainan structural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis terlalu
tinggi
d. Penekanan pada ureter oleh: jaringan fibrosa, arteri atau vena yang letaknya
abnormal, tumor
sambungan ureteropelvik atau karena arus balik air kemih dari kandungan kemih:
v
a. Batu di dalam ureter
c. Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cidera, infeksi, terapi penyinaran atau
pembedahan
g. Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul lainnya
h. Sumbatan yang menghalangi air kemih dari kandung kemih ke uretra akibat
i. Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cidera
j. Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu menghalangi
kontraksi ureter.
mengurangi kontraksi ureter yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung
pelvis renalis dan ureter mungkin tetap agak melebar. Pelebaran pelvis renalis yang
berlangsung lama dapat menghalangi kontraksi otot ritmis yang secara normal
mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Jaringan fibrosa lalu akan menggantikan
kedudukan jaringan otot yang normal di dinding ureter sehingga terjadi kerusakan
yang menetap.
lamanya penyumbatan
vi
a. Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi akut
dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi maka
disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri dan
piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal
menyebabkan kolik renalis (nyeri yang luar biasa di daerah antara tulang rusuk
menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang
pinggul).
d. Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis renalis atau
f. Sering ditemukan infeksi saluran kemih (terdapat nanah di dalam air kemih),
i. Gejala ini kadang terjadi pada penderita anak-anak akibat cacat bawaan, dimana
vii
j. Jika tidak diobati, pada akhirnya hidronefrosis akan menyebabkan kerusakan
2.4 PATOFISIOLOGI
Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga
tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih,
tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah
satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang rusak.
Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang
terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi dapat
diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat abses
atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut. Gangguan dapat sebagai
akibat dari bentuk abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah, yang
menyebabkan ureter berpilin atau kaku. Pada pria lansia, penyebab tersering adalah
obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis
distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi. Ketika salah satu
ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap, maka ginjal yang lain akan membesar
viii
2.5 PATHWAY
ix
2.6 KOMPLIKASI
Jika hidronefrosis tetap tidak diobati, peningkatan tekanan di dalam ginjal bisa
sampah, dan membuat urin serta mengatur elektrolit dalam tubuh. Hidronefrosis bisa
menyebabkan infeksi ginjal (pyelonephrosis) gagal ginjal, sepsis, dan dalam beberapa
kasus, ginjal kehilangan fungsi atau kematian. Fungsi ginjal akan mulai menurun
pembengkakan. Biasanya ginjal sembuh dengan baik bahkan jika ada halangan
1. Adanya massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul, terutama jika
5. Laboratorium
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya kadar urea karena ginjal tidak
fungsi renal. Untuk mengurangi obstruksi urin harus dialihkan dengan tindakan
nefrostomi atau tipe diversi lainnya. Infeksi ditangani dengan agen antimikrobial
karena sisa urin dalam kaliks menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan
untuk pembedahan untuk mengankat lesi obstruktif (batu, tumor, obstruksi ureter). Jika
salah satu ginjal rusak parah dan fungsinya hancur, maka nefrektomi dapat dilakukan.
x
2.9 PENGOBATAN
a. Hidronefrosis akut
1. Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka
2. Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka
b. Hidronefrosis kronik
2. Ureter yang menyempit atau abnormal xiias diangkat melalui pembedahan dan
A. PENGKAJIAN
kawin
2. Riwayat kesehatan
xi
Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan klien saat ini seperti klien
panggul
3. Pengkajian Keperawatan
b. Integritas ego
c. Elimasi
d. Makanan/cairan
e. Nyeri/kenyamanan
Nyeri abdomen, nyeri tulang rusuk dan tulang panggul, gelisah, distraksi
f. Interaksi sosial
g. Persepsi diri
h. Sirkulasi
4. Pengkajian Fisik
c. Mata : Conjungtiva merah mudah, sclera putih, pupil bulat, isokor, diameter 2
xii
d. Telinga : Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal
h. Thorax:
Jantung : Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung dalam
Paru-paru: Tidak ada ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan = kiri, nyeri
tekan tidak ada, sonor seluruh lapangan paru, suara dasar vesikuler seluruh
i. Abdomen
Palpasi : ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba massa
j. Ekstremitas Superior : tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot
cukup. Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-), oedema (-),
B. Diagnosa
c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah
xiii
g. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplay O2
kejaringan
C. Intervensi
xiv
2 Gangguan NOC: NIC
eliminasi urine Urinary elimination Urinary Retention Care
berhubungan Urinary Contiunence Lakukan penilaian kemih yang
dengan komprehensif berfokus pada
penyempitan Kriteria hasil: inkontinensia (misalnya, output urin, pola
ureter/uretra Kandung kemih berkemih kemih, fungsi kognitif, dan
kosong secara penuh masalah kencing praeksisten)
DS: Tidak ada residu urine Memantau penggunaan obat dengan sifat
- Disuria >100-200 cc antikolinergik atau properti alpha agonis
- Bladder terasa Intake cairan dalam Memonitor efek dari obat-obatan yang
penuh rentang normal diresepkan, seperti calcium channel
Bebas dari ISK blockers dan antikolinergik
DO : Tidak ada spasme Menyediakan penghapusan privasi
- Distensi bladder bladder Gunakan kekuatan sugesti dengan
- Terdapat urine Balance cairan menjalankan air atau disiram toilet
residu seimbang Merangsang refleks kandung kemih
- Inkontinensia dengan menerapkan dingin untuk perut,
tipe membelai tinggi batin, atau air
luapan Sediakan waktu yang cukup untuk
- Urin output pengosongan kandung kemih (10 menit)
sedikit/tidak ada Gunakan spirit wintergreen di pispot atau
urinal
Menyediakan manuver Crede, yang
diperlukan
Gunakan double-void teknik
Masukkan kateter kemih, sesuai
Anjurkan pasien / keluarga untuk
merekam output urin, sesuai
Instruksikan cara-cara untuk menghindari
konstipasi atau impaksi tinja
Memantau asupan dan keluaran
Memantau tingkat distensi kandung
kemih dengan palpasi dan perkusi
Membantu dengan toilet secara berkala
Memasukkan pipa ke dalam lubang tubuh
untuk sisa
xv
Menerapkan kateterisasi intermiten
Merujuk ke spesialis kontinensia kemih
3 Gangguan nutrisi NOC : Nutrition Management
kurang dari Nutritional Status : Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh Nutritional Status : food Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
berhubungan and Fluid Intake menentukan jumlah kalori dan nutrisi
dengan mual dan Nutritional Status: yang dibutuhkan pasien.
muntah nutrient Intake Anjurkan pasien untuk meningkatkan
Weight control intake Fe
Anjurkan pasien untuk meningkatkan
Kriteria Hasil : protein dan vitamin C
Adanya peningkatan Berikan substansi gula
berat badan sesuai Yakinkan diet yang dimakan
dengan tujuan mengandung tinggi serat untuk
Berat badan ideal sesuai mencegah konstipasi
dengan tinggi badan Berikan makanan yang terpilih (sudah
Mampu dikonsultasikan dengan ahli gizi)
mengidentifikasi Ajarkan pasien bagaimana membuat
kebutuhan nutrisi catatan makanan harian.
Tidak ada tanda-tanda Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
malnutrisi kalori
Menunjukkan Berikan informasi tentang kebutuhan
peningkatan fungsi nutrisi
pengecapan dan Kaji kemampuan pasien untuk
menelan mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Tidak terjadi penurunan Nutrition Monitoring
berat badan yang berarti BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan berat badan
Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
Monitor interaksi anak atau orangtua
selama makan
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan perubahan
pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
xvi
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake nutrisi
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
4 Hipertermi NOC : NIC
berhubungan Thermoregulation Fever treatment
dengan Kriteria hasil: Monitor suhu sesering mungkin
peningkatan Suhu tubuh dalam Monitor IWL
metabolism, rentang normal Monitor warna dan suhu kulit
proses infeksi Nadi dan RR dalam Monitor tekanan darah, nadi dan RR
rentang normal Monitor penurunan tingkat kesadaran
Tidak ada perubahan Monitor WBC, Hb, dan Hct
warna kulit dan tidak Monitor intake dan output
ada pusing Berikan anti piretik
Berikan pengobatan untuk mengatasi
penyebab demam
Selimuti pasien
Lakukan tapid sponge
Kolaborasi pemberian cairan intravena
Kompres pasien pada lipat paha dan
aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
Berikan pengobatan untuk mencegah
terjadinya menggigil
Temperature regulation
Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Rencanakan monitoring suhu secara
kontinyu
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
xvii
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan efek
negatif dan kedinginan
Beritahukan tentang indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan emergency
yang diperlukan
Ajarkan indikasi dan hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
Berikan anti piretik jika perlu
Vital sign Monitoring
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk
atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan
Vital sign
xviii
berhubungan Ventilation lift atau jaw thrust bila perlu
dengan Respiratory status : Posisikan pasien untuk memaksimalkan
hiperventilasi Airway patency ventilasi
Vital sign Status Identifikasi pasien perlunya pemasangan
DS
Kriteria hasil: alat jalan nafas buatan
Dyspnea
Mendemonstrasikan Pasang mayo bila perlu
Nafas pendek
batuk efektif Lakukan fisioterapi dada jika perlu
DO
Tidak ada suara napas Keluarkan sekret dengan batuk atau
Penurunan
tambahan suction
tekanan
Tidak ada sianosis dan Auskultasi suara nafas, catat adanya
inspirasi/ekspir
dyspnea suara tambahan
asi
Mampu mengeluarkan Lakukan suction pada mayo
Penurunan
sputum, mampu Berikan bronkodilator bila perlu
pertukaran
bernafas dengan Berikan pelembab udara Kassa basah
udara permenit
mudah NaCl Lembab
Menggunakan
Tidak ada pursed lips Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
otot pernafasan
Menunjukkan jalan keseimbangan.
tambahan
nafas yang paten Monitor respirasi dan status O2
Orthopnea
(klien tidak merasa Oxygen Therapy
Pernafasan
tercekik, irama nafas, Bersihkan mulut, hidung dan secret
pursedlip
frekuensi pernafasan trakea
Tahap
dalam rentang normal, Pertahankan jalan nafas yang paten
ekspirasi
tidak ada suara nafas Atur peralatan oksigenasi
berlangsung
abnormal) Monitor aliran oksigen
sangat lama
Tanda Tanda vital Pertahankan posisi pasien
Penurunan
dalam rentang normal Onservasi adanya tanda tanda
kapasitas vital
(tekanan darah, nadi, hipoventilasi
Respirasi: < 11
pernafasan) Monitor adanya kecemasan pasien
– 24 x /mnt
terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
xix
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
xx
dan lokal
Monitor hitung granulosit, WBC
Monitor kerentangan terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Sering pengunjung terhadap penyakit
menular
Pertahankan teknik aspesis pada pasien
yang beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kulit pada area
epidema
Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan infeksiLaporkan
kultur positif
7 Gangguan perfusi NOC : Peripheral Sensation Management
jaringan Circulation status (Manajemen sensasi perifer)
berhubungan Tissue Perfusion : Monitor adanya daerah tertentu yang
dengan cerebral hanya peka terhadap
penurunan suplay panas/dingin/tajam/tumpul
O2 kejaringan Kriteria Hasil : Monitor adanya paretese
Mendemonstrasikan status lnstruksikan keluarga untuk
sirkulasi yang ditandai mengobservasi kulit jika ada isi atau
dengan : laserasi
Tekanan systole dan Gunakan sarung tangan untuk proteksi
diastole dalam rentang Batasi gerakan pada kepala, leher dan
yang diharapkan punggung
Tidak ada ortostatik Monitor kemampuan BAB
hipertensi Kolaborasi pemberian analgetik
xxi
Tidak ada tanda tanda Monitor adanya tromboplebitis
peningkatan tekanan Diskusikan menganai penyebab
intrakranial (tidak perubahan sensasi
lebih dari 15 mmHg)
Mendemonstrasikan,
kemampuan kognitif yang
ditandai dengan :
Berkomunikasi dengan
jelas dan sesuai dengan
kemampuan
Menunjukkan
perhatian, konsentrasi
dan orientasi
Memproses informasi
Membuat keputusan
dengan benar
Menunjukkan fungsi
sensori motori cranial
yang utuh : tingkat
kesadaran membaik tidak
ada gerakan gerakan
involunter
xxii
Tanda-tanda vital yang disukai
normal Bantu klien untuk membuat jadwal
Energy psikomotor latihan diwaktu luang
Level kelemahan Bantu pasien/keluarga untuk
Mampu berpindah: mengidentifikasi kekurangan dalam
dengan atau tanpa beraktivitas
bantuan alat Sediakan penguatan positif bagi yang
Status aktif beraktivitas
kardiopulmunari Bantu pasien untuk mengembangkan
adekuat motivasi diri dan penguatan
Sirkulasi status baik Monitor respon fisik, emosi, social dan
Status respirasi : spiritual
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat
xxiii
BAB III
TINJAUAN KASUS
xxiv
3. Riwayat penyakit dahulu
Klien memiliki riwayat penyakit DM yang diketahui sejak 9 tahun yang lalu serta
penyakit hipertensi yang diketahui sejak 7 tahun yang lalu. Pada tahun 2017 dilakukan
amputasi pada kaki kiri klien akibat dari luka gangren. Selama ini klien tidak pernah
mengeluh nyeri pinggang (ginjal).
Ket :
= Laki-laki
= Perempuan
= Klien
X = Meninggal
Pola nutrisi/metabolik
Program di Rumah Sakit
xxv
Program diit dirumah sakit adalah MLDM (Makanan Lunak untuk Diebetes Mellitus).
Intake makanan
Sebelum sakit, klien biasa makan nasi dengan lauk dan sayur dengan frekuensi 3 x
sehari. Klien biasa menghabiskan 1 porsi ukuran porsi rumah sakit.
Selama sakit dan dirawat klien makan makanan lunak 3 x sehari dan hanya
menghabiskan kurang dari seperempat porsi yang disediakan rumah sakit. Saat
dilakukan pengkajian yaitu pada tanggal 21 juni 2019 atau hari rawatan ke 3, klien
hanya makan MLDM 2-3 sendok saja, karena klien merasa sangat mual.
Intake cairan
Sebelum dirawat klien minum + 5-6 gelas sehari @200 cc.
Selama dirawat klien minum + 3- 4 gelas sehari @200 cc 1000 cc
IVFD NaCl 10 TPM 1000 cc
Injeksi IV 50 cc
Total 2050 cc perhari
2. Pola eliminasi
Buang air besar
Klien mengatakan sebelum sakit klien biasanya BAB 1 x sehari. Semenjak sakit dan
sebelum dirawat klien tidak bisa BAB dan juga kentut. Klien mengatakan saat
dilakukan pengkajian klien sudah bisa BAB 1 kali sehari dengan karakteristik feces
lunak berbentuk, bau khas. (Out put cairan + 100 cc)
xxvi
1 : Dengan alat bantu 4 : Tergantung total
2 : Dibantu orang lain
Oksigen
Klien mendapatkan O2 2-3 liter/menit
5. Pola perceptual
(penglihatan, pendengaran, pengecap, sensasi)
Penglihatan klien, pendengaran , pengecapan dan penciuman klien berfungsi dengan
baik. Sensori, klien masih mampu membedakan sensori tajam dan tumpul sekalipun
harus dengan tekanan yang kuat.
xxvii
9. Pola managemen koping stress
(Perubahan terbesar dalam hidup pada akhir-akhir ini)
Klien mengatakan apabila ada masalah pasti didiskusikan dengan keluarganya dan
maupun saudara saudara terdekatnya. Klien menyelesaikan masalahnya dengan
musyawarah. Klien terlihat cemas dan stress akan penyakit yang di deritanya. Namun
setelah mendapat penjelasan dari dokter dan perawat, klien mulai tenang.
Pemeriksaan nyeri
Provokatif/Paliatif (P) : Nyeri terasa kuat jika klien merubah posisi badan, dan
berkurang jika istirahat dan makan obat
Qualitas/Quantitas (Q) : Nyeri seperti di tusuk benda tajam
Region/Radiasi (R) : Nyeri di area seluruh lapang perut
Skala Seviritas (S) : Skala nyeri 6
Timing (T) : Nyeri terus menerus, skala nyeri naik turun dan memberat
atau meningkat saat merubah posisi badan
I. Kepala
Rambut
Warna hitam bercampur uban, lembab karena keringat, panjang sebahu, kulit kepala
bersih, tidak berketombe dan tidak ada lesi.
xxviii
Mata
Mata simetris kiri dan kanan, tidak tampak adanya peradangan, konjungtiva sedikit
anemis (post tranfusi 500 cc 1 hr yang lalu), sclera tidak ikterik, tidak menggunakan
kacamata, penglihatan baik. Adanya lingkaran hitam disekitar bawah mata.
Mulut
Mulut simetris, lidah bersih, mukosa lembab, gusi baik tidak ada perdarahan, fungsi
pengecapan baik.
Bibir
Bibir simetris, berwarna merah dan sedikit kering
Gigi
Gigi bersih, tidak ada karang gigi dan tidak menggunakan gigi palsu.
Telinga
Telinga bersih, bentuk simetris kanan dan kiri, tidak ada gangguan pendengaran, tidak
ada tampak peradangan, tidak tampak ada serumen.
II. Leher
Tidak terdapat pembesaran KGB, dan tidak terpasang tracheostomi, kaku kuduk (-),
JVP normal.
III. Tangan
Tangan kanan terpasang infuse NaCl 10 tpm, tidak ada oedema, tidak ada lecet, tidak
ada masalah/gangguan di tangan.
Palpasi
Paru-paru : vocal fremitus kanan dan kiri sama
xxix
Jantung : ictus cordis teraba, ICS 2 dikanan segaris dengan parasternal line, ICS 2 kiri
di parasternal line, ICS 3 kiri di faris mid clavicula, ICS 5 dekat epigastrik didasar
sternum.
Perkusi
Paru-paru : Suara sonor
Jantung : suara redup ( ICS 2 kiri digaris parasternal, ICS 5 dekat dasar sternum, ICS
2 digaris parasternal kanan, ICS 3 digaris parasternal kanan)
Auskultasi :
Paru-paru : Bunyi vesikuler tidak ada hambatan, RR 30 x/menit
Jantung : Bunyi jantung S1 dan S2 reguler (lub-dup)
V. Abdomen
Inspeksi √ Normal □ Asites □ Stoma □ Luka
Palpasi : Ada nyeri tekan di seluruh lapang perut dan nyeri tekan kuat
dikuadran 3 dan 4
Perkusi : Tympani kuadran 1, 2, 3, 4
Auskultasi : Bising usus 10 x/ menit
VI. Genetalia
Tidak ada kelainaan, terpasang kateter, tidak ada luka
VII. Kaki
Tidak ada odema, kaki kiri post amputasi. Kekuatan 555 555 otot
555 5 - -
VIII. Punggung
Tidak ada lordosis dan tidak ada gangguan dipunggung
xxx
- Dexamethasone 1 amp/8 jam IV
- Insulin jika gds >200mg/dl
X. Hasil pemeriksaan penunjang dan laboratorium
Hari Jumat tanggal 19 - Juli Tahun 2019
Hemoglobin : 8,4 g/dl
Leukosit : 26.370 /uL
Tombosit : 31.000 /uL
Hematocrit : 24,3 %
Gol. Darah : O
Rhesus : Positif
APTT : 35,3 detik
Protrombin time : 14,6 detik
INR : 1,16
Urinalisa
Warna : Kuning
Kekeruhan : Keruh
pH : 5.0
Berat jenis : 1.020
Protein : Positif (++)
Leukosit : Positif (++)
Bilirubin : Negatif
Darah : Positf
Glukosa : Negatif
Sedimen
Leukosit : 30-40 /LPB
Eritrosit : 3-5 /LPB
Silinder : Negatif
Epitel : 3-4 /LPB
Kriatal : Negatif
Bakteri : Positif
Ragi : Negatif
Fungsi hati
SGOT : 26 u/L
SGPT : 19 u/L
Fungsi ginjal
Ureum : 201 mg/dl
Kreatinin : 4.5 mg/dl
Elektrolit
xxxi
Kalium : 4.2 mmol/L
Natrium : 120 mmol/L
Chlorida : 87 mmol/L
Lipase : 57 U/L
Amilase : 22 U/L
Hari Jumat tanggal 19 - Juli Tahun 2019
Analisa Gas Darah
pH : 7,40 mmol/L
pCO2 : 26 mmHg
pO2 : 101 mmHg
HCO3 : 15,6 mEq/L
TCO2 : 16,4 mEq/L
Saturasi : 96 %
Jumat tanggal 19 - Juli Tahun 2019
Rongent
Cardio : Dalam batas nomal
Pulmo : Tidak Tampak Kelainan
Abdomen 3 posisi
Tidak tampak gambaran ileus dan pneumoperitonium
Sabtu tanggal 20 - Juli Tahun 2019
USG
Hydronefrosis sinistra grade 2 dengan bendunga pada ureter sinistra.
Kelompok 1
xxxii
FORMAT ANALISA DATA
xxxiii
02 Data Subjektif : Obstruksi aliran urine Pola nafas tidak
a) Klien mengatakan
efektif
nafasnya sesak
- Kegagalan ginjal untuk
Data Objektif :
membuang limbah metabolic
Klien tampak sesak
Klien menggunakan
kanul O2 2-3 Peningkatan kadar asam
liter/menit
dalam darah
Klien tampak gelisah
RR = 30 x/menit
Klien tampak lemah Asidosis metabolic
- Data Obejektif :
a) TD : 130/80 mmHg Gangguan fungsi ginjal
f) N : 96x/menit
g) RR : 30x/menit
S : 36,8 o C Protein/albumin dapat
Leukosit : 26.370 /uL melewati membrane
Klien tampak terpasang glomerulus
kateter urine
Protein Urine (++)
Proteinuria/hipoalbuminemia
xxxiv
4 Data Subjektif : Obstruksi aliran urine Ketidakseimbangan
Klien mengatakan tidak
nutrisi kurang dari
mau makan.
Klien mengatakan Kegagalan ginjal untuk kebutuhan tubuh
mual. membuang limbah
Klien mengatakan
lemah
Klien merasa BB nya Peningkatan ureum dalam
menurun sejak sakit darah/toksik
Klien mengatakan
hanya menghabiskan
makan 2-3 suap dari Gangguan sistem pencernaan
porsi yg disediakan
rumah sakit
Ureum bertemu dengan
HCL/Ureum bertemu dengan
- Data Obejektif : enzim ptialin dimulut
a) TD : 130/80 mmHg
f) N : 96x/menit
g) RR : 30x/menit Adanya bau amonia
S : 36,8 o C
Klien tampak lemah
Klien tampak mual saat Mual/ anoreksia
akan m disuap makanan
BB sebelum dirawat 71
atau 72 kg
BB saat pengkajian
70kg
IMT = 25,7
Data Subjektif :
5 Obstruksi aliran urine Gangguan pola
a) Klien mengatakan tidak
bisa tidur karena nyeri tidur
perut
Tekanan saluran kemih
Klien mengatakan
tubuhnya lemah dan
letih
Kolik renalis/nyeri pinggang
b) Klien mengatakan tidak
puas/tidak cukup dalam
hal istirahat tidur
Nyeri akut
Klien mengatakan tidur
siang hanya 2 jam dan
malam + 3 jam Gangguan rasa nyaman
- Data Obejektif :
a) Klien tampak lemah
b) Tampak lingkar hitam
dibawah mata
Konjungtiva tampak
sedikit anemis
TD : 130/80 mmHg
f) N : 96x/menit
g) RR : 30x/menit
S : 36,8 o C
xxxv
6 Obstruksi aliran urine Intoleran aktivitas
Data Subjektif :
a) Klien mengatakan
aktivitasnya dibantu
Peningkatan tekanan ginjal
keluarga
Klien mengatakan
anggota gerak lemah
Gangguan fungsi ginjal
b) Klien mengatakan
lemas dan aktivitas
hanya ditempat tidur
Ginjal tdk bias menghasilkan
- Data Obejektif : eritopoeitin
a) Aktivitas klien dibantu
perawat dan keluarga
b) Klien terlihat lemah Produksi eitrosit menurun
e) Level Aktifitas : Level
3 (membutuhkan
bantuan orang lain) Anemia
TD : 130/80 mmHg
f) N : 96x/menit
g) RR : 30x/menit Kelemahan
S : 36,8 o C
Penurunan aktifitas
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya gangguan rasa nyaman akibat nyeri
akut
xxxvi
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA
N
KEPERAWA NOC NIC
O
TAN
1 Nyeri akut NOC : Pain management
berhubungan Lakukan pengkajian nyeri secara
Pain Level,
dengan agen menyeluruh meliputi lokasi, durasi,
Pain control
injury (kolik kualitas, keparahan nyeri dan
Comfort level
renal). faktor pencetus nyeri.
Setelah dilakukan tindakan
Observasi ketidaknyamanan non verbal.
keperawatan selama 2x24 jam
ajarkan untuk teknik nonfarmakologi misal
Klien tidak mengalami nyeri,
relaksasi, guide imajeri, terapi musik,
dibuktikan dengan kriteria
distraksi.
hasil :
Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap
Mampu mengontrol nyeri
ketidaknyamanan misal suhu, lingkungan,
(tahu penyebab nyeri,
cahaya, kegaduhan.
mampu menggunakan
Kolaborasi : pemberian Analgetik sesuai
tehnik nonfarmakologi
indikasi
untuk mengurangi nyeri,
Analgesic Administration
mencari bantuan)
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan
Melaporkan bahwa nyeri
tingkat nyeri sebelum mengobati pasien.
berkurang dengan
Cek obat meliputi jenis, dosis, dan
menggunakan manajemen
frekuensi pemberian analgetik.
nyeri
Tentukan jenis analgetik ( Narkotik, Non-
Mampu mengenali nyeri Narkotik) disamping tipe dan tingkat nyeri.
(skala, intensitas, frekuensi Tentukan Analgetik yang tepat,
dan tanda nyeri) cara pemberian dan dosisnya secara tepat.
Menyatakan rasa nyaman Monitor tanda – tanda vital sebelum dan
setelah nyeri berkurang setelah pemberian analgetik
Tanda vital dalam rentang
normal
37
Pola nafas NOC Airway Management
2
tidak efektif Respiratory status : Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
berhubungan Ventilation lift atau jaw thrust bila perlu
dengan Respiratory status : Airway Posisikan pasien untuk memaksimalkan
hiperventilasi patency ventilasi
Vital sign status Identifikasi pasien perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
-
Setelah dilakukan tindakan Pasang mayo bila perlu
keperawatan selama 2x24 jam Lakukan fisioterapi dada jika perlu
klien menunjukkan keefektifan Keluarkan sekret dengan batuk atau
pola nafas, dibuktikan dengan suction
kriteria hasil : Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
Mendemonstrasikan batuk tambahan
efektif Lakukan suction pada mayo
Tidak ada suara napas Berikan bronkodilator bila perlu
tambahan Berikan pelembab udara Kassa basah
Tidak ada sianosis dan NaCl Lembab
dyspnea Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
Mampu mengeluarkan keseimbangan.
sputum, mampu bernafas Monitor respirasi dan status O2
dengan mudah Oxygen Therapy
Tidak ada pursed lips Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
Menunjukkan jalan nafas Pertahankan jalan nafas yang paten
yang paten (klien tidak Atur peralatan oksigenasi
merasa tercekik, irama Monitor aliran oksigen
nafas, frekuensi Pertahankan posisi pasien
pernafasan dalam rentang Onservasi adanya tanda tanda
normal, tidak ada suara hipoventilasi
nafas abnormal) Monitor adanya kecemasan pasien
Tanda Tanda vital dalam terhadap oksigenasi
rentang normal (tekanan Vital sign Monitoring
darah, nadi, pernafasan) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
38
Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign
39
genitourinaria dalam Gunakan kateter intermiten untuk
batas normal menurunkan infeksi kandung kencing
Tingktkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap
infeksi)
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan lokal
Monitor hitung granulosit, WBC
Monitor kerentangan terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Sering pengunjung terhadap penyakit
menular
Pertahankan teknik aspesis pada pasien
yang beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kulit pada area
epidema
Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan infeksiLaporkan
kultur positif
40
4 Ketidakseimb NOC NIC
angan nutrisi Nutritional Status : Nutrition Management
kurang dari Nutritional Status : food and Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan Fluid Intake Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
tubuh Nutritional Status: nutrient menentukan jumlah kalori dan nutrisi
berhubungan Intake yang dibutuhkan pasien.
dengan mual, Weight control Anjurkan pasien untuk meningkatkan
intake tidak Setelah dilakukan tindakan intake Fe
adekuat keperawatan selama 3x24 jam Anjurkan pasien untuk meningkatkan
ketidakseimbangan nutrisi protein dan vitamin C
dapat diatasi, dibuktikan Berikan substansi gula
dengan kriteria hasil : Yakinkan diet yang dimakan
Adanya peningkatan berat mengandung tinggi serat untuk mencegah
badan sesuai dengan tujuan konstipasi
Berat badan ideal sesuai Berikan makanan yang terpilih (sudah
dengan tinggi badan dikonsultasikan dengan ahli gizi)
Mampu mengidentifikasi Ajarkan pasien bagaimana membuat
kebutuhan nutrisi catatan makanan harian.
Tidak ada tanda-tanda Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
malnutrisi kalori
Menunjukkan peningkatan Berikan informasi tentang kebutuhan
fungsi pengecapan dan nutrisi
menelan Kaji kemampuan pasien untuk
Tidak terjadi penurunan mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
berat badan yang berarti Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan berat badan
Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
Monitor interaksi anak atau orangtua
selama makan
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan perubahan
pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
41
mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
dan kadar Ht
Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake nutrisi
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet
42
6 Intoleransi Toleransi Aktivitas Terapi Aktivitas
Aktivitas Setelah dilakukan asuhan Aktivitas yang dilakukan :
berhubungan keperawatan 2x24 jam Klien Monitor program aktivitas klien.
dengan diharapkan mampu untuk Bantu klien untuk melalukan aktivitas
kelemahan menyeimbangkan : yang biasanya ia lakukan.
(anemia) Denyut nadi saat Jadwalkan klien untuk latihan-latihan fisik
b beraktivitas. secara rutin.
Jumlah pernafasan saat Bantu klien dengan aktivitas-aktivitas
beraktivitas. fisik.
Tekanan darah sistolik saat Monitor respon fisik, sosial, dan spiritual
beraktivitas. dari klien terhadap aktivitasnya.
Tekanan darah diastolic Bantu klien untuk memonitor kemajuan
saat beraktivitas. dari pencapaian tujuan.
Warna kulit.
Kekuatan tubuh bagian Pengajaran : Penentuan Aktivitas dan
atas. Latihan
Kekuatan tubuh bagian Aktivitas yang dilakukan :
bawah. Ajarkan klien tentang :
a. Tujuan dan kegunaan aktivitas dan
Daya Tahan Tubuh latihan.
Klien diharapkan mampu b. Bagaimana cara melakukan suatu
untuk menyeimbangkan aktivitas.
Aktivitas c. Bagaimana cara memonitor toleransi
Daya tahan otot aktivitas.
Hemoglobin d. Bagaimana menjaga latihan.
Hematocrit Berikan informasi kepada klien
Glukosa darah bagaiamana teknik-teknik untuk
Serum elektrolit menyimpan energi.
Rasa lelah Berikan informasi-informasi seputar
Perawatan Diri : Aktivitas- kesehatan fisik klien.
43
aktivitas sehari-hari Mengontrol berat badan
Klien diharapkan mampu Aktivitas yang dilakukan :
untuk menyeimbangkan : Diskusikan dengan klien hubungan antara
Pola makan. intake maknan, latihan, peningkatan berat
Berjalan. badan dan kehilangan berat badan
Aktivitas Diskusikan dengan klien kondisi
pengobatan yang mempengaruhi berat
badan
Diskusikan hubungan resiko berat badan
normal dan tidak normal
Beri informasi kepada klien tentang berat
badan yang ideal
Diskusikan bersama klien metode tentang
intake makanan sehari-hari
Minta informasi dari klien, apakah ada
dukungan luar yang mempengaruhi berat
badannya
Kaji peningkatan keseimbangan makanan
44
CATATAN PERKEMBANGAN
Ming Nyeri akut 08.00 Mengkaji nyeri Pukul 16.30 wib KLP 1
gu berhubunga secara komprehensif
n dengan termasuk lokasi, S : Klien mengatakan nyeri seluruh
21- agen injury karakteristik, durasi, lapang perut, yang terasa semakin
07- (kolik renal). frekuensi, kualitas kuat saat klien mengubah posisi
2019 dan faktor presipitasi badan.
45
Mingg Pola nafas 08.00 Memberikan posisi Jam 16.00 Wib Klp 1
u tidak efektif nyaman pada klien
berhubunga untuk memaksimalkan S : Klien mengatakan nafasnya sesak
21- n dengan ventilasi O : - Klien tampak sesak
07- hiperventilas - Klien menggunakan kanul O2
2019 i 08.20 Melakukan fisioterapi 2-3 liter/menit
dada - Klien tampak gelisah
- RR = 30 x/menit
- Mengauskultasi suara - Klien tampak lemah
08.30
nafas e) TD : 130/90 mmHg
a)
10.00 Memonitor respirasif) N : 96 x/menit
g) S : 36,8o C
dan status oksigen
A : Masalah pola nafas tidak efektif
10. 20 Mempertahankan jalan belum teratasi
nafas yang paten P : Intervensi dilanjutkan
46
Mingg Resiko 08.00 Mempertahankan S : Kllien mengatakan badannya lemah Klmpok 1
u infeksi teknik aseptic O : Klien tampak lemah
berhubunga Klien tampak terpasang kateter
21-07- n dengan 08.30 Membatasi urine
2019 imunosupres pengunjung Leukosit 26.370 /uL
i TD : 130/90 mmHg
(leikositosis) 10.00 Mencuci tangan N : 96 x/menit
sebelum dan sesudah RR : 30 x/menit
tindakan keperawatan S : 36,8 oC
Keluarga dan klien mengerti
10.30 Menganjurkan klien tentang tanda-tanda infeksi
untuk meningkatkan A : Masalah resiko infeksi belum
intake nutrisi teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
11.25 Memberikan Pertahankan teknik aseptic
antibiotic Cftriaxone 1 Batasi pengunjung
gram/ 12 jam Cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan
11.35 Memonitor tanda dan Anjurkan klien untuk
gejala infeksi sistemik meningkatkan tindakan
dan local aseptic
Beri antibiotic
11.40 Menganjurkan klien Observasi tanda tanda infeksi
untuk banyak minum
Anjurkan banyak minum
air putih
Anjurkan klien istirahat
12.30 Menganjurkan klien Observasi suhu badan
untuk istirahat
12.30 Memberikan
informasi tentang
kebutuhan nutrisi
13.20 Memonitor
lingkungan selama
makan
48
O : - Klien tampak lemah
10.30 Mengkolaborasikan
pemberian obat tidur - tampak lingkaran hitam disekitar
mata
11.25 Mendiskusikan
- Konjungtiva sedikit anemis
dengan pasien dan
keluarga tentang TD : 130/90 mmHg
teknik tidur pasien
N : 96x/menit
11.35 Memonitor waktu
makan dan minum RR : 30x/menit
dengan waktu tidur S : 36,8 o C
11.40 Memonitor/catat - Klien mengerti tentang
kebutuhan tidur pasien bagaimana tidur yang adekuat
setiap hari dan jam
- Memberikan S : 36,8 o C
11.35 informasi kepada
klien bagaiamana Klien mengerti tentang teknik
teknik-teknik untuk menyimpan energy, hubungan
menyimpan energi. antara intake makanan, latihan
peningkatan dan penurunan BB.
- Diskusikan dengan
11.40 Klien mengerti BB tentang BB
49
klien hubungan antara ideal
intake makanan,
latihan, peningkatan A : Masalah Intoleransi aktivitas belum
berat badan dan teratasi
kehilangan berat
P : Intervensi dilanjutkan
badan
Bantu klien untuk melakukan
12.30- Mendiskusikan
aktivitas yang biasa ia lakukan
dengan klien kondisi
pengobatan yang Jadwalkan klien untuk latihan fisik
mempengaruhi berat Monitor program aktivitas klien
badan Kaji peningkatan keseimbangan
makanan
12.35
- Mendiskusikan Bantu klien dengan aktivitas aktivitas
hubungan resiko berat fisik.
badan normal dan
tidak normal
13.00- Memberi informasi
kepada klien tentang
berat badan yang ideal
13.05- Mendiskusikan
bersama klien metode
tentang intake
makanan sehari-hari
14.00
- Meminta informasi
dari klien, apakah ada
dukungan luar yang
mempengaruhi berat
badannya
15.00- Mengkaji peningkatan
keseimbangan
makanan
50
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pada tahapan ini Penyusun akan menguraikan tentang pembahasan asuhan keperawatan pada
klien Ny. N dengan Hidronefrosis diruang Mina Rumah Sakit Islam Ibnu Sina. Pengkajian ini
Pemeriksaan fisik dan pengkajian pola fungsi dengan menggunakan Handerson ditemukan
data, pasien mengatakan nyeri pada seluruh lapang perut, skala nyeri adalah 6, klien akan merasa
nyerinya semakin kuat jika klien mengubah posisi badan, nyeri seperti ditusuk benda tajam dan
skala nyeri naik turun. Klien mengatakan sesak napas, RR 30x/menit, klien terpasang kateter
urine dan jumlah leukosit 26.370 /uL, protein dalam urine (++). Klien mengatakan makan hanya
habis 2-3 suap dari porsi yang disediakan RS karena bila makan merasa mual sehingga nafsu
makan menurun. Klien juga mengeluh susah tidur karena nyeri pada perutnya. Level aktivitas
Nyeri akut berhubungan dengan agen injury (kolik renal) yaitu pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat keusakan jaringan yang actual atau
potensial atau digambarkan dalam hal sedemikian rupa (International Association For the
Penyusun mengangkat diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen injury (kolik renal),
sesuai dengan sumber yang kami dapatkan batasan-batasan karakteristik gangguan cairan
dan elektrolit antara lain : perubahan selera makan, perubahan tekanan darah, perubahan
51
melindungi area nyeri, penurunan interaksi dengan orang lain, sikap tubuh melindungi,
melaporkan nyeri secara verbal, gangguan tidur. (Nanda,2006). Diagnosa ini Penyusun
tegakkan karena didapatkan data-data pada Ny. N, klien mengatakan nyeri diseluruh lapang
perut, nyeri semakin kuat saat klien mengubah posisi badan, klien tampak meringis, klien
tampak gelisah, klien mengatakan nyeri terasa seperti ditusuk benda tajam, skala nyeri 6.
Diagnosa ini muncul karena adanya kondisi seperti diuraikan diatas mengakibatkan
Diagnosa ini penyusun tegakkan menjadi diagnosa pertama karena keluhan yang paling
mengganggu dan paling bermasalah adalah nyeri pada perutnya. Mengatasi masalah tersebut
Evaluasi yang didapatkan setelah melakukan tindakan keperawatan selama 9 jam didapatkan
data klien mengatakan nyeri diseluruh lapang perut masih ada, nyeri semakin kuat saat klien
mengubah posisi badan, klien tampak meringis, klien tampak gelisah, klien mengatakan nyeri
terasa seperti ditusuk benda tajam, skala nyeri 6, sehingga belum sesuai dengan hasil yang
Kekuatan : Ny. N dan keluarga sangat mendukung semua yang disarankan oleh perawat.
52
Kelemahan : Penyusun hanya melakukan implementasi dalam 9 jam saja.
Pola nafas tidak efektif adalah pertukaran udara inspirasi dan/atau ekspirasi tidak
adekuat.
Batasan karakteristik pola nafas tidak efektif adalah penurunan tekanan inspirasi atau
dyspnea, orthopnea, nafas pendek, tahap ekspirasi berlangsung lebih lama, RR > 24x/menit.
Diagnosa ini muncul karena ditemukan adanya data-data setelah dilakukan pengkajian pada
Ny. N sebagai berikut yaitu pasien mengatakan sesak nafas, klien menggunkan nasal kanul 2-3
Penyusun memprioritaskan diagnosa pola nafas tidak efektif sebagai diaognosa kedua karena
ini harus segera terpenuhi karena akan mengakibatkan kekurangan oksigen pada jaringan.
Untuk mengatasi diagnosa kedua ini penulis melakukan implementasi keperawatan sebagai
berikut :
Factor –faktor resiko dari resiko infeksi adalah adanya penyakit kronis seperti DM,
pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemajanan pathogen, pertahanan tubuh
53
primer yang tidak adekuat, ketidakadekuatan pertahanan sekunder (penurunan Hb,
Diagnosa ini muncul karena ditemukan adanya data-data setelah dilakukan pengkajian
pada Ny. N sebagai berikut yaitu pasien mengatakan lemah, leukosit 26.370 u/L, klien
Penyusun memprioritaskan diagnosa resiko infeksi sebagai diaognosa ketiga karena ini harus
segera terpenuhi karena akan mengakibatkan infeksi pada tubuh sampai pada sepsis.
Untuk mengatasi diagnosa ketiga ini penulis implementasi keperawatan sebagai berikut :
2. Membatasi pengunjung
9. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, intake
tidak adekuat
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan dimana
individu yang tidak puasa mengalami atau yang beresiko mengalami penurunan berat badan
Batasan karakteristik gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh antara lain nyeri
abdomen, menghindari makanan, kurang makanan, kurang minat pada makanan, membarn
Diagnosa ini muncul karena ditemukan adanya data-data setelah dilakukan pengkajian
pada Ny. N sebagai berikut yaitu pasien mengatakan mual, klien mengatakan tidak mau
makan, lemah, klien mengatakan BB nya terasa menurun sejak sakit, klien mengatakan
54
hanya menghabiskan makan 2-3 suap dari porsi yang disediakan RS, BB sebelum sakit 71
atau 72 kg, BB saat pengkajian 70 kg, IMT dari pasien adalah 25,7.
sebagai diaognosa kelima karena ini harus segera terpenuhi karena akan mengakibatkan
tumbuh dalam memperbaiki sel-sel. Metabolisme perlu ditingkatkan bila terjadi trauma dan
2. Mengkolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
5. Menyakinkan klien bahwa diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
15. Mencatat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya gangguan rasa nyaman akibat nyeri akut
55
Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat factor
Diagnosa ini penulis tegakkan karena diperoleh data-data : pasien mengatakan tidur + 4-5
jam/hari, wajah tampak pucat, klien tampak lemah, tampak lingkaran hitam dibawah mata.
melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin
dilakukan.
Batasan karakteristik intoleran aktivitas antara lain adalah respon TD abnormal terhadap
Diagnosa ini muncul karena ditemukannya data-data pada klien yang mengatakan
aktivitasnya dibantu keluarga, klien mengatakan anggota gerak lemah, klien mentakan
lemah dan letih sehingga klien hanya ditempat tidur, level aktivitas klien adalah 3 yaitu
berikut :
56
3. Menjadwalkan klien untuk latihan-latihan fisik secara rutin.
5. Memonitor respon fisik, sosial, dan spiritual dari klien terhadap aktivitasnya.
energi.
8. Diskusikan dengan klien hubungan antara intake maknan, latihan, peningkatan berat
10. Mendiskusikan hubungan resiko berat badan normal dan tidak normal
11. Memberi informasi kepada klien tentang berat badan yang ideal
13. Meminta informasi dari klien, apakah ada dukungan luar yang mempengaruhi berat
badannya
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya gangguan rasa nyaman akibat nyeri
akut
E. Diagnosa yang ditemukan dalam teori tetapi tidak muncul pada kasus
57
Penyusun tidak mengangkat diagnose ini dikarenakan klien sudah terpasang
kateter, sehingga aliran urine dapat berjalan walaupun tidak begitu lancer seperti
normalnya.
Penyusun tidak mengangkat diagnose ini karena pada klien tidak ditemukan
Penyusun tidak mengangkat diagnose ini karena klien sudah melakukan tranfusi 1
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diagnosa utama yang muncul pada kasus Hidronefrosis pada Ny. N adalah nyeri akut
berhubungan dengan agen injury (kolik renal). Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, intake
tidak adekuat. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya gangguan rasa nyaman
Tindakan yang dapat terlaksana dengan baik dalam perawatan Ny. N adalah
mengobservasi keadaan umum pasien, tanda tanda vital, mengkaji nyeri, memberikan posisi
58
nyaman untuk memaksimalkan ventilasi, mempertahankan teknik septik terhadap pasien,
membantu klien dalam melakukan aktivitas serta latihan fisik, berkolaborasi dengan ahli gizi
untuk menetukan jumlah kalori dan nutrisi yan dibutuhkan klien, menciptakan suasana
Kekurangan dari penyusunan kasus ini adalah dimana penyusun hanya dapat
melakukan intervensi dan implementasi selama 1 hari saja, sehingga intervensi tidak dapat
B. Saran
1. Jam kunjung lebih ditertibkan lagi, karena dengan pembatasan jam kunjung pasien ada
waktu buat istirahat tidur, pasien merasa terganggu bila lingkungan sekitar terlalu gaduh /
ramai.
hendaknya harus sesuai standar yang berlaku dan meningkatkan kerja sama dengan pasien,
59