Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS DBD


DI RUANG RAJAWALI BAWAH RSU ANUTAPURA PALU

DISUSUN OLEH :

NILUH PUTU AYU SRI APRILIA SUCI DIAMI

2021032067

CI LAHAN CI INSTITUSI

Ns. Widyarti, S.Kep Dr. Tigor H. Situmorang, MH.,M.Kes

CI INSTITUSI

Ns. Ni Nyoman Elfiyunai,.S.Kep,.M.Kes

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022

LAPORAN PENDAHULUAN
DBD

A. DEFINISI
Demam berdarah dengue/DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau
penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrome renjatan dengue (dengue shock syndrome)
adal demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.
B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Jantung
Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak didalam thorax, diantara paru-
paru, agak lebih kearah kiri.

2. Pembuluh darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu :
a. Arteri (Pembuluh Nadi)
Arteri meninggalkan jantung pada ventikel kiri dan kanan. Beberapa pembuluh darah
arteri yang penting :
1) Arteri koronaria
Arteri koronaria adalah arteri yang mendarahi dinding jantung
2) Arteri subklavikula
Arteri subklafikula adalah bawah selangka yang bercabang kanan kiri leher dan
melewati aksila.
3) Arteri Brachialis
Arteri brachialis adalah arteri yang terdapat pada lengan atas
4) Arteri radialis
Arteri radialis adalah arteri yang teraba di pangkal ibu jari
5) Arteri karotis
Arteri karotis adalah arteri yang mendarahi kepala dan otak
6) Arteri temporalis
Arteri temporalis adalah arteri yang teraba denyutannya di depan telinga
7) Arteri ficialis
Teraba facialis adalah arteri yang denyutannya di sudut kanan bawah
8) Arteri femoralis
Arteri femoralis adalah arteri yang berjalan kebawah menyusuri paha menuju ke
belakang lutut
9) Arteri tibia
Arteri tibia adalah arteri yang terdapat pada kaki
10) Arteri pulmonalis
Arteri pulmonalis adalah arteri menuju ke paru paru
b. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari cabang terhalus
dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah mikcroskop. Kapiler membentuk
anyaman di seluruh jaringan tubuh, kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain
menjadi darah yang lebih besar yang disebut vena.
c. Vena (pembuluh darah balik)
Vena membawa darah ke kotor kembali ke jantung. Beberapa vena yang penting :
1) Vena cava superior
Vena balik yang memasuki artrium kanan, membawa darah kotor dari daerah
kepala, thorax, ekstermita atas.
2) Vena cava inferior
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua organ tubuh bagian
bawah.
3) Vena jugularis
Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung
4) Vena pulmonalis
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari paru – paru
3. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian: bagian cair yang disebut
plasma dan bagian padat yang disebut sel darah. Darah adalah suatu jaringan tubuh yang
terdapat didalam pembuluh darah yang berwarna merah. Darah adalah suatu cairan kental
yang terdiri dari sel-sel dan plasma. Fungsi darah secara umum terdiri dari :
a. Sebagai Alat Pengangkut
1) Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh
jaringan tubuh.
2) Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru- paru.
3) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan ke
seluruh jaringan/alat tubuh.
4) Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk
dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan
membinasakan tubuh dengan perantara leukosit, antibody atau zat-zat anti racun.
c. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.

C. ETIOLOGI
DBD di sebabakan oleh arbonvirus (Orthopodborn virus) dan ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes aegypty. Nyamuk ini suka menggigit saat pagi hari antara jam 9 sampai
10 pagi. Maka dari itu yang banyak terserang anak-anak karena mereka banyak bermain
antara jam 9 – 10 pagi.
Virus dengue, termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4 serotipe
virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan
DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibody terhadap
serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotype lain sangat
kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain
tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah
di Indonesia.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2 – 7 hari (tanpa sebab jelas)
2. Perdarahan
Terdapat bintik- bintik merah pada tubuh
3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
4. Syok yang ditandai dengan nadi yang menurun, tekanan darah menurun, disertai kulit
teraba dingin dan lembab

5. Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna, tempat bekas suntikan d)
Hematemesis atau melena

6. Trombositopenia <100.00/ul
7. Kebocoran plasma yang ditandai dengan Peningkatan nilai hematocrit 20% dari nilai
baku sesuai umur dan jenis kelamin

8. Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan yang adekuat

9. Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi pleura

E. KOMPLIKASI

1. Perdarahan Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan

koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit muda

dalam sel-sel tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan

dapat dilihat pada uji torniquet positif, ptekie, ekimosis, dan perdarahan saluran

cerna, hematemesis, dan melena.

2. Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7 yang

disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran

plasma, efusi cairan serosa ke ronnga pleura dan peritoneum, hiponatremia,

hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mngekaibatkan berkurangnya alran balik

vena, penurunan volume sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi 13 disfungsi

atau penurunan perfusi organ. DSS juga disertai kegagalan hemeostasis yang

mengakibatkan aktivitas dan integritas sistem kardiovaskular, perfusi miokard dan

curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan

kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan

organ sehingga pasien akan meninggal dalam wakti 12-24 jam.

3. Hepatomegali Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan

dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel

kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan lebih

banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibody.

4. Efusi Pleura Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga pleura dan
adanya dipsnea.
F. PATOFISIOLOGI
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal
tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga
menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin) terjadinya: peningkatan
suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah yang
menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel yang
menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi 16 akibat dari penurunan produksi
trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus.
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti
petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya kehilangan
kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut
dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok. Masa
virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di
seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain
yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati atau hepatomegali.
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus antibodi.
Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan di
lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah
yang mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler. Pembesaran
plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi hipotensi,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan atau syok. Hemokonsentrasi
atau peningkatan hematokrit >20% menunjukan atau menggambarkan adanya kebocoran atau
perembesan sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan ditemukan
cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium, pleura, dan perikardium
yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian
cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukan kebocoran plasma telah teratasi,
sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi kecepatan dan jumlahnya untuk
mencegah terjadi edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang
cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang
buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama
akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi
dengan baik.
G. PATHWAY

Nyamuk mengandung virus


Dengue

Menggigit manusia

Virus masuk aliran darah

Masuk ke pembuluh darah


Mekanisma tubuh untuk Viremia otak melalui aliran darah
melawan virus sehingga mempengaruhi
hipotalamus
Komplemen antigen
Peningkatan asam
antibodi meningkat
lambung Hipertermia

Pelepasan peptida
Mual, muntah

Pembebasan
Defisit Nutrisi
histamin

Peningkatan permeabilitas
dinding pembuluh darah
Plasma banyak
Kebocoran plasma mengumpul pada
Hb turun jaringan interstitial
tubuh
Nutrisi dan O2 ke jaringann Perdarahan ekstraseluler
Oedema
menurun

Tubuh lemas Hipovolemia


Menekan syar

Nyeri akut
Intoleransi aktivitas
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan darah lengkap Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa
kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang
selalu dijumpai pada DHF merupakan indikator terjadinya perembesan plasma.
2. Uji Serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test)
Uji serologi didasarkan atas timbulnya antibody pada penderita yang terjadi setelah
infeksi. Untuk menentukan kadar antibody atau antigen didasarkan pada manifestasi
reaksi antigen-antibody. Ada tiga kategori, yaitu primer, sekunder, dan tersier. Reaksi
primer merupakan reaksi tahap awal yang dapat berlanjut menjadi reaksi sekunder
atau tersier. Yang mana tidak dapat dilihat dan berlangsung sangat cepat, visualisasi
biasanya dilakukan dengan memberi label antibody atau antigen dengan flouresens,
radioaktif, atau enzimatik. Reaksi sekunder merupakan lanjutan dari reaksi primer
dengan manifestasi yang dapat dilihat secara in vitro seperti prestipitasi, flokulasi, dan
aglutinasi. Reaksi tersier merupakan lanjutan reaksi sekunder dengan bentuk lain yang
bermanifestasi dengan gejala klinik.
3. Uji hambatan hemaglutinasi
Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG berdasarkan pada
kemampuan antibody-dengue yang dapat menghambat reaksi hemaglutinasi darah
angsa oleh virus dengue yang disebut reaksi hemaglutinasi inhibitor (HI).

4. Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test) Merupakan uji serologi yang paling
spesifik dan sensitif untuk virus dengue. Menggunakan metode plague reduction
neutralization test (PRNT). Plaque adalah daerah tempat virus menginfeksi sel dan
batas yang jelas akan dilihat terhadap sel di sekitar yang tidak terkena infeksi.
5. Uji ELISA anti dengue Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji
Hemaglutination Inhibition (HI). Dan bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsip
dari metode ini adalah mendeteksi adanya antibody IgM dan IgG di dalam serum
penderita.
6. Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade
II) di dapatkan efusi pleura
I. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Tanpa Syok Penatalaksanaan disesuaikan
dengan gambaran klinis maupun fase, dan untuk diagnosis DHF pada derajat I dan II
menunjukkan bahwa anak mengalami DHF tanpa syok sedangkan pada derajat III dan
derajat IV maka anak mengalami DHF disertai dengan syok. Tatalaksana untuk anak
yang dirawat di rumah sakit meliputi :
1. Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air sirup, susu untuk
mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah, dan diare.
2. Berikan parasetamol bila demam, jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena
dapat merangsang terjadinya perdarahan.
3. Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang
a) Berikan hanya larutan isotonik seperti ringer laktat atau asetat.
b) Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam.
c) Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah
cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 24-48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan
setelah pemberian cairan.

d) Apabila terjadi perburukan klinis maka berikan tatalaksana sesuai dengan


tatalaksana syok terkompensasi.
b. Penatalaksanaan Dengue Hemorrhagic Fever Dengan Syok meliputi :
1. Perlakukan sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secara nasal.
2. Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti ringer laktat/asetan secepatnya.
3. Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20
ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian
koloid 10-20 ml/kg BB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
4. Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi: berikan transfusi darah atau
komponen.
5. Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB
dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis
laboratorium.
6. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36- 48 jam.
Perlu diingat banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu
banyak dari pada pemberian yang terlalu sedikit.
J. PENCEGAHAN
Pencegahan DBD dengan cara 3 M yaitu :
1. Menguras
Menguras bak mandi minimal 1 minggu sekali untuk memutuskan mata rantai
kehidupan nyamuk aedes aegypti.
2. Menutup
Menutup tempat penampungan air sehingga nyamuk tidak bisa bertelur.
3. Mengubur
Mengubur barang-barang bekas sehingga tidak terisi oleh air hujan yang bisa
dijadikan nyamuk sebagai tempat bertelur

K. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Biodata / Identitas
DHF dapat menyerang dewasa atau anak-anak terutama anak berumur < 15 tahun.
Endemik didaerah Asia tropik.
b. Keluhan Utama : Panas / demam.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun dengan tanda-tanda
lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin dan lembab, demam
disertai lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan,
punggung, sendi, kepala dan perut, nyeri ulu hati, konstipasi atau diare.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Ada kemungkinan klien yang telah terjangkit penyakit DHF bisa berulang DHF
lagi, Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan penyakit yang pernah
diderita dahulu.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit DHF bisa dibawa oleh nyamuk jadi jika dalam satu keluarga ada yang
menderita penyakit ini kemungkinan tertular itu besar.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah lingkungan
yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan air, vas and ban
bekas.
f. ADL
1. Nutrisi : Dapat menjadi mual, muntah, anoreksia.
2. Aktifitas : Lebih banyak berdiam di rumah selama musim hujan dapat terjadi
nyeri otot dan sendi, pegal-pegal pada seluruh tubuh, menurunnya aktifitas
bermain.
3. Istirahat tidur : Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan nyeri.
4. Eliminasi alvi : Dapat terjadi diare/ konstipasi, melena.
5. Personal hygiene : Pegal-pegal pada seluruh tubuh saat panas dapat
meningkatkan ketergantungan kebutuhan perawatan diri.
g. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Suhu tubuh tinggi (39,4 – 41,1 0C), menggigit hipotensi,nadi
cepat dan lemah.
2. Kulit : tampak bintik merah (petekil), hematom, ekimosit.
3. Kepala : mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor (kadang).
4. Dada : nyeri tekan epigastrik, nafas cepat dan sering berat.
5. Abdomen : pada palpasi teraba pembesaran hati dan limfe pada keadaan
dehidrasi turgor kulit menurun.
6. Anus dan genetalia : dapat terganggu karena diare/ konstipasi.
7. Ekstrimitas atas dan bawah : ekstrimitas dingin, sianosis.
8. Pemeriksaan Penunjang : Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:
Hb dan PCV meningkat (≥20%), Trombositopenia (≤100.000/ml), Leukopenia
(mungkin normal atau leukositosis), Ig.D.dengue positif, Hasil pemeriksaan
kimia darah menunjukan: hipoprotinemia, hipokloremia, dan hiponatremia,
Urium dan PH darah mungkin meningkat, Asidosis metabolik: pCO <35-40
mmHg HCO rendah, SGOT/SGPT memungkinkan meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
4. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
dengan proses penyakit tindakan keperawatan (1.15506)
(Mis. Infeksi, kanker) 2x24 jam diharapkan Observasi
suhu tubuh berada pada 1. identifikasi penyebab
rentang normal hipertermia
Kriteria Hasil : 2. monitor suhu tubuh
1. Menggigil menurun 3. monitor kadar elektrolit
2. Suhu tubuh 4. monitor haluaran urine
membaik 5. monitor komplikasi
3. Suhu kulit membaik akibat hipertermia
Terapeutik
1. sediakan lingkungan
yang dingin
2. longgarkan atau
lepaskan pakaian
3. basahi dan kipasi
permukaan tubuh
4. berikan cairan oral
5. hindari pemberian
antipiretik
6. berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
1. anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan
Edukasi Nutrisi
(1.12395)
berhubungan dengan tindakan keperawatan
Observasi
ketidak mampuan menelan selama 2 x 24 jam
1. periksa status gizi,
makanan diharapkan status nutrisi status alergi, program
terpenuhi dengan kriteria diet kebutuhan dan
hasil : kemampuan pemenuhan
1. porsi makan yang kebutuhan gizi
dihabiskan meningkat Terapeutik
2. berat badan membaik 1. jadwalkan pendidikan
3. nafsu makan kesehatan sesuai
membaik kesepakatan
Edukasi
2. jelaskan pada pasien dan
keluarga alergi
makanan, makanan yang
harus dihindari
kebutuhan jumlah
kalori, jenis makanan
yang dibuthkan pasien
3. jelaskan cara
melaksanakan diet
sesuai program
4. ajarkan
pasien/keluarga
meminitor asupan
kalori dan makanan
ajarkan pasien dan
keluarga memantau
kondisi kekurangan
nutrisi
3. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Manajemen nyeri
dengan agen pencedera tindakan keperawatan (1.08238)
fisiologis selama 2 x 24 jam Observasi
diharapkan nyeri 1. Identifikasi lokasi,
berkurang. Dengan karaktristik, durasi,
kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
1. Keluhan nyeri intensitas nyeri
menurun 2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun 3. Indentifikasi respon
3. Gelisah menurun nyeri non verbal
4. Kesulitan tidur Terapeutik
menurun 1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. Tens, hipnosis
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijjat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres air
hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Ajarkan tenik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
4. Hipovolemia berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia
dengan kehilangan cairan tindakan keperawatan (1.03116)
aktif selama 2 x 24 jam Observasi
diharapkan status cairan 1. periksa tanda dan gejala
membaik dengan kriteria hipovolemia
hasil : 2. Monitor intake dan
1. turgor kulit output cairan
meningkat Terapeutik
2. autput urine 1. Berikan posisi
meningkat modified trendelendurg
3. membran mukosa 2. Berikan asupan cairan
membaik oral
4. jugular venous Edukasi
pressure (JVP) 1. Anjurkan
membaik memperbanyak cairan
oral
2. Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis.
NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis
(mis. Glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%).
3. Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mis.
Albumin, plasmanate)
5. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi
berhubungan dengan tindakan keperawatan (1,05178)
kelemahan selama 2 x 24 jam Observasi
diharapkan intoleransi 1. Identifikasi gangguan
aktvitas meningkat. fungsi tubuh yang
Dengan kriteria hasil : mengakibatkan
1. Frekuensi nadi kelelahan
meningkat 2. Monitor kelahan fisik
2. Keluhan lelah dan emosional
menurun 3. Monitor pola dan jam
3. Dispnea saat aktivitas tidur
menurun Terapeutik
1. Lakukan latihan
rentang gerak pasif
atau aktif
2. Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
3. Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
3. Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
4. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

4. Implementasi
Implementasi adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan yang
telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai
dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan
interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada
situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis.
5. Evaluasi
Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang
sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien. Evaluasi merupakan tahap terakhir dari
proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah
dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam
perencanaan

DAFTAR PUSTAKA
Harmawan. 2018. Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta.

Mulyadi, 2018. Komponen Sistem Peredaran Darah. Jakarta

Murwani, 2018. Patofisiologi Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta

Rampengan, 2017. Penatalaksanaan Dengue Hemorrhagic Fever.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),  Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),  Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Wijayaningsih, Kartika Sari, 2017. Asuhan Keperawatan. Jakarta : TIM

Anda mungkin juga menyukai