Anda di halaman 1dari 45

Laporan Kasus

Asuhan Keperawatan pada Ny.A


Dengan Gangguan Hematologi : Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)
Di Ruang Penyakit Dalam Kamar An-nur
Rumah Sakit Umum Daerah Cililin

Disusun oleh:
Rinda Novita Widyanti
30120120015k

Prodi Sarjana Keperawatan


STIKES SANTO BORROMEUS
Jalan Parahyangan Kav.8 Blok B/I, Kota Baru Parahiyangan
Padalarang- Bandung Barat 40553
2021
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit
1. Definisi Penyakit
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic
fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia,
ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrome renjatan dengue
(dengue shock syndrome) adal demam berdarah dengue yang ditandai oleh
renjatan/syok (Nurarif & Hardhi, 2015).
Dengue Hemmorhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah dengan cepat menyebar di
seluruh wilayah WHO dalam beberapa tahun terakhir. Virus dengue ditularkan
oleh nyamuk betina terutama dari spesies Aedes aegypti dan, pada tingkat lebih
rendah, A. albopictus. Penyakit ini tersebar luas di seluruh daerah tropis, dengan
variasi lokal dalam risiko dipengaruhi oleh curah hujan, suhu dan urbanisasi yang
cepat tidak direncanakan (WHO, 2015)

2. Anatomi dan Fisiologi


Berikut adalah anatomi fisiologi menurut (Vyas, et al, 2014) yang
berhubungan degan penyakit DHF yang petama adalah sistem sirkulasi. Sistem
sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus distivus
dan dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain itu, sistem sirkulasi merupakan sarana
untuk membuang sisa-sisa metabolisme dari selsel ke ginjal, paru-paru dan kulit yang
merupakan tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme. Organ-organ sistem sirkulasi
mencakup jantung, pembuluh darah, dan darah.
1. Jantung
Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak didalam thorax, diantara paru-
paru, agak lebih kearah kiri.
2. Pembuluh

Gambar 2.3 Anatomi Pembuluh Darah (Pearce 2006)


Pembuluh darah ada 3 yaitu :
a. Arteri (Pembuluh Nadi) Arteri meninggalkan jantung pada ventikel kiri dan
kanan. Beberapa pembuluh darah arteri yang penting :
1) Arteri koronaria Arteri koronaria adalah arteri yang mendarahi dinding
jantung
2) Arteri subklavikula Arteri subklafikula adalah bawah selangka yang
bercabang kanan kiri leher dan melewati aksila.
3) Arteri Brachialis Arteri brachialis adalah arteri yang terdapat pada lengan
atas.
4) Arteri radialis Arteri radialis adalah arteri yang teraba pada pangkal ibu
jari
5) Arteri karotis Arteri karotis adalah arteri yang mendarahi kepala dan otak
6) Arteri temporalis Arteri temporalis adalah arteri yang teraba denyutnya di
depan telinga
7) Arteri facialis Teraba facialis adalah arteri yang denyutan disudut kanan
bawah.
8) Arteri femoralis Arteri femorais adalah arteri yang berjalan kebawah
menyusuri paha menuju ke belakang lutut
9) Arteri Tibia Arteri tibia adalah arteri yang terdapat pada kaki
10) Arteri Pulmonalis Arteri pulmonalis adalah arteri yang menuju ke paru-
paru.

b. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari cabang
terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah mikroskop.
Kapiler membentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh, kapiler selanjutnya
bertemu satu dengan yang lain menjadi darah yang lebih besar yang disebut
vena.

c. Vena (pembuluh darah balik)


Vena membawa darah kotor kembali ke jantung. Beberapa vena yang penting :
1) Vena Cava Superior Vena balik yang memasuki atrium kanan, membawa
darah kotor dari daerah kepala, thorax, dan ekstremitas atas.
2) Vena Cava Inferior Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari
semua organ tubuh bagian bawah
3) Vena jugularis Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung
4) Vena pulmonalis Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari
paru-paru.

3. Darah
Beberapa pengertian darah menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian: bagian cair yang disebut
plasma dan bagian padat yang disebut sel darah. Darah adalah suatu jaringan
tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang berwarna merah. Darah adalah
suatu cairan kental yang terdiri dari sel-sel dan plasma.
Jadi darah adalah jaringan cair yang terdapat dalam pembuluh darah yang
berwarna merah yang cair disebut plasma dan yang padat di sebut sel darah yang
befungsi sabagai transfer makanan bagi sel. Volume darah pada tubuh yang sehat /
organ dewasa terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter.
Keadaan jumlah tersebut pada tiap orang tidak sama tergantung pada umur,
pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah. Tekanan viskositas atau
kekentalan dari pada darah lebih kental dari pada air yaitu mempunyai berat jenis
1.041 – 1.067 dengan temperatur 380C dan PH 7.37 – 1.45.
Fungsi darah secara umum terdiri dari :
a. Sebagai Alat Pengangkut
1) Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan
keseluruh jaringan tubuh.
2) Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
3) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan
ke seluruh jaringan/alat tubuh.
4) Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh
untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang
akan membinasakan tubuh dengan perantara leukosit, antibody atau zat-zat
anti racun.
c. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
Adapun proses pembentukan sel darah (hemopoesis) terdapat tiga tempat, yaitu
: sumsum tulang, hepar dan limpa.
a. Sumsum Tulang Susunan tulang yang aktif dalam proses hemopoesis
adalah:
1) Tulang Vertebrae
Vertebrae merupakan serangkaian tulang kecil yang tidak teratur
bentuknya dan saling berhubungan, sehingga tulang belakang
mampu melaksanakan fungsinya sebagai pendukung dan penopang
tubuh. Tubuh manusia mempunyai 33 vertebrae, tiap vertebrae
mempunyai korpus (badan ruas tulang belakang) terbentuk kotak
dan terletak di depan dan menyangga. Bagian yang menjorok dari
korpus di belakang disebut arkus neoralis (Lengkung Neoral) yang
dilewati medulla spinalis, yang membawa serabut dari otak ke
semua bagian tubuh. Pada arkus terdapat bagian yang menonjol
pada vertebrae dan dilekati oleh otot-otot yang menggerakkan
tulang belakang yang dinamakan prosesus spinosus.
2) Sternum (tulang dada)
3) Sternum adalah tulang dada. Tulang dada sebagai pelekat tulang
kosta dan klavikula. Sternum terdiri dari manubrium sterni, corpus
sterni, dan processus xipoideus.

4) Costa (Tulang Iga)


Costa terdapat 12 pasang, 7 pasang Costa vertebio sterno, 3 pasang
costa vertebio condralis dan 2 pasang costa fluktuantes. Costa
dibagian posterior tubuh melekat pada tulang vertebrae dan di
bagian anterior melekat pada tulang sternum, baik secara langsung
maupun tidak langsung, bahkan ada yang sama sekali tidak
melekat.

b. Hepar
Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar pada tubuh manusia.
Organ ini terletak di bagian kanan atas abdomen di bawah diafragma, kelenjar
ini terdiri dari 2 lobus yaitu lobus dextra dan ductus hepatikus sinestra,
keduanya bertemu membentuk ductus hepatikus comunis. Ductus hepaticus
comunis menyatu dengan ductus sistikus membentuk ductus coledakus.
c. Limpa
Limpa terletak dibagian kiri atas abdomen, limpa terbentuk setengah bulan
berwarna kemerahan, limpa adalah organ berkapsula denganberat normal 100
– 150 gram. Limpa mempunyai 2 fungsi sebagai organ limfaed dan
memfagosit material tertentu dalam sirkulasi darah. Limpa juga berfungsi
menghancurkan sel darah merah yang rusak.

3. Etiologi
Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam berdarah.
Demam berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk yang terinfeksi
virus. Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies utama yang menyebar penyakit ini.
Ada lebih dari 100 juta kasus baru demam berdarah setiap tahun di seluruh dunia.
Sejumlah kecil ini berkembang menjadi demam berdarah. Kebanyakan infeksi di
Amerika Serikat yang dibawa dari negara lain. Faktor risiko untuk demam
berdarah termasuk memiliki antibodi terhadap virus demam berdarah dari infeksi
sebelumnya (Vyas, et al, 2014).
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4 serotipe
virus dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, keempatnya ditemukan di
Indonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi
yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain. Seseorang yang
tinggal di daerah epidermis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama
hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia (Nurarif & Hardhi, 2015).

4. Patofisiologi
Fenomena patologis menurut (Herdman , 2012), yang utama pada penderita
DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan
terjadinya perembesan atau kebocoran plasma, peningkatan permeabilitas dinding
kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma yang secara otomatis jumlah
trombosit berkurang, terjadinya hipotensi (tekanan darah rendah) yang
dikarenakan kekurangan haemoglobin, terjadinya hemokonsentrasi (peningkatan
hematocrit > 20%) dan renjatan (syok). Hal pertama yang terjadi setelah virus
masuk ke dalam tubuh penderita adalah penderita mengalami demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bitnik-bintik
merah pada kulit (petekie), sakit tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
seperti pembesaran limpa (splenomegali).
Hemokonsentrasi menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran atau
perembesan plasma ke ruang ekstra seluler sehingga nilai hematocrit menjadi
penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu, pada penderita
DHF sangat dianjurkan untuk memantau hematocrit darah berkala untuk
mengetahuinya. Setelah pemberian cairan intravena peningkatan jumlah trombosit
menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan
intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya
edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang
cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan
kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan dan apabila tidak segera
ditangani dengan baik maka akan mengakibatkan kematian. Sebelumnya
terjadinya kematian biasanya dilakukan pemberian transfusi guna menambah
semua komponenkomponen di dalam darah yang telah hilang.

5. Manifestasi Klinis
Demam berdarah menurut (WHO, 2015) adalah, penyakit seperti flu berat
yang mempengaruhi bayi, anak-anak dan orang dewasa, tapi jarang menyebabkan
kematian. Dengue harus dicurigai bila demam tinggi (40 ° C / 104 ° F) disertai
dengan 2 dari gejala berikut: sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri otot
dan sendi, mual, muntah, pembengkakan kelenjar atau ruam. Gejala biasanya
berlangsung selama 2-7 hari, setelah masa inkubasi 4-10 hari setelah gigitan dari
nyamuk yang terinfeksi.
Dengue yang parah adalah komplikasi yang berpotensi mematikan karena
plasma bocor, akumulasi cairan, gangguan pernapasan, pendarahan parah, atau
gangguan organ. Tanda-tanda peringatan terjadi 3-7 hari setelah gejala pertama
dalam hubungannya dengan penurunan suhu (di bawah 38 ° C / 100 ° F) dan
meliputi: sakit parah perut, muntah terus menerus, napas cepat, gusi berdarah,
kelelahan, kegelisahan dan darah di muntah. 24-48 jam berikutnya dari tahap kritis
dapat mematikan; perawatan medis yang tepat diperlukan untuk menghindari
komplikasi dan risiko kematian Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu:
a. Derajat I : Demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi.
b. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau
tempat lain
c. Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat
dan lemah, tekanan darah turun (20 mm Hg) atau hipotensi disertai dengan
kulit dingin dan gelisah.
d. Derajat IV : Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
Terukur.
Menurut (Vyas et. Al 2014), gejala awal demam berdarah dengue yang
mirip dengan demam berdarah. Tapi setelah beberapa hari orang yang
terinfeksi menjadi mudah marah, gelisah, dan berkeringat. Terjadi
perdarahan: muncul bintik-bintik kecil seperti darah pada kulit dan patch
lebih besar dari darah di bawah kulit. Luka ringan dapat menyebabkan
perdarahan.
Syok dapat menyebabkan kematian. Jika orang tersebut bertahan,
pemulihan dimulai setelah masa krisis 1-hari.
I. Gejala awal termasuk:
a. Nafsu makan menurun
b. Demam
c. Sakit kepala
d. Nyeri sendi atau otot
e. Perasaan sakit umum
f. Muntah .
II. Gejala fase akut termasuk kegelisahan diikuti oleh:
a. Bercak darah di bawah kulit
b. Bintik-bintik kecil darah di kulit
c. Ruam Generalized
d. Memburuknya gejala awal
III. Fase akut termasuk seperti shock ditandai dengan:
a. Dingin, lengan dan kaki berkeringat
b. Berkeringat

6. Komplikasi
Adapun komplikasi dari DHF (Hadinegoro, 2008) adalah:
1. Perdarahan
Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan
koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit muda
dalam sel-sel tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan
dapat dilihat pada uji torniquet positif, ptekie, ekimosis, dan perdarahan saluran
cerna, hematemesis, dan melena.
2. Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom)
DSS terjadi pada hari ke 2-7 yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas
vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke ronnga pleura
dan peritoneum, hiponatremia, hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang
mngekaibatkan berkurangnya alran balik vena, penurunan volume sekuncup dan
curah jantung sehingga terjadi 13 disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS
juga disertai kegagalan hemeostasis yang mengakibatkan aktivitas dan integritas
sistem kardiovaskular, perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi
darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara
progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan
meninggal dalam wakti 12-24 jam.

1. Hepatomegali Hati
Hepatomegali Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang
dihubungkan dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus
hati dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang
lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus
antibody.
2. Efusi Pleura
Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam
rongga pleura dan adanya dipsnea.

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Darah lengkap
1) Leukpenia pada hari ke 2-3
2) Trombositopenia dan hemokosentrasi
3) Masa pembekuan normal
4) Masa perdarahan memanjang
5) Penurunan faktor II, V, VII, IX dan XII.
b. Kimia darah
1) Hipoproteinemia
2) SGOT/SGPT meningkat
3) Umum meningkat
4) pH darah meningkat
c. Urinalisi mungkin ditemukan albuminuria ringan.
d. Uji sum-sum tulang
Pada awal sakit biasanya hipaseluler kemudian menjadi hiperselular

8. Pemeriksaan penunjang
a. Darah
1) Leukositopenia/lekositosis (N :5000-10.000 ul)
2) Trombositopenia (150.000-400.000 ul)
3) Hematokrit meningkat (N: Laki-laki 40-54%, perempuan 36-46%)
4) Hb menurun (N : laki-laki 14-16 gr/dl, perempuan 12-16 gr/dl)
5) Hiponatremia 135-147 meq/ l
6) Hipokloremia (N : 100-106 meq/ l)
7) SGPT/SGOT, ureum dan pH darah meningkat
8) N: SGPT / SGOT < 12 U/ l
9) N: Ureum 20-40 mg/ dl
10) N: pH 7,38-7,44
b. Urin
Albuminuria ringan (N: 4-5,2 g/ dl)
c. Uji serologis
1) Uji hemaglutinasi inhibisi (HI test)
2) Uji komplemen fiksasi (CF test)
3) Uji neutralisasi (Nt test)
4) IgM ELISA (Mac ELISA)
5) IgG ELISA

9. Patway
B. Asuhan Keperawatan DHF
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses perawatan. Tahap ini sangat
penting dan menentukan dalam tahap-tahap selanjutnya. Data yang komprehensif
dan valid akan menentukan penetapan diagnosis keperawatan dengan tepat dan
benar serta selanjutnya akan berpengaruh dalam perencanaan keperawatan
(Tarwoto dan wartonah, 2015).
Menurut Christantie Effendy (1995) pengkajian yang akan didapat pada pasien
DHF sebagai berikut :
a. Keluhan utama
Demam riwayatnya 2-7 hari biasanya kecendrungan perdarahan sekurang-
kurangnya salah satu dari timbulnya tandatanda perdarahan yaitu: (petekie,
ekimosis atau purpura dan perdarahan di gusi)
b. Riwayat penyakit saat ini
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya edema, demam naik turun terus
menerus selama 2-7 hari. Demam turun saat klien mendapatkan terapi
farmakologi yaitu kolaborasi pemberian antipiretik (paracetamol) dan
pemberian terapi kompres dan pemberian terapi infus.
c. Kesadaran umum : compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat gangguan
perfusi sistem saraf pusat, kekuatan otot.
Keterangan :
5 : Bebas bergerak dengan kekuatan otot penuh
4 : Mampu menahan tahanan dengan kekuatan ringan
3 : Bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan atau melawan
: tahanan pemeriksa
2 : Hanya mampu bergeser diatas tempat tidur
1 : Hanya terlihat tonus/kontraksi otot
0 : Tidak ada tonus
d. Aktivitas dan istirahat : kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia,
demam hingga tirah baring.
e. Tanda-tanda vital : Tekanan darah menurun, nadi cepat dan lemah,
peningkatan suhu tubuh, peningkatan frekuensi pernafasan.
f. Sirkulasi : Sianosis perifer pada ujung jari tangan, turgor kulit anelastis
g. Pernapasan : Batuk, pilek dan sakit saat menela
h. Integritas ego : Ansietas, takut, stress yang berhubungan dengan penyakit.
i. Nutrisi dan cairan : Mual, muntah dan anoreksi, distensi abdomen.
j. Eliminasi buang air besar : Diare, konstipasi, melena
k. Buang air kecil : Penurunan atau peningkatan haluan urine
l. Pemeriksaan diagnostic : Laboratorium pemeriksaan darah lengkap meliputi
penurunan trombosit, peningkatan leukosit dan peningkatan hematokrit.
m. Rontgen dada : efusi fleura
n. Ultrasonography : Hepatomegali dan Splenomegali

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status


kesehatan atau masalah aktual atau risiko dalam rangka mengidentifikasi dan
menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau
mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung jawabnya. (Carpenito,
1983 didalam (Tarwoto & Wartonah, 2015))

Menurut Christantie Effendy (1995), diagnose keperawatan yang sering


ditemukan pada pasien DHF adalah :

a. Resiko perdarahan dibuktikan dengan trombositopenia


b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia)
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

3. Rencana keperawatan
Menurut Hutagalung (2019), rencana keperawatan merupakan metode
komunikasi tentang asuhan keperawatan kepada klien dan rencana tindakan
keperawatan tertulis yang menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang
akan diharapkan, tindakan-tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara
spesifik.

No Diagnosa keperawatan SLKI SIKI


1 2 3 4
1 Resiko perdarahan Definisi Tingkat perdarahan Pencegahan perdarahan
Beresiko mengalami 1. Membran mukosa 1. Monitor resiko
kehilangan darah baik lembab meningkat twrjadinya perdarahan
internal (terjadi di dalam 2. Kelembapan kulit pada pasien
tubuh) maupun eksternal meningkat 2. Catat nilai hemoglobin
(terjadi hingga keluar tubuh). 3. Hemoglobin dan hematokrit
Faktor resiko membaik 3. Monitor komponen
1. Aneurisma 4. Hematokrit membaik koagulasi
2. Gangguan gastrointestinal 5. Tekanan darah (trombositopenia)
(mis. Ulkus lambung, polip, membaik 4. Monitor tanda
varises) 6. Suhu tubuh membaik ortostatik, termasuk
3. Gangguan fungsi hati tanda tanda vital
(mis. Sirosis hepatitis) 5. Gunakan sikat gigi
4. Komplikasi kehamilan yang berbulu lembut
(mis. Ketuban pecah sebelum untuk perawatan rongga
waktunya,plasenta, mulut
previa/abrupsio, kehamilan
kembar)
5. Komplikasi paska partum
(mis. Atoni uterus, retensi
plasenta)
6. Gangguan koagulasi (mis.
trombisitopenia)
7. Efek agen farmakologis
8. Tindakan pembedahan
9. Trauma
10. Kurang terpaapr
informasi tentang pencegahan
perdarahan
11. Proses keganasan
2 Hipertermia Definisi Suhu Termoregulasi Kriteria Manajemen hipertermia
tubuh meningkat diatas hasil : 1. Identifikasi penyebab
rentang normal tubuh 1. Menggigil menurun hipertermia (mis.
Penyebab: 2. Suh tubuh membaik Dehidrasi terpapar
1. Dehidrasi 3. Suhu kulit membaik lingkungan panas,
2. Terpapar lingkungan Status cairan Kriteria penggunaan incubator)
panas hasil : 2. Monitor suhu tubuh
3. Proses penyakit (mis. 1. Output urine 3. Monitor haluaran
Infeksi, kanker) meningkat urine
4. Ketidak sesuaian pakaian 2. Membran mukosa 4. Sediakan lingkungan
dengan suhu lingkungan lembab yang dingin
5. Peningkatan laju 3. Turgor kulit 5. Longgarkan atau
metabolisme membaik lepaskan pakaian
6. Respon trauma 4. Hemoglobin 6. Berikan cairan oral
7. Penggunaan incubator membaik (air mineral, teh manis).
5. Hematokrit membaik
Gejala dan tanda mayor 6. Suhu tubuh membaik
1. Suhu tubuh diatas nilai
normal
Gejala dan tanda minor
1. Kulit merah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat
3 Intoleransi aktivitas Definisi Toleransi altivitas Manajemen Energi
Ketidakcukupan energy untuk Kriteria hasil : 1. Identifikasi gangguan
melakukan aktivitas sehari- 1. Kemudahan fungsi tubuh yang
hari. melakukan aktivitas mengakibatkan kelelahan
Penyebab sehari-hari meningkat 2. Monitor kelelahan
1. Ketidakseimbangan antara 2. Keluhan lelah fisik dan emosional
suplai dan kebutuhan oksigen menurun 3. Sediakan lingkungan
2. Tirah baring 3. Perasaan lemah nyaman dan rendah
3. Kelemahan menurun stimulus (mis. Cahaya,
4. Imobilitas 4. Kekuatan tubuh suara, kunjungan)
5. Gaya hidup monoton bagian atas meningkat 4. Anjurkan tirah baring
Gejala dan tanda mayor 5. Kekuatan tubuh 5. Anjurkan
1. Mengeluh Lelah bagian bawah menghubungi perawat
2. Frekuensi jantung meningkat jika tanda dan gejala
meningkat >20% dari kondisi kelelahan tidak
istirahat berkurang Ajarkan
Geajala dan tanda minor strategi koping untuk
1. Dispnea saat/setelah mengurangi kelelahan
aktivitas 6. Kolaborasi dengan
2. Merasa tidak nyaman ahli gizi tentang cara
setelahberaktivitas menigkakan asupan
3. Merasa lemah makanan
4. Tekanan darah berubah
20% dari kondisi istirahat
5. Gambaran EKG
menunjukkan aritmia
saat/setalah aktivitas
6. Gambaran EKG
menunjukkan iskemia
7. Sianosis

4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan independen
(mandiri) dan kolaborasi. (Tarwoto & Wartonah, 2015)
5. Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai
tindakan keperawatan yang telah ditentukan untuk pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan (Suarni dan
Apriyani,2017)\

Laporan Kasus

A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Data Umum
1) Identitas Klien
Nama : Ny. A
Umur : 20 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Status Marital : Belum menika
Tanggal, jam pengkajian : 03 Mei 2021, jam 14.00 WIB
Tanggal, jam masuk : 02 Mei 2021, jam 09.30 WIB

Diagnosa Medis : DHF


Alamat : Kp. Cirogrog Rt/Rw 04/05 Des.
Citalem, : Kec. Cipongkor

2) Identitas Keluarga/Penanggung Jawab


Nama : Tn. Acep
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wirausaha
Hubungan dengan klien : Saudara laki-laki
Alamat : Kp. Pasir Salak04/07 Baranang Siang
: Cipongkor

B. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien datang kerumah sakit melalui IGD pada tanggal 02 Mei 2021
dengan keluhan demam naik turun selama tiga hari yang lalu nyeri
perut, mual, muntah 3-4 kali, Bab cair 5-6 kali/ hari dan badan terasa
lemas.
b. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri daerah perut
c. Riwayat Sakit Sekarang (PQRST)
Klien datang ke igd RSUd Cililin pada tanggal 02 Mei 2021 dengan
keluhan nyeri perut, nyeri dirasakan memberat adalah saat klien
beraktivitas, dan hal yang memperingan adalah saat klien istirahat.
Nyeri di rasakan seperti tertusuk-tusuk, dengan sekala nyeri 5. Nyeri
dirasakan menyebar keseluruh bagian perut dan nyeri hilang timbul
dengan waktu yang tidak menentu.
d. Keluhan Penyerta
Klien mengeluh mual, muntah dan badan terasa lemas
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Riwayat penyakit atau rawat inap sebelumnya
Klien mengatakan belum pernah sakit dan di rawat sebelumnya
b. Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap obat
maupun makanan.
c. Riwayat operasi
Klien mengatakan tidak pernah mengalami tindakan oprasi
sebelumnya
d. Riwayat transfuse
Klien mengatakan belum pernah melakukan transfuse darah
sebelumnya.
e. Riwayat pengobatan
Klien tidak memiliki Riwayat pengobatan apapun
f. Riwayat Penyakit Keluarga
Dari pihak keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit
keturunan
g. Keadaan kesehatan lingkungan rumah
Klien mengatakan rumahnya berada di sebuah pedesaan yang masih
asri banyak pepohonan.
h. Genogram 3 generasi
C. Data Biologis
1. Penampilan umum : Klien terlihat lemas
2. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg, di lengan kanan
Suhu :38 °C per axilla
Nadi : 98x/menit, di arteri radialis, irama tidak teratur
Pernapasan : 20 x/menit, tidak teratur, pernapasan dada
Masalah keperawatan Gangguan hipertermi
3. Tinggi badan : 148 cm
Berat badan : 48 kg
4. Anamnesa, Pemeriksaan Fisik, Masalah Keperawatan

a. Sistem Pernapasan
1. Anamnesa :
Sebelum sakit/dirawat : Klien mengatakan tidak pernah
mengalami gangguan pada pernapas apapun.
Saat dirawat : Klien mengatakan tidak merasakan ada yang
aneh dan berbeda pada pernapasannya.
2. Pemeriksaan Fisik :
Inspeksi:
Hidung bentuk hidung simetris, pernapasan cuping hidung
tidak ada, mukosa hidung tampak baik, secret/lender tidak ada,
polip tidak ada, tidak terpasang oksigen, cyanosis tidak ada,
bentuk dada simetris, tidak ada retraksi dada, tidak ada
pertumbuhan rambut, warna kulit merata
Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan, ekspansi dada simetris, Taktil fremitus :
getaran disebelah kiri dan kanan sama. Tidak ada masa, Tidak
ada benjolan ( tidak terdapat pembesaran vena jugularis)
Perkusi:
Ketika diperkusi terdapat suara sonor
Auskultasi:
Suara napas tambahan : Rales tidak ada, ronchi tidak ada,
wheezing tidak ada. Vocal resonans : Intensitas dan kualitas
suara normal atau sama antara kiri dan kanan

b. Sistem Kardiovaskuler
1. Anamnesa :
Sebelum sakit/dirawat : Klien mengatakan tidak mempunyai
riwayat penyakit jantung.
Saat dirawat : Klien mengatakan tidak ada masalah ataupun
gangguan dengan jantungnya.

2. Pemeriksaan Fisik :
Inspeksi:
Bentuk dada simetris, Tidak ada lesi, warna kulit merata
persebaran rambut merata
Palpasi:
Capillary refill time kurang dari 3 detik, , edema tidak ada,
tidak
ada nyeri tekan , tidak ada kelainan dada
Perkusi:
Terdengar : suara redup
Auskultasi :
Tidak ada bunyi jantung tambahan suara mur-mur
3. Masalah Keperawatan Tidak ada.

c. Sistem Pencernaan
1. Anamnesa:
Sebelum sakit/dirawat : Klien mengatakan BAB teratur.
Bentuk dan warna feses lunak berwarna kuning kecoklatan.
Saat dirawat : Klien mengeluh lemas, mual muntah 3-4 kali,
nyeri daerah perut, Klien mengeluh merasa haus, Klien
mengatakan minumnya 3 – 4 x/ hari ( 800 cc / hari ) ,Bab 5-6
kali/hari,konsistensi cair
2. Pemeriksaan Fisik:
Inspeksi:
Mulut : Mulut bersih, tidak ada gigi palsu, gigi rapat berwarna
putih kekuningan, mukosa bibir kering, tidak berbau, Bibir
kering dan tidak pucat, ada stomatitis, lidah tidak ada lesi dan
berwarna merah muda, gusi berdarah tidak ada, tidak ada
pembekakan tonsil.
Abdomen : Warna kulit sawo matang, warna kulit merata,
tidak terdapat bekas luka oprasi
Anus : Bab 5-6/hari, terdapat lesi, tidak tedapat
pembengkakan. Warna merah tua.
Auskultasi: Peristaltik usus 10 kali permenit, terdengar jelas.
Palpasi: Terdapat nyeri tekan daerah abdomen, Tidak
terdapat
masa, tidak ada oedema
Perkusi: Terdengar hasil ketukan tympani‖ di semua kuadran
abdomen
3. Masalah Keperawan : Gangguan Nyaman nyeri
Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan elektrolit

d. Sistem Perkemihan
1. Anamnesa:
Sebelum sakit/dirawat : Klien mengatakan tidak pernah ada
masalah pada saat buang air kecil.
Saat dirawat : Klien mengatakan tidak ada keluahan dalam
system perkemihan
2. Pemeriksaan Fisik:
Inspeksi: Tidak terpasang kateter urine, warna urine kuning
terang.
Palpasi: Nyeri tekan tidak ada
Perkusi: terdengar suara yang keras.
3. Masalah Keperawatan tidak ada

e. Sistem Endokrin
1. Anamnesa:
Sebelum sakit/dirawat : Klien mengatakan jarang sakit, hanya
batuk pilek biasa dan tidak lebih dari 5 hari sembuh
Saat dirawat : Klien mengatakan tidak ada keluhan dalam
system endokrin.
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi:
Bentuk tubuh : Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada
Pembesaran pada ujung-ujung ekstremitas atas atau bawah
tidak ada. Lesi dan luka ganggren tidak ada tidak ada.
Palpasi: Kelenjar tiroid tidak teraba
3. Masalah keperawatan tidak ada masalah

f. Sistem Persarafan
1. Anamnesa:
Sebelum sakit/dirawat : Klien mengatakan tidak pernah
mengalami sakit pada bagian-bagian sarafnya.
Saat dirawat : Klien mengatakan tidak ada sakit yang berarti
pada bagian-bagian sarafnya.

2. Pemeriksaan Fisik:
Inspeksi:
Bentuk muka lonjong, mulut tidak ada lesi, parase tidak ada.
Sensibilitas ekstremitas atas/baal : Sensitif.
Sensibilitas ekstremitas bawah/baal : Sensitif.
Pergerakan tidak terkoordinir : Tidak ada.
Tingkat kesadaran : Kualitatif :
Compos Mentis Kuantitatif : GCS 15 (E = 4,M = 6,V = 5)
Perkusi:
Refleks fisiologis : Tendon biceps : Ada.
: Tendon triceps : Ada.
: Tendon patella : Ada.
: Tendon Achilles : Ada.
Refleks patologis : Refleks Babinski : Ada.
3. Masalah Keperawatan Tidak ada

g. Sistem Persepsi Sensori


1. Anamnesa:
Sebelum sakit/dirawat : Klien mengatakan tidak
mempunyai riwayat mata minus atau silindris . Klien juga
mengatakan tidak pernah mengalami masalah pada
pendengarannya.
Saat dirawat : Klien mengatakan tidak mengalami masalah
berarti pada penglihatan maupun pendengarannya.
2. Pemeriksaan Fisik:
Inspeksi:
Penglihatan : Conjungtiva tidak anemis, sclera putih dan
tidak icteric, palpebral tidak ada edema, pupil normal,
reaksi cahaya normal atau pupil mengecil dan membesar,
diameter normal. Pendengaran : tidak ada gangguan
pendengaran, tidak ada, pengeluaran cairan dari telinga
tidak ada, lesi tidak ada
3. Masalah Keperawatan Tidak ada

h. Sistem Muskuloskeletas
1. Anamnesa:
Sebelum sakit/dirawat : Klien mengatakan tidak ada
keluhan dan tidak ada kesulitan saat bergerak
Saat dirawat : Klien mengatakan mengeluh lemas, tapi
tidak mengalami masalah nyeri otot maupun tulang
ditubuhnya.
2. Pemeriksaan Fisik:
Inspeksi:
Ekstremitas atas normal terpasang infus di sebelah kiri,
ekstremitas bawah normal.
Atrofi : Tidak ada.
Rentang gerak/range of motion : Bebas atau tidak ada yang
terganggu.
Nilai kekuatan otot : 5 (Keterangan : Normal)
Bentuk columna vertebralis : Normal.
Penggunaan alat/balutan : Tidak ada.
Palpasi: Nyeri tekan pada processus spinosus tidak ada di
daerah belakang leher perbatasan pundak.
3. Masalah Keperawatan intoleransi aktifitas

i. Sistem Reproduksi
1. Anamnesa:
Sebelum sakit/dirawat : Klien mengatakan tidak pernah
mengalami masalah pada bagian reproduksinya.
Saat dirawat : Klien mengatakan tidak ada masalah pada
organ reproduksinya.

2. Pemeriksaan Fisik:
Inspeksi:
Mammae : Simetris, tidak ada lesi.
Genetalia eksterna : Normal, tidak ada lesi, tidak ada
pengeluaran cairan. Edema pada genetalia eksterna tidak
ada.
Hipospaida tidak ada, edema scrotum tidak ada, massa
tidak ada, lesi tidak ada.
Palpasi: Mammae : massa/benjolan tidak ada, lesi tidak
ada. Tidak ada nyeri tekan
3. Masalah Keperawatan Tidak ada

j. Sistem Integumen
1. Anamnesa:
Sebelum sakit/dirawat : Klien mengatakan tidak
mempunyai riwayat penyakit kulit, rambut tidak terlalu
rontok dan kuku selalu dipotong pendek.
Saat dirawat : Klien mengatakan kulitnya kering, rambut
dan kukunya tidak mengalami masalah.
2. Pemeriksaan Fisik:
Inspeksi:
Rambut : Warna hitam , distribusi merata, tidak ada
kerontokan
Kuku : Bantalan kuku berwarna merah muda, ketebalan
normal.
Kulit : Kuning langsat, tidak ada lesi, kering terdapat ruam
kemerahan dan banyak mengeluarkan keringat
Lesi (lokasi, ukuran, tanda-tanda peradangan) tidak ada
Ptekie ada, ekimosis tidak ada.
Palpasi: Tektur kulit sedikit kasar. Kelembapan normal.
Turgor kulit tidak elastis.
Nyeri tekan tidak ada.
3. Masalah Keperawatan Gangguan pemenuhan kebutuhan
cairan elektrolit

k. Sistem Imun Hematologi


1. Anamnesa:
Sebelum sakit/dirawat : Klien mengatakan tidak pernah
mengalami sakit serius dan belum pernah melakukan
transfuse khusus.
Saat dirawat : Klien mengatakan merasa lemas.
2. Pemeriksaan Fisik:
Inspeksi:
Pembesaran kelenjar getah bening/limfe : Tidak ada
Lesi : Tidak ada.
Rumple leed test : Tidak ada ptekie.
Palpasi: Pembesaran kelenjar getah bening/limfe : Tidak
ada.
3. Masalah Keperawatan Tidak ada.

D. Data Psikologis
1. Status emosi : Klien mengatakan bahwa merasa sedikit cemas
tentang penyakitnya
2. Konsep diri :
a. Gambaran Diri : Pasien mengatakan lemas. Pasien sedikit
terganggu dalam menjalankan aktivitas karena merasa lemas.
b. Harga Diri : Pasien menghargai dirinya dan selalu mempunyai
harapan terhadap hidupnya
c. Ideal Diri : Pasien lebih menurut pada keluarganya
d. Identitas Diri : Klien mengatakan bahwa dirinya adalah
perempuan yang kuat yang bisa mengurus rumah tangganya
dengan baik.
e. Peran : Klien mengatakan bahwa klien sadar akan tanggung
jawabnya sebagai ibu satu anak untuk selalu mengayomi
anaknya
f. Gaya komunikasi : Klien berkomunikasi dengan lembut, guyon
dan bergaya khas sunda.
g. Pola interaksi : Klien tidak tertutup kepada siapapun, selalu
membuka diri kepada orang-orang disekitar dan keluarganya.
h. Pola mengatasi masalah : Klien mengatakan jika mengatasi
masalah, beliau selalu mendiskusikannya didalam keluarga agar
pemikiranpemikirannya tidak selalu kolot.
E. Data Sosio-Spiritual
1. Hubungan social : Klien selalu bergaul dengan tetangga sekitar
2. Kultur yang diikuti : Klien berasal dari suku sunda jadi kultur yang
diikuti, kultur Sunda.
3. Gaya hidup : Klien jarang berkegiatan di luar rumah.
4. Kegiatan agama dan relasi dengan Tuhan : Klien rajin melakukan
shalat 5 waktu dan mengaji
5. Pengetahuan Klien/Keluarga tentang Penyakitnya ;Klien mengatakan
cukup memahami dengan penyakitnya

F. Data Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium

Tanggal 01 Mei 2021

Parameter Hasil Satuan Nilai rujukan


Hb 11,6 g/dl L;13,217,3
p:11,7-15,5
Hematokrit 35 % L;40-52/P;35-47
Leukosit 4.100 10/mm 4000-11000
Trombosit 94.000 10/mm 150.000-45000
Eritrosit 4,01 Mg/dl L: 4,4-5,9/P: 3,8-5,2
MCV 86 fl 80-100
MCH 29 pg 26-34
MCHC 33 % 32-36
Hitung Jenis
Neutrofil Segmen 66 % 50-70
Neutrofil Batang 0 % 1-6
limposit 28 % 25-40
Monosit 6 % 2-4
eusinofil 0 % 2-4
Basofil 0 % 0-1
Tanggal 03 Maret 2021

Parameter Hasil Satuan Nilai rujukan


Hb 11,1 g/dl L;13,217,3
p:11,7-15,5
Hematokrit 33 % L;40-52/P;35-47
Leukosit 2000 10/mm 4000-11000
Trombosit 63.000 10/mm 150.000-45000

2. Radiologi (-)
3. Terapi (oral dan parenteral/injeksi)
Nama obat : Esomax ( Injeksi IV)
Golongan : Penghambat pompa proton
Dosis untuk pasien : 1x 40 mg
Cara kerja obat : Menurunkan produksi asam lambungmeringankan
gejala mulas, kesulitan menelan, batuk terus menerus
Indikasi untuk pasien : digunakan untuk mengobati masalah lambung
dan kerongkongan
Kontaindikasi obat : Hipersnsitivitas, penggunaan bersama dengan
atazanavir, nelfinavir
Efek samping obat : Gangguan pada system pencernaan : mual,diare,
nyeri perut, nyeri kepala, lemas, mulut kering, gangguan penglihatan,
Hipomagneemia, anafilaksisi, angioedema,nyeri sendi, nyeri otot

Nama obat : ondansentron ( Injeksi IV)


Golongan : antiemetic serotonin 5-HT3 antagonis reseptor
Dosis untuk pasien : 3x (4 mg) (Injeksi Intra Vena)
Cara kerja obat : Menghambat reseptor serotonin di saluran cerna
dan system persyarapa pusat,
Indikasi untuk pasien : Yang mengalami mual, dan muntah
Kontaindikasi obat : Hipersensitivitas, sindrom perpanjangan interval Qt
bawaan
Efek samping obat : Sakit kepala, sensasi hangat, kemerahan, kejang,
gangguan Gerakan,aritmia, nyeri dada, dengan atau tanpa ST depresi,
bradikardi, cegukan,

Nama obat : Paracetamol (Tablet)


Golongan : Analgesik dan antipiretik
Dosis untuk pasien : 3x1 tablet
Cara kerja obat : mengurangi produksi zat penyebab peradangan
yaitu prostaglandin
Indikasi untuk pasien : untuk meredakan gejala demam dan nyeri
Kontaindikasi obat : Tidak digunakan yang memiliki Riwayat
hipersensitif atau alergi terhadap paracetamol
Efek samping obat : Demam, muncul ruam kulit terasa gata, sakit
tenggorokan, sariawan, nyeri punggung, tubuh terasa lemah, kulit atau
mata berwarna kekuningan, timbul memar dikulit, urin berwarna keruh,
dan berdarah ,Bab darah

Nama obat : Ceftrizoxim


Golongan : antibiotic sefalosporin
Dosis untuk pasien : 2x1 gram
Cara kerja obat : mengikat dan menghalangi enzim peptidoglycan
yang berfungsi untuk membentuk dnding sel bakteri
Indikasi untuk pasien : infeksi bakteri
Kontaindikasi obat : memiliki Riwayat hipersensitif dan alergi terhadap
ceftrizoxim
Efek samping obat :mual, muntah,diare, nyeri dan bengkak diarea
suntikan, demam, gangguan fungsi hati, sakit kepala

Nama obat : Attapulgit


Golongan : antidiare
Dosis untuk pasien : 3x2 tab/mencret
Cara kerja obat : mengatasi diare dengan cara memperlambat
gerakan usus besar
Indikasi untuk pasien : untuk meredakan diare
Kontaindikasi obat : pasien yang memiliki Riwayat disentri, gagal
ginjal, gangguan hati, obstrukti intestinalhemofilia, pendarahansaluran
cerna, diare infeksius
Efek samping obat :sembelit, mual, perut kembung, nyeri perut,terasa
sesak di dada, ruam kulit, bengkan diwajah, bibi,atau lidah

Nama obat : Solvitral


Golongan : Suplemen
Dosis untuk pasien : 1x1 tablet
Cara kerja obat : memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral pada
tubuh ,membantu menjaga Kesehatan tulang dan sendi,membantu
menjaga Kesehatan mata
Indikasi untuk pasien : pencegah dan pengobatan defisiensi vitamin dan
mineral
Kontaindikasi obat : hipersensitiv terhadap salah satu komposisi dari
solvitral
Efek samping obat : Belum ada efek samping yang dilaporkan

1. Pengolahan Data

Data Subjektif Data Objektif


 Klien mengeluh mual  Muntah 3-4 kali/hari
 Klien mengeluh lemas  Bab 5-6 kali/hari
 Klien mengatakan sering merasa haus  Konsistensi Bab cair
 Klien mengatakan badan nya lemas  Klien berkeringat
 Klien mengeluh demam  Membran mukosa kering
 Klien mengatakan nyeri perut  Turgor kulit tidak elastis
 Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-  Trmbosit hari ke 2 dirawat 63.000
tusuk  Klien berkeringat
 Klien mengatakan nyeri hilang timbul  Klien tanpak lemah
 Klien mengatakan nyeri bertambah saat  Mukosa bibir kering
beraktifitas dan berkurang saat istrirahat  Tekanan darah : 120/80 mmHg, di
lengan kanan
Suhu :38 °C per axilla
Nadi : 98x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
 Tampak bintik merah pada kulit
(petekie)

 Sekala nyeri 5
 Klien sering memegangi perut
 Klien meringis menahan nyeri

2. Analisa Keperawatan

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


DX
1 Ds : ↑Permerbilitas dinding Gangguan kekurangan
 Klien mengeluh mual pembuluh darah volume cairan
 Klien mengeluh lemas ↓

 Klien mengatakan sering Menghilangkan plasma

merasa haus melalui endotel dinding

 Klien mengatakan badan nya pembuluh darah

lemas ↓

 Klien mengatakan minumnya Kebocoran plasma ( ke

3 – 4 x/ hari ( 800 cc / hari) extra vaskuler )

Do :
 Muntah 3-4 kali/hari
 Bab 5-6 kali/hari
 Konsistensi Bab cair
 Klien berkeringat
 Membran mukosa kering
 Turgor kulit tidak elastis
 Trmbosit hari ke 2 dirawat
63.000
2 Ds Hipertermi
 Klien mengeluh demam Vektor aedes aegypti

Do Virus yang masuk
 Klien berkeringat melalui kulit yang

 Klien tanpak lemah tergigit nyamuk

 Mukosa bibir kering ↓


Viremia
 Tekanan darah : 120/80

mmHg, di lengan kanan
Stimulasi sel makrofag
Suhu :38 °C per axilla
DMN untuk produksi
Nadi : 98x/menit
pirogen endogen
Pernapasan : 20 x/menit

 Tampak bintik merah pada
Masuk hipotalamus
kulit (petekie)

Mengacaukan
termoregulasi

Hiperpireksia
3 Ds : Virus masuk ke aliran Nyeri
 Klien mengatakan nyeri perut darah
 Klien mengatakan nyeri ↓
seperti ditusuk- tusuk Viremia
 Klien mengatakan nyeri ↓
hilang timbul Antibody ↑

 Klien mengatakan nyeri Pelepasan peptide

bertambah saat beraktifitas ↓

dan berkurang saat istrirahat Pembebasan histamin



Do
Peningkatan
 Sekala nyeri 5
permeabilitas
 Pasien sering memegangi

perut
Peningkatan
 Pasien meringis menahan
nyeri permeabilitas
Kebocoran plasma

Oedema

Meningkatkan syaraf

A. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan kekurangan volume cairan berhubungan dengan Pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandai
dengan suhu tubuh yang mencapai 38°C.
3. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
B. Intervensi Keperawatan

No TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


1 2 Mei 2021 1. Gangguan kekurangan volume cairan Setelah di lakukan 1.Pantau masukan 1.Untuk mrengetahui
berhubungan dengan Pindahnya cairan asuhan keperawatan dan keluaran cairan keseimbangan cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler resiko kekurangan
Ds : volume cairan dapat 2.Monitor tanda– 2.Mengidentifikasi
 Klien mengeluh mual teratasi dengan kh : tanda meningkat nya tanda–tanda

 Klien mengeluh lemas 1) Membran mukosa kekurangan volume kekurangan cairan

 Klien mengatakan sering merasa haus lembab cairan. Turgor kulit


2) Turgor kulit 3.Untuk mengetahui
 Klien mengatakan badan nya lemas
kembali normal 3.Kaji tanda dan defisit volume cairan
 Klien mengatakan minumnya 3 – 4 x/ hari
gejala dehidrasi tubuh.
( 800 cc / hari)
4.Asupan cairan
Do :
4.Anjurkan keluarga sangat diperlukan
 Muntah 3-4 kali/hari
dalam pemberian untuk menambah
 Bab 5-6 kali/hari
banyak minum. volume cairan tubuh.
 Konsistensi Bab cair
5.Pemberian cairan
 Klien berkeringat 5.Kolaborasi dalam intravena sangat
 Membran mukosa kering pemberian cairan penting karena
 Turgor kulit tidak elastis intra vena langsung
Trmbosit hari ke 2 dirawat 63.000 kepembuluh darah
(vaskuler)
2 2-4-21 Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan Tujuan: Suhu tubuh 1. Observasi TTV 1. menentukan
proses infeksi virus dengue ditandai dengan kembali normal setiap 1 jam intervensi lanjutan
suhu tubuh yang mencapai 38°C. Kriteria hasil: bila terjadi perubahan
1. TTV khsusnya suhu 2. Berikan kompres
Ds 2. kompres akan
dalam batas normal
 Klien mengeluh demam air biasa memberikan
(36,5-37,5°C)
pengeluaran panas
2. Membran mukosa
Do secara induksi
basah.
 Klien berkeringat 3. Anjurkanklien 3. mengganti cairan
3. Turgor kulit baik.
untuk banyak minum tubuh yang keluar
 Klien tanpak lemah 4. Pengeluaran urin
1500-2000 ml karena panas dan
 Mukosa bibir kering adekuat

 Tekanan darah : 120/80 mmHg, di lengan memacu pengeluaran

kanan urine guna

Suhu :38 °C per axilla pembuangan panas

Nadi : 98x/menit lewat urine


4. Anjurkan klien
Pernapasan : 20 x/menit 4. memberikan rasa
untuk memakai
 Tampak bintik merah pada kulit (petekie) nyaman dan
pakaian yang tipis
memperbesar
dan menyerap
penguapan panas
keringat

5. deteksi terjadinya
5. Observasi intake kekurangan volume
dan output cairan tubuh
6. antipiretik berguna
6. Kolaborasi untuk untuk penurunan
pemberian antipiretik panas
3 3-4-21 Nyeri berhubungangan dengan proses inflamasi Setelah di lakukuan 1.Observasi tanda – 1.Untuk memantau
Ds : asuhan keperawatan tanda vital kondisi klien selama
 Klien mengatakan nyeri perut nyeri dapat teratasi masa perawatan.
 Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk- dengan kh : 2.Kaji sekala nyeri. 2.Untuk mengetahui
tusuk 1. Klien tidak tingkat nyeri yang di
 Klien mengatakan nyeri hilang timbul merasakan nyeri alami klien.
2. Klien dapat 3.Berikan posisi 3.Dapat membamtu
 Klien mengatakan nyeri bertambah saat
mengontrol nyeri nyaman. membantu
beraktifitas dan berkurang saat istrirahat
meneruskan
Do
ketegangan yang
 Sekala nyeri 5
dapat meningkat
 Pasien sering memegangi perut
nyeri.
 Pasien meringis menahan nyeri 4.Libatkan keluarga
4.Untuk
dalam melakukan
meningkatkan
masase pada daerah
relaksasi.
kepala dan leher.
5.Kolaborasi dalam
pemberian analgesic
5.Dapat menurunkan
nyeri secara optimal

C. Implementasi Keperawatan

TGL JAM NO.DK IMPLEMENTASI NAMA & TTD


2-4-21 09.00 1 1. Memantau masukan dan keluaran cairan Rinda
Respon : Pasien mau di ajak bekerja sama
Hasil : Balance cairan : - 160 cc
10.00 2. Monitor tanda-tanda meningkat nya kekurangan volume cairan. Rinda

Respon: Klien mau di periksa di daerah perut dan mulut


Hasil : Membran mukosa kering dan turgor kulit tidak elastis
3. Mengkaji tanda dan gejala dehidrasi.
10.10 Rinda
Respon : Pasien mengatakan sering haus
Hasil : Pasien dapat menyebutkan tanda dan gejala dehidrasi
4. Melibatkan keluarga dalam pemberian banyak minum.
10.30 Rinda
Respon : Keluarga bertanya manfaat pemberian minum
Hasil : Keluarga memberikan minum satu gelas.
Rinda
11.00 5. Berkolaborasi dalam pemberian cairan intra vena.
Respon : Pasien mau di ajak bekerja sama
3-4-21 10.00 Hasil : Klien telah di pasang infus RL 10tts/menit Rinda
1. Memantau masukan dan keluaran cairan
Respon : Pasien mau di ajak bekerja sama
10.20 Hasil : Balance cairan : - 50 cc Rinda

2. Monitor tanda-tanda meningkat nya kekurangan volume cairan.


Respon: Klien mau di periksa di daerah perut dan mulut
10.30 Rinda
Hasil : Membran mukosa mulai lembab dan turgor kulit elastis
3. Melibatkan keluarga dalam pemberian banyak minum.
Respon : Klien rutin minum tanpa disuruh keluarga
11.30
Hasil : Keluarga memberikan minum satu gelas.
Rinda
4. Berkolaborasi dalam pemberian cairan intra vena.
Respon : Pasien mau di ajak bekerja sama
4-4-21 10.10 Hasil : Klien telah di pasang infus RL 10tts/menit Rinda

1. Memantau masukan dan keluaran cairan


10.25 Respon : Pasien mau di ajak bekerja sama Rinda
Hasil : Balance cairan : - cc
2 . Melibatkan keluarga dalam pemberian banyak minum.
12.00 Respon : Klien rutin minum tanpa disuruh keluarga Rinda
Hasil : Klien habis 1500 cc
3. Berkolaborasi dalam pemberian cairan intra vena.
Respon : Pasien mau di ajak bekerja sama
Hasil : Klien telah di pasang infus RL 10tts/menit

3-4-21 08.40 2 1. Observasi TTV setiap 1 jam Rinda


Respon : Pasien mau di periksa di tangan kanan nya.
Hasil: TD : 120/ 80 mmHg, Suhu : 37,8 o c, Nadi : 90 x / menit, RR :
26x/ menit
2. Berikan kompres air biasa Rinda
Respon : Klien mengikuti anjuran yang diberikan
09.00
Hasil : Suhu masih 37,9 C
Rinda
3. Anjurkan klien untuk banyak minum 1500-2000 ml
Respon : Klien mengikuti anjuran yang diberikan

09.30 Hasil : klien Nampak meminum 1 gelas air

4. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang tipis dan menyerap Rinda
keringat

Respon :Klien mengikuti anjuran yang diberikan

10.00 Hasil : klien memakai pakaian tipis Rinda

5.Observasi intake dan output


Respon : Pasien mau di ajak bekerja sama
12.00 Hasil : Balance cairan : - 50 cc Rinda
6.Kolaborasi untuk pemberian antipiretik

Respon : Pasien bertanya tentang nama obat dan fungsinya yang di


berikan
Hasil : Klien meminum obat parasetamol 1 tablet
09.00
1. Observasi TTV setiap 1 jam Rinda

Respon : Pasien mau di periksa di tangan kanan nya.

Hasil: TD : 120/ 80 mmHg, Suhu : 36,8 o c, Nadi : 80 x / menit, RR :


26x/ menit Rinda
10.00
2. Berikan kompres air biasa

Respon : Klien mengikuti anjuran yang diberikan


Rinda
Hasil : Suhu masih 36,8 C

3 .Kolaborasi untuk pemberian antipiretik


11.00
Respon : Pasien bertanya tentang nama obat dan fungsinya yang di
berikan
Hasil : Klien meminum obat parasetamol 1 tablet

3-4-21 08.40 3 1. Mengobservasi tanda – tanda vital Rinda


Respon : Pasien mau di periksa di tangan kanan nya.
Hasil: TD : 120/ 80 mmHg, Suhu : 36.9 o c, Nadi : 90 x / menit, RR :
26x/ menit
2. Mengkaji sekala nyeri.
08.45 Rinda
Respon: Pasien mengatakan nyeri perut.
Hasil: Skala nyeri 5
08.50
3. Memberikan posisi nyaman.
Rinda
Respon : Pasien mau di berikan posisi nyaman
Hasil : Pasien tidur dengan kepala lebih tinggi dari kaki
08.50
4. Melibatkan keluarga dalam melakukan masase pada daerah kepala dan
Rinda
leher.
Respon : Keluarga mendengarkan anjuran perawat
12.00 Hasil : Keluarga mampu melakukan nya
5. Berkolaborasi dalam pemberian analgesik. Rinda
Respon: Pasien bertanya tentang nama obat yang di berikan
4-4-21
09.00 Hasil : Obat ranitidin masuk melalui intravena
1. Mengobservasi tanda – tanda vital Rinda
Respon : Pasien mau di periksa di tangan kanan nya.
Hasil: TD : 110/ 80 mmHg, Suhu : 36 o c, Nadi : 80 x / menit,
10.00 RR : 22x/ menit
2. Mengkaji sekala nyeri. Rinda
11.00 Respon: Pasien mengatakan nyeri perut berkurang.
Hasil: Skala nyeri 2 Rinda
3. Melibatkan keluarga dalam melakukan masase pada
daerah kepala dan leher.
Respon : Keluarga mendengarkan anjuran perawat
12.00 Rinda
Hasil : Keluarga mampu melakukan nya

4. Berkolaborasi dalam pemberian analgesik.


Respon: Pasien bertanya tentang nama obat dan fungsinya yang di
berikan
Hasil : Obat ranitidin masuk melalui intravena

D. Evaluasi Keperawatan

TGL NO.DK SOAP NAMA & TTD


S : - Pasien mengatakan sering merasa haus
- Pasien mengtakan badan nya lemas
O : - Membran mukosa kering
4-4-21 1 - Turgor kulit tidak elastis Rinda
- Suhu 36.8 c
A : Masalah Resiko kekurangan volume cairan belum teratasi.
P : Lanjutkan inervensi
1. Pantau masukan dan keluaran
2. Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan volume cairan turgor
kulit.
3. Mengkaji tanda dan gejala dehidrasi

4-4-21 2 S : Pasien mengatakan sudah tidak demam lagi


O :- Mukosa bibir lembah
- Klien terlihat tidak lemah Rinda
- Suhu 36.8
A : Masalah sudah teratasi
P: Hentikan intervensi

4-4-21 S : - Pasien mengatakan nyeri perut


- Pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
- Pasien mengatakan nyeri hilang timbul Rinda
O : - Pasien berkeringat
- Skala nyeri 3
- Pasien memegangi kepala nya
- TD : 120/80 mmHg
- Suhu : 36, 8o c,
Nadi : 90 x / menit,
RR : 26 x / menit
A: Masalah nyeri belum teratasi

Anda mungkin juga menyukai