DHF
Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi salah satu
tugas Stase Keperawatan Anak pada semester ganjil
Tahun Akademik 2020/2021
Di Susun Oleh :
BANDUNG
2021
A. PENGERTIAN
Dengue Hemmorhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah dengan cepat
menyebar di seluruh wilayah WHO dalam beberapa tahun terakhir.
Virus dengue ditularkan oleh nyamuk betina terutama dari spesies
Aedes aegypti dan, pada tingkat lebih rendah, A. albopictus. Penyakit
ini tersebar luas di seluruh daerah tropis, dengan variasi lokal dalam
risiko dipengaruhi oleh curah hujan, suhu dan urbanisasi yang cepat
tidak direncanakan (WHO, 2015).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada
anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan
nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang
tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty (betina, Resti, 2014).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan
beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya
dengan cepat menyebar secara efidemik. (PADILA, 2012).
B. ETIOLOGI
Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam
berdarah. Demam berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk
yang terinfeksi virus. Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies utama yang
menyebar penyakit ini. Ada lebih dari 100 juta kasus baru demam
berdarah setiap tahun di seluruh dunia. Sejumlah kecil ini berkembang
menjadi demam berdarah. Kebanyakan infeksi di Amerika Serikat yang
dibawa dari negara lain. Faktor risiko untuk demam berdarah termasuk
memiliki antibodi terhadap virus demam berdarah dari infeksi
sebelumnya (Vyas, et al, 2014).
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4
serotipe virus dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, keempatnya
ditemukan di Indonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah
satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang
bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain
sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang
memadai terhadap serotipe lain. Seseorang yang tinggal di daerah
epidermis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama
hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai
daerah di Indonesia (Nurarif & Hardhi, 2015)
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi DHF berdasarkan kriteria menurut WHO yaitu :
1. Derajat I ( ringan )
Demam mendadak dan sampai 7 hari di sertai dengan adanya gejala
yang tidak khas dan uji turniquet (+).
2. Derajat II ( sedang )
Lebih berat dari derajat I oleh karena di temukan pendarahan
spontan pada kulit misal di temukan adanya petekie, ekimosis,
pendarahan,
3. Derajat III ( berat )
Adanya gagal sirkulasi di tandai dengan laju cepat lembut kulit
dngin gelisah tensi menurun manifestasi pendarahan lebih
berat( epistaksis, melena)
4. Derajat IV ( DIC )
Gagal sirkulasi yang berat pasien mengalami syok berat tensi nadi
tak teraba. (Smeltzer & Suzanne, 2001).
D. ANATOMI FISIOLOGI
Berikut adalah anatomi fisiologi menurut (Vyas, et al, 2014) yang
berhubungan degan penyakit DHF yang petama adalah sistem sirkulasi.
Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen
dari traktus distivus dan dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain itu,
system sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa
metabolisme dari selsel ke ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan
tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme. Organ-organ sistem sirkulasi
mencakup jantung, pembuluh darah, dan darah.
1. Jantung
Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak didalam thorax,
diantara paru-paru, agak lebih kearah kiri.
E. PATOFISIOLOGI
Virus dongue yang pertama kali masuk kedalam tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali member gejala DF.
Pasien akan mengalami gejala viremia, sakit kepala, mual, nyei otot,
pegal seluruh badan, hyperemia ditenggorokkan, timbulnya ruam dan
kelainan yang mungkin terjadi pasa RES seperti pembesaran kelenjar
getah bening, hati dan limfa. Reaksi yang berbeda Nampak bila
seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan tipe virus yang
berlainan. Berdasarkan hal itu timbullah the secondary heterologous
infection atau sequential infection of hypothesis. Re- infeksi akan
menyebabkan suatu reaksi anamnetik antibody, sehingga menimbulkan
konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus antibody) yang
tinggi.
Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah
mengakibatkan hal sebagai berikut:
1. Kompleks virus antibody akan mengaktivasi system komplemen,
yang berakibat dilepasnya anafilatoksin C3a dan C5a. C5a
menyebabkan meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah
dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu
keadaan yang sangat berperan terjadinya renjatan.
2. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami
metamorphosis. Trombosit yang mengalami kerusakan
metamorphosis akan dimusnahkan oleh system retikuloendotelial
dengan akibat trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaan
agregasi, trombosit akan melepaskan vasokoaktif (histamine dan
serotonin) yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan
melepaskan trombosit factor III yang merangsang koagulasi
intravascular.
3. Terjadinya aktivasi factor hegamen (factor XII) dengan akibat kahir
terjadinya pembentukan plasmin yang berperan dalam pembentukan
anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi fibrinogen
degradation product. Disamping itu aktivasi akan merangsang
system kinin yang berperan dalam proses meningginya
permeabilitas dindin pembuluh darah. (PADILA, 2012).
Pathway
G. PENATALAKSAAN
1. Tirah baring
2. Pemberian makanan lunak .
3. Pemberian cairan melalui infus, Pemberian cairan intra vena
(biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan cairan intra
vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter
, K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan
Ca = 3 mEq/liter.
4. Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik.
5. Anti konvulsi jika terjadi kejang
6. Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).
7. Monitor adanya tanda-tanda renjatan.
8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
9. Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari
d. Terapi
IVFD RL 28 tts/menit
Invomit Injeksi
Neurosanbe
I. ANALISA DATA
Terbentuknya
kompleks virus
anribodi
Aktivasi C3 dan C5
Peningkatan
permaibilitas dinding
pembuluh darah
Perembesan plasma
keluar menuju
ekstravaskuler
Kekurangan volume
cairan
2 Ds : Virus masuk sirkulasi Hipertemi
Ibu klien mengatakan
anaknya mengeluh Menempel di sel
demam fagosit mononuklear
Do : Masuk dan
a. Suhu Tubuh menginfeksi sel fagosit
38,50C
b. Kulit pasien Aktivasi sel T helper,
terasa panas T sitotoksis dan sistem
saat disentuh komplemen
Merangsang mikrofag
Melepaskan IL-1,
TNF-α & IFN-γ
( pirogen endogen )
Aktivasi IL – 1 di
hipotalamus
Endothelium
hipotalamus
Meningkatkan
produksi prostaglandin
& neurotransmiter
Prostaglandin
berikatan dengan
neuron prepiotik di
hipotalamus
Peningkatan
thermostatic set poin
Do :
Neusea
o Porsi
makan tidak habis
Tidak nafsu makan
o Klien
tampak lemah
Intake nutrisi kurang
J. Diagnose Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan aktif
2. Ketidakseimbang nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia, mual dan
muntah
3. Nyeri akut b/d proses patologis penyakit
4. Ansietas b/d perubahan status kesehatan
5. Hipertemi b/d proses infeksi virus
Daftar Pustaka
Anonyn.2012.laporan pendahuluan DHF (Degue Haemoragic Faver),
htpp; //bagibagiwak.blogspot.com/2012/12/laporan-pendahuluan-dhf-
dengue.html