Disusun oleh :
SYAHRUL APRIYANSYAH
NIM : 171030100169
KELOMPOK 3
1. Definisi
dengue yang di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan aedes
albopictus. Virus ini akan mengganggu kinerja darah kapiler dan system
berakibat fatal dalam waktu yang relative singkat. Penyakit ini tergolong
dengeu dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang
bahwa penyakit DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh Virus dengue
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
yang menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem
Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari
traktus distivus dan dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain itu, sistem
a. Jantung
b. Pembuluh Darah
a) Arteri koronaria
b) Arteri subklavikula
c) Arteri Brachialis
d) Arteri radialis
Arteri radialis adalah arteri yang teraba pada pangkal ibu jari
e) Arteri karotis
f) Arteri temporalis
telinga
g) Arteri facialis
h) Arteri femoralis
i) Arteri Tibia
2) Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari
cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah
kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi darah yang
penting :
c) Vena jugularis
d) Vena pulmonalis
c. Darah
Beberapa pengertian darah menurut beberapa ahli adalah sebagai
berikut :
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian: bagian cair
yang disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel darah. Darah
adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang
berwarna merah. Darah adalah suatu cairan kental yang terdiri dari sel-sel
dan plasma.
darah yang berwarna merah yang cair disebut plasma dan yang padat di
sebut sel darah yang befungsi sabagai transfer makanan bagi sel. Volume
darah pada tubuh yang sehat / organ dewasa terdapat darah kira-kira 1/13
dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap
orang tidak sama tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau
pembuluh darah.
dari pada air yaitu mempunyai berat jenis 1.041 – 1.067 dengan temperatur
paru.
c) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
1) Sumsum Tulang
a) Tulang Vertebrae
melekat.
2) Hepar
diafragma, kelenjar ini terdiri dari 2 lobus yaitu lobus dextra dan
3) Limpa
3. Etiologi
a. Virus Dengue
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue
dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serolis Virus dengue
dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan
baik yang berasal dari sel-sel mamalia misalnya sel BHK (Babby homster
b. Vektor
biak pada genangan air bersih yang terdapar bejana-bejana yang terdapat
genangan air bersih lainnya, selain itu nyamuk betina lebih menyukai
menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi dan
pada siang hari, Badannya mendatar saat hinggap, Gemar hidup di tempat
– tempat yang gelap (terhindar dari sinar matahari). Masa tunas / inkubasi
4. Patofisiologi
dkk., 2009).
reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda
akan tampak, bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe Virus
dengue yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi bila seseorang setelah
terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang Virus dengue lainnya. Re-
infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga
5. Klasifikasi
a. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7
b. Derajat II
c. Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan
d. Derajat IV
Terjadi syok berat dimana nadi tidak teaba/ sangat lemah, tekanan darah
6. Gambar
7. Manifestasi Klinis
Menurut Soedarto, (2008) tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut:
normal atau lebih rendah disertai nyeri kepala, nyeri punggung, nyeri
perdarahan.
biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga
sudah teraba. Bila terjadi peningkatan dari hepatomigali dan hati teraba
kenyal harus diperhatikan kemungkinan akan terjadi renjatan pada
penderita.
e. Renjatan
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke-3 sejak sakitnya penderita,
pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila
yang buruk.
persendian.
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Permeriksaa Laboratorium :
tegak dan lateral dekubitus kanan) dapat dilakukan untuk melihat ada
tidaknya efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan dan pada keadaan
9. Penatalaksanaan
c. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, the manis, sirup
dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang
segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak
sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg,
yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika
ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang
n. Pada DHF tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 11⁄2-2 liter
terjadinya dehidrasi.
10. Komplikasi
masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet
melena.
miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi
iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible,
terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam
hati dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang
lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek
virus antibody.
11. Pencegahan
menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk aedes
aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi
yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita
air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain - lain.
12. Pathway
Arbovirus
(melalui nyamuk aedess sp.)
Aktivasi interleukin 1 di
Membentuk & melepaskan zat
hipotalamus
C3a & C5a
Pengeluaran prostaglandin
Peningkatan permeabilitas
membran
Peningkatan kerja thermostat
Kerusakan endotel pembuluh Kebocoran plasma ke
darah ekstravaskuler
Peningkatan suhu tubuh
Efusi pleura
DIC
Hipoksia jaringan
Keletihan
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Melakukan Pengkajian
a. Identitas Klien
agama, suku, bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register dan
diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang paling dirasakan dan yang paling
sering mengganggu pasien pada saat itu. Keluhan utama pasien dijadikan
lengkap.
mellitus, hipertensi, trauma, dan lain-lain. Hal ini perlu diketahui karna
seseorang. Penyakit yang muncul pada lebih dari satu orang keluarga
suatu proses yang sistemasis yang terdiri atas tiga tahap yaitu analisa data,
terdiri atas penyebab, tanda/gejala dan faktor risiko. Pada diagnosis aktual,
Tidakditemukan tanda/ gejala mayor dan minor pada klien, namun klien
terdiri dari lima tingkat prioritas. Tingkat yang paling mendasar atau
percaya diri, kebergunaan, pencapaian dan nilai diri. Tingkat paling akhir
maupun fisiologis.
3. Menentukan perencanaan
klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang di harapkan (Tim Pokja SIKI
PPNI, 2018).
a. Menentukan tujuan
keperawatan
kesehatan
terstandarisasi
keseluruhan atau hasil akhir perawatan. Tujuan ini tidak tercapai sebelum
dapat dicapai dalam waktu yang lama, biasanya lebih dari satu minggu
atau satu bulan. Kriteria hasil dalam tujuan jangka panjang ditujukan pada
pada unsur E/S (etiologi, tanda dan gejala) dalam diagnosa keperawatan
aktual/resiko.
masalah kolaburatif.
keperawatan
masalah
keperawatan.
tindakan kolaborasi
1) Tindakan observasi
2) Terapi keperawatan
4) Tindakan kolaborasi
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan partisipasi klien dalam tindakan
dengan prosedur
suatu dokumen ataupun catatan yang berisi data tentang keadaan pasien
yang dilihat tidak saja dari tingkat kesakitan akan tetapi juga dilihat dari
jenis, kualitas dari layanan yang telah diberikan perawat dalam memenuhi
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tindakan akhir dalam proses keperawatan
(Tarwoto & Wartonah, 2015). Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses
dan hasil. Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan
Data Subjektif (S) dimana perawat menemui keluhan pasien yang masih
sesuai dengan masalah yang pasien hadapi yang telah dibuat pada
juga untuk menilai pencapaian tujuan, baik tujuan jangka panjang maupun
jangka pendek, dan mendapatkan informasi yang tepat dan jelas untuk
1) Autonomi (Otonomi)
perawatan dirinya.
Prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal yang baik sesuai
keperawatan.
3) Justice (Keadilan)
Nilai ini direfleksikan ketika perawat bekerja sesuai ilmu dan kiat
5) Veracity (Kejujuran)
Prinsip ini tidak hanya dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki
7) Confidentiality (Kerahasiaan)
klien.
8) Accountability (Akuntabilitas)
terkecuali.
9) Informed Consent
“Informed Consent” terdiri dari dua kata yaitu “informed” yang berarti
dengannya.
perawat
(discharge planning)
8. Upaya pencegahan
a. Pencegahan primer
Upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit belum mulai (pada
b. Pencegahan sekunder
namun belum timbul tanda gejala sakit (pathogenesis awal) dengan tujuan
c. Pencegahan tersier
Pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit sudah lanjut (akhir
pada tanggal 14 maret 2021 oleh keluarga dibawake IGD RS RSUD Kab.
Pemeriksaan head to toe: kepala : mesocepal, rambut lurus berubah, tidak ada
gangguan penglihatan. Hidung : bersih , tidak ada polip, fungsi normal. Mulut:
tidak ada stomatitis, mukosa bibir kering, tidak berwarna putih. Telinga :
simetris bersih tidak ada gangguan pendengaran. Leher: tidak ada pembesaran
Jantung : bj1, bj2 , terdengar bunyi lupdup. Abdomen : simetris, bising usus
10x/mnt, tidak ada nyer itekan, timpani. Genetalia: tidak ada kelainan.
Ektermitas : Atas : normal, tidak ada edema, terpasang IUFD Rl tangan kiri.
dikaji pada tanggal 13 maret 2021, orang tua pasien mengatakan pasien
A. PENGKAJIAN
Jam :
Pengkajian : 14 Maret 2021 NO. RM : 21-80-52
tgl Tanggal : 14 Maret 2021 Dx. Masuk :
MRS : Kemuning DFH Dokter yang
Ruang/Kelas merawat :
Nama : Tn. H
Umur : 18 tahun
Agama : Islam
Pendidika :-
n :-
Pekerjaan : Jawa
Suku/Bangsa : Kp. Sukadiri rt 02/08 Kab. Tangerang
Alamat
Keluhan utama :
Riwayat Sakit dan Kesehatan
Riwayat penyakitkeluarga : -
Sesak
nafas
Masalah:
Bersihan jalan napas tidak efektif b.d proses penyakit
r
Refleks fisiologis: patella triceps biceps lain-lain:
Refleks patologis: budzinsky kernig lain-lain:
babinsky Lain-lain:
Istirahat / tidur: jam/hari Gangguan tidur:
Masalah: Tidak ada masalah pada sistem persyarafan
Penglihatan (mata)
Pupil : Isokor Anisokor Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva : Anemis Ikterus Lain-lain:
Lain-lain :
Pendengaran/Telinga :
Pengindera
tonsil
Abdomen Kembung Ascites Nyeri tekan,
Tegang lokasi:
an
Peristaltik 10x/mnt
Pembesaran hepar Ya Tidak
Pembesaran lien Tidak
Ya
Buang air besar x/hari Teratur: Ya Tidak
Konsistensi Bau: Warna:
Lain-lain:
Kulit
Warna kulit: Ikterus Sianotik Kemerahan Pucat
Hiperpigmentasi Turgor: Baik Sedang Jelek
Odema: Ada Tidak ada Lokasi
Luka Ada Tidak ada Lokasi
Tanda infeksi luka Ada Tidak ada Yang ditemukan :
kalor/dolor/tumor/Nyeri/Fungsiolesa Lain-lain :
Higien
Ganti pakaian :
al
Laboratorium
Eosinivil 2 Hematokrit 33
Basovil 0 Trombosit 289
Netrovil batang 0 Sallmonela typhi 320
Netrovil segmen 0 Sallmonela paratyphi : 160
Limfosit 28
Radiologi/ USG, dll
IUFD RL 20 Tpm
Paracetamol tablet
500mg Ranitidine 50mg
Terapi
Ceftriaxone 1 gr
:
ANALISA DATA
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia b.d proses penyakit infeksi virus dengue d.d klien mengatakan
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Proses infeksi d.d Ibu Tn. H
No. M. R. : 21-80-52
D. CATATAN PERKEMBANGAN
Dx Medis : DHF
Tanggal/
No Dx Implementasi SOAP
Jam
14/03/21 1 1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia S:
10.30 2. Memonitor suhu tubuh Ibu Tn H mengatakan anaknya masih
3. Memonitor kadar elektrolit demam
4. Memonitor komplikasi akibat hipertermia O:
5. Menyediakan lingkungan yang dingin Suhu klien masih diatas normal
6. Melonggarkan atau lepaskan pakaian S = 38,5°c
7. Membasahi dan mengkipasi permukaan tubuh A:
8. Melakukan pendinginan eksternal (kompres Masalah belum teratasi
dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila) P:
9. Menganjurkan tirah baring Lanjutkan intervensi : 2,4,5,6,8,10,11
10. Berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena (IUFD RL 20 Tpm)
14/03/21 2 1. Mengidentifikasi kemampuan batuk S:
10.30 2. Memonitor adanya retensi sputum Ibu Tn. H mengatakan anaknya masih
3. Memonitor tanda dan gejala infeksi saluran batuk
napas O:
4. Mengatur posisi semi fowler atau fowler Klien tampak masih batuk
5. Memasang perlak dan bengkok dipangkuan RR : 22x/menit
pasien N : 100x/menit
6. Membuang secret pada tempat sputum A:
7. Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif Masalah belum teratasi
8. Menganjurkan tarik napas dalam melalui hidung P:
selama 4 detik, ditahan selama 2 detik, Lanjutkan intervensi : 1, 4,7, 8, 9, 10
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
9. Menganjurkan mengulangi tarik napas dalam
hingga 3 kali
10. Menganjurkan batuk dengan kuat langsung
setelah tarik napas dalam yang ke 3
14/03/21 3 1. Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang S:
10.30 mengakibatkan kelelahan Klien mengatakan masih lemas
2. Memonitor kelelahan fisik dan emosinal Klien mengatakan masih pusing
3. Memonitor pola dan jam tidur O:
4. Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama Klien tampak masih lemas
melakukan aktivitas TD : 100/80mmHg
5. Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah Keadaan umum : lemah
stimulus Kesadaran : composmentis
6. Memberikan aktivitas distraksi yang A:
menenangkan Masalah belum teratasi
7. Memfasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika P:
tidak dapat berpindah/berjalan Lanjutkan intervensi : 1, 2, 5, 6, 7,8, 9,
8. Menganjurkan tirah baring 10, 11, 12, 13
9. Menganjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
10. Menganjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
11. Mengajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
12. Berkolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
15/03/21 1 1. Memonitor suhu tubuh S:
10.30 2. Monitor komplikasi akibat hipertermia Ibu Tn H mengatakan anaknya masih
3. Menyediakan lingkungan yang dingin demam tapi tidak seperti kemarin
4. Melonggarkan atau lepaskan pakaian O:
5. Melakukan pendinginan eksternal (kompres Kulit klien terasa hangat
dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila) S = 37,6°c
6. Menganjurkan tirah baring A:
7. Berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit Masalah teratasi sebagian
intravena P:
Lanjutkan intervensi : 2, 5, 6, 8, 10, 11
15/03/21 2 1. Mengidentifikasi kemampuan batuk S:
10.30 2. Mengatur posisi semi fowler atau fowle Klien mengatakan masih batuk
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif O:
4. Menganjurkan tarik napas dalam melalui hidung RR = 20x/menit
selama 4 detik, ditahan selama 2 detik, N = 90x/menit
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir A:
mencucu (dibulatkan) selama 8 detik Masalah teratasi sebagian
5. Menganjurkan mengulangi tarik napas dalam P:
hingga 3 kali Lanjutkan intervensi : 1, 4,7, 8, 9, 10
6. Menganjurkan batuk dengan kuat langsung
setelah tarik napas dalam yang ke 3
15/03/21 3 1. Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang S:
10.30 mengakibatkan kelelahan klien mengatakan sudah merasa lebih
2. Memonitor kelelahan fisik dan emosinal baik
3. Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah klien mengatakan masih sedikit lemas
stimulus O:
4. Melakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif Klien tampak masih lemas
5. Memberikan aktivitas distraksi yang TD : 110/80mmHg
menenangkan A:
6. Memfasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika Masalah teratasi sebagian
tidak dapat berpindah/berjalan P:
7. Menganjurkan tirah baring Lanjutkan intervensi : 2, 5, 6, 7, 10, 12,
8. Menganjurkan melakukan aktivitas secara 13
bertahap
9. Menganjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
10. Mengajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
11. Berkolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
16/03/21 1 1. Memonitor suhu tubuh S:
10.30 2. Sediakan lingkungan yang dingin Ibu Tn. H mengatakan anaknya sudah
3. Longgarkan atau lepaskan pakaian tidak demam
4. Melakukan pendinginan eksternal (kompres O:
dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila) Suhu klien sudah kembali normal
5. Menganjurkan tirah baring S = 36,7°C
6. Berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit A:
intravena Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
16/03/21 2 1. Mengidentifikasi kemampuan batuk S:
10.30 2. Mengatur posisi semi fowler atau fowle Klien mengatakan sudah tidak batuk
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif lagi
4. Menganjurkan tarik napas dalam melalui hidung O:
selama 4 detik, ditahan selama 2 detik, Klien tampak lebih baik
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir RR = 15x/menit
mencucu (dibulatkan) selama 8 detik N = 80x/menit
5. Menganjurkan mengulangi tarik napas dalam A:
hingga 3 kali Masalah teratasi
6. Menganjurkan batuk dengan kuat langsung P:
setelah tarik napas dalam yang ke 3 Hentikan intervensi
16/03/21 3 1. Memonitor kelelahan fisik dan emosinal S:
10.30 2. Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah Klien mengatakan sudah merasa lebih
stimulus baik
3. Melakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif Klien mengatakan sudah tidak pusing
4. Memberikan aktivitas distraksi yang O:
menenangkan Klien tampak lebih baik
5. Menganjurkan melakukan aktivitas secara TD : 120/80mmHg
bertahap k/u baik
6. Mengajarkan strategi koping untuk mengurangi kesadaran = composmentis
kelelahan A:
7. Berkolaborasi dengan ahli gizi tentang cara Masalah teratasi
meningkatkan asupan makanan P:
Hentikan intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Putri, Tika Genesha. 2019. Asuhan Keperawatan Pada An. D Dengan Demam
Hemorhagic Fever (Dhf) Di Ruang Rawat Inap Anak Rsud Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2019. Karya Tulis Ilmiah.
http://repo.stikesperintis.ac.id/846/1/26%20TIKA%20GENESHA%20
PUTRI.pdf
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia Definisi dan IndikatorDiagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus
PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. StandarLuaranKeperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus
PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. StandarIntervensiKeperawatanIndonesi
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI