Disusun Oleh :
Nama : Shella Ayu Wandira
NIM : 2108.14901.341
2. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu :
a. Arteri (Pembuluh Nadi)
Arteri meninggalkan jantung pada ventikel kiri dan kanan.
Beberapa pembuluh darah arteri yang penting :
1) Arteri koronaria
Arteri koronaria adalah arteri yang mendarahi dinding jantung
2) Arteri subklavikula
Arteri subklafikula adalah bawah selangka yang bercabang
kanan kiri leher dan melewati aksila
3) Arteri Brachialis
Arteri brachialis adalah arteri yang terdapat pada lengan atas
4) Arteri radialis
Arteri radialis adalah arteri yang teraba pada pangkal ibu jari
5) Arteri karotis
Arteri karotis adalah arteri yang mendarahi kepala dan otak
6) Arteri temporalis
Arteri temporalis adalah arteri yang teraba denyutnya di depan
telinga
7) Arteri facialis
Teraba facialis adalah arteri yang denyutan disudut kanan
bawah
8) Arteri femoralis
Arteri femorais adalah arteri yang berjalan kebawah menyusuri
paha menuju ke belakang lutut
9) Arteri Tibia
Arteri tibia adalah arteri yang terdapat pada kaki
10) Arteri Pulmonalis
Arteri pulmonalis adalah arteri yang menuju ke paru-paru
b. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari
cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari
bawah mikroskop. Kapiler membentuk anyaman di seluruh jaringan
tubuh, kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi
darah yang lebih besar yang disebut vena
c. Vena (pembuluh darah balik)
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung. Beberapa
vena yang penting :
1) Vena Cava Superior
Vena balik yang memasuki atrium kanan, membawa darah
kotor dari daerah kepala, thorax, dan ekstremitas atas
2) Vena Cava Inferior
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua
organ tubuh bagian bawah
3) Vena jugularis
Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung
4) Vena pulmonalis
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari paru-
paru.
3. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian: bagian
cair yang disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel darah.
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh
darah yang berwarna merah. Darah adalah suatu cairan kental yang
terdiri dari sel-sel dan plasma.
Jadi darah adalah jaringan cair yang terdapat dalam pembuluh
darah yang berwarna merah yang cair disebut plasma dan yang padat
di sebut sel darah yang befungsi sabagai transfer makanan bagi sel.
Volume darah pada tubuh yang sehat / organ dewasa terdapat darah
kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah
tersebut pada tiap orang tidak sama tergantung pada umur, pekerjaan,
keadaan jantung atau pembuluh darah.
Tekanan viskositas atau kekentalan dari pada darah lebih
kental dari pada air yaitu mempunyai berat jenis 1.041 – 1.067 dengan
temperatur 380C dan PH 7.37 – 1.45.
Fungsi darah secara umum terdiri dari :
a. Sebagai Alat Pengangkut
1) Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk
diedarkan keseluruh jaringan tubuh
2) Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-
paru
3) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan
dan dibagikan ke seluruh jaringan/alat tubuh
4) Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna
bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan
racun yang akan membinasakan tubuh dengan perantara leukosit,
antibody atau zat-zat anti racun
c. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
Adapun proses pembentukan sel darah (hemopoesis) terdapat
tiga tempat, yaitu : sumsum tulang, hepar dan limpa.
a. Sumsum Tulang
Susunan tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah :
1) Tulang Vertebrae
Vertebrae merupakan serangkaian tulang kecil yang tidak
teratur bentuknya dan saling berhubungan, sehingga tulang
belakang mampu melaksanakan fungsinya sebagai pendukung
dan penopang tubuh. Tubuh manusia mempunyai 33 vertebrae,
tiap vertebrae mempunyai korpus (badan ruas tulang belakang)
terbentuk kotak dan terletak di depan dan menyangga. Bagian
yang menjorok dari korpus di belakang disebut arkus neoralis
(Lengkung Neoral) yang dilewati medulla spinalis, yang
membawa serabut dari otak ke semua bagian tubuh. Pada
arkus terdapat bagian yang menonjol pada vertebrae dan
dilekati oleh otot-otot yang menggerakkan tulang belakang
yang dinamakan prosesus spinosus
2) Sternum (tulang dada)
Sternum adalah tulang dada. Tulang dada sebagai pelekat
tulang kosta dan klavikula. Sternum terdiri dari manubrium
sterni, corpus sterni, dan processus xipoideus
3) Costa (Tulang Iga)
Costa terdapat 12 pasang, 7 pasang Costa vertebio sterno, 3
pasang costa vertebio condralis dan 2 pasang costa
fluktuantes. Costa dibagian posterior tubuh melekat pada
tulang vertebrae dan di bagian anterior melekat pada tulang
sternum, baik secara langsung maupun tidak langsung, bahkan
ada yang sama sekali tidak melekat.
b. Hepar
Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar pada
tubuh manusia. Organ ini terletak di bagian kanan atas abdomen di
bawah diafragma, kelenjar ini terdiri dari 2 lobus yaitu lobus dextra
dan ductus hepatikus sinestra, keduanya bertemu membentuk
ductus hepatikus comunis. Ductus hepaticus comunis menyatu
dengan ductus sistikus membentuk ductus coledakus.
c. Limpa
Limpa terletak dibagian kiri atas abdomen, limpa terbentuk
setengah bulan berwarna kemerahan, limpa adalah organ
berkapsula dengan berat normal 100 – 150 gram. Limpa
mempunyai 2 fungsi sebagai organ limfaed dan memfagosit
material tertentu dalam sirkulasi darah. Limpa juga berfungsi
menghancurkan sel darah merah yang rusak.
C. Etiologi DHF
Penyakit DHF merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue dan disebarkan oleh nyamuk terutama spesies nyamuk Aedes
aegypti. Nyamuk penular dengue tersebut hampir ditemukan di seluruh
pelosok Indonesia, kecuali di tempat yang ketinggiannya lebih dari 1000
meter di atas permukaan laut (Maulana, 2020).
Penyebab penyakit adalah virus dengue kelompok Arbovirus B, yaitu
arthropod-bornevirus atau virus yang disebabkan oleh artropoda. Virus ini
termasuk genus Flavivirus dan family Flaviviridae. Sampai saat ini dikenal
ada 4 serotipe virus yaitu :
a. Dengue 1 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.
b. Dengue 2 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.
c. Dengue 3 diisolasi oleh Sather.
d. Dengue 4 diisolasi oleh Sather
Keempat virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia dan yang terbanyak adalah tipe 2 dan tipe 3. Penelitian di
Indoneisa menunjukkan Dengue tipe 3 merupakan serotipe virus yang
dominan menyebabkan kasus DHF yang berat. Infeksi salah satu serotipe
akan menimbulkan antibody terhadap serotipe yang bersangkutan,
sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap
serotipe lain.
D. Manifestasi Klinis DHF
Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Ichsan et al.,
2020) :
a. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai
dengan dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut :
1. Nyeri kepala
2. Nyeri retro-orbital
3. Myalgia atau arthralgia
4. Ruam kulit
5. Manifestasi perdarahan seperti petekie atau uji bending positif
6. Leukopenia
7. Pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan DD/DBD yang
sudah di konfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
b. Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria WHO 2016 diagnosis DHF ditegakkan bila
semua hal dibawah ini dipenuhi :
1. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya
bersifat bifastik
2. Manifestasi perdarahan yang berupa :
a) Uji tourniquet positif
b) Petekie, ekimosis, atau purpura
c) Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran
cerna, tempat bekas suntikan
d) Hematemesis atau melena
3. Trombositopenia <100.000/ul
4. Kebocoran plasma yang ditandai dengan
a) Peningkatan nilai hematokrit > 20% dari nilai baku sesuai umur
dan jenis kelamin
b) Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan
yang adekuat
5. Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi
pleura
c. Sindrom syok dengue
Seluruh kriteria DHF diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi
yaitu :
1. Penurunan kesadaran, gelisah
2. Nadi cepat, lemah
3. Hipotensi
4. Tekanan darah turun < 20 mmHg
5. Perfusi perifer menurun
6. Kulit dingin lembab
E. Klasifikasi DHF
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu (Bayes & Neighbor, 2021) :
a. Derajat I yaitu demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya
manifestasi perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia,
himokonsentrasi.
b. Derajat II yaitu seperti derajat I, disertai dengan perdarahan spontan
pada kulit atau perdarahan di tempat lain.
c. Derajat III yaitu ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi
cepat dan lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg atau kurang)
atau hipotensi disertai dengan sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan
lembab dan anak tampak gelisah.
d. Derajat IV yaitu syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
teratur
F. Patofisiologi DHF
Fenomena patologis menurut (Santosa, 2020), yang utama pada
penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang
mengakibatkan terjadinya perembesan atau kebocoran plasma, peningkatan
permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma
yang secara otomatis jumlah trombosit berkurang, terjadinya hipotensi
(tekanan darah rendah) yang dikarenakan kekurangan haemoglobin,
terjadinya hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit > 20%) dan renjatan
(syok). Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh
penderita adalah penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bitnik-bintik merah pada kulit
(petekie), sakit tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti
pembesaran limpa (splenomegali).
Hemokonsentrasi menunjukkan atau menggambarkan adanya
kebocoran atau perembesan plasma ke ruang ekstra seluler sehingga nilai
hematocrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh
karena itu, pada penderita DHF sangat dianjurkan untuk memantau
hematocrit darah berkala untuk mengetahuinya. Setelah pemberian cairan
intravena peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma
telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal
jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita
akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang
buruk bahkan bisa mengalami renjatan dan apabila tidak segera ditangani
dengan baik maka akan mengakibatkan kematian. Sebelumnya terjadinya
kematian biasanya dilakukan pemberian transfusi guna menambah semua
komponenkomponen di dalam darah yang telah hilang.
G. Web of Caution DHF
Nyamuk mengandung
virus Dengue
Menggigit manusia
Hipertemi
Defisit nutrisi
Pelepasan peptida
Pembebasan histamin
Peningkatan permeabilitas
dinding pembuluh darah
Plasma banyak
Kebocoran plasma mengumpul pada
jaringan interstitial tubuh
Nutrisi dan O2 ke
Hipovolemi Menekan syaraf C
jaringan menurun
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan atau implementasi adalah tindakan yang di
rencanakan dalam rencana keperawatan (Tarwoto Wartonah, 2015).
Perawat melakukan pengawasan terhadap efektifitas intervensi yang
dilakukan, bersamaan pula menilai perkembangan pasien terhadap
pencapaian tujuan atau hasil yang diharapkan. Pelaksanaan atau
implementasi keperawatan adalah suatu komponen dari proses
keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan di
mana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan
diselesaikan
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dalam proses
keperawatan dengan cara menilai sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi yang dilakukan pada pasien
dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh pasien pada anak DHF.
Dalam perumusan evaluasi keperawatan menggunakan SOAP, yaitu:
1) S (Subjektif) merupakan data berupa keluhan pasien
2) O (Objektif) merupakan hasil dari pemeriksaan
3) A (Analisa Data) merupakan pembanding data dengan teori
4) P (Perencanaan) merupakan tindakan selanjutnya yang akan
dilakukan oleh perawat
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z., Milanda, T., & Suwantika, A. A. (2019). Cost-effectivity of standardized-
herbal medicine for DHF inpatients in a primary health center. Journal of
Advanced Pharmacy Education and Research, 9(4), 19–23.
Bayes, N., & Neighbor, K. (2021). Classification of Dengue Hemorrhagic Fever (
DHF ) Spread in Bandung using Hybrid. 7(1), 10–20.
https://doi.org/10.34818/ijoict.v7i1.562
Ichsan, A. A., Berawi, K. N., Prameswari, N. P., & Wahyunindita, R. N. (2020).
Prediktor Komplikasi Dengue Shock Syndrome (DSS) pada Pasien Pediatri
dengan Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) Predictors For Dengue Shock
Syndrome ( DSS ) Complications In Pediatric Dengue Hemorrhagic Fever (
DHF ) Patients. Medula, 10(1), 134–141.
Maulana, S. (2020). PENGARUH BIOLARVASIDA DAUN TANAMAN SEBAGAI
KONTROL VEKTOR NYAMUK AEDES AEGYPTI PENYEBAB DEMAM
BERDARAH: LITERATURE REVIEW. Jurnal Bagus, 02(01), 402–406.
Nurindra, R. W. (2015). GAMBARAN UPAYA PENCARIAN PENGOBATAN
PENDERITA DBD DI KOTA SUKABUMI TAHUN 2012. 11(01), 15–22.
Santosa, B. J. (2020). Challenges inAgainst DHF intheTropical Area. 4(6), 187–
191.
Setyadevi, S. N., & Rokhaidah, R. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Anak
Dengan Dengue Hemmorhagic Fever (Dhf) : Sebuah Study Kasus. Jurnal
Keperawatan Widya Gantari Indonesia, 4(2), 67.
https://doi.org/10.52020/jkwgi.v4i2.1825