DISUSUN OLEH :
2021032067
CI LAHAN CI INSTITUSI
CI INSTITUSI
LAPORAN PENDAHULUAN
DBD
A. DEFINISI
Demam berdarah dengue/DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau
penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrome renjatan dengue (dengue shock syndrome)
adal demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.
B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Jantung
Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak didalam thorax, diantara paru-
paru, agak lebih kearah kiri.
2. Pembuluh darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu :
a. Arteri (Pembuluh Nadi)
Arteri meninggalkan jantung pada ventikel kiri dan kanan. Beberapa pembuluh darah
arteri yang penting :
1) Arteri koronaria
Arteri koronaria adalah arteri yang mendarahi dinding jantung
2) Arteri subklavikula
Arteri subklafikula adalah bawah selangka yang bercabang kanan kiri leher dan
melewati aksila.
3) Arteri Brachialis
Arteri brachialis adalah arteri yang terdapat pada lengan atas
4) Arteri radialis
Arteri radialis adalah arteri yang teraba di pangkal ibu jari
5) Arteri karotis
Arteri karotis adalah arteri yang mendarahi kepala dan otak
6) Arteri temporalis
Arteri temporalis adalah arteri yang teraba denyutannya di depan telinga
7) Arteri ficialis
Teraba facialis adalah arteri yang denyutannya di sudut kanan bawah
8) Arteri femoralis
Arteri femoralis adalah arteri yang berjalan kebawah menyusuri paha menuju ke
belakang lutut
9) Arteri tibia
Arteri tibia adalah arteri yang terdapat pada kaki
10) Arteri pulmonalis
Arteri pulmonalis adalah arteri menuju ke paru paru
b. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari cabang terhalus
dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah mikcroskop. Kapiler membentuk
anyaman di seluruh jaringan tubuh, kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain
menjadi darah yang lebih besar yang disebut vena.
c. Vena (pembuluh darah balik)
Vena membawa darah ke kotor kembali ke jantung. Beberapa vena yang penting :
1) Vena cava superior
Vena balik yang memasuki artrium kanan, membawa darah kotor dari daerah
kepala, thorax, ekstermita atas.
2) Vena cava inferior
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua organ tubuh bagian
bawah.
3) Vena jugularis
Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung
4) Vena pulmonalis
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari paru – paru
3. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian: bagian cair yang disebut
plasma dan bagian padat yang disebut sel darah. Darah adalah suatu jaringan tubuh yang
terdapat didalam pembuluh darah yang berwarna merah. Darah adalah suatu cairan kental
yang terdiri dari sel-sel dan plasma. Fungsi darah secara umum terdiri dari :
a. Sebagai Alat Pengangkut
1) Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh
jaringan tubuh.
2) Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru- paru.
3) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan ke
seluruh jaringan/alat tubuh.
4) Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk
dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan
membinasakan tubuh dengan perantara leukosit, antibody atau zat-zat anti racun.
c. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
C. ETIOLOGI
DBD di sebabakan oleh arbonvirus (Orthopodborn virus) dan ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes aegypty. Nyamuk ini suka menggigit saat pagi hari antara jam 9 sampai
10 pagi. Maka dari itu yang banyak terserang anak-anak karena mereka banyak bermain
antara jam 9 – 10 pagi.
Virus dengue, termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4 serotipe
virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan
DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibody terhadap
serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotype lain sangat
kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain
tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah
di Indonesia.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2 – 7 hari (tanpa sebab jelas)
2. Perdarahan
Terdapat bintik- bintik merah pada tubuh
3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
4. Syok yang ditandai dengan nadi yang menurun, tekanan darah menurun, disertai kulit
teraba dingin dan lembab
5. Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna, tempat bekas suntikan d)
Hematemesis atau melena
6. Trombositopenia <100.00/ul
7. Kebocoran plasma yang ditandai dengan Peningkatan nilai hematocrit 20% dari nilai
baku sesuai umur dan jenis kelamin
8. Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan yang adekuat
E. KOMPLIKASI
dalam sel-sel tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan
dapat dilihat pada uji torniquet positif, ptekie, ekimosis, dan perdarahan saluran
2. Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7 yang
vena, penurunan volume sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi 13 disfungsi
atau penurunan perfusi organ. DSS juga disertai kegagalan hemeostasis yang
curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan
kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan
dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel
kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan lebih
4. Efusi Pleura Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga pleura dan
adanya dipsnea.
F. PATOFISIOLOGI
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal
tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga
menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin) terjadinya: peningkatan
suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah yang
menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel yang
menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi 16 akibat dari penurunan produksi
trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus.
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti
petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya kehilangan
kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut
dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok. Masa
virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di
seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain
yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati atau hepatomegali.
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus antibodi.
Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan di
lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah
yang mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler. Pembesaran
plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi hipotensi,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan atau syok. Hemokonsentrasi
atau peningkatan hematokrit >20% menunjukan atau menggambarkan adanya kebocoran atau
perembesan sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan ditemukan
cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium, pleura, dan perikardium
yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian
cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukan kebocoran plasma telah teratasi,
sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi kecepatan dan jumlahnya untuk
mencegah terjadi edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang
cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang
buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama
akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi
dengan baik.
G. PATHWAY
Menggigit manusia
Pelepasan peptida
Mual, muntah
Pembebasan
Ketidakseimbangan Nutrisi
histamin
Kurang dari Kebutuhan tubuh
Peningkatan permeabilitas
dinding pembuluh darah
Plasma banyak
Kebocoran plasma mengumpul pada
Hb turun jaringan interstitial
tubuh
Nutrisi dan O2 ke jaringann Perdarahan ekstraseluler
Oedema
menurun
Nyeri akut
Intoleransi aktivitas
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan darah lengkap Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa
kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang
selalu dijumpai pada DHF merupakan indikator terjadinya perembesan plasma.
2. Uji Serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test)
Uji serologi didasarkan atas timbulnya antibody pada penderita yang terjadi setelah
infeksi. Untuk menentukan kadar antibody atau antigen didasarkan pada manifestasi
reaksi antigen-antibody. Ada tiga kategori, yaitu primer, sekunder, dan tersier. Reaksi
primer merupakan reaksi tahap awal yang dapat berlanjut menjadi reaksi sekunder
atau tersier. Yang mana tidak dapat dilihat dan berlangsung sangat cepat, visualisasi
biasanya dilakukan dengan memberi label antibody atau antigen dengan flouresens,
radioaktif, atau enzimatik. Reaksi sekunder merupakan lanjutan dari reaksi primer
dengan manifestasi yang dapat dilihat secara in vitro seperti prestipitasi, flokulasi, dan
aglutinasi. Reaksi tersier merupakan lanjutan reaksi sekunder dengan bentuk lain yang
bermanifestasi dengan gejala klinik.
3. Uji hambatan hemaglutinasi
Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG berdasarkan pada
kemampuan antibody-dengue yang dapat menghambat reaksi hemaglutinasi darah
angsa oleh virus dengue yang disebut reaksi hemaglutinasi inhibitor (HI).
4. Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test) Merupakan uji serologi yang paling
spesifik dan sensitif untuk virus dengue. Menggunakan metode plague reduction
neutralization test (PRNT). Plaque adalah daerah tempat virus menginfeksi sel dan
batas yang jelas akan dilihat terhadap sel di sekitar yang tidak terkena infeksi.
5. Uji ELISA anti dengue Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji
Hemaglutination Inhibition (HI). Dan bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsip
dari metode ini adalah mendeteksi adanya antibody IgM dan IgG di dalam serum
penderita.
6. Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade
II) di dapatkan efusi pleura
I. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Tanpa Syok Penatalaksanaan disesuaikan
dengan gambaran klinis maupun fase, dan untuk diagnosis DHF pada derajat I dan II
menunjukkan bahwa anak mengalami DHF tanpa syok sedangkan pada derajat III dan
derajat IV maka anak mengalami DHF disertai dengan syok. Tatalaksana untuk anak
yang dirawat di rumah sakit meliputi :
1. Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air sirup, susu untuk
mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah, dan diare.
2. Berikan parasetamol bila demam, jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena
dapat merangsang terjadinya perdarahan.
3. Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang
a) Berikan hanya larutan isotonik seperti ringer laktat atau asetat.
b) Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam.
c) Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah
cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 24-48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan
setelah pemberian cairan.
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1. Hipertermia berhubungan NOC: NIC :
dengan dehidrasi, Thermoregulasi - Monitor suhu sesering
Setelah dilakukan mungkin
peningkatan laju tindakan keperawatan - Monitor warna dan
metabolisme selama 2 x 24 Jam suhu kulit
diharapkan suhu tubuh - Monitor tekanan darah,
DO/DS: klien kembali normal nadi dan RR
- kenaikan suhu dengan kriteria hasil : - Monitor penurunan
tubuh diatas - Suhu tubuh tingkat kesadaran
rentang normal dalam batas - Monitor WBC, Hb, dan
- serangan atau normal. Hct
konvulsi (kejang) - Nadi dan RR - Monitor intake dan
- kulit kemerahan dalam rentang output
- pertambahan RR normal - Berikan anti piretik:
- takikardi - Tidak ada - Selimuti pasien
- Kulit teraba panas/ perubahan - Berikan cairan
hangat warna kulit dan intravena
tidak ada - Kompres pasien pada
pusing, merasa lipat paha dan aksila
nyaman - Tingkatkan sirkulasi
udara
- Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
- Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
- Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
- Monitor hidrasi
seperti turgor kulit,
kelembaban membran
mukosa.
2. Ketidakseimbangan nutrisi NOC: NIC :
kurang dari kebutuhan a. Nutritional status: Kaji adanya alergi
Adequacy of nutrient makanan
tubuh Berhubungan b. Nutritional Status : Kolaborasi dengan ahli
dengan : Ketidakmampuan food and Fluid Intake gizi untuk menentukan
c. Weight Control jumlah kalori dan nutrisi
untuk memasukkan atau
Setelah dilakukan yang dibutuhkan pasien
mencerna nutrisi oleh tindakan keperawatan Yakinkan diet yang
karena faktor biologis, selama …. nutrisi kurang dimakan mengandung
teratasi dengan indikator: tinggi serat untuk
psikologis atau ekonomi.
- Albumin serum mencegah konstipasi
DS: - Pre albumin serum Ajarkan pasien
- Nyeri abdomen - Hematokrit bagaimana membuat
- Muntah - Hemoglobin catatan makanan harian.
- Kejang perut - Total iron binding Monitor adanya
- Rasa penuh tiba-tiba capacity penurunan BB dan gula
setelah makan - Jumlah limfosit darah
DO: Monitor lingkungan
- Diare selama makan
- Rontok rambut yang Jadwalkan pengobatan
berlebih dan tindakan tidak
- Kurang nafsu makan selama jam makan
- Bising usus berlebih Monitor turgor kulit
- Konjungtiva pucat Monitor kekeringan,
- Denyut nadi lemah rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar Ht
Monitor mual dan
muntah
Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor intake nuntrisi
Informasikan pada klien
dan keluarga tentang
manfaat nutrisi
Kolaborasi dengan
dokter tentang kebutuhan
suplemen makanan
seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan
yang adekuat dapat
dipertahankan.
Atur posisi semi fowler
atau fowler tinggi selama
makan
Kelola pemberan anti
emetik:.....
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV
line
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oval
3. Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan : a. Pain Level, - Lakukan pengkajian
Agen injuri (biologi, b. pain control, nyeri secara
kimia, fisik, psikologis), c. comfort level komprehensif termasuk
kerusakan jaringan Setelah dilakukan lokasi, karakteristik,
DS: tinfakan keperawatan durasi, frekuensi,
- Laporan secara verbal selama …. Pasien tidak kualitas dan faktor
DO: mengalami nyeri, dengan presipitasi
- Posisi untuk menahan kriteria hasil: - Observasi reaksi
nyeri - Mampu mengontrol nonverbal dari
- Tingkah laku berhati- nyeri (tahu penyebab ketidaknyamanan
hati nyeri, mampu - Bantu pasien dan
- Gangguan tidur (mata menggunakan tehnik keluarga untuk mencari
sayu, tampak capek, nonfarmakologi untuk dan menemukan
sulit atau gerakan kacau, mengurangi nyeri, dukungan
menyeringai) mencari bantuan) - Kontrol lingkungan yang
- Terfokus pada diri - Melaporkan bahwa dapat mempengaruhi
sendiri nyeri berkurang dengan nyeri seperti suhu
- Fokus menyempit menggunakan ruangan, pencahayaan
(penurunan persepsi manajemen nyeri dan kebisingan
waktu, kerusakan proses - Mampu mengenali - Kurangi faktor
berpikir, penurunan nyeri (skala, intensitas, presipitasi nyeri
interaksi dengan orang frekuensi dan tanda - Kaji tipe dan sumber
dan lingkungan) nyeri) nyeri untuk menentukan
- Tingkah laku distraksi, - Menyatakan rasa intervensi
contoh : jalan-jalan, nyaman setelah nyeri - Ajarkan tentang teknik
menemui orang lain berkurang non farmakologi: napas
dan/atau aktivitas, - Tanda vital dalam dala, relaksasi, distraksi,
aktivitas berulang- rentang normal kompres hangat/ dingin
ulang) - Tidak mengalami - Berikan analgetik untuk
- Respon autonom gangguan tidur mengurangi nyeri
(seperti diaphoresis, - Tingkatkan istirahat
perubahan tekanan - Berikan informasi
darah, perubahan nafas, tentang nyeri seperti
nadi dan dilatasi pupil) penyebab nyeri, berapa
- Perubahan autonomic lama nyeri akan
dalam tonus otot berkurang dan antisipasi
(mungkin dalam rentang ketidaknyamanan dari
dari lemah ke kaku) prosedur
- Tingkah laku ekspresif - Monitor vital sign
(contoh : gelisah, sebelum dan sesudah
merintih, menangis, pemberian analgesik
waspada, iritabel, nafas pertama kali
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
4. Kekurangan volume NOC: NIC :
cairan Berhubungan a. Fluid balance - Pertahankan catatan
b. Hydration intake dan output
dengan Kehilangan
c. Nutritional Status : yang akurat
volume cairan secara aktif Food and Fluid - Monitor status hidrasi
DS : Intake (kelembaban
- Haus Setelah dilakukan membran mukosa,
DO: tindakan keperawatan nadi adekuat, tekanan
- Penurunan turgor selama….. defisit darah ortostatik), jika
kulit/lidah volume cairan teratasi diperlukan
- Membran mukosa/kulit dengan kriteria hasil: - Monitor hasil lab
kering - Mempertahankan yang sesuai dengan
- Peningkatan denyut urine output sesuai retensi cairan (BUN ,
nadi, penurunan dengan usia dan BB, Hmt , osmolalitas
tekanan darah, BJ urine normal, urin, albumin, total
penurunan - Tekanan darah, nadi, protein )
volume/tekanan nadi suhu tubuh dalam - Monitor vital sign
- Pengisian vena batas normal setiap 15menit – 1
menurun - Tidak ada tanda tanda jam
- Perubahan status dehidrasi, Elastisitas - Kolaborasi
mental turgor kulit baik, pemberian cairan IV
- Konsentrasi urine membran mukosa - Monitor status nutrisi
meningkat lembab, tidak ada - Berikan cairan oral
- Temperatur tubuh rasa haus yang - Berikan penggantian
meningkat berlebihan nasogatrik sesuai
- Kehilangan berat badan - Orientasi terhadap output (50 –
secara tiba-tiba waktu dan tempat 100cc/jam)
- Penurunan urine output baik - Dorong keluarga
- HMT meningkat - Jumlah dan irama untuk membantu
- Kelemahan pernapasan dalam pasien makan
batas normal - Kolaborasi dokter
- Elektrolit, Hb, Hmt jika tanda cairan
dalam batas normal berlebih muncul
- pH urin dalam batas meburuk
normal - Atur kemungkinan
- Intake oral dan tranfusi
intravena adekuat - Persiapan untuk
tranfusi
- Pasang kateter jika
perlu
- Monitor intake dan
urin output setiap 8
jam
4. Implementasi
Implementasi adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan yang
telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai
dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan
interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada
situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis.
5. Evaluasi
Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang
sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien. Evaluasi merupakan tahap terakhir dari
proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah
dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam
perencanaan
DAFTAR PUSTAKA
Harmawan. 2018. Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta.
Johnson, M.,et all, 2017. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. IOWA
Intervention Project: Mosby