Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN LES
(LUPUS ERITEMATOSUS
Disusun oleh:
SISTEMIK )
Heniawati
Susilawati
Use Ahmad
Yasirotul Muniroh
Pengertian Sistemik Lupus Eritematosus (SLE) 

Sistemik Lupus Eritematosus (SLE) adalah penyakit penyakit


multisistem yang disebabkan oleh kerusakan jaringan akibat deposisi
immune complex di mana sistem kekebalan tubuh mulai bertindak
melawan organ dan jaringan sendiri. Ini adalah penyakit yang tidak
mudah untuk didiagnosa karena terdapat gejala yang mungkin hadir
dalam keragaman organ dalam tubuh yang membuatnya menjadi
penyakit kompleks.
Biasanya, organ yang terkena paling umum adalah kulit
yang terkena di 70-80% kasus lupus eritematosus sistemik.
Ruam kupu-kupu khas sangat unik untuk penyakit ini dan
digunakan oleh diagnosticians untuk mendeteksi penyakit
ini.
Etiologi

• Faktor genetic
• Faktor Humoral
• Faktor lingkungan
• Kontak dengan sinar matahari
• Infeksi virus/bakteri
• Obat golongan sulva
• Penghentian lehamilan
• trauma psikis
Patofisiologis

SLE merupakan penyakit kronis yang terjadi akibat disfungsi sistem


imun, pengenalan self-antigen sebagai benda asing yang berakibat
kepada inflamasi dan kerusakan tisu dan organ etiologic SLE adalah
multifactorial dan merupakan interaksi multifactorial antara factor
genetic, hormonal factor lingkungan dan auto antibody.
• Kepekaan genetik pada SLE
Munculnya SLE pada kembar identik, peningkatan frekuensi
SLE pada first degree relatives dan peningkatan resiko terjadinya
SLE pada saudara kandung membuktikan adanya factor genetik
yang berperan pada terjadinya SLE.
Gen yang banyak diteliti pada penderita SLE adalah gen untuk
major histocompatibility (MHC). Kepekaan terhadap SLE
melibatkan gen polimorfik MHC class II. MHC class II allotypes
HLA-DR2 dan -DR3 dikatakan berhubungan dan berkorelasi
positif terhadap terjadinya SLE.
• Seks dan pengaruh hormone pada SLE
SLE adalah predominan pada wanita. Onset pertama SLE
biasanya setelah pubertas dan sebeum menopause. Didapatkan
metabolisme estrogen yang abnormal pada penderita SLE yaitu
peningkatan 16α hydroxylation of estrone sehingga terjadinya
peningkatan konsentrasi 16α hydroxyestrone. Metabolit
terhidroksilasi ini membawa efek tumerogenic estrogen pada tubuh.
• Faktor lingkungan
Paparan kepada cahaya matahari dikenal sebagai faktor yang
bias menginduksia dan menyebabkan eksaserbasi lupus sistemik
dan kutaneus. Sinar UV, khususnya UVB merupakan trigger utama
pada penderita SLE. Studi terbaru menyataka paparan terhadap
sinar UV menyebabkan kematian sel keratinosit yang akhirnya
menyebabkan peningkatan antigen sitoplasma dan nucleus. Ini bias
menginduksi system imun dan memprovokasi autoimuniti.
• Auto antibodi
Gangguan imunologi utama pada pasien SLE adalah adanya
produksi autontibodi. Autoantibodi ini tertuju kepada molekul self
yang ditemukan pada nukleus, sitoplasma, dan permukaan sel.
Antinuclear antibody (ANA) adalah karakteristik dan ditemukan
pada hampir 95% pasien. Anti-double stranded DNA (anti dsDNA)
dan anti-smith juga merupakan ciri khas SLE. Antigen untuk Anti-
Sm adalah small nuclear ribonucleoprotein (snRNP).
Berikut tabel dibawah, jenis autoantibody yang berperan dalam
SLE dan prevalensinya.

Incidence % Antigen detected Clinical importance


Antinuclear antibodies 98 Multiple nuclear Substrat sel manusia lebih
sensitive dari murine.
Pemeriksaan negatif yang
berturut-turut menyingkirkan
SLE.
Anti-DNA 70 DNA(ds) Spesifik untuk SLE;Anti-
ssDNAtidak.Titer yang tinggi
berkorelasi dengan nephritis dan
tingkat aktivitas SLE.
Anti-Sm 30 Protein complexed to 6 Spesifik untuk SLE.
species or small nuclear RNA
Anti-RNP 40 Protein Titer tinggi pada sindrom dengan manifestasi
complexed to polimyositis,scleroderma,lupus dan mixed
U1RNA connective tissue disease.Jika + tanpa anti-
DNA,resiko untuk nephritis rendah.
Anti-Ro(SS-A) 30 Protein Berhubungan dengan Sjorgen’s Syndrome,subacute
complexed to y1- cutaneus lupus,inherited C’ deficiencies,ANA-
y5 RNA. negative lupus,lupus in eldery,neonatal
lupus,congenital heart block.Dapatmenyebabkan
nephritis.
Anti-La(SS-B) 10 Phosphoprotein Selalu berhubungan dengan anti-Ro.Resiko
nephritis rendah bila +.Berhubungan dengan
Sjorgen’s Synd.
Antihistone 70 Histones Lebih banyak pada drug induced lupus(95%)
daripada spontaneous lupus.
Antiphospholipid 50 Phospholipid 3 tipe- lupus
anticoagulan(LA),anticardiolipin(aCL
),dan false-positive test for
syphilis(BFP).LA dan aCL
berhubungan dengan clotting,fetal
loss,thrombocytopenia,valvular heart
disease.Antibodi pada β2-glycoprotein
I bagian dari grup ini.

Antierythrocyte 60 Erythrocyte Jumlah sedikit dari antibody ini dapat


mrnnyebabkan hemolisis.
Antiplatelet 30 Platelet surface + cytoplasma Berhubungan dengan thrombocytopenia
pada 15% penderita.
Antilymphocyte 70 Lymphocyte surface Kemungkinan berhubungan dengan
leukopenia dan abnormal fungsi sel T.

Antiribosomal 20 Ribosomal P protein Berhubungan dengan psikosis atau


depresi dengan CNS SLE.
GEJALA KLINIS
• Wanita muda
• Gejala konstitusional
• Muskuloskeletal
• Kulit
• Ginjal
• Gastrointestinal
• Paru-paru
• Jantung
• Retikulo-endotel
• Hematologi
• Neuropsikiatri
• Kecurigaan terhadap adanya LES jika terdapat dua atau lebih tanda gejala diatas.
PENATALAKSANAAN
Penderita SLE tidak dapat sembuh sempurna (sangat jarang didapatkan
remisi yang sempurna).Meskipun begitu dokter  bertugas untuk
memanage dan mengkontrol supaya fase akut tidak terjadi. Tujuan
pengobatan selain untuk menghilangkan gejala, juga memberi pengertian
dan semangat kepada penderita untuk dapat bekerja dan melakukan
kegiatan sehari-hari.
LANJUTAN…
Beberapa prinsip dasar tindakan pencegahan eksaserbasi pada SLE, yaitu:
1.Monitoring teratur
2.Penghematan energi dengan istirahat terjadwal dan tidur cukup
3.Fotoproteksi dengan menghindari kontak sinar matahari atau dengan
pemberian sun screen lotion untuk mengurangi kontak dengan sinar matahari
4.Atasi infeksi dengan terapi pencegahan pemberian vaksin dan antibiotik
yang adekuat.
5.Rencanakan kehamilan/hindari kehamilan .
 
TES DIAGNOSTIK
1. Manifestasi sendi
2. Depresi dari hemoglobin,sel darah putih,sel darah
merah,trombosit
3. Tes serologi ynag positif(ANA,anti-native DNA,serum
complemen yang rendah). Diagnosis pasti dapat ditegakan
bila 4 atau lebih dari 11 kriteria ARA terpenuhi.
Pemeriksaan Penunjang
1). Hemoglobin, lekosit, hitung jenis sel, laju endap darah
(LED)
2). Urin rutin dan mikroskopik, protein kwantitatif 24 jam,
dan bila diperlukan kreatinin urin
4). Kimia darah (ureum, kreatinin, fungsi hati, profil lipid)
5). PT, aPTT pada sindroma antifosfolipid
6). Serologi ANA, anti-dsDNA, komplemen (C3,C4)
7). Foto polos thorax
KOMPLIKASI

1. Penyakit ginjal
2. Kelainan sistem syaraf
3. Penggumpalan darah
4. Kardiovaskular
5. Paru-paru
6. Otot dan kerangka tubuh
7. kulit
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Identitas
Nama umur, jenis kelamain,agama, pendidikan pekerjaan, no cm, tanggal masuk RS.
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan
Pengkajian
1. Keadaan umum
2. Kesadaran
3. Tanda2 vital
4. Body sistem
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis berhubungan dengan ketidak mampuan fisik-psikososial kronis (injuri
neurologis, arthritis).
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan inflamasi
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak
mampuan untuk memasukkan nutrisi karena gangguan pada mukosa mulut
4. Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang buruk karena suatu penyakit
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan deficit imunologi
PERENCANAAN/INTERVENSI
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN (NOC) (NIC)
1 Nyeri kronis 1. Comfort level Pain management
berhubungan dengan 2. Pain control 1. Monitor kepuasan pasien
ketidak mampuan 3. Pain level terhadap manajemen
fisik-psikososial kronis Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri
(metastase kanker, selama 24 jam nyeri kronis pasien berkurang dengan 2. Tingkat istirahat dan tidur
injuri neurologis, kriteria hasil: yang adekuat
arthritis). 4. Tidak ada gangguan tidur 3. Kelola antianalgesik
  5. Tidak ada gangguan konsetrasi 4. Jelaskan pada pasien
  6. Tidak ada gangguan hubungan intrerpersonal penyebab nyeri
7. Tidak ada ekspresi menahan nyeri dan ungkapan 5. Lakukan tehnik
secara verbal nonfarmakologis
8. Tidak ada tegangan otot ( relaksasi masase
  punggung)
 
 
2 Peningkatan suhu Thermoregulasi 1. Monitor suhu sesering mungkin
tubuh berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan 2. Monitor TD, nadi dan RR
dengan inflasi tindakan selama 24 jam pasien 3. Monitor WBC,Hb dan Hct
  menunjukan kriteria hasil : 4. Monitor intake dan output
  1. Suhu tubuh dalam batas 5. Berikan antipiretik sesuai advis
normal dokter
2. Nadi dan RR dalam rentang 6. Selimuti pasien
normal 7. Berikan cairan intravena
3. Tidak ada perubahan 8. Kompres pasien pada lipat paha dan
warna kulit dan tidak ada aksila
pusing, pasien merasa 9. Tingkatkan sirkulasi udara
nyaman 10. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
  11. Monitor hidrasi seperti turgor kulit,
  kelembaban mukosa
   
 
 
 
 
3 Kerusakan integritas kulit 1. Tissue integrity : Skin and mucous 1. Anjurkan pasien
berhubungan dengan deficit imunologi membrane untuk
  2. Wound healing primer dan sekunder menggunakan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan pakaian yang
keperawatan selama 2x 24 jam kerusakan longgar
integritaskulit berkurang dengan kriteria 2. Hindari kerutan
hasil : pada tempat tidur
3. Intergritas kulit yang baik bisa 3. Jaga kebersih dan
dipertahankan (sensai, elastisitas, kering
temperature, hidrasi, pigmentasi) 4. Monitor kulit akan
4. Tidak ada luka/lesi pada kulit adanya kemerahan
5. Perfusi jaringan baik 5. Mobilasasi pasien (
6. Menujukkan pemahaman dalam ubah posisi pasien)
proses perbaikan kulit dan mencegah setiap dua jam
terjadinya cedera berulang sekali
  6. Oleskan lotion
  atau minyak pada
daerah yang
tertekan
7. Monitor status
nutrisi pasien
8. Monitor status
nutrisi pasien
 
IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang dimulai setelah
perawat menyusun rencana keperawatan. Implementasi keperawatan adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi ke status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.
EVALUASI

Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan rencana tentag kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah ditetapkan, dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan sesame tenaga kesehatan.
TERIMAKASIH….

Anda mungkin juga menyukai