HIDRONEFROSIS
DI RUANG PANDAN II RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
Oleh :
Elly Ardianti, S.Kep 131913143046
1. Ginjal
Ginjal manusia berjumlah 2 buah, terletak dipinggang, sedikit dibawah
tulang rusuk bagian belakang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah
dibanding ginjal kiri. Mempunyai ukuran panjang 7 cm dan tebal 3 cm.
Terbungkus dalam kapsul yang terbuka kebawah. Diantara ginjal dan
kapsul terdapat jaringan lemak yang membantu melindungi ginjal
terhadap goncangan. Ginjal mempunyai nefron yang tiap – tiap tubulus
dan glomerulusnya adalah satu unit. Ukuran ginjal ditentukan oleh
sejumlah nefron yang dimilikinya. Kira – kira terdapat 1,3 juta nefron
dalam tiap – tiap ginjal manusia.
Fungsi Ginjal :
a. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme
tubuh.
b. Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan
c. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan
oleh bagian tubulus ginjal
d. Menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh
e. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan
mematangkan sel-sel darah merah (SDM) di sumsum tulang
f. Hemostasis Ginjal, mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan
komposisi air dalam darah.
2. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke
vesika urinaria. Panjangnya ±25-34 cm, dengan penampang 0,5 cm.
Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi
terletak pada rongga pelvis. Lapisan dinding ureter menimbulkan
gerakan-gerakan peristaltik yang mendorong urin masuk ke dalam
kandung kemih. Lapisan dinding ureter terdiri dari:
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah lapisan otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
3. Vesika urinaria (kandung kemih)
Vesika Urinaria Vesika urinaria adalah kantong berotot yang dapat
mengempis, terletak 3 sampai 4 cm dibelakang simpisis pubis ( tulang
kemaluan ). Vesika urinaria mempunyai dua fungsi yaitu : a. Sebagai
tempat penyimpanan urin sebelum meninggalkan tubuh. b. Dibantu
uretra vesika urinaria berfungsi mendorong urin keluar tubuh. Didalam
vesika urinaria mampu menampung urin antara 170 - 230 ml.
4. Uretra
Uretra adalah saluran kecil dan dapat mengembang, berjalan dari
kandung kemih sampai keluar tubuh. Pada wanita uretra pendek dan
terletak didekat vagina. Pada uretra laki – laki mempunyai panjang 15
– 20 cm.
5. Proses pembentukan urin
a. Proses filtrasi, di glomerulus.
Terjadi penyerapan darah yang tersaring adalah bagian cairan darah
kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai
bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat,
bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. Cairan yang disaring
disebut filtrat glomerulus.
b. Proses reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari
glukosa, sodium, klorida fosfat dan beberapa ion bikarbonat.
Prosesnya terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus
proximal. Sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali
penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh.
Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya
dialirkan pada papilla renalis.
c. Proses sekresi
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal
dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar
(Rodrigues, 2008).
B. Definisi
Hidronefrosis merupakan suatu keadaan pelebaran dari pelvis
ginjal dan kalises. Adanya hidronefrosis harus dianggap sebagai respons
fisiologis terhadap gangguan aliran urine. Meskipun hal ini sering
disebabkan oleh proses obstruktif, tetapi dalam beberapa kasus, seperti
megaureter sekunder untuk refluks pralahir, sistem pengumpulan mungkin
membesar karena tidak adanya obstruksi (Arif Muttaqin dan Kumala Sari,
2012).
Hidronefrosis adalah pelvis ureter yang dihasilkan oleh obstruksi
aliran keluar urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang menekan ureter
sehingga pelvis membesar dan terdapat destruksi progresif jaringan ginjal
(Gibson, 2003). Hal ini akan menyebabkan ginjal menggembung dan
menekan jaringan ginjal yang rapuh. Pada akhinya, tekanan hidronefrosis
yang menetap dan berat akan merusak jaringan ginjal sehingga
secara perlahan ginjal akan kehilangan fungsinya.
C. Klasifikasi
Menurut Beetz dkk (2001), terdapat 4 grade hidronfrosis dari hasil
pemeriksaan radiologis, yaitu :
1. Hidronefrosis Derajat 1
Hasil yang ditemukan berupa dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi
kaliks berbentuk Blunting alias tumpul
2. Hidronefrosis Derajat 2
Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor, kaliks berbentuk flattening,
alias mendatar
3. Hidronefrosis derajat 3
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa adanya
penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias menonjol. Adanya
tanda minor atrofi ginjal (papilla datar dan forniks tumpul)
4. Hidronefrosis derajat 4
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Serta adanya
penipisan korteks batas antara pelvis ginjal dan kaliks hilang. Tanda
signifikan adanya atrofi ginjal (parenkis tipis). Calices berbentuk
ballooning alias menggembung.
D. Etiologi
Menurut Parakrama & Clive (2005) penyebab yang bisa mengakibatkan
hidronefrosis adalah sebagai berikut:
1. Hidronefrosis Unilateral
Obstruksi pada salah satu sisi saluran kemih pada umumnya
disebabkan oleh proses patologik yang letaknya proksimal terhadap
kandung kemih. Keadaan ini berakibat hidronefrosis dan dapat
menyebabkan atrofi serta kehilangan fungsi salah satu ginjal tanpa
menyebabkan gagal ginjal. Penyebab obstruksi unilateral adalah:
a. Obstruksi sambungan ureteropelvik (sambungan antara ureter dan
pelvis renalis)
- Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam
pelvis renalis terlalu tinggi
- Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke
bawah
- Batu di dalam pelvis renalis
- Penekanan pada ureter oleh jaringan fibrosa, arteri atau vena
yang letaknya abnormal, dan tumor
b. Obstruksi adanya penyumbatan dibawah sambungan ureteropelvik
- Batu di dalam ureter
- Tumor di dalam atau di dekat ureter
- Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi
penyinaran atau pembedahan
- Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter
- Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter
akibat pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama
metisergid)
- Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung
kemih)
- Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ
panggul lainnya
- Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung
kemih ke uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau
kanker
- Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan
atau cedera
- Infeksi saluran kemih yang berat yang untuk sementara waktu
menghalangi kontraksi ureter
c. Penyakit ureter kongenital
d. Penyakit ureter yang didapat
2. Hidronefrosis Bilateral
a. Hyperplasia prostat pada usia lanjut
b. Adanya katup uretra posterior congenital
c. Pasien paraplegia dengan kandung kemih neurogenic
d. Fibrosis retroperitoneum dan keganasan
e. Disfungsi otot ureter yang timbul pada masa kehamilan
E. Patofosiologi
Obstruksi total akut ureter pada binatang percobaan menyebabkan
pelebaran mendadak dan peningkatan tekanan lumen bagian proksimal
tempat obstruksi. Filtrasi glomerulus tetap berlangsung dengan
peningkatan filtrasi pada tubulus dan penumpukan cairan di ruang
interstisium. Peningkatan tekanan interstisium menyebabkan disfungsi
tubulus. Kerusakan nefron ireversibel terjadi dalam waktu kira-kira 3
minggu. Pada obstruksi parsial, kerusakan ireversibel terjadi dalam waktu
yang lebih lama dan bergantung pada derajat obstruksi. Sebagian besar
penyebab obstruksi saluran kemih yang diuraikan diatas menyebabkan
obstruksi parsial lambat terhadap aliran urine. Keadaan ini menyebabkan
hidronefrosis dan atrofi korteks ginjal progresif akibat kerusakan nefron
yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan tahunan. Hanya
hidronefrosis bilateral yang dapat menyebabkan gagal ginjal. Statis urine
akibat obstruksi meningkatakan insidensi pielonefritis akut dan
pembentukan batu saluran kemih yang keduanya dapat memperberat
obstruksi.
Obstruksi ureter akut oleh batu, bekuan darah, atau kerak papila
renalis akan menyebabkan kolik ureter akibat peningkatan peristalsis
ureter. Kolik ureter merupakan nyeri intermitten yang sering kali sangat
berat pada sudut ginjal posterior dan menjalar disekitar pinggang (flank)
menuju daerah pubis. obstruksi unilateral kronis biasanya asimtomatik
bahkan pada obstruksi total dan umumnya berlanjut dengan kerusakan
ginjal permanen sebelum terdeteksi. Obstruksi parsial bilateral kronis
memberikan gambaran gagal ginjal kronis progresif, meliputi hipertensi,
kegagalan fungsi tubulus (poliuria, asidosis tubulus renalis, dan
hiponatremia), dan timbulnya batu saluran kemih atau pielonefritis akut.
Penanganan pasien tersebut dapat mengembalikan fungsi tubulus menjadi
normal bila dilakukan secara dini. Obstruksi bilateral total meneyebabkan
gagal ginjal akut tipe pascaginjal dan selanjutnya dengan cepat menuju
ekmatian bila tidak segera dikoreksi. Oleh karena itu, keadaan ini
termasuk kegawatdaruratan medis (Kimberly, 2011).
Sedangkan menurut Vinay Kumar, dkk (2007) Obstruksi bilateral
total menyebabkan anoria, yang menyebabkan pasien segera berobat.
Apabila obstruksi terletak dibawah kandung kemih, gejala dominant
adalah keluhan peregangan kandung kemih. Secara paradoks, obstruksi
bilateral inkomplit menyebabkan poliuria bukan oliguria, akibat
terganggunya kemampuan tubulus memekatkan urin dan hal ini dapat
menyamarkan sifat asli kelainan ginjal. Sayangnya, hidronefrosis
unilateral dapat tetap asintomatik dalam jangka lama, kecuali apabila
ginjal yang lain tidak berfungsi karena suatu sebab. Ginjal yang membesar
sering ditemukan secara tidak sengaja pada pemerksaan fisik rutin.
Kadang-kadang penyebab dasar hidronefrosis, seperti kalkulus ginjal atau
tumor obstruktif, menimbulkan gejala yang secara tidak langsung
menimbulkan perhatian ke hifronefrosis. Dihilangkanya obstruksi dalam
beberapa minggu biasanya memungkinkan pemulihan total fungsi, namun
seiring dengan waktu perubahan menjadi ireversibel.
F. Manifestasi Klinis
Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi
akut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadi
infeksi maja disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan
terjadi. Hematuri dan piuria mungkin juga ada.
Manifestasi klinis yang sering muncul pada hidronefrosis unilateral,
diantaranya (smeltzer dan Bare,2002) :
1) Aliran urin berkurang
2) Jika infeksi, gejala yang muncul yaitu disuria, menggigil dan nyeri
tekan serta pyuria
3) Nyeri kolik pada sisi ginjal yang terkena
4) Mual, muntah, abdomen terasa penuh
5) Nyeri hebat ginjal atau nyeri samar dibagian dipanggu dan pinggang
6) Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis
renalis
7) Air kemih dari 10% penderita mengandung darah
Jika kedua ginjal terkena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan
muncul, seperti:
a. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium);
b. Gagal jantung kongestif;
c. Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi);
d. Pruritis (gatal kulit);
e. Butiran uremik (kristal urea pada kulit);
f. Anoreksia, mual, muntah, cegukan;
g. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang;
h. Amenore, atrofi testikuler.(Smeltzer dan Bare, 2002)
G. WOC
Kongenital
Kehamilan Tumor, Batu ginjal Infeksi Refluk air
l
kanker saluran kemih
kemih
Pembesaran
uterus Dilatasi
Terbentuk ureter
Membentuk jaringan
masa di parut
saluran
kemih
Obstruksi saluran
kemih
HIDRONEFROSIS
De Jong, Sjamsuhidayat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. 3. Jakarta: EGC
Doenges,Marilyn E,dkk.2010.Nursing Care Plans.Ed.8.USA : Davis Plus
Mitchell.2006.Buku Saku Patologis Penyakit Ed.7.Trans:Andry
Hartono.Jakarta:EGC
Kumar, Vinay, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins, Vol. 2, ed. 7. Jakarta:
EGC.
Manski,Dr.med.Dirk.2015. Hydronephrosis and Upper Urinary Tract
Obstruction.Available from : URL : http://www.urology-
textbook.com/hydronephrosis.html [Diakses tanggal 15 Maret 2015]
Medkes.2013.ESWL.Hancurkan Batu Ginjal Tanpa Operasi.Availabe from :
URL : http://www.medkes.com/2013/12/eswl-hancurkan-batu-ginjal-
tanpa-operasi.html [Diakses tanggal 15 Maret 2016]
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Ed. 8. Jakarta: EGC