DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 12
VI. Media
1. Lembar Balik
2. Leaflet
VII. Pengorganisasian
1. Pembimbing akademik : Ika Nur Pratiwi, S.Kep., Ns., M. Kep
2. Pembimbing klinik : Widji Lestari, S.Kep., Ns
3. Penyaji : Farhan Ardiansyah
4. Moderator : Elly Ardianti
5. Observer : Niswatus Sa’ngadah
6. Notulen : Gali Wulan Sari
7. Fasilitator dan demostrator : Fifa Nasrul Ummah dan Elma Karamy
VII. Job Description
No. Nama Sie Job Description
VIII. Pelaksanaan
Kegiatan Respon peserta Alokasi waktu
Persiapan: 5 menit
a. Mempersiapakan tempat
b. Mempersiapkan peserta
c. Mempersiapkan alat dan
keperluan penyuluhan
Pembukaan: - Menjawab salam 5 menit
- Menjawab pertanyaan
a. Membuka/memulai
yang diajukan pemateri
kegiatan dengan
mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menyebutkan materi
penyuluhan
d. Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
e. Melakukan kontrak waktu
dengan peserta
f. Menggali pengetahuan
peserta
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan - Memperhatikan 15 menit
a. Menjelaskan tentang penjelasan yang diberikan
- Mejawab pertanyaan
pengertian trauma mata
- Mendengarkan
b. Menjelaskan penyebab
- Memberi umpan balik
trauma mata
dalam memahami
c. Menjelaskan tanda dan
penjelasan yang diberikan
gejala trauma mata
d. Menjelaskan pencegahan
trauma mata
e. Menjelaskan pengobatan
trauma mata
Tanya jawab/evaluasi - Mengajukan pertanyaan 10 menit
a. Memberikan kesempatan
pada peserta untuk bertanya
mengenai materi yang
disampaikan
b. Menanyakan kembali
kepada peserta apa yang
telah disampaikan dan
membuat kesimpulan
Penutup - Menjawab salam 5 menit
a. Mengucapkan terima kasih
atas kesediaan peserta
mengikuti kegiatan
penyuluhan
b. Mengucapkan salam
penutup
IX. Evaluasi
a. Evaluasi struktural
- Kesiapan tempat penyuluhan
- Kesiapan alat dan materi penyuluhan
- Kesiapan peserta penyuluhan
- Pengorganisasian penyuluhan dilakukan sebelumnya
b. Evaluasi proses
- Antusiasme peserta penyuluhan
- Masing-masing anggota tim bekerja sesuai tugasnya
- Kejelasan materi yang disampaikan
- Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan
c. Evaluasi hasil
- Pemahaman peserta tentang materi yang disampaikan
- Peserta mampu mengajukan pertanyaan tentang materi penyuluhan
LAMPIRAN
1. Materi Penyuluhan
2. Denah Penyuluhan
3. Daftar Hadir Peserta
4. Daftar Hadir Panitia
5. Daftar Hadir Pembimbing
6. Lembar Observasi Penyuluhan
Lampiran 1. Materi Penyuluhan
Menurut Brunner & Suddart (2015), Efusi pleura umumnya dibagi menjadi dua,
yaitu transudatif dan eksudatif. Efusi pleura transudatif disebabkan oleh meningkatnya
tekanan dalam pembuluh darah atau rendahnya kadar protein dalam darah. Hal ini
mengakibatkan cairan merembes ke lapisan pleura. Sedangkan efusi pelura eksudatif
disebabkan oleh peradangan, cedera pada paru-paru, tumor, dan penyumbatan
pembuluh darah atau pembuluh getah bening.
Menurut Wedzicha J, Johnston S (2010). Efusi pleura sering kali terjadi sebagai
komplikasi dari beberapa jenis penyakit lainnya, seperti:
a. Kanker paru-paru.
b. Tuberkulosis (TBC).
c. Pneumonia.
d. Emboli paru.
f. Penyakit ginjal.
g. Gagal jantung
h. Penyakit lupus.
i. Rheumatoid arthritis.
Sejumlah faktor risiko dapat meningkatkan risiko seseorang untuk menderita efusi
pleura. Di antaranya adalah memiliki riwayat tekanan darah tinggi (hipertensi),
merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, dan terkena paparan debu asbes. Faktor
resiko terjadinya efusi pleura diakibatkan karena lingkungan yang tidak bersih,sanitasi
yang kurang, lingkungan yang padat penduduk, kondisi sosial ekonomi yang menurun,
serta sarana dan prasarana kesehatan yang kurang dan kurangnya masyarakat tentang
pengetahuan kesehatan (Depkes, 2006).
E. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang efusi pleura biasanya ditemukan seperti berikut,
a. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan fremitus taktil yang menurun terutama
pada daerah basal. Perkusi tumpul, kemudian suara nafas vesikular yang menurun
atau tidak ada sama sekali pada paru yang terdapat efusi. Suara pleural friction rub
mungkin juga terdengar selama akhir inspirasi (Hooper C, Lee G, Maskell N,
2013).
b. Pemeriksaan radiografi posteroanterior dan lateral menjadi standar pada diagnosis
radiologi paru. Pada posisi berdiri atau duduk tegak, cairan bebas pada rongga
pleura akan memenuhi lateral kubah diafragma yang menyebabkan gambaran sudut
kostofrenikus yang tumpul. (Rasad S, 2015)
c. Torakosintesis dengan analisis cairan dapat mempersempit diagnosis diferensial
dari efusi. Setelah cairan disedot, cairan tersebut akan dianalisis untuk biokimia,
mikrobiologi dan analisis sitologi. Dengan menggunakan kriteria Light, maka efusi
dapat dibedakan menjadi transudat dan eksudat. Kriteria Light memiliki
sensitivitas sebesar 90,1-100% dengan spesifisitas 83,3-97,2% (Terler K, Semra B,
Berna K, 2012)
d. Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan
biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa. Pada
sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh,
penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
F. Penatalaksanaan Medis
1. Aspirasi cairan pleura
Punksi pleura ditujukan untuk menegakkan diagnosa efusi plura yang
dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopis cairan. Disamping itu punksi
ditujukan pula untuk melakukan aspirasi atas dasar gangguan fugsi restriktif paru
atau terjadinya desakan pada alat-alat mediastinal. Jumlah cairan yang boleh
diaspirasi ditentukan atas pertimbangan keadaan umum penderita, tensi dan nadi.
Makin lemah keadaan umum penderita makin sedikit jumlah cairan pleura yang bisa
diaspirasi untuk membantu pernafasan penderita.
4. Thorakosintesis
Thorakosintesis dapat dengan melakukan apirasi yang berulang-ulang dan dapat
pula dengan WSD atau dengan suction dengan tekanan 40 mmHg. Indikasi untuk
melakukan thorasintesis adalah :
a. Menghilangkan sesak napas yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam rongga
pleura.
b. Bila terapi spesifik pada penyakit prmer tidak efektif atau gagal.
c. Bila terjadi reakumulasi cairan.
Pengambilan pertama cairan pleura jangan lebih dari 1000 cc karena pengambilan
cairan pleura dalam waktu singkat dan dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan
oedema paru yang ditandai dengan batuk dan sesak. Hal tersebut dapat menyebabkan
kerugian sebagai berikut.
a) Tindakan thoraksentesis menyebabkan kehilangan protein yang berada dalam cairan
pleura.
b) Dapat menimbulkan infeksi di rongga pleura.
c) Dapat terjadi pneumothoraks.
Menurut (Marianti. 2017), Karena efusi pleura timbul sebagai komplikasi dari
penyakit-penyakit lain, maka pengobatan yang harus dilakukan pun adalah dengan cara
menyembuhkan kondisi-kondisi yang menyebabkannya. Contoh yang bisa diambil di sini
adalah pengobatan kanker dengan radioterapi dan kemoterapi, atau pengobatan
pneumonia dengan antibiotik.
Apabila cairan pada efusi pleura sudah terlalu banyak atau sudah terdapat infeksi,
maka dokter akan menggunakan sejumlah prosedur guna mengeluarkan cairan yang
menumpuk, di antaranya:
a. Prosedur thoracocentesis atau punksi pleura selain untuk mengambil sampel cairan
pleura untuk dianalisis, juga dapat untuk mengeluarkan cairan pleura dengan volume
besar.
b. Pemasangan selang plastik khusus (chest tube) selama beberapa hari ke dalam rongga
pleura melalui bedah torakotomi.
c. Pemasangan kateter secara jangka panjang lewat kulit ke dalam ruang pleura (pleural
drain), untuk efusi pleura yang terus muncul.
d. Penyuntikan zat pemicu iritasi (misalnya talk, doxycycline, atau bleomycin) ke dalam
ruang pleura melalui selang khusus guna mengikat kedua lapisan pleura, sehingga
rongga pleura tertutup. Prosedur yang dinamakan pleurodesis ini biasanya diterapkan
untuk mencegah efusi pleura yang kerap kambuh.
5. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik pada
sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan
kolaps paru.
H. Pencegahan
1. Hindari merokok
2. Hindari alkohol dan obat-obatan terlarang
3. Diet yang sehat
4. Olahraga yang teratur semampunya
5. Memakai alat pelindung diri jika sedang melakukan aktivitas atau saat melakukan
pekerjaan tertentu (terhirupnya debu, serpihan, dan material berbahaya lainnya)
6. Menerapkan etika batuk
7. Diskusikan dengan dokter mengenai kemungkinan efek samping dan bagaimana
mencegah dan mengatasinya bila terjadi keluhan (Morton, 2012).
Menu diet yang direkomendasikan dengan energi 2192,9 kkal, protein 89,185 gram, lemak
98 gram dan karbohidrat 253 gram yaitu :
Pagi Selingan
Nasi tim Bubur sumsum
Daging giling semur Teh manis
Sayur sop
Pepes tahu Malam
Buah pepaya Nasi tim
Tahu bacem
Selingan Tumis sayur
jus alpukat Telur rebus
puding buah jambu biji Buah semangka
Siang
Nasi tim
Pepes ayam
Tahu semur
Sayur bening
Buah mangga
PINTU MASUK
NURSE STATION
RUANG
DOKTER
RUANG RUANG
KARU
PERAWATAN
PASIEN KELAS 2
TROLI
KM DAN 3
Tempat
OKSIGEN
Keterangan:
= Pembimbing klinik dan akademik
= Audiens
= Moderator
= Narasumber
= Fasilitator
= Notulen
= Observer
Lampiran 3
Hari, tanggal :
Waktu :
Tempat :
Hari, tanggal :
Waktu :
Tempat :
3. Pembimbing Klinik
Lampiran 6
LEMBAR OBSERVASI
PENYULUHAN KESEHATAN PADA PASIEN DAN KELUARGA
TENTANG EFUSI PLEURA DAN CUCI TANGAN
Hari, tanggal :
Waktu :
Tempat :
No Indikator Hasil
Ya Tidak Keterangan
1. Struktur
a. Kesiapan materi
b. Kesipaan SAP
c. Kesiapan media
d. Kehadiran peserta
e. Pengorganisasian penyelenggaraan
penyuluhan
2. Proses
5. Pelaksanaan
a. Menggali informasi tentang penyakit
Efusi Pleura
b. Menjelaskan tentang definisi penyakit
Efusi Pleura
c. Menjelaskan tentang penyebab
penyakit Efusi Pleura
d. Menjelaskan tanda-tanda dan gejala
penyakit Efusi Pleura
e. Menjelaskan tentang pencegahan dan
penatalaksanaan penyakit Efusi
Pleura
f. Mendemonstrasikan cuci tangan
6. Evaluasi dan Penutup
Brunner and Suddart. 2015. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12. Jakarta: EGC
Halim H. Penyakit-penyakit Pleura. Dalam: Sudoyo AW, editor. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. hlm. 12-8.
Hour CE. Diagnosis of pleural effusion ; a systematic approach. J Am. Crit. Care.
2011;20(3):199-218. 9. Hooper C, Lee G, Maskell N. Investigation of a unilateral
pleural effusiom in adults. J Internationalof Respiration Medicine. 2013;65(2): 145-
54.
Imelda Puspita, Tri Umiana Soleha, Gabriella Berta. 2017. Penyebab Efusi Pleura di Kota
Metro pada tahun 2015. J AgromedUnila. Volume 4. Nomor 1
Depkes RI. 2009 .Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Kesehatan Lainnya. Jakarta