OLEH:
EISYE SANI PALINGU
MAYA TIWA
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan tuntunannya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas ini dengan
Judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hidronefrosis.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas masih banyak
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun dalam menyempurnakan makalah ini.
Dalam menyelesaikan makalah ini, tentunya tidak terlepas dari pihak-pihak
yang sangat berjasa dan senantiasa sabar membimbing dan terus memotivasi
penulis sehingga makalah ini, dapat terselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
Semua pihak yang telah membantu, memotivasi, serta memberikan semangat
pada penulis kiranya Tuhan Yesus yang akan membalas semua kebaikan yang
telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa Tugas ini masih banyak kekurangan sehingga
penulis perlu adanya masukan atau saran yang membangun dari semua pihak serta
pembaca sekalian, demi kelengkapan Tugas.
Penulis
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................1
C. Tujuan ....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
C. Definisi Hidronefrosis............................................................................3
D. Klasifikasi Hidronefrosis .......................................................................3
E. Etiologi Hidronefrosis............................................................................4
E. Manifestasi Klinis ..................................................................................7
F. Pemeriksaan Diagnostik .........................................................................8
G. Penatalaksanaan Medis ..........................................................................9
H. Komplikasi Hidronefrosis ....................................................................11
I. Prognosis Hidronefrosis .......................................................................11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORI.....................................................13
A. Pengkajian ............................................................................................13
B. Pemeriksaan Fisik ................................................................................14
C. Rencana Keperawatan ..........................................................................16
D. Analisis Data ........................................................................................17
E. Diagnosa Keperawatan ........................................................................19
F. Intervensi Keperawatan .......................................................................19
G. PATHWAY .........................................................................................25
BAB IV TINJAUAN KASUS ...............................................................................26
A. Pengkajian ............................................................................................26
B. Keluhan utama .....................................................................................27
C. Riwayat kesehatan................................................................................27
D. Basic Promoting physiology of Health ................................................27
E. Pemeriksaan Fisik : ..............................................................................29
F. Analisa Data .........................................................................................32
G. Prioritas diagnosa keperawatan: .............................................................34
G. Rencana Tindakan...............................................................................35
H. Catatan Perkembangan ........................................................................37
BAB V PEMBAHASAN MASALAH YANG MUNCUL ...................................44
iii
A. Pengkajian ...........................................................................................44
B. Diagnosa Keperawatan .......................................................................45
C. Perencanaan ........................................................................................45
D. Implementasi atau Pelaksanaan ..........................................................46
E. Evaluasi .............................................................................................46
BAB V PENUTUP .................................................................................................47
A. Kesimpulan ........................................................................................47
B. Saran ................................................................................................47
Jurnal Keperawatan Manajemen Nyeri ..................................................................48
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atay
kedua ginjal akibat obstruksi. Obstruksi pada aliran normal urin
menyebabkan urin mengalir balik, sehingga tekanan diginjal meningkat.
Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan balik akan
mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter
akibat adanya batu atau kekakuan, maka hanya satu ginjal saja yang rusak.
(Smeltzer & Bare, 2002). Penyebab umum Hydronephrosis termasuk
ureteroceles, katup uretra posterior dan batu ginjal. Jika USG bayi Anda
menunjukkan tanda-tanda masalah ini, Anda akan diberikan informasi
tentang kondisi dan bagaimana hal itu dapat diobati.Penyakit ginjal masih
merupakan penyakit yang sering ditemui di Indonesia. Menurut PERNEFRI
Perhimpunan Nefrologi Indonesia), penduduk Indonesia yang menderita
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah sebanyak 8,6%. Penyakit ginjal
sendiri bermanifestasi dalam 2 bentuk yaitu Penyakit Ginjal Kronik dan
Gangguan Ginjal Akut atau Acute Kidney Injury (AKI).Prognosis
dari Hydronephrosis sangat bervariasi, dan tergantung dari kondisi yang
mengawali terjadinya Hydronephrosis, unilateral atau bilateral dari ginjal
yang terserang Hydronephrosis, fungsi ginjal yang tersisa, durasi
terjadinya Hydronephrosis, dan apakah Hydronephrosis terjadi pada ginjal
yang sedang masih dalam masa pertumbuhan pada bayi atau pada ginjal
yang sudah matang. Kasus bilateral Prenatal Hydronephrosis pada prenatal
atau bayi yang ginjalnya masih berkembang dapat menghasilkan prognosis
buruk jangka panjang, yang berakibat pada kerusakan ginjal permanen
meskipun obstruksinya sembuh pada saat postnatal (Onen, 2007).
Berdasarkan uraian di atas kelompok kami membuat makalah ini untuk
dapat mengetahui dan memahami gangguan Hydronephrosis serta agar
dapat memberikan pencegahan dan asuhan keperawatan yang tepat bagi
klien dengan gangguan hidronefrosis.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari hydronephrosis?
2. Apakah etiologi dari hydronephrosis?
3. Apakah patofisiologi hydronephrosis?
4. Apakah manifestasi klinis hydronephrosis ?
5. Apakah macam-macam pemeriksaan diagnostik dari hydronephrosis?
6. Bagaimanakah penatalaksanaan pada pasien hydronephrosis?
7. Apakah komplikasi hydronephrosis?
8. Apakah prognosis dari hydronephrosis?
9. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien dengan hydronephrosis?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah proses pembelajaran mata kuliah Keperawatan Perkemihan
1 diharapkan mahasiswa semester 6 dapat mengerti dan memahami
asuhan keperawatan pada klien dengan hidronefrosis dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan.
b. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui definisi Hideronefrosis.
2) Untuk mengetahui etiologi Hideronefrosis.
3) Untuk mengetahui patofisiologi Hideronefrosis.
4) Untuk mengetahui manifestasi klinis Hideronefrosis.
5) Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Hideronefrosis
6) Untuk mengetahui penatalaksanaan Hideronefrosis.
7) Untuk mengetahui tentang Web of Cause Hideronefrosis.
8) Untuk mengetahui komplikasi Hideronefrosis
9) Untuk mengetahui prognosis Hideronefrosis
10) Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
Hideronefrosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
C. Definisi Hidronefrosis
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua
ginjal akibat adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin
mengalir balik sehingga tekanan di ginjal meningkat. Hidronefrosis adalah
obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih dapat
mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan
ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal.
Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik
akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu
ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak.
Hidronefrosis merupakan suatu keadaan pelebaran dari pelvis ginjal dan
kalises. Adanya hidronefrosis harus dianggap sebagai respons fisiologis
terhadap gangguan aliran urine. Meskipun hal ini sering disebabkan oleh
proses obstruktif, tetapi dalam beberapa kasus, seperti megaureter sekunder
untuk refluks pralahir, sistem pengumpulan mungkin membesar karena
tidak adanya obstruksi (Arif Muttaqin dan Kumala Sari,
2012).Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang dihasilkan oleh
obstruksi aliran keluar urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang
menekan ureter sehingga pelvis membesar dan terdapat destruksi progresif
jaringan ginjal (Gibson, 2003).
D. Klasifikasi Hidronefrosis
E. Etiologi Hidronefrosis
D. Patofisiologis Hidronefrosis
Obstruksi total akut ureter pada binatang percobaan menyebabkan
pelebaran mendadak dan peningkatan tekanan lumen bagian proksimal
tempat obstruksi. Filtrasi glomerulus tetap berlangsung dengan peningkatan
filtrasi pada tubulus dan penumpukan cairan di ruang interstisium.
Peningkatan tekanan interstisium menyebabkan disfungsi tubulus.
Kerusakan nefron ireversibel terjadi dalam waktu kira-kira 3 minggu. Pada
obstruksi parsial, kerusakan ireversibel terjadi dalam waktu yang lebih lama
dan bergantung pada derajat obstruksi.
Sebagian besar penyebab obstruksi saluran kemih yang diuraikan diatas
menyebabkan obstruksi parsial lambat terhadap aliran urine. Keadaan ini
menyebabkan hidronefrosis dan atrofi korteks ginjal progresif akibat
kerusakan nefron yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan
tahunan. Hanya hidronefrosis bilateral yang dapat menyebabkan gagal
ginjal. Statis urine akibat obstruksi meningkatakan insidensi pielonefritis
akut dan pembentukan batu saluran kemih yang keduanya dapat
memperberat obstruksi.
Obstruksi ureter akut oleh batu, bekuan darah, atau kerak papila renalis akan
menyebabkan kolik ureter akibat peningkatan peristalsis ureter. Kolik ureter
merupakan nyeri intermitten yang sering kali sangat berat pada sudut ginjal
posterior dan menjalar disekitar pinggang (flank) menuju daerah pubis.
obstruksi unilateral kronis biasanya asimtomatik bahkan pada obstruksi total
dan umumnya berlanjut dengan kerusakan ginjal permanen sebelum
terdeteksi. Obstruksi parsial bilateral kronis memberikan gambaran gagal
ginjal kronis progresif, meliputi hipertensi, kegagalan fungsi tubulus
(poliuria, asidosis tubulus renalis, dan hiponatremia), dan timbulnya batu
saluran kemih atau pielonefritis akut. Penanganan pasien tersebut dapat
mengembalikan fungsi tubulus menjadi normal bila dilakukan secara dini.
Obstruksi bilateral total meneyebabkan gagal ginjal akut tipe pascaginjal
dan selanjutnya dengan cepat menuju ekmatian bila tidak segera dikoreksi.
Oleh karena itu, keadaan ini termasuk kegawatdaruratan medis(Kimberly,
2011).
Sedangkan menurut Vinay Kumar, dkk (2007) Obstruksi bilateral total
menyebabkan anoria, yang menyebabkan pasien segera berobat. Apabila
obstruksi terletak dibawah kandung kemih, gejala dominant adalah keluhan
peregangan kandung kemih. Secara paradoks, obstruksi bilateral inkomplit
menyebabkan poliuria bukan oliguria, akibat terganggunya kemampuan
tubulus memekatkan urin dan hal ini dapat menyamarkan sifat asli kelainan
ginjal. Sayangnya, hidronefrosis unilateral dapat tetap asintomatik dalam
jangka lama, kecuali apabila ginjal yang lain tidak berfungsi karena suatu
sebab. Ginjal yang membesar sering ditemukan secara tidak sengaja pada
pemerksaan fisik rutin. Kadang-kadang penyebab dasar hidronefrosis,
seperti kalkulus ginjal atau tumor obstruktif, menimbulkan gejala yang
secara tidak langsung menimbulkan perhatian ke hifronefrosis.
Dihilangkanya obstruksi dalam beberapa minggu biasanya memungkinkan
pemulihan total fungsi, namun seiring dengan waktu perubahan menjadi
ireversibel.
E. Manifestasi Klinis
F. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Laboratorium
Urinalisis Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik
dapat menunjukkan adanya batu atau tumor. Hitung jumlah sel darah
lengkap: leukositosis mungkin menunjukkan infeksi akut. Kimia serum:
hidronefrosis bilateral dan hidroureter dapat mengakibatkan
peningkatan kadar BUN dan kreatinin. Selain itu, hiperkalemia dapat
menjadi kondisi yang mengancam kehidupan.
2) Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi adalah metode yang cepat, murah, dan cukup akurat
untuk mendeteksi hidronefrosis dan hidroureter, namun, akurasi dapat
bergantung pada pengguna. Ultrasonografi umumnya berfungsi sebagai
tes skrining pilihan untuk menetapkan diagnosis dan hidronefrosis.
3) Pyelography Intravena (IVP)
Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan dan
penyebab hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal merupakan
penyebab paling mudah yang dapat diidentifikasi berdasarkan temuan
IVP
4) CT Scan
CT Scan memiliki peran penting dalam evaluasi hidronefrosis dan
hidroureter. Proses retroperitoneal menyebabkan obstruksi ekstrinsik
dari ureter dan kandung kemih dapat dievaluasi dengan sangat baik
pada CT Scan.
G. Penatalaksanaan Medis
a. Hidronefrosis akut
1) Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang
hebat, maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera
dikeluarkan(biasanya melalui sebuah jarum yang dimasukkan
melalui kulit).
2) Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat
batu, maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk
sementara waktu
b. Hidronefrosis kronik
Hidronefrosis kronis diatasi dengan mengobati penyebab dan
mengurangi penyumbatan air kemih. Ureter yang menyempit atau
abnormal bisa diangkat melalui pembedahan dan ujung-ujungnya
disambungkan kembali.
1) Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter
dari jaringan fibrosa.
2) Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka
dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter dan
menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang
berbeda.
3) Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:
a) Terapi hormonal untuk kanker prostat
b) Pembedahan dilakukan pembedahan untuk membebaskan
ureter dari jaringan fibrosa. Jika sambungan ureter dan
kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan
untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di
sisi kandung kemih yang berbeda. Pembedahan pada
hidronefrosis akut biasanya jika infeksi dapat dikendalikan
dan ginjal berfungsi dengan baik.
c) Pelebaran uretra dengan dilator
Adapun penanganan medis yang diberikan kepada klien
hidronefrosisi, diantaranya :
1) Nefrotomi
Hal ini dilakukan jika hidronefrosisyng disebabkan
karena adnya obstruksi saluran urin bagian atas yang
tidak memungkinkan ginjal mengalirkan urin ke system
urinaria bagian bawah dikarenakan adanya batu, infeksi,
tumor, atau kelainan anatomi. Hidronefrosis yang terjadi
pada transplantasi ginjal. Tindakan ini dilakukan dengan
memasukkan sebuah kateter melalui kulit bagian
belakang (panggul) ke dalam ginjal. Tujuan dari
tindakan ini untuk mengatasi penumpukan atau
pengumpulan urin pada ginjal yang terjadi karena
obstruksi yang menghalangi keluarnya urin.
2) Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
Merupakan suatu tindakan medis yang menangani renal
kalkuli yang menghancurkan batu ginjal menggunakan
getaran dari luar tubuh ke area ginjal. ESWL bekerja
melalui gelombang kejut yang dihantarkan melalui tubuh
ke ginjal. Gelombang ini akan memecahkan batu ginjal
menjadi ukuran lebih kecil untuk selanjutnya dikeluarkan
sendiri melalui air kemih. Gelombnag yang dipakai
berupa gelombang ultrasonic, elektrohidrolik atau sinar
laser.
3) Nefrolitotomi
Perkutanaous Nephrolithotomi merupakan salah satu
tindakan minimal invasive dibidang urologi yang
bertujuan mengangkat batu ginjal dengan menggunakan
akses perkutan untuk mencapai system pelviokalises
yang memberikan angka bebas batu yang tinggi.
4) Stent Ureter
Tindakan ini merupakan alat berbentuk pipa yang
dirancang agar dapat ditempatkan di ureter untuk
mempertahankan aliran urin pada penderita obstruksi
ureter, memulihakan fungsi ginjal yang terganggu, dan
memperthankan caliber atau patensi ureter sesudah
pembedahan. Stent ini terbuat dari silicon yang bersifat
lunak dan lentur.
H. Komplikasi Hidronefrosis
I. Prognosis Hidronefrosis
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
1) Nama (Nama klien sangat dibutuhkan sebagai identitas klien)
2) Umur (Umur dapat mengidentifikasi penyebab dari hidronefrosis
yang terjadi pada orang dewasa)
3) Jenis kelamin (Jenis kelamin bisa untuk identifikasi penyebab
misalnya pada pria lansia penyebab tersering ialah akibat
obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat pembesaran
prostat. Pada perempuan hamil bisa terjadi akibat pembesaran
uterus)
4) Agama
5) Pendidikan
6) Pekerjaan (Pekerjaan klien dapat berpengaruh terhadap penyebab
klien menderita hidronefrosis, misalnya sopir atau sekretaris yang
pekerjaannya banyak untuk duduk sehingga meningkatkan statis
urine)
7) Status Perkawinan
2. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan px biasnya nyeri pada daerah perut bagian
bawah tembus pinggang
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat pasien terdahulu mungkin
pernah mengalami penyakit batu ginjal, tumor, pembesaran prostat,
ataupun kelainan kongenital.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan klien saat ini
seperti klien berkemih sedikit tergantung periode penyakit, nyeri saat
berkemih, nyeri panggul.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien ada yang menderita penyakit polikistik ginjal
herediter, diabetes mellitus, serta penyakit ginjal yang lain.
4. Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas dan istirahat (Kelelahan, kelemahan, malaise)
b. Integritas ego (Faktor stress, perasaan tidak berdaya, menolak
cemas, marah)
c. Elimasi (Penurunan frekuensi, oliguri, anuri, perubahan warna urin)
d. Makanan/cairan (Penurunan berat badan karena malnutrisi,
anoreksia, mual, muntah)
e. Nyeri/kenyamanan (Nyeri abdomen, nyeri tulang rusuk dan tulang
panggul, gelisah, distraksi tergantung derajat keparahan)
f. Interaksi sosial (Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan
peran seperti biasa)
g. Persepsi diri Kurangnya pengetahuan, gangguan body image.
h. Sirkulasi Peningkatan tekanan darah, kulit hangat dan pucat.
B. Pemeriksaan Fisik
C. Rencana Keperawatan
E. Diagnosa Keperawatan
F. Intervensi Keperawatan
Obsrtuks
Hidronefrosis Oliguri
Kurang
ppengetahuan
Tekanan diginjal meningkat
Gangguan pola
eliminasi BAK
Abses inflamasi
Tn. A berumur 46 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan perut kiri
bagian bawah terasa nyeri sejak 1,5 bulanyang lalu, hilang
timbul menjalar (skala nyeri 5). Pasien mengatakan adanya riwayat
hematuria 1,5 bulan yang lalu,riwayat nyeri pinggang kiri 2,5 bulan yang lalu
hilang timbul, klien terlihat tampak pucat dan cemas. Turgor kulit tampak tidak
elastis Tanggal Pengkajian : 15 November 2012
Jam pengkajian : 08.30 WIB
dan mukosa mulut klien terlihat kering. Klien mengatakan tidak nafsu makan
dan minum serta BAK sedikit dan klien merasa takut akan penyakitnya dan
sering menanyakan kepada istrinya, apakah penyakitnya bisa disembuhkan atau
tidak. Pasien mengatakan susah tidur karena sering memikirkan penyakit yang
dialaminya. Pada pemeriksaan fisik : komposmentis, TD 130/90 mmHg, N 110
x/mnt, RR 25 x/mnt, S 37 oC konjungtiva pucat.
A. Pengkajian
Pasien
Nama : Tn. A
Umur :46 th
Agama :Islam
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Wiraswasta
Status Pernikahan :Menikah
Alamat :Jl solo, No 24 Janti
Tanggal masuk RS :13 November 2012
Diagnosa Medis :Hidronefrosis
Penanggung Jawab
Nama :Ny. B
Agama :Islam
Pendidikan :S1
Pekerjaan :PNS
Status Pernikahan :Menikah
Alamat :Jl Solo, No 24 Janti
Hubungan dengan klien :Istri klien
B. Keluhan utama
Perut kiri pada bagian bawah terasa nyeri dengan skala nyeri 5 (skala nyeri
1-10).
C. Riwayat kesehatan
4. Nutrisi
Selera makan pasien berkurang,ia hanya mengahabiskan 1/3 porsi
makannya. Pasien tidak suka makan bubur, tapi kalau dikasi nasi keras
pasien tidak menghabiskan porsi makannya. Berat badan pasien saat ini
50 kg dengan tinggi badan 170 cm. IMT = BB / (Tinggi badan(m))2 = 50
kg / (1.7 m)2 = 17.3. Berarti pasien tergolong kurus.
5. Cairan, elektrolit dan asam basa
a. Frekuensi minum : Konsumsi air/hari : 800 cc/hari
b. Turgor kulit : Tidak elastik
c. Support IV Line : Ya
IWL selama 24 jam
= 15 cc per kg BB
= 15 x 50
= 750 cc
Urine ouput = 25cc x 24 jam = 600 cc
IV line = 250cc/hari
Balance cairan = input – output
= (800 + 250) – ( 750 + 600 )
= 1050 – 1350
= 300 cc
6. Oksigenas
Klien tidak mengalami Sesak nafas, tidak Batuk dan tidak ada
Sputum. Tidak nyeri dada, dan klien perokok pasif.
7. Eliminasi fekal/bowel
Frekuensi BAB klien yaitu 1-2x/hari, waktu BAB klien pagi atau sore,
feses klien berwarna kuning dengan konsitensi lunak. Kebutuhan
pemenuhan ADL bowel klien aktif dan tidak ada gangguan eleminasi
bowel.
8. Eliminasi urin
Frekuensi BAK klien yaitu 1-2x/hari dengan jumlah 25cc/jam atau 600
cc/ hari. Warna urin tidak normal yaitu kemerahan, baunya khas
(amoniak), dan klien mengeluh nyeri dan panas saat miksi. Klien
menggunakan kateter dan kebutuhan pemenuhan ADL bladder klien
adalah aktif.
9. Sensori, persepsi dan kognitif
Tidak ada gangguan penglihatan, pendengaran, penciuman, sensasi taktil,
dan pengecapan. Klien tidak ada riwayat penyakit sensori persepsi dan
kognitif.
E. Pemeriksaan Fisik :
1. Keadaan Umum :
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign :
TD : 130/90 mmHg,
Nadi : 110 x/mnt,
Irama : ireguler
Respirasi frekuensi : 25 x/mnt,normal
Suhu : 37 oC
2. Kepala :
Keadaan kulit kepala normal, tidak ada lesi dan benjolan. Rambut
beruban, tidak rapi dan sedikit rontok. Wajah pasien pucat dan kulit
teraba hangat, bentuk wajah oval. Keadaan mata klien yaitu
konjugtiva tidak anemis, sclera : normal ( tidak ikterik), kornea :
keruh, pupil : isokor = 2 mm, rangsangan terhadap cahaya : kanan ( +
) dan kiri ( +), palpebra normal,tidak edema, lensa bening,dan visus
normal ka/ki 6/6.Keadaan hidung ; tidak ada gangguan penghidung,
tidak ada sekret, tidak ada polip, tidak ada sputum deviasi dan tidak
ada pernafasan cuping hidung.Keadaan telinga ; ki/ka simetris, tidak
ada pembengkakan pada aurikula, dan tidak ada nyeri tekan. Keadaan
mulut ; gigi normal, masih utuh, tidak ada penggunaan gigi palsu,
bersih dan tidak ada caries gigi. Mukosa bibir pucar dan kering.
3. Leher : Normal, Tidak ada pembesaran thyroid, tidak kaku
kuduk,
4. Tenggorokan : Refleks menelan baik
5. Bentuk dada : datar
6. Pulmo:
Inspeksi :Pengembangan dada simetris, warna kulit normal,
retraksi dada, tidak ada penggunaan otot bantu napas.
Palpasi :Fremitus taktil ka/ki : Fremitus kanan = premitus kiri
sama, tidak ada benjolan
Perkusi :Sonor
Auskultasi :Suara nafas Bronkial lokasinya di sterni atau scapulae,
vesikuler lokasinya di semua bagian paru yang jauh dari
trachea dan bronkhi besar dan bronkovesikuler lokasinya
di percabangan bronkus dan trakhea
7. Cor:
Inspeksi :-
Palpasi : Ictus cordis : Normal ( teraba pada inter costa ke- 5)
Perkusi : batas jantung : Normal (costa ke1 – costa ke inter costa
ke5)
Bunyi : pekak
Auskultasi :Bunyi jantung tunggal
8. Abdomen:
Inspeksi : Normal, bentuk datar, tidak ada hematome, tidak ada
luka, tidak ada bekas operasi.
Palpasi : nyeri tekan pada abdomen sebelah kiri bawah.
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Peristaltik : 15x/mnt
10 Genetalia
Pria : tidak ada benjolan, tidak ada tumor maupun hernia
Rectum :Tidak ada Hemoroid dan tidak ada Tumor
11 Psiko Sosio Budaya Dan Spiritual :
a. Psikologis :Klien mengalami kecemasan setelah mendapat
penyakitnya karna klien tidak tahu tentang penyakit yang dideritanya.
Namun Klien berencana jika penyakitnya telah sembuh klien akan
menjaga kesehatan dengan melakukan banyak minum.
b. Sosial :Gaya klien dalam berkomunikasi menggunakan Bahasa
Indonesia, nada bicara klien sopan, pola interaksi sangat baik dengan
perawat, dan kooperatif dengan keluarga, masyarakat, dan perawat.
c. Budaya :Budaya yang diikuti pasien adalah budaya Jawa dan
tidak ada kebiasaan atau kebudayaan yang dianut klien merugikan
kesehatan.
d. Spiritual :Aktivitas ibadah sehari-hari klien adalah Sholat,
kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan adalah mengaji, dan
klien menganggap penyakitnya merupakan sebuah ujian dan berusaha
untuk tegar menghadapinya.
F. Analisa Data
DO:
TD : 130/90
mmHg
Nadi: 110 x/mnt
Suhu: 37 oC
RR : 25x/mnt
Turgor kulit tampak
tidak elastis dan mukosa
mulut klien terlihat kering
Balance cairan = input
– output = 300 cc per hari
Urin bewarna merah,
bau khas, dan terasa panas
saat miksi.
DO:
TD : 130/90
mmHg
Nadi: 110 x/mnt
RR: 25x/mnt
Suhu: 37 oC
DO :
klien tampak pucat
dan cemas
N: 110x/menit
TD : 130/90
mmHg
RR 25 x/mnt
Suhu : 37 oC
G. Prioritas diagnosa keperawatan:
H. Catatan Perkembangan
Nama
klien: Tn.A
No. Register:08130430
Umur: 46 th Diagnosa
Medis: Hidronefrosis
Ruang: Melati I Alamat: Jl Solo No
24, Janti sleman,
Yogyakarta.
HARI I
No Dx Tanggal Jam Implementasi Evaluasi N
T
1 15-11- 09.00 1. Monitor TTV Pukul 11.00 WIB C
2012 S:-
O:TD: 130/90 mmHg,Nadi: S: klien mengatakan
110 x/mnt, RR :25x/mnt,Suhu: BAKnya belum lancar
37 oC dan tidak terasa panas
2. Memantau intake dan output klien lagi waktu miksi
S:klien mengatakan setuju dengan
tindakan tsb O: tugor kulit tanpak tidak
09.30 O:intake dan output belum seimbang elastis dan mukosa
3. Memberikan obatdiuresis mulut kering. urin
S:klien menayakan kegunaan obat tsb bewarna merah muda,
O:klien terlihat minum obat yang sedikit berbau khas.
diberikan Balance urin input-
output belum
seimbang. TD: 130/90
mmHg, Nadi:
110 x/mnt,
10.00 RR: 25x/mnt, Suhu: 37
o
C
11.00
3 15-11- 09.30 1. Mengkaji tingkat kecemasan Pukul 11.00 WIB A
2012 S: klien mengatakan cemas dengan
penyakitnya S: klien mengatakan
O: klien terlihat gelisah, tampak pucat. sudah sedikit tenang
2. Memberi kesempatan klien untuk setelah diberi
mengungkapkan perasaannya. pengetahuan tentang
S: klien mengatakan takut dan tidak penyakitnya. klien
tau akan penyakit yang dideritanya mengatakan sudah
O: klien tampak bingung tidak cemas lagi.
3. Beri penjelasan kepada keluarga dan
pasien tentang penyakitnya. O: klien terlihat
10.00 S: pasien mengatakan dia sangat takut tenang, tampak rileks
dengan penyakit yang dideritanya. dan tidak gelisah lagi.
O: wajah klien tanpak rileks dan Klien terlihat tidur
tenang setah diberi penjelasan dengan nyaman.
tentang penyakitnya.
4. Mengobservasi kecemasan dan respon A : tujuan sudah tercapai
klien.
S: klien mengatakan sudah tidak P : pertahankan intervensi
cemas lagi.
O: klien terlihat tenang, tampak rileks
dan tidak gelisah lagi.
10.30
11.00
HARI II
10.00 A : tujuan
tercapai sebagian
P : intervensi 1,2, dan 3
dilanjutkan
11.00
HARI III
A : tujuan tercapai
10.00
P : pertahankan intervensi
10.30
BAB V
PEMBAHASAN MASALAH YANG MUNCUL
A. Pengkajian
E. Evaluasi
A. Kesimpulan
Hidronefrosis merupakan obstruksi aliran kemih proksimal terhadap
kandungkemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam
pelviks ginjal danureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat
pada parenkim ginjal. Apabilaobstruksi ini terjadi di ureter atau kandung
kemih, tekanan balik akan mempengaruhikedua ginjal tetapi jika obstruksi
terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu ataukekakuan maka hanya satu
ginjal yang rusak. Oleh karena itu untuk mengatasi berbagai masalah yang
ditumbulkan oleh hidronefrosis perlu adanya problem solvingmelalui proses
keperawatan. Tujuannya dari penatalaksanaan hidronefrosis adalahuntuk
mengaktivasi dan memperbaiki penyebab dari hidronefrosis (obstruksi,
infeksi)dan untuk mempertahankan dan melindungi fungsi ginjal.Untuk
mengurangiobstruksi urin akan dialihkan melalui tindakan nefrostomi atau
tipe disertasi lainnya.
B. Saran
Pasien harus menghindari penyebab hidronefrosis. Selain itu keluarga
juga harus berperan aktif untuk kesembuhan pasien dan mampu melakukan
perawatan mandiri kepada pasien setelah dan mampu melakukan perawatan
mandiri kepada pasien setelah perawat pengajaran cara perawatan mandiri
dirumah.
Jurnal Keperawatan
Manajemen Nyeri
De Jong, Sjamsuhidayat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. 3. Jakarta: EGC
Doenges,Marilyn E,dkk.2010.Nursing Care Plans.Ed.8.USA : Davis Plus
Mitchell.2006.Buku Saku Patologis Penyakit Ed.7.Trans:Andry
Hartono.Jakarta:EGC
Kumar, Vinay, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins, Vol. 2, ed. 7. akarta:
EGC.
Manski,Dr.med.Dirk.2015. Hydronephrosis and Upper Urinary Tract
Obstruction.Available from : URL [Diakses tanggal 15 Maret 2015]
Medkes.2013.ESWL.Hancurkan Batu Ginjal Tanpa Operasi.Availabe from :
URL [Diakses tanggal 15 Maret 2016]