Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA


HIDRONEFROSIS”

Dosen: Ns. Rahmat H.Djalil S.Kep., M.Kep., CWCCA

OLEH:
EISYE SANI PALINGU
MAYA TIWA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


MANADO T.A 2017

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan tuntunannya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas ini dengan
Judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hidronefrosis.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas masih banyak
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun dalam menyempurnakan makalah ini.
Dalam menyelesaikan makalah ini, tentunya tidak terlepas dari pihak-pihak
yang sangat berjasa dan senantiasa sabar membimbing dan terus memotivasi
penulis sehingga makalah ini, dapat terselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
Semua pihak yang telah membantu, memotivasi, serta memberikan semangat
pada penulis kiranya Tuhan Yesus yang akan membalas semua kebaikan yang
telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa Tugas ini masih banyak kekurangan sehingga
penulis perlu adanya masukan atau saran yang membangun dari semua pihak serta
pembaca sekalian, demi kelengkapan Tugas.

Manado, Juni 2017

Penulis
Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................1
C. Tujuan ....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
C. Definisi Hidronefrosis............................................................................3
D. Klasifikasi Hidronefrosis .......................................................................3
E. Etiologi Hidronefrosis............................................................................4
E. Manifestasi Klinis ..................................................................................7
F. Pemeriksaan Diagnostik .........................................................................8
G. Penatalaksanaan Medis ..........................................................................9
H. Komplikasi Hidronefrosis ....................................................................11
I. Prognosis Hidronefrosis .......................................................................11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORI.....................................................13
A. Pengkajian ............................................................................................13
B. Pemeriksaan Fisik ................................................................................14
C. Rencana Keperawatan ..........................................................................16
D. Analisis Data ........................................................................................17
E. Diagnosa Keperawatan ........................................................................19
F. Intervensi Keperawatan .......................................................................19
G. PATHWAY .........................................................................................25
BAB IV TINJAUAN KASUS ...............................................................................26
A. Pengkajian ............................................................................................26
B. Keluhan utama .....................................................................................27
C. Riwayat kesehatan................................................................................27
D. Basic Promoting physiology of Health ................................................27
E. Pemeriksaan Fisik : ..............................................................................29
F. Analisa Data .........................................................................................32
G. Prioritas diagnosa keperawatan: .............................................................34
G. Rencana Tindakan...............................................................................35
H. Catatan Perkembangan ........................................................................37
BAB V PEMBAHASAN MASALAH YANG MUNCUL ...................................44

iii
A. Pengkajian ...........................................................................................44
B. Diagnosa Keperawatan .......................................................................45
C. Perencanaan ........................................................................................45
D. Implementasi atau Pelaksanaan ..........................................................46
E. Evaluasi .............................................................................................46
BAB V PENUTUP .................................................................................................47
A. Kesimpulan ........................................................................................47
B. Saran ................................................................................................47
Jurnal Keperawatan Manajemen Nyeri ..................................................................48

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atay
kedua ginjal akibat obstruksi. Obstruksi pada aliran normal urin
menyebabkan urin mengalir balik, sehingga tekanan diginjal meningkat.
Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan balik akan
mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter
akibat adanya batu atau kekakuan, maka hanya satu ginjal saja yang rusak.
(Smeltzer & Bare, 2002). Penyebab umum Hydronephrosis termasuk
ureteroceles, katup uretra posterior dan batu ginjal. Jika USG bayi Anda
menunjukkan tanda-tanda masalah ini, Anda akan diberikan informasi
tentang kondisi dan bagaimana hal itu dapat diobati.Penyakit ginjal masih
merupakan penyakit yang sering ditemui di Indonesia. Menurut PERNEFRI
Perhimpunan Nefrologi Indonesia), penduduk Indonesia yang menderita
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah sebanyak 8,6%. Penyakit ginjal
sendiri bermanifestasi dalam 2 bentuk yaitu Penyakit Ginjal Kronik dan
Gangguan Ginjal Akut atau Acute Kidney Injury (AKI).Prognosis
dari Hydronephrosis sangat bervariasi, dan tergantung dari kondisi yang
mengawali terjadinya Hydronephrosis, unilateral atau bilateral dari ginjal
yang terserang Hydronephrosis, fungsi ginjal yang tersisa, durasi
terjadinya Hydronephrosis, dan apakah Hydronephrosis terjadi pada ginjal
yang sedang masih dalam masa pertumbuhan pada bayi atau pada ginjal
yang sudah matang. Kasus bilateral Prenatal Hydronephrosis pada prenatal
atau bayi yang ginjalnya masih berkembang dapat menghasilkan prognosis
buruk jangka panjang, yang berakibat pada kerusakan ginjal permanen
meskipun obstruksinya sembuh pada saat postnatal (Onen, 2007).
Berdasarkan uraian di atas kelompok kami membuat makalah ini untuk
dapat mengetahui dan memahami gangguan Hydronephrosis serta agar
dapat memberikan pencegahan dan asuhan keperawatan yang tepat bagi
klien dengan gangguan hidronefrosis.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari hydronephrosis?
2. Apakah etiologi dari hydronephrosis?
3. Apakah patofisiologi hydronephrosis?
4. Apakah manifestasi klinis hydronephrosis ?
5. Apakah macam-macam pemeriksaan diagnostik dari hydronephrosis?
6. Bagaimanakah penatalaksanaan pada pasien hydronephrosis?
7. Apakah komplikasi hydronephrosis?
8. Apakah prognosis dari hydronephrosis?
9. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien dengan hydronephrosis?

C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah proses pembelajaran mata kuliah Keperawatan Perkemihan
1 diharapkan mahasiswa semester 6 dapat mengerti dan memahami
asuhan keperawatan pada klien dengan hidronefrosis dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan.
b. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui definisi Hideronefrosis.
2) Untuk mengetahui etiologi Hideronefrosis.
3) Untuk mengetahui patofisiologi Hideronefrosis.
4) Untuk mengetahui manifestasi klinis Hideronefrosis.
5) Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Hideronefrosis
6) Untuk mengetahui penatalaksanaan Hideronefrosis.
7) Untuk mengetahui tentang Web of Cause Hideronefrosis.
8) Untuk mengetahui komplikasi Hideronefrosis
9) Untuk mengetahui prognosis Hideronefrosis
10) Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
Hideronefrosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

C. Definisi Hidronefrosis

Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua
ginjal akibat adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin
mengalir balik sehingga tekanan di ginjal meningkat. Hidronefrosis adalah
obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih dapat
mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan
ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal.
Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik
akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu
ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak.
Hidronefrosis merupakan suatu keadaan pelebaran dari pelvis ginjal dan
kalises. Adanya hidronefrosis harus dianggap sebagai respons fisiologis
terhadap gangguan aliran urine. Meskipun hal ini sering disebabkan oleh
proses obstruktif, tetapi dalam beberapa kasus, seperti megaureter sekunder
untuk refluks pralahir, sistem pengumpulan mungkin membesar karena
tidak adanya obstruksi (Arif Muttaqin dan Kumala Sari,
2012).Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang dihasilkan oleh
obstruksi aliran keluar urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang
menekan ureter sehingga pelvis membesar dan terdapat destruksi progresif
jaringan ginjal (Gibson, 2003).

D. Klasifikasi Hidronefrosis

Dari hasil pemeriksaan radiologis hidronefrosis terdapat 4 grade


hidronfrosis, diantaranya (Beetz dkk, 2001) :
a. Hidronefrosis Derajat 1
Hasil yang ditemukan berupa dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks
berbentuk Blunting alias tumpul
b. Hidronefrosis Derajat 2
Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor, kaliks berbentuk flattening, alias
mendatar
c. Hidronefrosis derajat 3
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa adanya
penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias menonjol. Adanya
tanda minor atrofi ginjal (papilla datar dan forniks tumpul)
d. Hidronefrosis derajat
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Serta adanya
penipisan korteks batas antara pelvis ginjal dan kaliks hilang. Tanda
signifikan adanya atrofi ginjal (parenkis tipis). Calices berbentuk
ballooning alias menggembung.

E. Etiologi Hidronefrosis

Menurut Parakrama & Clive (2005) penyebab yang bisa mengakibatkan


hidronefrosis adalah sebagai berikut:
a. Hidronefrosis Unilateral
Obstruksi pada salah satu sisi saluran kemih pada umumnya disebabkan
oleh proses patologik yang letaknya proksimal terhadap kandung kemih.
Keadaan ini berakibat hidronefrosis dan dapat menyebabkan atrofi serta
kehilangan fungsi salah satu ginjal tanpa menyebabkan gagal ginjal.
Penyebab obstruksi unilateral adalah:
1) Obstruksi sambungan ureteropelvik (sambungan antara ureter dan
pelvis renalis)
a) Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam
pelvis renalis terlalu tinggi
b) Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke
bawah
c) Batu di dalam pelvis renalis
d) Penekanan pada ureter oleh jaringan fibrosa, arteri atau vena
yang letaknya abnormal, dan tumor
2) Obstruksi adanya penyumbatan dibawah sambungan ureteropelvik
a) Batu di dalam ureter
b) Tumor di dalam atau di dekat ureter
c) Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi
penyinaran atau pembedahan
d) Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter
e) Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter
akibat pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama
metisergid)
f) Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung
kemih)
g) Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ
panggul lainnya
h) Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung
kemih ke uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau
kanker
i) Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan
atau cedera
j) Infeksi saluran kemih yang berat yang untuk sementara waktu
menghalangi kontraksi ureter
3) Penyakit ureter kongenital
4) Penyakit ureter yang didapat
b. Hidronefrosis Bilateral
1) Hyperplasia prostat pada usia lanjut
2) Adanya katup uretra posterior congenital
3) Pasien paraplegia dengan kandung kemih neurogenik
4) Fibrosis retroperitoneum dan keganasan
5) Disfungsi otot ureter yang timbul pada masa kehamilan
Menurut Kimberly (2011) penyebab dari hidronefrosis adalah sebagai
berikut:
1) Hiperplasia Prostat Benigna (BPH)
2) Striktur uretra
3) Batu ginjal
4) Striktur atau stenosis ureter atau saluran keluar kandung kemih
5) Abnormalitas kongenital
6) Tumor kandung kemih, ureter, atau pelvis
7) Bekuan darah
8) Kandung kemih neurogenik
9) Ureterokel
10) Tuberkulosis
11) Infeksi gram negatif

D. Patofisiologis Hidronefrosis
Obstruksi total akut ureter pada binatang percobaan menyebabkan
pelebaran mendadak dan peningkatan tekanan lumen bagian proksimal
tempat obstruksi. Filtrasi glomerulus tetap berlangsung dengan peningkatan
filtrasi pada tubulus dan penumpukan cairan di ruang interstisium.
Peningkatan tekanan interstisium menyebabkan disfungsi tubulus.
Kerusakan nefron ireversibel terjadi dalam waktu kira-kira 3 minggu. Pada
obstruksi parsial, kerusakan ireversibel terjadi dalam waktu yang lebih lama
dan bergantung pada derajat obstruksi.
Sebagian besar penyebab obstruksi saluran kemih yang diuraikan diatas
menyebabkan obstruksi parsial lambat terhadap aliran urine. Keadaan ini
menyebabkan hidronefrosis dan atrofi korteks ginjal progresif akibat
kerusakan nefron yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan
tahunan. Hanya hidronefrosis bilateral yang dapat menyebabkan gagal
ginjal. Statis urine akibat obstruksi meningkatakan insidensi pielonefritis
akut dan pembentukan batu saluran kemih yang keduanya dapat
memperberat obstruksi.
Obstruksi ureter akut oleh batu, bekuan darah, atau kerak papila renalis akan
menyebabkan kolik ureter akibat peningkatan peristalsis ureter. Kolik ureter
merupakan nyeri intermitten yang sering kali sangat berat pada sudut ginjal
posterior dan menjalar disekitar pinggang (flank) menuju daerah pubis.
obstruksi unilateral kronis biasanya asimtomatik bahkan pada obstruksi total
dan umumnya berlanjut dengan kerusakan ginjal permanen sebelum
terdeteksi. Obstruksi parsial bilateral kronis memberikan gambaran gagal
ginjal kronis progresif, meliputi hipertensi, kegagalan fungsi tubulus
(poliuria, asidosis tubulus renalis, dan hiponatremia), dan timbulnya batu
saluran kemih atau pielonefritis akut. Penanganan pasien tersebut dapat
mengembalikan fungsi tubulus menjadi normal bila dilakukan secara dini.
Obstruksi bilateral total meneyebabkan gagal ginjal akut tipe pascaginjal
dan selanjutnya dengan cepat menuju ekmatian bila tidak segera dikoreksi.
Oleh karena itu, keadaan ini termasuk kegawatdaruratan medis(Kimberly,
2011).
Sedangkan menurut Vinay Kumar, dkk (2007) Obstruksi bilateral total
menyebabkan anoria, yang menyebabkan pasien segera berobat. Apabila
obstruksi terletak dibawah kandung kemih, gejala dominant adalah keluhan
peregangan kandung kemih. Secara paradoks, obstruksi bilateral inkomplit
menyebabkan poliuria bukan oliguria, akibat terganggunya kemampuan
tubulus memekatkan urin dan hal ini dapat menyamarkan sifat asli kelainan
ginjal. Sayangnya, hidronefrosis unilateral dapat tetap asintomatik dalam
jangka lama, kecuali apabila ginjal yang lain tidak berfungsi karena suatu
sebab. Ginjal yang membesar sering ditemukan secara tidak sengaja pada
pemerksaan fisik rutin. Kadang-kadang penyebab dasar hidronefrosis,
seperti kalkulus ginjal atau tumor obstruktif, menimbulkan gejala yang
secara tidak langsung menimbulkan perhatian ke hifronefrosis.
Dihilangkanya obstruksi dalam beberapa minggu biasanya memungkinkan
pemulihan total fungsi, namun seiring dengan waktu perubahan menjadi
ireversibel.

E. Manifestasi Klinis

Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap.


Obstruksi akutdapatmenimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika
terdapat infeksi akan terjadi disuria,menggigil,demam dan nyeri tekan serta
piuria akan terjadi. Hematuri dan piuriamungkin juga ada. Jikakedua ginjal
kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti:
1) Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
2) Gagal jantung kongestif.
3) Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi).
4) Pruritis (gatal kulit).
5) Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
6) Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
7) Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang
Manifestasi Klinis yang sering muncul pada hidronefrosis unilateral,
diantaranya (smeltzer dan Bare,2002):
1) Aliran urin berkurang
2) Jika infeksi, gejala yang muncul yaitu disuria, menggigil dan nyeri
tekan serta pyuria
3) Nyeri kolik pada sisi ginjal yang terkena
4) Mual, muntah, abdomen terasa penuh
5) Nyeri hebat ginjal atau nyeri samar dibagian dipanggu dan pinggang
6) Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis
renalis
7) Air kemih dari 10% penderita mengandung darah

F. Pemeriksaan Diagnostik

1) Pemeriksaan Laboratorium
Urinalisis Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik
dapat menunjukkan adanya batu atau tumor. Hitung jumlah sel darah
lengkap: leukositosis mungkin menunjukkan infeksi akut. Kimia serum:
hidronefrosis bilateral dan hidroureter dapat mengakibatkan
peningkatan kadar BUN dan kreatinin. Selain itu, hiperkalemia dapat
menjadi kondisi yang mengancam kehidupan.
2) Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi adalah metode yang cepat, murah, dan cukup akurat
untuk mendeteksi hidronefrosis dan hidroureter, namun, akurasi dapat
bergantung pada pengguna. Ultrasonografi umumnya berfungsi sebagai
tes skrining pilihan untuk menetapkan diagnosis dan hidronefrosis.
3) Pyelography Intravena (IVP)
Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan dan
penyebab hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal merupakan
penyebab paling mudah yang dapat diidentifikasi berdasarkan temuan
IVP
4) CT Scan
CT Scan memiliki peran penting dalam evaluasi hidronefrosis dan
hidroureter. Proses retroperitoneal menyebabkan obstruksi ekstrinsik
dari ureter dan kandung kemih dapat dievaluasi dengan sangat baik
pada CT Scan.

G. Penatalaksanaan Medis

a. Hidronefrosis akut
1) Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang
hebat, maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera
dikeluarkan(biasanya melalui sebuah jarum yang dimasukkan
melalui kulit).
2) Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat
batu, maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk
sementara waktu
b. Hidronefrosis kronik
Hidronefrosis kronis diatasi dengan mengobati penyebab dan
mengurangi penyumbatan air kemih. Ureter yang menyempit atau
abnormal bisa diangkat melalui pembedahan dan ujung-ujungnya
disambungkan kembali.
1) Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter
dari jaringan fibrosa.
2) Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka
dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter dan
menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang
berbeda.
3) Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:
a) Terapi hormonal untuk kanker prostat
b) Pembedahan dilakukan pembedahan untuk membebaskan
ureter dari jaringan fibrosa. Jika sambungan ureter dan
kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan
untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di
sisi kandung kemih yang berbeda. Pembedahan pada
hidronefrosis akut biasanya jika infeksi dapat dikendalikan
dan ginjal berfungsi dengan baik.
c) Pelebaran uretra dengan dilator
Adapun penanganan medis yang diberikan kepada klien
hidronefrosisi, diantaranya :
1) Nefrotomi
Hal ini dilakukan jika hidronefrosisyng disebabkan
karena adnya obstruksi saluran urin bagian atas yang
tidak memungkinkan ginjal mengalirkan urin ke system
urinaria bagian bawah dikarenakan adanya batu, infeksi,
tumor, atau kelainan anatomi. Hidronefrosis yang terjadi
pada transplantasi ginjal. Tindakan ini dilakukan dengan
memasukkan sebuah kateter melalui kulit bagian
belakang (panggul) ke dalam ginjal. Tujuan dari
tindakan ini untuk mengatasi penumpukan atau
pengumpulan urin pada ginjal yang terjadi karena
obstruksi yang menghalangi keluarnya urin.
2) Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
Merupakan suatu tindakan medis yang menangani renal
kalkuli yang menghancurkan batu ginjal menggunakan
getaran dari luar tubuh ke area ginjal. ESWL bekerja
melalui gelombang kejut yang dihantarkan melalui tubuh
ke ginjal. Gelombang ini akan memecahkan batu ginjal
menjadi ukuran lebih kecil untuk selanjutnya dikeluarkan
sendiri melalui air kemih. Gelombnag yang dipakai
berupa gelombang ultrasonic, elektrohidrolik atau sinar
laser.
3) Nefrolitotomi
Perkutanaous Nephrolithotomi merupakan salah satu
tindakan minimal invasive dibidang urologi yang
bertujuan mengangkat batu ginjal dengan menggunakan
akses perkutan untuk mencapai system pelviokalises
yang memberikan angka bebas batu yang tinggi.
4) Stent Ureter
Tindakan ini merupakan alat berbentuk pipa yang
dirancang agar dapat ditempatkan di ureter untuk
mempertahankan aliran urin pada penderita obstruksi
ureter, memulihakan fungsi ginjal yang terganggu, dan
memperthankan caliber atau patensi ureter sesudah
pembedahan. Stent ini terbuat dari silicon yang bersifat
lunak dan lentur.

H. Komplikasi Hidronefrosis

Menurut Kimberly (2011) penyakit hidronefrosis dapat menyebabkan


komplikasi sebagai berikut:
1) Batu ginjal
2) Sepsis
3) Hipertensi renovaskuler
4) Nefropati obstruktif
5) Infeksi
6) Pielonefritis
7) Ileus paralit

I. Prognosis Hidronefrosis

Prognosis hidronefrosis sangat bervariasi dan tergantung pada kondisi


yang berkaitan dengan hidronefrosis itu sendiri, apakah satu ginjal
(unilateral) atau keduanya (bilateral) yang terkena, fungsi ginjal yang sudah
ada sebelumnya, dan lamanya hidronefrosis (akut atau kronis). Pada
kebanyakan bayi, hidronefrosis ringan sampai sedang membaik sejalan
dengan waktu dan mungkin tidak memerlukan pengobatan, terutama bila
kaliks tidak berdilatasi. Namun, riwayat alamiah hidronefrosis yang
didiagnosis saat prenatal tidak sepenuhnya dimengerti dan pemantauan
jangka panjang dapat dianjurkan. (Nelson, 2000).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. Pengkajian

1. Anamnesa
a. Identitas Klien
1) Nama (Nama klien sangat dibutuhkan sebagai identitas klien)
2) Umur (Umur dapat mengidentifikasi penyebab dari hidronefrosis
yang terjadi pada orang dewasa)
3) Jenis kelamin (Jenis kelamin bisa untuk identifikasi penyebab
misalnya pada pria lansia penyebab tersering ialah akibat
obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat pembesaran
prostat. Pada perempuan hamil bisa terjadi akibat pembesaran
uterus)
4) Agama
5) Pendidikan
6) Pekerjaan (Pekerjaan klien dapat berpengaruh terhadap penyebab
klien menderita hidronefrosis, misalnya sopir atau sekretaris yang
pekerjaannya banyak untuk duduk sehingga meningkatkan statis
urine)
7) Status Perkawinan
2. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan px biasnya nyeri pada daerah perut bagian
bawah tembus pinggang
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat pasien terdahulu mungkin
pernah mengalami penyakit batu ginjal, tumor, pembesaran prostat,
ataupun kelainan kongenital.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan klien saat ini
seperti klien berkemih sedikit tergantung periode penyakit, nyeri saat
berkemih, nyeri panggul.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien ada yang menderita penyakit polikistik ginjal
herediter, diabetes mellitus, serta penyakit ginjal yang lain.
4. Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas dan istirahat (Kelelahan, kelemahan, malaise)
b. Integritas ego (Faktor stress, perasaan tidak berdaya, menolak
cemas, marah)
c. Elimasi (Penurunan frekuensi, oliguri, anuri, perubahan warna urin)
d. Makanan/cairan (Penurunan berat badan karena malnutrisi,
anoreksia, mual, muntah)
e. Nyeri/kenyamanan (Nyeri abdomen, nyeri tulang rusuk dan tulang
panggul, gelisah, distraksi tergantung derajat keparahan)
f. Interaksi sosial (Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan
peran seperti biasa)
g. Persepsi diri Kurangnya pengetahuan, gangguan body image.
h. Sirkulasi Peningkatan tekanan darah, kulit hangat dan pucat.

B. Pemeriksaan Fisik

1.Kulit: pada Inspeksi didapatkan warna kulit sawo matang,palpasi turgor


cukup
2. Kepala : Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut.
3. Mata :Conjungtiva merah muda, sclera putih, pupil bulat, isokor,
reflek cahaya(+/+).
4. Telinga : Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal.
5. Hidung : simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah.
6. Mulut : gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering
7. Leher : trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar
tiroid tidak membesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat.
8. Thorax
a). Jantung: Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas
jantung dalam batas normal, S1>S2, regular, tidak ada suara
tambahan.
b). Paru-paru: Tidak ada ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan = kiri,
nyeri tekan tidak ada, sonor seluruh lapangan paru, suara dasar
vesikuler seluruh lapang paru, tidak ada suara tambahan.
c). Abdomen :
I: Perut datar, tidak ada benjolan
A: Bising usus biasanya dalam batas normal.
P: Timpani seluruh lapang abdomen
P: ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba massa.
9. Pada pasien dengan hidronefrosis berat, palpasi ginjal dapat teraba.
Dengan hidronefrosis bilateral, edema ekstremitas bawah dapat terjadi.
Sudut kostovertebral pada satu sisi yang terekena sering lembut. Adanya
kembung pada kandung kemih yang teraba jelas menambah bukti bahwa
adanya obstruksi saluran kemih.
10. Ekstremitas Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot
cukup. Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-),
oedema (-), tonus otot cukup.
11. Pemeriksaan penunjang
12. Laboratorium
13. Urinalisis : Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik
dapat menunjukkan adanya batu atau tumor, Volumenya <400 ml/ hari
dalam 24-28jam setelah ginjal rusak, Warna urin Kotor, terdapat
sedimen kecoklatan yang menunjukkan adanya darah, mioglobin, dan
porfirin.
14. Hitung jumlah sel darah lengkap: leukositosis mungkin menunjukkan
infeksi akut.
15. Kimia serum: hidronefrosis bilateral dan hidroureter dapat
mengakibatkan peningkatan kadar BUN dan kreatinin. Selain itu,
hiperkalemia dapat menjadi kondisi yang mengancam kehidupan.
16. Radiodiagnostik
17. USG abdomen
18. Berfungsi sebagai tes skrining pilihan untuk menetapkan diagnosis dan
hidronefrosis.
19. IVP
20. Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan dan
penyebab hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal merupakan
penyebab paling mudah yang dapat diidentifikasi berdasarkan temuan
IVP
21. Renogram / RPG
22. Poto thorax
ECG : untuk mengetahui elektrolit dalam tubuh

C. Rencana Keperawatan

Tujuan dari rencana keperawatan adalah diharapkan pada evaluasi


didapatkan penurunan stimulus nyeri, penurunan risiko infeksi pascabedah,
penurunan kecemasan, dan mempersiapkan klien secara optimal untuk
dilakukan pembedahan.
Untuk intervensi pada masalah keperawatan pemenuhan informasi,
ketidakseimbangan nutrisi, perubahan pola miksi, dan kecemasan dapat
disesuaikan pada masalah yang sama pada pasien batu ginjal.
Untuk intervensi pada masalah keperawatan risiko tinggi infeksi, dapat
disesuaikan dengan masalah yang sama pada pasien trauma ginjal.
Hasil yang diharapkan setelah mendapatkan intervensi keperawatan
adalah sebagai berikut:
1. Penurunan skala nyeri.
2. Tidak terjadi infeksi pada luka pascabedah.
3. Asupan nutrisi terpenuhi.
4. Terpenuhinya informasi kesehatan.
5. Kecemasan berkurang.
D. Analisis Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


DO : Nyeri Akut
Obstuksi Aliran
- Klien
Urin
tampak

meringis
Tekanan saluran
- Pernafasan
Kemih
klien cepat

- Tamnpak
Kolik renalis/nyeri
1 gelisah
pinggang
- Skala nyeri

klien 8
Nyeri Akut
DS :
- Klien
mengatakan
nyeri di bagian
pinggang
DO : Hidronefrosis Gangguan Eliminasi
- Urin klien ↓ Urin
kurang dari 400 Refluks urin ke
ml/ hari dalam ginjal
24-28jam ↓
- Warna urin Retensi urin
2 klien kotor ↓
(coklat) Gangguan pola
DO : eliminasi urin
- Klien
mengatakan
urinnya yang
keluar sedikit
3 DO : Obstruksi aliran urin Ketidakseimbangan
- Nafas klien ↓ nutrisi kurang dari
berbau Kerusakan ginjal kebutuhan tubuh
ammonia ↓
- Klien hanya Kegagalan ginjal
menghabiskan membuang limbah
makan ¼ porsi metabolic
- BB klien ↓
menurun dari Pe ureum dalam
69 menjadi 50 darah
DS : ↓
- Klien Di sis. Pencernaan
mengatakan ↓
tidak mau Anoreksia, mual,
makan muntah
- Klien
merasa mual
dan muntah
DO : Hidronefrosis
- Suhu Badan unilateral
klien 37,90C ↓
- Hasil Terdapat obstruksi
pemeriksaan ↓
lab darah : Refluk urin ke ginjal
peningkatan ↓
4 leukosit, keratin Peningkatan jumlah
menurun urin di ginjal
- Diagnose ↓
Hidronefrosis Kontaminasi kuman
DS: ↓
- Klien Risiko Infeksi
merasa demam
- Klien
merasa lemas
dan lemah

E. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut berhubungan dengan peningkatan jumlah volume urin pada


ginjal
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan perubahan jumlah urin
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual, muntah
4. Resiko infeksi berhubungan dengan depresi pertahanan imunologi
sekunder terhadap uremia

F. Intervensi Keperawatan

Tujuan dan Kriteria


Diagnosa Intervensi
Hasil
Nyeri akut b/d NOC : NIC :
Peningkatan jumlah a. Pain level a) Lakukan
volume urin pada b. Pain control pengkajian nyeri
ginjal KH : secara
- Mampu komprehensif
mengontrol nyeri termasuk lokasi,
- Melaporkan karakteristik,
bahwa nyeri durasi, frekuensi,
berkurang dgn kulitas, dan factor
menggunakan presipitasi
manajemen nyeri b) Observasi
- Mampu reaksi nonverbal
mengenali nyeri c) Kaji kultur
- Menyatakan yang
rasa nyamansetelah mempengaruhi
nyeri berkurang nyeri
d) Evaluasi
pengalaman nyeri
masa lampau
e) Control
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
nyeri
f) Kaji tipe dan
sumber nyeri
g) Berikan
analgetik
h) Lakuakn
pengobatan non
farmakologik
Gangguan pola NOC NIC:
eliminasi urin b/d a) urinary (a) Memenatau
perubahan jumlah urin elimination asupan dan
b) urinary keluaran
continuece (b) Memntau tingkat
kriteria hasil: distensi kandung
- intake cairan kemih dengan
dalam rentang palpasi dan
normal perkusimeransang
- kantung kemih reflex kandung
secara penuh kemih
- tdak ada residu (c) Masukan kateter
urine > 100-200cc kemih
- balance cairan (d) Menyediakan
seimbang penghapusan
privasi
Intoleransi aktifitas b/d NOC NIC
penurunan aktivitas a. alergiy Energy management
conservation (a) Obserpasi
b. self care:ADL adanya batasan
Kriteria hasil: klien dalam
- Berpartisipasi beraktivitas
dalam aktivitas (b) kaji adnya faktor
fisik tanpa disertai yang
peningkatan menyebabbkan
tekanan darah nadi kelelahan
dan pernafasan (c) monitor nutrisi
- mampu dan sumber
melakukan aktivitas energi yang
sehari-hari adekuat
(d) monitor akan
adanya kelelahan
fisik dan emosi
secara berlebih
Activity terapy
(a) bantu klien
untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
mampu
dilakukan
(b) bantu untuk
memilih aktivitas
konsisiten yang
sesuai dengan
kemamuan fisik
dan psikologis
(c) Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
(d) Kolaborasi
dengan tenaga
rehabilitasi
medic dalam
merencanakan
program terapi
yang tepat
Ketidakseimbangan NIC NIC
nutrisi kurang dari a) Nutritional Nutrition
kebutuhan tubuh b/d status: food and management
anoreksia, mual, fluid intake (a) kaji adanya
muntah alergi makanan
KH: (b) kaji kemampuan
- adanya pasien untuk
peningkatan berat mendapatkan
badan sesuai nutrisi yang
dengan tujuan dibutuhkan
- mampu (c) yakinkan diet
mengidentifikasi yang dimakan
kebutuhan nutrisi mengandung
- adanya tinggi serat
keinginan untuk (d) monitor jumlah
makan nutrisi dan
- yakinkan diet kandungan kalori
yang dimakan klien Nutrition monitring
mengandung tinggi (a) berikan
serat untuk informasi tentang
mencegah kebutuhan nutrisi
konstipasi (b) kalaborosi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan pasien
(c) BB pasien
dalam batas
normal
(d) monitor adanya
penurunan berat
badan
(e) onitor
lingkungan
selama makan
(f) monitor mual
dan muntah
(g) Monitor kalori
dan intake nutrisi
Resiko infeksi NOC NIC
berhubungan dengan a. Risk control Infection Control
depresi pertahanan Knowledge (a) Pertahankan
imunologi sekunder Kriteria Hasil : teknik aseptik’
terhadap uremia - Identifikasi (b) Cuxi tangan
risiko infeksi setiap sebelum
- Menjaga dan sesudah
kebersihan tindakan
lingkungan keperawatan
- Menggunakan (c) Gunakan baju,
universal sarung tangan
precaution dalam sebagai alat
melakukan perlindung
tindakan (d) Gunakan kateter
keperawatan intermiten untuk
- Melakukan menurunkan
strategi control infeksi kandung
infeksi kemih
(e) Tingkatkan
intake nutrisi
(f) Kolaborasi :
Berikan terapi
antibiotik
G. PATHWAY

Etiologi faktor predisposisi

Obsrtuks

Kurang Informasi Urine mengalir balik Penutup Haruan


Urin

Hidronefrosis Oliguri
Kurang
ppengetahuan
Tekanan diginjal meningkat
Gangguan pola
eliminasi BAK

Abses inflamasi

Nyeri tekan abdomen Demam menggigil

Gangguan rasa nyaman Mual, muntah Hipertermi

Intake tidak adekuat


Nyeri

Perubahan Nutrisi kurang


dari kebutuhan
BAB IV
TINJAUAN KASUS

Tn. A berumur 46 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan perut kiri
bagian bawah terasa nyeri sejak 1,5 bulanyang lalu, hilang
timbul menjalar (skala nyeri 5). Pasien mengatakan adanya riwayat
hematuria 1,5 bulan yang lalu,riwayat nyeri pinggang kiri 2,5 bulan yang lalu
hilang timbul, klien terlihat tampak pucat dan cemas. Turgor kulit tampak tidak
elastis Tanggal Pengkajian : 15 November 2012
Jam pengkajian : 08.30 WIB
dan mukosa mulut klien terlihat kering. Klien mengatakan tidak nafsu makan
dan minum serta BAK sedikit dan klien merasa takut akan penyakitnya dan
sering menanyakan kepada istrinya, apakah penyakitnya bisa disembuhkan atau
tidak. Pasien mengatakan susah tidur karena sering memikirkan penyakit yang
dialaminya. Pada pemeriksaan fisik : komposmentis, TD 130/90 mmHg, N 110
x/mnt, RR 25 x/mnt, S 37 oC konjungtiva pucat.

A. Pengkajian

Pasien
Nama : Tn. A
Umur :46 th
Agama :Islam
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Wiraswasta
Status Pernikahan :Menikah
Alamat :Jl solo, No 24 Janti
Tanggal masuk RS :13 November 2012
Diagnosa Medis :Hidronefrosis
Penanggung Jawab
Nama :Ny. B
Agama :Islam
Pendidikan :S1
Pekerjaan :PNS
Status Pernikahan :Menikah
Alamat :Jl Solo, No 24 Janti
Hubungan dengan klien :Istri klien

B. Keluhan utama
Perut kiri pada bagian bawah terasa nyeri dengan skala nyeri 5 (skala nyeri
1-10).

C. Riwayat kesehatan

1. Riwayat penyakit sekarang:


Klien mengeluh nyeri pada perut kiri bagian bawah ( skala nyeri 5
). Klien juga mengeluh nafsu makan dan minum serta BAK sedikit (600
cc/ hari).
2. Riwayat Penyakit Dahulu:
Klien mengatakan sebelumnya mengalami nyeri pingang kiri serta
hermaturia..
3. Riwayat Penyakit Keluarga:
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada riwayat penyakit seperti
yang dialaminya.

D. Basic Promoting physiology of Health

1. Aktivitas dan latihan


Klien bekerja sebagai wiraswasta. Klien jarang melakukan olahraga
dalam sebulan paling sering 2-3 kali. Kemampuan ROM klien aktif
Sebelum sakit maupun setelah sakit. Kemampuan ambulasi dan ADL
klien aktif sebelum sakit dan setelah sakit kemampuan ADL klien masih
aktif .
2. Tidur dan istirahat
Sebelum sakit klien tidur 7-8 jam perhari dan klien tidak biasa tidur
siang. Setelah tiba di Rumah Sakit klien mengalami gangguan tidur karna
cemas terhadapa penyakit yang dideritanya. Klien mengeluh kesulitan
tidur menjelang tidurnya
3. Kenyamanan dan nyeri
a. Nyeri profokatif = nyeri pada saat melakukan aktifitas
Paliatif = posisi semi fowler setelah miksi
b. Quality : seperti tertusuk-tusuk
c. Region : perut kiri bagian bawah, pingang kiri.
d. Scale : skala 5
e. Time : pada saat miksi

4. Nutrisi
Selera makan pasien berkurang,ia hanya mengahabiskan 1/3 porsi
makannya. Pasien tidak suka makan bubur, tapi kalau dikasi nasi keras
pasien tidak menghabiskan porsi makannya. Berat badan pasien saat ini
50 kg dengan tinggi badan 170 cm. IMT = BB / (Tinggi badan(m))2 = 50
kg / (1.7 m)2 = 17.3. Berarti pasien tergolong kurus.
5. Cairan, elektrolit dan asam basa
a. Frekuensi minum : Konsumsi air/hari : 800 cc/hari
b. Turgor kulit : Tidak elastik
c. Support IV Line : Ya
IWL selama 24 jam
= 15 cc per kg BB
= 15 x 50
= 750 cc
Urine ouput = 25cc x 24 jam = 600 cc
IV line = 250cc/hari
Balance cairan = input – output
= (800 + 250) – ( 750 + 600 )
= 1050 – 1350
= 300 cc

6. Oksigenas
Klien tidak mengalami Sesak nafas, tidak Batuk dan tidak ada
Sputum. Tidak nyeri dada, dan klien perokok pasif.
7. Eliminasi fekal/bowel
Frekuensi BAB klien yaitu 1-2x/hari, waktu BAB klien pagi atau sore,
feses klien berwarna kuning dengan konsitensi lunak. Kebutuhan
pemenuhan ADL bowel klien aktif dan tidak ada gangguan eleminasi
bowel.
8. Eliminasi urin
Frekuensi BAK klien yaitu 1-2x/hari dengan jumlah 25cc/jam atau 600
cc/ hari. Warna urin tidak normal yaitu kemerahan, baunya khas
(amoniak), dan klien mengeluh nyeri dan panas saat miksi. Klien
menggunakan kateter dan kebutuhan pemenuhan ADL bladder klien
adalah aktif.
9. Sensori, persepsi dan kognitif
Tidak ada gangguan penglihatan, pendengaran, penciuman, sensasi taktil,
dan pengecapan. Klien tidak ada riwayat penyakit sensori persepsi dan
kognitif.

E. Pemeriksaan Fisik :

1. Keadaan Umum :
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign :
TD : 130/90 mmHg,
Nadi : 110 x/mnt,
Irama : ireguler
Respirasi frekuensi : 25 x/mnt,normal
Suhu : 37 oC
2. Kepala :
Keadaan kulit kepala normal, tidak ada lesi dan benjolan. Rambut
beruban, tidak rapi dan sedikit rontok. Wajah pasien pucat dan kulit
teraba hangat, bentuk wajah oval. Keadaan mata klien yaitu
konjugtiva tidak anemis, sclera : normal ( tidak ikterik), kornea :
keruh, pupil : isokor = 2 mm, rangsangan terhadap cahaya : kanan ( +
) dan kiri ( +), palpebra normal,tidak edema, lensa bening,dan visus
normal ka/ki 6/6.Keadaan hidung ; tidak ada gangguan penghidung,
tidak ada sekret, tidak ada polip, tidak ada sputum deviasi dan tidak
ada pernafasan cuping hidung.Keadaan telinga ; ki/ka simetris, tidak
ada pembengkakan pada aurikula, dan tidak ada nyeri tekan. Keadaan
mulut ; gigi normal, masih utuh, tidak ada penggunaan gigi palsu,
bersih dan tidak ada caries gigi. Mukosa bibir pucar dan kering.
3. Leher : Normal, Tidak ada pembesaran thyroid, tidak kaku
kuduk,
4. Tenggorokan : Refleks menelan baik
5. Bentuk dada : datar
6. Pulmo:
Inspeksi :Pengembangan dada simetris, warna kulit normal,
retraksi dada, tidak ada penggunaan otot bantu napas.
Palpasi :Fremitus taktil ka/ki : Fremitus kanan = premitus kiri
sama, tidak ada benjolan
Perkusi :Sonor
Auskultasi :Suara nafas Bronkial lokasinya di sterni atau scapulae,
vesikuler lokasinya di semua bagian paru yang jauh dari
trachea dan bronkhi besar dan bronkovesikuler lokasinya
di percabangan bronkus dan trakhea
7. Cor:
Inspeksi :-
Palpasi : Ictus cordis : Normal ( teraba pada inter costa ke- 5)
Perkusi : batas jantung : Normal (costa ke1 – costa ke inter costa
ke5)
Bunyi : pekak
Auskultasi :Bunyi jantung tunggal
8. Abdomen:
Inspeksi : Normal, bentuk datar, tidak ada hematome, tidak ada
luka, tidak ada bekas operasi.
Palpasi : nyeri tekan pada abdomen sebelah kiri bawah.
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Peristaltik : 15x/mnt
10 Genetalia
Pria : tidak ada benjolan, tidak ada tumor maupun hernia
Rectum :Tidak ada Hemoroid dan tidak ada Tumor
11 Psiko Sosio Budaya Dan Spiritual :
a. Psikologis :Klien mengalami kecemasan setelah mendapat
penyakitnya karna klien tidak tahu tentang penyakit yang dideritanya.
Namun Klien berencana jika penyakitnya telah sembuh klien akan
menjaga kesehatan dengan melakukan banyak minum.
b. Sosial :Gaya klien dalam berkomunikasi menggunakan Bahasa
Indonesia, nada bicara klien sopan, pola interaksi sangat baik dengan
perawat, dan kooperatif dengan keluarga, masyarakat, dan perawat.
c. Budaya :Budaya yang diikuti pasien adalah budaya Jawa dan
tidak ada kebiasaan atau kebudayaan yang dianut klien merugikan
kesehatan.
d. Spiritual :Aktivitas ibadah sehari-hari klien adalah Sholat,
kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan adalah mengaji, dan
klien menganggap penyakitnya merupakan sebuah ujian dan berusaha
untuk tegar menghadapinya.
F. Analisa Data

Nama klien : Tn. A No. Register : 08130430


Umur : 46 th Diagnosa Medis: Hidronefrosis
R Alamt : Jl Solo No 24,Janti,
uang Rawat : Melati I sleman,Yogyakarta.

TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM


15-11-2012 DS: Adanya sumbatan Gangguan
07.00 keseimbangan cairan
Klien mengatakan
tidak nafsu makan dan
minum serta BAK sedikit.

DO:

TD : 130/90
mmHg
Nadi: 110 x/mnt
Suhu: 37 oC
RR : 25x/mnt
Turgor kulit tampak
tidak elastis dan mukosa
mulut klien terlihat kering
Balance cairan = input
– output = 300 cc per hari
Urin bewarna merah,
bau khas, dan terasa panas
saat miksi.

15-11-2012 DS: Agen injuri biologi Nyeri akut


07.05
Klien mengeluh perut
kiri bagian bawah terasa
nyeri sejak 1,5
bulan dengan Skala nyeri
5.
Klien mengatakan
nyeri pinggang kiri sejak
2,5 bulan yang lalu.

DO:

TD : 130/90
mmHg
Nadi: 110 x/mnt
RR: 25x/mnt
Suhu: 37 oC

15-11-2012 DS : Kurangnya informasi Ansietas


07.10 tentang proses penyakit
Klien merasa takut
dan sering menanyakan
kepada istrinya apakah
penyakitnya bisa
disembuhkan atau tidak
Klien mengatakan
susah tidur karena sering
memikirkan penyakit yang
dialaminya

DO :
klien tampak pucat
dan cemas
N: 110x/menit
TD : 130/90
mmHg
RR 25 x/mnt
Suhu : 37 oC
G. Prioritas diagnosa keperawatan:

1. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan adanya sumbatan


ditandai klien mengatakan tidak nafsu makan dan minum serta BAK
sedikit. TD : 130/90 mmHg. Nadi: 110 x/mnt. Suhu: 37 oC. Turgor
kulit tampak tidak elastis dan mukosa mulut klien terlihat kering. Balance
cairan = input – output = 300 cc per hari. Urin bewarna merah, bau khas,
dan terasa panas.
2. Nyeri akut berhubungan dengan Agen injuri biologis yang
ditandai dengan Klien mengeluh perut kiri bagian bawah terasa nyeri sejak
1,5 bulan dengan Skala nyeri 5. Klien mengatakan nyeri sejak 2,5 bulan
yang lalu. TD: 130/90 mmHg. Nadi: 110 x/mnt. RR: 25x/mnt. Suhu: 37 oC.
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit yang ditandai dengan, klien merasa takut dan sering menanyakan
kepada istrinya apakah penyakitnya bisa disembuhkan atau tidak. klien
mengatakan susah tidur karena sering memikirkan penyakit yang
dialaminya. Klien tampak pucat dan cemas.N: 110x/menit. TD: 130/90
mmHg. RR 25 x/mnt.
G. Rencana Tindakan

Nama klien : Tn. A No. Register : 08130430


Umur : 46 th Diagnosa Medis : Hidronefrosis
Ruang Rawat : Melati I Alamat : Jl Solo No 24, Janti
Sleman, Yogyakarta.

No Dx Tujuan & Kriteria Intervensi Rasionalisasi N


Hasil T
1 Gangguan Setelah dilakukan 1. Monitor TTV 1. Dengan memonitor TTVdapat Ch
keseimbangan tindakan mengetahui perkembangan
cairanberhubungan keperawatan pasien
denganadanya kepada Tn.A selama 2. Dengan
sumbatan 3x24 jam klien akan 2. Pantau intake dan output pantauanintake danoutput pera
menunjukkan tidak klien wat bisa mengetahui apakah
ada tanda-tanda asupan cairan sama dengan
gangguan cairan yang dikeluarkan
keseimbangan 3. Dengan kolaborasi pemberian
cairan dengan kriteria 3. Kolaborasi untuk pemberian antidiuretik diharapkan urin
hasil: antidiuretik bisa keluar dengan lancar
Nafsu makan sehingga mengurangi adanya
dan minum serta edema.
BAK kembali
normal.
TD :
120/80 mmHg
Nadi: 60-
100x/mnt
Suhu: 37 oC
RR : 16-
24x/mnt
Turgor kulit
tampak elastis
dan mukosa
mulut klien
terlihat lembab
Balance
cairan input dan
output kembali
normal
Urin
bewarna jernih,
tidak berbau
khas, dan tidak
terasa panas pada
saat miksi.
2 Nyeri Setelah dilakukan 1. Monitor TTV 1. Mengetahui keadaan umum Ch
berhubungan tindakan klien dan mengidentifikasi
dengan Agen keperawatan kepada adanya penyimpanan
injuri biologis. Tn. A selama 3x 24 respon nyeri
jam diharapkan nyeri pada tubuhpasien
yang dirasakan klien 2. dengan mengkaji tingkat
berkurangdengan 2. Kaji tingkat nyeri nyeri perawat bisa
criteria hasil: mengetahui skala dan
Klien tidak kualitas nyeri
mengeluh nyeri 3. denganmengatur posisi
nyaman pada klien
perut kiri bagian
3. Atur posisi diharapkan mengurangi
bawah tidurKlien senyaman penekanan pada daerah nyeri.
Klien tidak mungkin 4. dengan tehnik relaksasi dan
mengeluh distraksi dapat meminimalisir
pinggang bagian nyeri yang dirasakan pasien
kiri 5. dengan pemberian
TD : 4. Anjarkan klien teknik analgetik dapat menekan rasa
120/80 mmHg relaksasi dan distraksi nyeri.
Nadi: 60-
100x/mnt 5. Kolaborasi dengan tim
RR: 16- medis dalam pemberian
24x/mnt analgetik yaitu asam
Suhu: 37 oC efenamat 2x 1 / hari

3 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Untuk mengetahui be


dengan kurangnya tindakan keperawatan kecemasaan kecemasan kliensehi
informasi tentang kepada Tn. A selama 1x ditentukan tindakan
proses penyakit. 24 jam diharapkan klien untuk klien.
tidak 2. Beri 2. Dengan memberikan
cemas lagi dengan kriteria kesempatan pada klien untuk me
hasil : klien untuk perasaannya, kliendihar
mengungkap nyai semangat dan m
Klien sudah tidak kan terhadap pengobatannya
cemas lagi perasaannya. 3. Dengan memberikan
tentang penyakit kepad
Klien bisa tidur
keluargadapat meningk
dengan aman dan pemahaman mereka se
nyaman 3. Beri mengurangi kecemasan
N: 60-100x/menit penjelasan
TD : kepada
120/80 mmHg keluarga dan
RR: 16-24x/mnt pasien
Suhu : 37 oC tentang
penyakitnya.

H. Catatan Perkembangan

Nama
klien: Tn.A
No. Register:08130430
Umur: 46 th Diagnosa
Medis: Hidronefrosis
Ruang: Melati I Alamat: Jl Solo No
24, Janti sleman,
Yogyakarta.

HARI I
No Dx Tanggal Jam Implementasi Evaluasi N
T
1 15-11- 09.00 1. Monitor TTV Pukul 11.00 WIB C
2012 S:-
O:TD: 130/90 mmHg,Nadi: S: klien mengatakan
110 x/mnt, RR :25x/mnt,Suhu: BAKnya belum lancar
37 oC dan tidak terasa panas
2. Memantau intake dan output klien lagi waktu miksi
S:klien mengatakan setuju dengan
tindakan tsb O: tugor kulit tanpak tidak
09.30 O:intake dan output belum seimbang elastis dan mukosa
3. Memberikan obatdiuresis mulut kering. urin
S:klien menayakan kegunaan obat tsb bewarna merah muda,
O:klien terlihat minum obat yang sedikit berbau khas.
diberikan Balance urin input-
output belum
seimbang. TD: 130/90
mmHg, Nadi:
110 x/mnt,
10.00 RR: 25x/mnt, Suhu: 37
o
C

A : tujuan belum tercapai

P : intervensi 1,2, dan 3


dilanjutkan
2 15-11- 09.00 1. Memonitor TTV Pukul 12.00 WIB V
2012 S:-
O : TD: 130/90 mmHg, Nadi: S : klien mengatakan
110x/mnt, RR : 25x/mnt, Suhu: masih terasa nyeri di
o
35 C perut bagian bawah
2. kaji tingkat nyeri saat berkemih. klien
S : klien mengatakan skala nyerinya 5 mengatakan skala
O: klien terlihat sedikit pucat dan nyerinya 5
09.25 gelisah.
3.Atur posisi tidur pasiensenyaman O :TD: 130/90
mungkin mmHg, Nadi:
S: klien mengatakan posisi tidurnya 110 x/mnt, RR :
kurang nyaman 25x/mnt, Suhu: 35 oC
O: mengatur posisi pasien semi fowler
dan pasien tampak lebih A : tujuan belum tercapai
10.00 nyaman dengan posisi tersebut
4. Anjurkan klien untuk teknik P : lanjutkan intervensi
relaksasi( napas dalam) dan distraksi 1,2,3,4 dan 5
S: pasien mengatakan otot-ototnya
terasa tegang dan nyeri
O: perawat mengajarkan tehnik
relaksasi napas dalam dan
distraksikepada pasi
en.

5. Memberikan analgesic (asam


10.30 mefenamat)
S: klien menanyakan fungsi obat
tersebut
O: klien meminum obat sesuai
instruksi.

11.00
3 15-11- 09.30 1. Mengkaji tingkat kecemasan Pukul 11.00 WIB A
2012 S: klien mengatakan cemas dengan
penyakitnya S: klien mengatakan
O: klien terlihat gelisah, tampak pucat. sudah sedikit tenang
2. Memberi kesempatan klien untuk setelah diberi
mengungkapkan perasaannya. pengetahuan tentang
S: klien mengatakan takut dan tidak penyakitnya. klien
tau akan penyakit yang dideritanya mengatakan sudah
O: klien tampak bingung tidak cemas lagi.
3. Beri penjelasan kepada keluarga dan
pasien tentang penyakitnya. O: klien terlihat
10.00 S: pasien mengatakan dia sangat takut tenang, tampak rileks
dengan penyakit yang dideritanya. dan tidak gelisah lagi.
O: wajah klien tanpak rileks dan Klien terlihat tidur
tenang setah diberi penjelasan dengan nyaman.
tentang penyakitnya.
4. Mengobservasi kecemasan dan respon A : tujuan sudah tercapai
klien.
S: klien mengatakan sudah tidak P : pertahankan intervensi
cemas lagi.
O: klien terlihat tenang, tampak rileks
dan tidak gelisah lagi.

10.30

11.00
HARI II

No Dx Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama


1 16-11- 09.00 1. Monitor TTV Pukul 11.00 WIB Charl
2012 S:-
O: TD : 120/80 S: klien mengatakan
mmHg , Nadi: BAKnya sedikit lancar
100 x/mnt, dan tidak terasa panas
RR :24x/mnt, Suhu: lagi waktu miksi
37 oC
2. Memantau intake dan O: tugor kulit tanpak
output klien sedikit elastis dan
09.30 S: klien mengatakan setuju mukosa mulut sudah
dengan tindakan tsb lembab. urin bewarna
O: intake dan merah muda, tidak
output belum seimbang berbau. Balance urin
3. Memberikan obatdiuresis input-output belum
S:- seimbang. TD: 120/80
O:klien terlihat minum mmHg, Nadi:
obat yang diberikan 100 x/mnt,
RR: 24x/mnt, Suhu: 37 o
C

10.00 A : tujuan
tercapai sebagian
P : intervensi 1,2, dan 3
dilanjutkan

2 16-11- 09.00 1. Memonitor TTV Pukul 12.00 WIB Vian


2012 S:-
O : TD: 120/80 S : klien mengatakan
mmHg, Nadi: 100 x/mnt, sedikit terasa nyeri saat
RR : 24x/mnt, Suhu: berkemih,
37 oC klien mengatakan skala
2. kaji tingkat nyeri nyerinya 4
S : klien mengatakan skala
09.25 nyerinya 4 O :pasien terlihat segar
O: pasien terlihat tenang TD: 120/80
3. Atur posisi mmHg,Nadi:
tidurpasien senyaman 100 x/mnt, RR :
mungkin 24x/mnt, Suhu: 37 oC
S: pasien mengatakan posisi
tidurnyasudah nyaman A : tujuan tercapai
10.00 dengan posisi semi sebagian
fowler.
O: pasien terlihat tenang P : lanjutkan intervensi
4. Anjurkan klien untuk 1,2,4 dan 5
teknik relaksasinapas
dalam dan distraksi
S: pasienmengatakan otot-
ototnya sudah rileks
O: pasien terlihat nyaman
dan tenang.
5. Memberikan analgesic
10.30 (asam mefenamat)
S:-
O: klien meminum obat
sesuai instruksi.

11.00
HARI III

No Dx Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama


1 17-11- 09.00 1. Monitor TTV Pukul 11.00 WIB Charl
2012 S:-
O: TD : 120/80 S: klien mengatakan
mmHg , Nadi: BAKnya sudah lancar
100 x/mnt, dan tidak terasa panas
RR :22x/mnt, Suhu: lagi waktu miksi
o
37 C
2. Memantau intake dan O: tugor kulit elastis dan
output klien mukosa mulut sudah
09.30 S: klien mengatakan setuju lembab. urin bewarna
dengan tindakan tsb kuning, tidak berbau.
O: urin output normal 0,8 Balance urin output
cc/kgBB/jam sudah seimbang 0,8
3. Memberikan obatdiuresis cc/kgBB/jam. TD:
S:- 120/80 mmHg, Nadi:
O:klien terlihat minum 100 x/mnt,
obat yang diberikan RR: 23x/mnt,Suhu: 37 o
C

A : tujuan tercapai
10.00
P : pertahankan intervensi

2 17-11- 09.00 1. Memonitor TTV Pukul 12.00 WIB Ayub


2012 S:-
O : TD: 120/80 S : klien mengatakan
mmHg, Nadi: 100 x/mnt, sudah tidak terasa nyeri
RR : 22x/mnt, Suhu: saat berkemih,
o
37 C klien mengatakan skala
2. kaji tingkat nyeri nyerinya 3
S : klien mengatakan skala
nyerinya 3 O :pasien terlihat segar
09.25 O: pasien terlihat segar TD: 120/80
3.Anjurkan klien untuk teknik mmHg,Nadi:
relaksasi napas dalam dan 100 x/mnt, RR :
distraksi 22x/mnt, Suhu: 37 oC
S: pasien mengatakan otot-
ototnya sudah rileks A : tujuan tercapai
O: pasien terlihat nyaman
10.00 dan tenang. P : pertahankan intervensi
4. Memberikan analgesic
(asam mefenamat)
S: -
O: klien meminum obat
sesuai instruksi.

10.30
BAB V
PEMBAHASAN MASALAH YANG MUNCUL

A. Pengkajian

Proses pengkajian terhadap klien dengan hidronefrosis adalah dengan


cara wawancara, observasi dan pemerikasaan fisik langsung kepada klien.
Selain itu perawat mendapat keterangan dari keluarga klien, diskusi dengan
perawat di ruangan dan dokter serta data-data yang ada di catatan medis
klien.
Pelaksanaan pengkajian mengacu pada teori , akan tetapi di sesuaikan
dengan kondisi klien saat di kaji. pada saat di lakukan pengkajian , klien
dan keluarga cukup terbuka dan sudah terjalin hubungna saling
percaya antar aklien, keluarga dan perawat sehingga mempermudah perawat
dalam mengkaji klien dan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Hal ini
dibuktikan dengan klien mau menjawab pertanyaan dari perawat dan
menerima saran yang diberikan. Data yang didapat pada saat
pengkajian hidronefrosis pada Tn. A
Kesadaran: klien dalam kesadaran kompos mentis
Tekanan darah : 130/90 mmhg
Suhu : 37°C
Nadi : Frekuensi : 110 x/menit
Irama : Tidak teratur
Kedalaman : Teraba jelas.
Pernafasan : Frekuensi : 25 x/menit
Irama : Teratur

Dari data yang terkumpul kemudian di lakukan analisa dan identifikasi


masalah yang di hadapi oleh klien yang merupakan data focus dan
selanjutnya di tentukan diagnose atau masalah keperawatan. Dari teori dan
hasil pembahasan kasus tidak ada kesenjangan.
B. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa yang muncul pada Tn. A adalah :


1. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan adanya sumbatan
ditandai klien mengatakan tidak nafsu makan dan minum serta BAK
sedikit. TD : 130/90 mmHg. Nadi: 110 x/mnt. Suhu: 37 oC. Turgor
kulit tampak tidak elastis dan mukosa mulut klien terlihat kering. Balance
cairan = input – output = 300 ccper hari. Urin bewarna merah, bau khas,
dan terasa panas.
2. Nyeri akut berhubungan dengan Agen injuri biologis yang
ditandai dengan Klien mengeluh perut kiri bagian bawah terasa nyeri
sejak 1,5 bulan dengan Skala nyeri 5. Klien mengatakan nyeri sejak 2,5
bulan yang lalu.TD: 130/90 mmHg. Nadi: 110 x/mnt. RR:
25x/mnt. Suhu: 37 oC.
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit yang ditandai dengan, klien merasa takut dan sering
menanyakan kepada istrinya apakah penyakitnya bisa disembuhkan atau
tidak. klien mengatakan susah tidur karena sering memikirkan penyakit
yang dialaminya. Klien tampak pucat dan cemas. N: 110x/menit. TD:
130/90 mmHg. RR 25 x/mnt.
Setelah diagnosa atau masalah keperawatan ditegakkan selanjutnya di
lakukna pembuatan rencana tindakan dan kriteria hasil utnuk mengatasi
masalah keperawatan yang ada pada klien.
C. Perencanaan

Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah data terkumpul,


dikelompokan, dianalisa, dan ditetapkan masalah keperawatan. Perencanaan
disusun berdasarkanm prioritas masalah yang disesuaikan dengan kondisis
klien. Setelah masalah di tentukan berdasarkan prioritas, tujuan tindakan ,
dan criteria hasil keperawatan di tentukan . Tujuan dan KH sebagai alat ukur
untuk pencapaian tujuan yang mengacu pada tujuan yang di susun pada
rencana keperawatan harus bersifat SMART. Pada penyusunan criteria
hasil perawat menyesuaikan dengan waktu pemberian perawatan yang di
lakukan perawatan yaitu selaman 3x 24 jam. perencanaan di buat pada Tn.
A dengan masalah utama Gangguan keseimbangan volume
cairan berhubungan dengan pembatasan cairan pada Tn. A adalah prioritas
utama , hal ini k arena dapat menyebabkan kematian

D. Implementasi atau Pelaksanaan

Setelah rencana keperawatan di buat, kemudian dilanjutkan dengan


pelaksanaan. Perlaksanaan rencana asuhan keperawatan merupakan
kegiatan atau tindakan yang diberikan pada Tn. A dengan menerapkan
pengetahuan dan kemampuan klinik yang dimiliki oleh perawat
berdasarkan ilmu-ilmu keperawatan dan ilmu-ilmu lainnya yang
terkait. seluruh perencanaan tindakan yang telah di buat dapat di
lakukna dengan baik. hal ini di dukung oleh perawat yang kompeten di
bidangnya.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi pelaksanaan rencana asuhan
keperawatan. Hambatan-hambatan itu antara lain keterbatasan sumber
referensi buku sebagai acuan perawat dan juga alat yang tersedia.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses kerperawatan. Tujuan


tahap evaluasi adalah untruk memberikan umpan balik rencana
keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui
perbandingan asuhan keperawatan yang dberikan serta hasilnya dengan
standar yang telah di tetapkan lebih dulu.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hidronefrosis merupakan obstruksi aliran kemih proksimal terhadap
kandungkemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam
pelviks ginjal danureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat
pada parenkim ginjal. Apabilaobstruksi ini terjadi di ureter atau kandung
kemih, tekanan balik akan mempengaruhikedua ginjal tetapi jika obstruksi
terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu ataukekakuan maka hanya satu
ginjal yang rusak. Oleh karena itu untuk mengatasi berbagai masalah yang
ditumbulkan oleh hidronefrosis perlu adanya problem solvingmelalui proses
keperawatan. Tujuannya dari penatalaksanaan hidronefrosis adalahuntuk
mengaktivasi dan memperbaiki penyebab dari hidronefrosis (obstruksi,
infeksi)dan untuk mempertahankan dan melindungi fungsi ginjal.Untuk
mengurangiobstruksi urin akan dialihkan melalui tindakan nefrostomi atau
tipe disertasi lainnya.

B. Saran
Pasien harus menghindari penyebab hidronefrosis. Selain itu keluarga
juga harus berperan aktif untuk kesembuhan pasien dan mampu melakukan
perawatan mandiri kepada pasien setelah dan mampu melakukan perawatan
mandiri kepada pasien setelah perawat pengajaran cara perawatan mandiri
dirumah.
Jurnal Keperawatan
Manajemen Nyeri

Analisi beda pengaruh kombinasi terapi relaksasi dengan analgetik pada


kelompok Intervensi dan terapi analgetik pada kelompok kontrol terhadap
tingkat penurunan nyeri akut pada pasien dengan abdominal pain. Berdasarkan
hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perbedaan pengaruh terhadap skala
nyeri pada pasien dengan abdominal pain antara sesudah diberikan terapi
relaksasi dan analgetik dibandingkan sesudah diberikan terapi analgetik saja.
Hasil uji analisis parametric independent t-test pada kedua kelompok diperoleh
nilai p (0,000) < α (0,05) dengan t hitung (- 5,284), hal ini menunjukkan bahwa
Ho ditolak, artinya bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol terhadap skala nyeri. Dapat disimpulkan bahwa
kombinasi terapi relaksasi dengan analgetik lebih efektif menurunkan sekala
nyeri pada pasien dengan abdominal pain. Hasil penelitian ini didukung oleh
hasil penelitian Dewi dkk, 2009. Yang Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III,
No. 1, April 2015 ISSN: 2338-7246 16 menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan pada pemberian tehnik relaksasi terhadap penurunan persepsi
nyeri. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Bruner & Suddart
(2013), bahwa tehnik relaksasi napas dalam efektif untuk mengatasi nyeri,
termasuk pada pasien dengan abdominal pain. Manajemen nyeri untuk
mengendalikan nyeri pada pasien dengan abdominal pain yang dilakukan secara
multidisiplin sangat perlu dilakukan mengingat manajemen nyeri termasuk
indikator mutu pelayanan institusi rumah sakit. Pengendalian rasa nyeri pada
pasien dengan abdominal pain sangat penting dalam tatanan pelayanan
keperawatan. Perawat berperan penting dalam menurunkan skala nyeri pasien
dengan abdominal pain, Teori self-care dari Orem’s self-care deficit theory of
nursing menjelaskan bagaimana tindakan self-care membantu individu untuk
menghilangkan nyeri; 1) totally compensatory, perawat menggantikan klien
dalam perawatan diri (membantu sepenuhnya), 2) partly compensatory, adalah
perawat dan klien bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan klien, dan 3)
supportive-educative; klien sebagai agens self-care tetapi memerlukan bantuan
dalam mengambil keputusan, modifikasi perilaku dan meningkatkan
pengetahuan dan keahlian, Perawat bertindak sebagai pendukung dan pemberi
pendidikan ketika menggunakan relaksasi untuk menghilangkan nyeri pada
Abdominal Pain. Tehnik relaksasi untuk mengatasi nyeri ini dapat dilakukan
dengan cara yang sederhana, biaya yang relative murah dan dapat dilakukan
secara mandiri oleh pasien. Peneliti mencoba melakukannya dengan cara
membimbing pasien secara lisan berdasarkan prosedur tehnik relaksasi yang
sudah disusun. Pasien yang diterapi hanya mendengarkan perkataan perawat
hingga akhirnya pasien fokus pada kata-kata perawat dan mau melakukan apa
yang dicontohkan oleh perawat, dalam hal ini perawat terlibat langsung untuk
member contoh kepada pasien dan selanjutnya melatih pasien untuk
melakukannya secara mandiri untuk mengantisipasi nyeri yang sewaktuwaktu
dapat terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

De Jong, Sjamsuhidayat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. 3. Jakarta: EGC
Doenges,Marilyn E,dkk.2010.Nursing Care Plans.Ed.8.USA : Davis Plus
Mitchell.2006.Buku Saku Patologis Penyakit Ed.7.Trans:Andry
Hartono.Jakarta:EGC
Kumar, Vinay, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins, Vol. 2, ed. 7. akarta:
EGC.
Manski,Dr.med.Dirk.2015. Hydronephrosis and Upper Urinary Tract
Obstruction.Available from : URL [Diakses tanggal 15 Maret 2015]
Medkes.2013.ESWL.Hancurkan Batu Ginjal Tanpa Operasi.Availabe from :
URL [Diakses tanggal 15 Maret 2016]

Anda mungkin juga menyukai