Anda di halaman 1dari 25

BAB III

ANALISA SITUASI

A. Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data ini dilakukan di Ruangan RS TK. II R. W.
Mongisidi. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 06 – 25 Januari
2020 dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan angket.
Adapun yang menjadi sasaran dari pengumpulan data ini adalah Man,
Material, Method, dan Machine yang ada di ruangan Cendana tersebut.
Selain itu, yang menjadi responden dalam pengumpulan data adalah perawat
dan pasien.
1. Sumber Daya Manusia (M1-Man)
a. Struktur Organisasi
Instalasi Rawat Inap Cendana RS TK. II R. W. Mongisidi
dipimpin oleh Kepala Ruangan, 4 Orang Ketua Tim, 15 Orang
Perawat Pelaksana, 1 Orang Pegawai Administrasi, serta Cleaning
Service 2 orang.
Adapun Struktur Organisasi Ruang Cendana adalah sebagai
berikut:

Kepala Ruangan
Nur Aedah, Amd. Kep

Administrasi
Valentyn K. Dewi, , A.Md.Kep

Tim A Tim B Tim C Tim D Tim E


Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim
Christy S. Yeni E. R. Cisilya Y.C. Ningrum A.
Ochotan, Pratiwi,
Rompis, Tipaka,
A.Md.Kep A.Md.Kep
S.Kep.Ns A.Md.Kep

Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota


Yudi N. Kavit Tabaror, Waldi S. Irsan H. Rachmawati
Pangimanan, A.Md.Kep Mokodompit, Sutrisna, Siddik,
A.Md.Kep A.Md.Kep A.Md.Kep A.Md.Kep
Syifa Andryani Widi Kimun, Frienjelita A. Diah W. Dwi Arpita,
A.Md.Kep S.Kep.Ns Mumek, Susanto, A.Md.Kep
A.Md.Kep A.Md.Kep
Jiani Ahmad Cichilia Ns. Dewi L. Arfa,
A.Md.Kep Makaudis, S.Tr. Sumoharjo, A.Md.Kep
Kep S.Kep. Ns
Berdasarkan angket yang dibagikan, didapatkan bahwa 71 %
perawat sudah merasa puas dengan struktur organisasi yang telah
berjalan di ruangan dan sesuai dengan kemampuan perawat di
bidangnya. Sebesar 81 % perawat menyatakan bahwa pembagian
tugas yang dilakukan di ruangan sesuai dengan Struktur Organisasi
yang telah ada. Sedangkan tugas-tugas yang dijalankan oleh Kepala
Ruang dan Ketua Tim sudah berjalan namun belum optimal tetapi
sudah sesuai dengan kompeten dan tugas-tugasnya. Semua perawat
yang ada sangat membutuhkan kesempatan untuk meningkatkan
kemampuan kerja melalui pelatihan/pendidikan tambahan.
b. Ketenagaan
Berikut akan dijelaskan dalam tabel, mengenai jumlah tenaga,
baik tenaga keperawatan maupun tenaga non keperawatan.
Komposisi Tenaga Perawat

No Tingkat Pendidikan Jumlah Masa kerja


1. S1 Ners 3 0-3
2. S1 Kep 1 0-3
3. D4 Kep 1 0-3
4. D3 Kep 15 0-3
Jumlah 20
Secara keseluruhan jumlah perawat yang ada pada tabel di atas
adalah sebanyak 20 orang dengan masa kerja 0-3 tahun sehingga
pengalamannya masih minim. Untuk pelatihan rata-rata perawat
ruangan mengikuti 3-5 pelatihan dngan criteria pelatihan dasar
(BHD/BTCLS, Patient Safety, PPI, K3 RS, Manajemen RS).
Saat ini RS sedang mepersiapkan untuk akresditasi SNARS 2020
dimana adanya tuntutan dari rumah sakit agar perawat melakukan
tindakan sesuai SOP RS dan memberikan pelayanan secara
professional.
Komposisi Tenaga Non Perawat

No. Kualifikasi Jumlah Masa Kerja


1. Petugas Administrasi (PAD) 1 0-3
2. Cleaning Service 2
c. Pasien
Adapun jumlah pasien selama 1 bulan (Bulan Januari 2020)
berdasarkan data di ruangan adalah sebagai berikut:
Tingkat Ketergantungan Jumlah Rata-rata pasien
Pasien Pasien per hari
Perawatan Minimal (Self Care)
Perawatan Parsial (Intermediate
Care)
Perawatan Total (Total Care)
JUMLAH

Klasifikasi Pasien Berdasarkan Diagnosa Medik


(Data Bulan Januri 2020)
No. Diagnosa Medik Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Klasifikasi Pasien Berdasarkan Diagnosa Keperawatan


(Data Bulan Januri 2020)
No. Diagnosa Medik Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.

d. Pengaturan Ketenagaan
Jumlah tenaga yang diperlukan bergantung dari jumlah pasien dan
tingkat ketergantungannya. Dalam mengetahui jumlah tenaga yang
dibutuhkan menggunakan perhitungan tenaga menurut metode
Douglas. Berdasarkan rumus tersebut maka didapatlah jumlah
kebutuhan perawat rata-rata per hari di masing-masing shift
berdasarkan data pada bulan Januari 2020, hasil perhitungan adalah
sebagai berikut:
Jumlah Tenaga Perawat yang Dibutuhkan
Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien.

No. Tingkat ketergantungan Jumlah kebutuhan tenaga


Tingkat Jumlah Pagi Sore Malam
ketergantungan Pasien
1. Minimal care 20 orang 20x0,17= 20x0,14=2,8 20x0,07=1,4
3,4
2. Partial care 10 orang 10 x0,27= 10 x0,15=1,5 10 x0,10=1
2,7
3. Total care 10 orang 10 10 x0,3=3 10 x0,2=2
x0,36=3,6
Jumlah 40 orang 9,7 = 10 7,3 = 7 4,4 = 4

Berdasarkan perhitungan diatas,maka:


Pagi : 10 orang
Sore : 7 orang
Malam : 4 orang +
21 orang

Faktor libur dan cuti = 25% x 21 = 5,25 perawat = 5 perawat


Jadi, jumlah perawat yang di butuhkan berdasarkan ketergantunga
pasien adalah: P+S+M+L+1 Karu = 10+7+4+5+1= 27 Perawat
Berdasarkan observasi jadwal dinas, perawat yang dinas pagi
sebanyak 7 orang PA ditambah Kepala Ruangan dan 1 Ketua Tim,
dinas sore 4 orang PA, dan dinas malam 4 orang PA. Sehingga dari
data tersebut didapati bahwa ketersediaan tenaga perawat di dinas pagi
cukup, di dinas sore, di dinas malam cukup.
Jumlah jam kerja yang dijalani selama ini ternyata 86 % perawat
tidak merasa puas dengan jumlah jam tersebut. Sementara itu,
kesempatan untuk mengambil cuti dalam waktu 1 tahun masih sulit
diambil. Sebesar 81 % perawat mengatakan bahwa pembagian tugas
di ruangan jelas dan merasa puas dengan pembagian yang ada.
2. Sarana dan Prasarana
(M2-Material)
a. Denah Ruangan Cendana

4 5 5 4

K. 6 K. 1

3 2 1 1 2 3
WC WC

3 2 1 WC WC 1 2 3

K. 5 K. 2

4 5 5 4

Nurse
Ruang Station Ruang Alat
KARU

WC
Ruang
Koas
WC

4 5 5 4

K. 4 K. 3

3 2 1 1 2 3
WC WC

4 5 WC WC 5 4

K. 8 RPK K. 7
3 2 1 1 2 3
Sebesar 81 % mengatakan bahwa lokasi dan denah ruangan
perlu ada perubahan, sehingga perlu diadakan/direncanakan
untuk renovasi ruangan. Salah satu ruangan yang perlu ditambah
berdasarkan observasi yaitu ruangan khusus obat. Sementara itu
dari hasil observasi Papan Denah yang ada di ruangan perlu
dibuat.
b. Fasilitas Ruang Cendana
Inventaris Alsintor
Tanda
Pengenal Jumlah
No Nama Barang Barang Keterangan
Barang
Merk : type
1 2 3 6 7
Tempat tidur
1 33 8 RR
pasien
2 Lemari pasien 34 1 RR, 1 RB
3 Bantal 30 Baik
4 Meja nurse station 1 Baik
5 Meja kerja Olympic 1 Baik
6 Meja kerja kayu 5 Baik
7 Kursi plastik 45 Baik
8 Kursi kerja 4 Baik
Lemari Loker
9 1 Baik
Kayu
10 Komputer Biling 1 Baik
11 Trafo Matsuyama 1 Baik
12 Light box 1 Baik
13 Kulkas Sharp 1 Baik
Tv Tabung 14
14 Sharp 1 Baik
inchi
15 Lemari besi Acron 1 Baik
16 Lemari besi Informa 1 Baik
17 Lemari besi 4 laci Lion 1 Baik
18 Lemari kayu 1 Baik
19 Kursi panjang 1 Baik
20 Kursi plastik 40 Baik
21 Kursi kayu 3 Baik
22 AC Sharp 8 Baik
Kipas angin
23 Cosmos 1 Baik
berdiri
Kipas angin
24 KDK 6 Baik
gantung
25 Aiphone 1 Baik
26 Dispenser Miyako 1 Baik
27 Galon Aqua 2 Baik
Tempat sampah
28 3 Baik
besar
Tempat sampah
29 1 Baik
sedang
Tempat sampah
30 6 RR
kecil
31 Handphone Nokia 1 Baik

Inventaris Alkes
1 Suction 1 Baik
2 Nebulizer 1 Baik
3 Tensi digital 2 Baik
4 Tensi manual 2 1 RR
5 Termometer digital 1
6 Termometer manual 1
7 Ambu bag 2
8 Timbangan 2 1 RR
9 Glucotes 1 Baik
10 EKG laptop 1 set HP 1 Baik
11 Tabung oksigen 10 Baik
12 Flow meter 8 Baik
13 Pen light 1
14 Torniquet 2 Baik
15 Kursi roda 3 1 RR
16 Bak instrumen 2 Baik
17 Tiang infus nempel 17 Baik
18 Tiang infus roda 10 Baik
19 Tiang infus kaki 9 Baik
20 Trolly tindakan 2 1 RR
21 Bak instrumen 2 Baik

Mengenai fasilitas, 48 % perawat mengatakan bahwa peralatan


yang ada sudah lengkap untuk perawatan pasien. 71 % perawat belum
berencana untuk menambah peralatan perawatan pasien. 91 % perawat
mengatakan bahwa jumlah alat yang tersedia sudah sesuai dengan
rasio pasien. 95 % perawat sudah mengerti cara menggunakan semua
alat-alat perawatan pasien. Selain itu, administrasi penunjang yang
tersedia di ruangan sudah memadai. Visi, misi, moto dan falsafah
rumah sakit sudah ada dalam ruangan.
Untuk mendukung program PPI dalam mensukseskan program
akreditasi rumah sakit program hand hygiene kadang di sosialisasikan
kepada pasien dan keluarga pasien, perawat pun kadang lupa
melakukan hand hygiene sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
karena keterbatasan handsrub. Begitupun APD pada ruangan dengan
criteria infeksius pengadaan APD masih di batasi.
Berdasarkan penejalsan tersebut didapatkan masalah belum
Optimalnya Program Pengendalian Infeksi (APD Kurang, Handsrub
Kurang, perawat kadang lupa penerapan Five Moments dan 6 langkah
Cuci tangan).
3. Metode (M3-Method)
a. Penerapan MAKP
Dari hasil pengumpulan data tentang Model Asuhan Keperawatan
yang digunakan saat ini didapatkan bahwa model yang digunakan
adalah modifikasi Metode Tim Fungisional. Sebanyak 20 perawat
yang dibagikan angket 91 % menyatakan mengerti/memahami model
yang digunakan dan 95 % menyatakan cocok dengan model yang ada.
Mengenai efektifitas dan efisiensi model asuhan keperawatan,
didapatkan bahwa dengan menggunakan model fungisional yang
sekarang ini, 86% perawat menjawab bahwa model asuhan
keperawatan tersebut menjadikan lama rawat inap bagi pasien
semakin pendek untuk diagnose tertentu. Model asuhan keperawatan
tersebut tidak mempersulit pekerjaan yang ada. Di samping itu 91 %
perawat mengatakan bahwa model asuhan keperawatan tersebut tidak
memberatkan. Model asuhan keperawatan ini cukup mendapat
kritikan dari pasien. Perawat juga mengalami kesulitan dalam
mengakkan diagnose keperawatan sesuai data pengkajian.
Pelaksanaan model asuhan keperawatan dengan metode
modifikasi tim Fungisional sedikit mendukung terlaksananya
komunikasi adekuat antar perawat dan tim kesehatan lain. 48 %
perawat mengatakan bahwa kontinuitas rencana keperawatan
terlaksana dengan baik. 38 % perawat mengatakan bahwa mereka
sering mendapat teguran dari ketua tim jika ditemui ada kesalahan
tindakan atau pendokumentasian asuhan keperawatan. Berdasarkan
hasil angket yang disebarkan pada perawat di ruang Cendana,
didapatkan bahwa seluruh perawat yang ada telah menjalankan
kegiatan asuhan keperawatan namun belum sesuai standar.
Berdasarkan data diatas di angkat masalah belum optimalnya
pendokumentasian Standar Asuhan Keperawatan dimana perawat
mengalami kesulitan menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan
data pengkajian pasien.
b. Hands Over/ Overan
Berdasarkan pengumpulan data diperoleh bahwa overan
dilakukan tiga kali dalam sehari, yaitu dari malam ke pagi pukul 07.00
WIB, dari pagi ke sore pukul 14.00 WIB, dan dari sore ke malam
pukul 21.00 WIB. Berdasarkan observasi overan dilaksanakan kurang
dari 20 menit dan seringkali selesai dengan cepat. Perawat belum
optimal melakukan pengoperan dengan metode SBAR, hanya
mengoverkan nama pasien, terapi yang diberikan, keluhan
sebelumnya, dan pemeriksaan selanjutnya, dan hal-hal yang perlu
diperhatikan seperti observasi. Overan tidak dipimpin oleh Kepala
Ruangan dan hanya dihadiri oleh semua perawat shift yang
berkepentingan. Sebelum operan dilaksanakan para perawat yang ada
mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan pasien seperti status
pasien, list pasien, terutama rencana tindakan yang akan dilakukan
terhadap masing-masing pasien. Seluruh perawat yang ada telah
mengetahui hal-hal apa yang harus disampaikan saat pelaporan
operan. Semua yang dilaporkan saat overan, baik sebelum maupun
sesudah overan, semuanya dicatat dalam buku laporan. 24 % perawat
mengatakan bahwa tidak ada kesulitan dalam mendokumentasikan
laporan.
Overan tidak dilakukan di Ruang Perawat, hanya langsung
menuju ke ruang perawatan pasien untuk melakukan serah terima
pasien. Adapun interaksi yang dilakukan di depan pasien yaitu
perawat yang bertugas pada shift selanjutnya dan memastikan kondisi
pasien apakah sesuai dengan yang di-overkan atau tidak. 86 %
perawat di ruang cendana kurang mengetahui teknik pelaporan overan
saat di depan pasien, seperti menghindari pasien agar tidak kaget
mendengarkan hasil pemeriksaan atau tindakan yang akan diberikan.
86 % perawat menyatakan bahwa lama waktu mengunjungi pasien
kurang dari 5 menit. Seluruh perawat kadang mendapat evaluasi
langsung dari kepala ruangan.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam Overan menurut
Nursalam (2012) adalah informasi yang disampaikan harus akurat,
singkat, sistematis dan menggambarkan kondisi pasien saat itu.
Informasi tersebut dapat diperoleh dari Perawat Pelaksana. Jika
perawat pelaksana tidak memiliki laporan pendokumentasian yang
sesuai, maka akan berdampak pada kelengkapan informasi yang
dibutuhkan saat Overan. Sementara itu dalam buku Panduan
Akreditasi RS PGI Cikini, disebutkan bahwa demi terwujudnya
komunikasi yang efektif dalam pelayanan harus menggunakan metode
SBAR. Oleh karena itu dalam menyampaikan overan harus
menggunakan komunikasi efektif dengan metode SBAR (Situation,
Background, Accesment, Recomendation). Berdasarkan hal tersebut,
maka penndokumentasianasuhan keperawatan perawat pelaksana
sangatlah penting dalam kesinambungan layanan asuhan keperawatan.
Berikut adalah data-data yang diperoleh melalui observasi dan
wawancara mengenai overan dan rencana harian perawat pelaksana.
1) Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi kelompok pada tanggal 06 – 11 Januari
2020, ditemui bahwa setiap hari seringkali di hanya ada 1 Tim di
dalamnya terdapat 7-8 orang perawat pelaksana dalam Tim baik di
overan pagi maupun overan sore (50-60 %) hanya 1 orang yang
menyimak/ memperhatikan dengan baik hal-hal penting yang
disampaikan saat overan berlangsung. Berdasarkan observasi,
hanya 1 orang yang mencatat saat ovoran itupun hanya tindakan
pemeriksaan dan terapi selanjutnya tidak di fokuskan pada tindakan
keperawatan, perawat pelaksana tidak memiliki keseragaman
format pendokumentasikan perkembangan pasien kelolaan masing-
masing.
2) Hasil Wawancara
Adapun hasil wawancara yang diperoleh pada tanggal Januari 2020
adalah sebagai berikut:
a) Kepala ruangan
Hal-hal yang perlu dipersiapkan saat pelaporan overan yaitu
rencana kerja, jumlah pasien, ketenagaan cukup atau tidak,
kesiapan masing-masing perawat, hal-hal apa saja yang perlu
diingatkan seperti hal-hal prioritas atau masalah pasien-pasien
yang membutuhkan observasi lebih. Sementara itu metode yang
digunakan saat penyampaian overan yaitu belum menggunakan
metode S BAR untuk semua pasien.
Supervisi adalah merencanakan, mengarahkan,
membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong,
memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi secara terus menerus
pada setiap perawat dengan sabar, adil serta bijaksana.
Berdasarkan pengumpulan data, 67 % perawat mengatakan
bahwa sudah mengerti tentang supervisi dan sudah
dilaksanakan/dilakukan di ruangan. 29 % perawat mengatakan
bahwa setiap bulan diadakan supervisi. Bahkan menurut
wawancara dengan Kepala Ruangan, disampaikan bahwa
biasanya Kepala Ruangan langsung kadang mengadakan
supervisi setiap bulan.
Ronde keperawatan adalah kegiatan untuk mengatasi
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan
melibatkan pasien untuk membahas & melaksanakan asuhan
keperawatan, yang dilakukan oleh Perawat Primer dan atau
konsuler, kepala ruang, dan Perawat pelaksana, serta melibatkan
seluruh anggota tim. Berdasarkan angket yang disebarkan, 91 %
perawat mengatakan bahwa ruangan belum mlakukan kegiatan
ronde keperawatan. 95 % perawat mengatakan bahwa belum
mengerti dengan pelaksanaan ronde keperawatan. 95 % perawat
menyatakan bahwa pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan
belum optimal. 100 % perawat menyatakan bahwa keluarga
pasien belum mengerti adanya ronde keperawatan. Tim ronde
keperawatan di ruangan belum tersedia, dan belum
melaksanakan ronde secara optimal.
b) Ketua Tim I
Sebagai seorang ketua tim hal yang perlu dipersipkan saat
pelaporan overan yaitu status pasien, list obat, list asuhan
keperawatan dan buku tugas. Dalam penyampian overan
biasanya menggunakan metode S BAR namun dalam
pelaksanaannya di ruang cendana belum maksimal.
c) Ketua Tim II
Menurut saya hal yang perlu dissiapkan saat pelaporan overan
selaku ketua tim II pertama yaitu kesiapan diri sendiri apakah
sudah selesai atau belum, sehingga tidak ada yang ketinggalan
saat penyampaian overan. Adapun kesiapan overan yang perlu
diperhatikan yaitu overan yang dilaksanakan pada masing-
masing shift baik dari malam ke pagi, pagi ke sore dan sore ke
malam. Sebenarnya dalam menyampaikan overan harus
menggunakan S BAR tetapi selama ini belum 100%
dilaksanakan. Menurut saya metode tersebut baru telaksana
sekitar 60 %.
d) Perawat Pelaksana
Masing-masing perawat pelaksana ternyata mempunyai caranya
sendiri dalam melakukan persiapan sebelum overan
berlangsung. Secara umum dapat disimpulkan bahwa hal-hal
yang perlu dipersiapkan sebelum overan adalah berdoa namun
jarang dilakukan, persiapan diri baik fisik maupun mental,
peralatan tulis-menulis termasuk buku kecil/buku catatan pribadi
biasanya hanya 1 orang, status dan list pasien, buku laporan
masing-masing tim. Selain itu pastikan juga bahwa program-
program/tindakan sudah terlaksana, kita harus membaca kembali
status pasien membuka kembali status keperawatan untuk
melihat tindakan yang akan diberikan, mengecek obat apakah
sudah diberikan atau belum, apakah obat tersedia atau tidak
serta kita harus tahu apa yang perlu dioverkan seperti instruksi-
instruksi yang disampaikan harus jelas. Di samping itu
diperlukan juga ketelitian, konsentrasi yang baik dan kesiapan
untuk mendengar serta tidak boleh diskusi saat overan
berlangsung agar supaya tidak ada informasi yang terlewatkan.
Pada saat menyampaikan overan hal-hal yang perlu disampaikan
yaitu nama pasien, umur pasien, diagnosa medis, diagnosa
keperawatan, hari perawatan, dokter penangung jawab, tindakan
yang sudah dilakukan, hasil pemeriksaan lab, tindakan yang
belum dilaksanakan, dan program atau tindakan selanjutnya.
Pada dasarnya saat menyampaikan overan harus dengan
komunikasi yang efektif yaitu menggunakan metode SBAR
(Situation, Background, Accessment, Recomendation), namun
sebagian besar perawat pelaksana mengatakan bahwa belum
maksimal pelaksanaannya.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah
dilakukan oleh kelompok tersebut, baik Perawat Pelaksana,
Ketua Tim dan Kepala Ruangan telah belum
mendokumentasikan perkembangan pasien sesuai dengan S
BAR.
Di samping itu, Perawat Pelaksana juga tidak memiliki
format rencana harian untuk dilaksanakan pada shift-nya.
Adapun dampak dari tidak adanya rencana harian perawat, yaitu
kegiatan yang dilaksanakan sepanjang shift tidak akan terarah
dengan baik, kegiatan yang berjalan tidak terstruktur, dan
perawat tidak mengetahui apa saja kegiatan yang akan dilakukan
sepanjang shift-nya. Sedangkan dengan adanya rencana harian
perawat, akan sangat membantu perawat dalam mengarahkan
kegiatan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien, serta akan
menjadi bahan penilaian akan kinerja dari perawat pelaksana itu
sendiri. Sehingga berdasarkan data tersebut, maka kelompok
mengangkat masalah mengenai tidak optimalnya rencana harian
Perawat Pelaksana yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi
kerja harian perawat. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah
tersebut dipandang perlu untuk dibuat sebuah format rencana
kegiatan harian Perawat Pelaksana.
Setiap tindakan yang dijalankan dan dilaksanakan oleh
perawat mempunyai format baku untuk supervisi, seperti SOP
(Standar Operasional Prosedur). 71 % perawat menyatakan
bahwa alat (instrument untuk supervisi tersedia secara lengkap.
Adapun hasil dari supervisi disampaikan kepada perawat,
sehingga para perawat mengetahui apa yang masih perlu
dibenahi guna meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit.
Setelah supervisi dilakukan, selalu ada umpan balik dari
supervisor untuk setiap tindakan. Hasil dari umpan balik tersebut
sebagian besar perawat merasa puas dengan hasil yang ada.
Sebesar 86 % perawat mengatakan bahwa setiap hasil supervisi,
belum ada tindak lanjutnya. Setelah diklarifikasi hasil supervisi
yang didapat, 86% perawat mengatakan bahwa mereka
menginginkan perubahan untuk setiap tindakan agar sesuai
dengan hasil supervisi. Sementara itu, 95 % perawat menyatakan
bahwa sudah pernah mendapatkan pelatihan dan sosialisasi
tentang supervisi.
d. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh
obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan
sepenuhnya oleh perawat (Nursalam,2002). Terdapat % perawat
mengatakan bahwa sudah mengetahui tentang sentralisasi obat.
% perawat menyatakan bahwa sudah pernah diberi wewenang
dalam urusan sentralisasi obat. 100 % perawat menyatakan
bahwa sudah ada format daftar pengadaan tiap-tiap macam obat
seperti: oral, injeksi, supositoria, infus, insulin, dan obat gawat
darurat.
Selama ini juga proses penerimaan obat dari
pasien/keluarga pasien sudah berjalan dengan baik. Di ruangan
telah tersedia lemari khusus untuk penyimpanan/sentralisasi
obat, bahkan obat-obatan untuk pasien telah diletakkan dalam
kotak obat dan dikelompokkan berdasarkan kamar dan bed
pasien yang bersangkutan. Selain itu, untuk meminimalisir
kesalahan pemberian obat, obat-obatan tersebut telah diberi
label/barcode. Semua perawat sudah mengetahui cara
penyimpanan obat secara baik dan benar atau sesuai dengan SOP
Rumah Sakit.
Dalam memberikan obat kepada pasien, 71 % perawat
mengatakan bahwa harus selalu menginformasikan jumlah
kepemilikan obat yang telah digunakan. Selain itu, setiap jenis
obat yang diberikan pada pasien mempunyai format masing-
masing.
f. Perencanaa Pulang (Discharge Planning)
Sebanyak 67% perawat mengatakan bahwa belum
mengerti tentang perencanaan pulang. Setiap kali pasien pulang,
sebelum itu perawat wajib memberikan pendidikan kesehatan
mengenai penyakit yang pasien alami dan mengenai perawatan
di rumah. 91 % perawat di ruang cendana menyatakan bahwa
mereka bersedia melakukan perencanaan pulang mulai pasien
masuk RS sampai pasien akan keluar Rumah Sakit. 95 %
perawat menyatakan bahwa sudah ada pembagian tugas tentang
perencanaan pulang.
Berdasarkan pengumpulan data, belum tersedia
brosur/leaflet yang bisa digunakan perawat untuk perencanaan
pulang pasien. Di samping itu, juga sudah ada teknik yang bisa
digunakan saat pemberian perencanaan pulang pada pasien.
Sebagian besar perawat mengatakan bahwa pasien sudah
mengerti dan memahami bahasa yang dipakai perawat saat
memberikan perencanaan pulang. Jika ada yang belum
dimengerti, pasien/keluarga diberi kesempatan untuk bertanya.
Setiap kali selesai memberikan perencanaan pulang, setiap
perawat wajib melakukan pendokumentasian pada buku laporan
atau list pasien.
g. Dokumentasi
Di ruangan telah tersedia format yang bisa digunakan
untuk membantu dan memudahkan perawat dalam melakukan
pengkajian pada pasien. Sebesar 95 % perawat mengatakan
bahwa sudah melaksanakan pendokumentasian dengan tepat
namun sesuai pengamatan pendokumentasian saat hands over
belum sesuai dengan S BAR.

4. Pembiayaan (M4-Money)
Tidak dikaji

5. Mutu (M5-Machine)
Dari hasil Audit pada Bulan Januari 2020, mutu asuhan keperawatan
berdasarkan persepsi pasien memiliki nilai rata-rata %. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan mutu pelayanan dari tahun
sebelumnya. Belum optimalnya mutu pelayanan dikarenakan minimnya
tenaga keperawatan di ruangan.
Sedangkan berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan, diperoleh
bahwa 30 % pasien mengatakan bahwa perawat memperkenalkan diri
pada pasien. Dalam melayani pasien, perawat selalu bersikap sopan dan
ramah. Saat menerima pasien baru, perawat selalu menjelaskan peraturan
dan tata tertib Rumah Sakit, fasilitas yang tersedia di Rumah Sakit, dan
tempat-tempat mana yang paling penting untuk kelancaran perawatan
seperti kamar mandi, ruang perawat, administrasi.
Perawat juga belum selalu menjelaskan tujuan perawatan yang akan
dilakukan pada pasien, sehingga pasien/keluarga dapat mengerti
mengenai tindakan yang akan diberikan. Kepala ruang maupun perawat
pelaksana lainnya wajib memberikan informasi kepada pasien tentang
perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien.
91 % pasien mengatakan bahwa perawat kadang memperhatikan
keluhan pasien hanya menanggapi keluhan yang dirasakan oleh pasien.
Di samping itu juga, perawat memberikan keterangan tentang masalah
yang dihadapi oleh pasien.
Saat melaksanakan tindakan keperawatan, pasien mengatakan bahwa
perawat tidak selalu memberikan penjelasan sebelum tindakan
keperawatan diberikan. Selanjutnya perawat meminta persetujuan kepada
pasien/keluarga sebelum melakukan tindakan. Adapun hal-hal yang perlu
dijelaskan sebelum tindakan keperawatan diberikan berupa prosedur
tindakan, risiko atau bahaya dari suatu tindakan, dan lain-lain. Semua itu
menurut pernyataan pasien melalui angket, telah dijelaskan oleh perawat
dengan lengkap dan jelas.
a. Perawat tidak selalu memantau atau mengobservasi keadaan pasien
secara rutin, berdasarkan tingkat ketergantungan pasien. Perawat juga
kadang meperhatikan penggunaan safety bed berdasarkan skor resiko
jatuh, begitupun penanda fall risk pada tempat tidur pasien dengn
resiko jatuh. Menurut pernyataan pasien dalam angket, selain cleaning
service perawat juga turut membantu dalam hal kebersihan dan
kerapihan Rumah Sakit namun terkadang cleaning service tidak
memasang tanda peringatan lantai licin. 60 % pasien mengatakan
bahwa perawat melakukan tindakan keperawatan dengan terampil dan
percaya diri. Pasien juga menyatakan bahwa setelah melakukan
tindakan keperawatan, perawat selalu menilai keadaan dari pasien,
misalnya perasaan pasien setelah diberikan tindakan, reaksi pasien
setelah tindakan, dan perubahan-perubahan lainnya. Setelah tindakan
diberikan, perawat wajib mencatat atau mendokumentasikan dalam
buku laporan, status pasien. Berdasarkan data tersebut didapat
masalah belum Optimalnya penerapan Pasien Safety (Mengitung skor
resiko jatuh, Memasang Pengaman Tempat Tidur dengan penanda
Fall Risk, dan penanda lantai licin.
B. Analisa SWOT

No Pengumpulan Strength Weakness Opportunities Threats


Data (Kekuatan/Kelebihan) (Kelemahan/Kekurangan) (Peluang/Kesempatan) (Ancaman)
1. M1- Man - Sudah menggunakan - 100% perawat dengan - Adanya kemauan dari - Adanya tuntutan dari
(Sumber Daya struktur organisasi sesuai masa kerja 0-3 tahun perawat untuk Rumah sakit untuk
Manusia MPKP modifikasi Tim sehingga pengalaman meningkatkan melakukan tindakan
Fungisonal masih minim kemampuan kerja mlalui sesuai SOP
- Jenis ketenagaan S1 - Tenaga keperawatan tidak pelatihan/ pendidikan - Adanya tuntutan dari
Ners 3 Orang (14%), S1 mencukupi untuk masing- tambahan Rumah sakit
Kep 1 Orang(2%), D4 masing shift - Adanya program untukmemberikan
Kep 1 Orang (2%), D3 - Perawat belum paham Akreditasi RS dimana pelayanan Profesional
Kep 15 Orang (76%) tentang tupoksi MPKP adalah salah satu
- PK1 16 Orang (76%), pengorganisasian sesuai penilaian
PK2 5 Orang (24%) MPKP
- BOR 80 %
- Semua perawat sudah
memiliki STR
- Rata-rata perawat sudah
mengikuti pelatihan
dasar
2. M2- Material - Inventaris alat kesehatan - Fasilitas ruangan - Dapat meningkatkan - Tersedianya fasilitas RS
(Sarana dan dan kebutuhan perawat beberapa tidak berfungsi pelayanan kepada pasien yang lengkap menjadi
Prasarana sudah cukup memadai (Safety Bed) item persaingan antar RS
- Jumlah alat sudah sesuai - Tidak tersedia penanda - Sarana dan Prasarana
dengan rasio pasien pada pasien dengan yang lengkap menjadi
- Perawat mengerti cara resiko jatuh daya tarik pelanggan
menggunakan semua alat - Kurangnya Handsrub - Makin tingginya
perawatan pasien - Keterbatasan APD kebijakan pemerinth
- Tidak ada visi dan misi dalam pelayanan
ruangan kesehatan dengan adanya
program BPJS
- Tuntutan akreditasi RS
3. M3- Method - Ruangan masih - Ovoran menggunakan - Adanya kesempatan - Adanya kesdaran pasien
(Metode) menggunakan MPKP SBAR namun belum mendukung dan keluarga akan
model Fungisonal optimal terlaksananya tanggung jawab dan
- Perawat sudah mengerti - Perawat masih kesuliatn komunikasi adekuat tanggung gugat
dan merasa cocok dalam menegakkan antar perawat dan tim
dengan model diagnose keperawatan kesehatan lain
keperawatan saat ini berdasarkan data - Perawat mendapat
- Setiap hari dilakukan 3x pengkajian kesempatan untuk
ovoran - Perawat belum memiliki dievaluasi langsung oleh
- Ruangan Cendana sudah catatan harian perawat ketua tim dan kepala
memiliki tempat - Tidak dilakukanya ronde ruangan
sentralisasi obat keperawatan - Adanya hasil umpan
- Tersedia KPO, - Tidak ada ronde balik supervise untuk
Lembaran catatan keperawatan meningkatkan kualitas
pemberian obat - Perawat ruangan kurang pelayanan
- Tersedia format dalam melakukan interaksi - Adanya keinginan
melakukan dengan pasien dan tenga perawat untuk
pendokumentasian kesehatan lainnya mengalami perubahan
- Sebagian besar perawat setelah supervisi
tidak mengerti dengan
ronde keperawatan
- Perawat kurang mengerti
dengan sentralisasi obat
- Banyak perawat belum
mengerti tentang
discharge planning
4. M4- Machine - Perawat bersikap sopan - Perawat hanya - Adanya komunitas - Adanya tuntutan dari
(Mutu) an ramah dalam menanggapi keluhan perawat professional Rumah sakit untuk
melayani pasien baru pasien - Terciptanya pelayanan melakukan tindakan
masuk - Perawat tidak memantau yang kondusif terhadap sesuai SOP
- Nilai mutu asuhan dan mengobservasi pasien - Adanya tuntutan dari
keperawatan berdasarkan pasien Rumah sakit untuk
audut bulan januari 2020 - Minimnya tenaga memberikan pelayanan
keperawatan Profesional
- Perawat kadang
meperhatikan bed safety
sesuai skor jatuh pasien
Identifikasi Masalah dan Pembobotan Prioritas Masalah

1. Identifikasi Masalah
b. Belum Optimalnya Program Pengendalian Infeksi (APD Kurang,
Handsrub Kurang, perawat kadang lupa penerapan Five Moments dan
6 langkah Cuci tangan).
c. Belum Optimalnya Pasien Safety (Mengitung skor resiko jatuh,
Memasang Pengaman Tempat Tidur dengan penanda Fall Risk, dan
penanda lantai licin.
d. Belum optimalnya Penerapan metode keperawatan sesuai MPKP
ruangan cendana masih menggunakan Metode Fungisional yang
mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kerja harian perawat.
e. Belum optimalnya pendokumentasian Standar Asuhan Keperawatan
dimana perawat mengalami kesulitan menegakkan diagnosa
keperawatan berdasarkan data pengkajian pasien.
f. Belum optimalnya pelaksanaan MPKP seperti Ronde Keperawatan,
Hands Over sesuai SBAR yang melibatkan Kepala Ruangan, Ketua
Tim, Perawat Pelaksana, Pasien, Keluarga Pasien dan Discharge
Planning.
2. Pembobotan dan Prioritas Masalah
Proses untuk mendapatkan masalah prioritas dengan menggunakan
metode pembobotan yang memperhatikan aspek :
- Magnitude (Mg)
Kecenderungan besar dan masalah sering terjadi.
- Severity (Sv)
Besarnya kerugian yang ditimbulkan dari masalah ini.
- Manageability (Mn)
Berfokus kepada keperawatan sehingga dapat diatur perubahannya.
- Nursing Consent (Nc)
Melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat.
- Affordability (Af)
Ketersediaan sumber daya atau list pasien.
Rentang nilai yang digunakan 1-5 dengan rincian
5 : Sangat Penting
4 : Penting
3 : Cukup Penting
2 : Kurang Penting
1 : Tidak Penting
Untuk mendapatkan nilai prioritas masalahnya : Mg×Sv×Mn×Ne×Af
Pembobotan Prioritas Masalah
No Daftar Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas

1. Belum optimalnya pelaksanaan MPKP seperti Ronde Keperawatan, Hands Over 5 5 5 4 4 2000 1
sesuai SBAR yang melibatkan Kepala Ruangan, Ketua Tim, Perawat Pelaksana,
Pasien, Keluarga Pasien dan Discharge Planning.

2. Belum Optimalnya Program Pengendalian Infeksi (APD Kurang, Handsrub 4 3 4 4 3 576 5


Kurang, perawat kadang lupa penerapan Five Moments dan 6 langkah Cuci
tangan).

3. Belum optimalnya Penerapan metode keperawatan sesuai MPKP (Metode 4 4 5 4 4 1280 3


Fungisional maupun Tim) yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kerja
harian perawat.

4. Belum Optimalnya Pasien Safety (Mengitung skor resiko jatuh, Memasang 4 4 4 4 3 768 4
Pengaman Tempat Tidur dengan penanda Fall Risk, penanda lantai licin, 6 Benar
pemberian obat).
5. Belum optimalnya pendokumentasian Standar Asuhan Keperawatan dimana 5 4 5 4 4 1600 2
perawat mengalami kesulitan menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan
data pengkajian pasien.
D. POA (Plan Of Action)
Masalah : Belum optimalnya penggunaan rencana harian perawat pelaksana yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kerja
harian perawat.

Tujuan Indikator Uraian Kegiatan Waktu Prosedur/ Strategi PIC Sasaran Alat dan
Keberhasilan Metode
Penyelesaian Masalah
Pengumpualan data dilakukan dengan memberi angket
tentang M1 (Manusia/ketenagaan), M2 (material/sarana dan
prasarana), M3 (metode), M5 (mutu); dan mengobservasi situasi
serta kondisi diruangan, terkait dengan manajemen keperawatan
yang dilaksanakan di ruang Cendana. Untuk lebih memfokuskan
masalah, kelompok melakukan wawancara dengan kepala
ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana sehingga kelompok
menemukan beberapa masalah tentang manajemen keperawatan.
Dari beberapa masalah tersebut kelompok menyusun prioritas
masalah terkait manajemen keperawatan. Prioritas masalah yang
telah tersusun, kelompok diskusikan dengan kepala ruangan untuk
menentukan masalah mana yang implementasinya paling
dibutuhkan oleh ruangan. Hasil diskusi dengan kepala ruangan
adalah prioritas masalah yang akan diangkat oleh kelompok yaitu:

Perencanaan tindakan yang dilakukan oleh kelompok dalam


mengatasi masalah tersebut adalah dengan membuat format
rencana kerja harian perawat pelaksana dengan tujuan akan sangat
membantu perawat dalam mengarahkan kegiatan pelayanan
asuhan keperawatan pada pasien serta menunjang dalam serah
terima dengan ketua tim.
Implementasi dilakukan selama 2 hari yang dimulai dengan
mensosialisasikan format rencana kerja harian perawat pelaksana
dan meminta masukan untuk perbaikan format agar sesuai dengan
keperluan perawat pelaksana. Hari kedua dilanjutkan dengan
membagikan format rencana kerja harian perawat pelaksana dan
memberikan petunjuk penggunaan format tersebut pada perawat
dinas pagi, sore dan malam.

Anda mungkin juga menyukai