Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA Tn. S DENGAN TUMOR BULI (KANKER KANTUNG KEMIH)


DI RUANG SA’AD IBNU ABI WAQQASH RS ISLAM SUNAN KUDUS

Disusun Guna Memenuhi Tugas Program Profesi Ners


Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh :
CANTIKA PUTRI DEWANTI
72020040372

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
A. PENGERTIAN
Kanker kandung kemih adalah suatu infiltrasi sel-sel ganas di dinding atau dalam lapisan
kandung kemih (Muttaqin dan Sari, 2011:215)
Kanker kandung kemih adalah sekumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel
heterogen yang pertumbuhannya tidak terkontrol di kandung kemih. Kanker kandung kemih
adalah kanker genitourinari kedua yang paling umum. Meskipun superfisial, stadium awal kanker
kandung kemih membawa risiko minimal jika diobati dengan segera, kanker kandung kemih
dapat menjadi keganasan agresif yang rentan terhadap kekambuhan, perkembangan cepat, dan
metastasis(Schub, 2016)
Kanker pada vesika urinaria (ca buli-buli/ kanker kandung kemih) merupakan penyakit
onkologis yang sering menyerang manusia pada usia 60 sampai 70 tahun dengan resiko tertinggi
pada pria dibanding dengan wanita. Selain di pengaruhi oleh faktor hormonal, kejadian kanker
pada vesika juga ditingkatkan dengan prilaku meroko (faktor utama terjadi kanker vesika
urinaria). Dari hasil pengamatan histologis, jenis karsinoma sel transisional (transisional
carsinoma cell) dan 10% merupakan karsinoma sel skuamosa (scuamos carsinoma cell)
(Broker,2009)
B. ETIOLOGI

Etiologi menurut (Suharyanto dan Majid, 2008:261) adalah:

Penyebab kanker kandung kemih tidak diketahui secara pasti. Faktor resiko kanker kandung
kemih yaitu:

a. Zat karsinogen dalam lingkungan kerja, seperti bahan pewarna, karet, bahan kulit,
tinta atau cat.
b. Infeksi bakteri kambuhan atau kronis pada saluran kemih
c. Kebiasaan merokok. Kanker kandung kemih dua kali lebih banyak menyerang
perokok daripada yang bukan perokok.
d. Kebiasaan minum kopi. Terdapat kemungkinan hubungan antara kebiasaan minum
kopi dan kanker kandung kemih
e. Skistosomiasis (infeksi parasit yang mengiritasi kandung kemih).
C. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis dari kanker sebenarnya adalah dampak skunder dengan adanya peningkatan
kuantitas dan kualitas suatu jaringan. Begitu pula dengan kanker vesika urinaria yang
memiliki tanda dan gejala lokal serta sistemik. Berikut ini adalah tanda dan gejala dari kanker
vesika urinaria(Carol, 2011)
1. Spasme vesika urinaria
Penekanan jaringan tumor pada jaringa vesika dan sekitarnya akan meningkatkan
iritabilitas jaringan otot. Hal ini akan memicu adanya regangan konstaksi otot
(spasme).
2. Hematuria
Jaringan tumor/ kanker sangat kaya akan pembuluh darah (hipervaskularisasi).
Gesekan minimal antar jaringan atau dengan material sekitar akan meningkatkan
resiko robekan/ ruptur jaringan. Jika terjadi rupture, maka darah akan bercampur
dengan urine (hematuria).
3. Nyeri
Biasanya nyeri jaringan sekali timbul (10%), kecuali iritabilitas meningkan dan
mengenai ujung saraf sensoris pada vesika urinaria.
4. Frekuensi dan urgensi
Frekensi dan urgensi kadang-kadang terjadi pada klien kanker vesika urinaria
5. Infeksi
Gejala sistemik ini terjadi karena luka pada jaringan vesika urinaria dan terkontimasi
bakteri pathogen yang bisa berasal dari eksternal atau dari urine.
D. PATOFISIOLOGI
Tumor urothelial, lebih dari 90% adalah karsinoma sel transisional. Namun, sampai dengan
5% kanker kandung kemih berasal dari sel skuamosa dan 2% adalah adenokarsinoma.
Nonurothelial tumor kandung kemih primer sangat langka dan mungkin termasuk karsinoma
sel kecil, carcinosarcoma, limfoma primer dan sarkoma. Kanker kandung kemih sering
digambarkan sebagai mutasi poliklonial yang berpotensi tinggi untuk transformasi ganas.
Namun, kanker kandung kemih juga implantasi dan imigrasi dari kanker lain. Setelah muncul
riwayat, 55-60% pasien biasanya dirawat secara konservatif dengan reseksi transurethral dan
cytoscopy berkala. Sebanyak 40-45% pasien biasanya diperlakukan kistektomi radikal
(Muttaqin da Sari, 2011:217)
E. PATHWAY

Merokok Inflamasi Bahan Kimia Obat obatan


VU

Toksin Nikotin Iritabilitas meningkat

Vasokontriksi
vaskuler

Inflamasi sel Tumor Vesika Urinaria

Massa Jaringan Obstruksi


meningkat/ Mukosa Iritabili
hiperplasia membra tas
ne mening
menipis kat Stagnansi Urin
Flow
Kompresi antar sel

Hematuria

Resiko Refluks Urine


Sensitifitas meningkat Kukuran
gan Vol.
Cairan
Resiko
Spasme Obstruksi sal.
Kemih hidronephrosis
Resiko
Stimulus nyeri Ketidakseimb
ang an Resiko
Gangguan
Nurtisi: Gangguan
Nyeri Akut Eliminasi Kurang dari
Fungal ginjal
Urine Keb.
Tu
buh

Hipermetabolisme
Injuri Jaringan

Ketidakseimbangan
intake & output Resiko Infeksi

Stress psikologis
HCL meningkat
Sumber data:
Nursea, vomiting
Prabowo dan Pranata
(2014;96)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan utama pada klien kanker adalah pemeriksaaan histopatologis.
Namun, ada pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk screening awal
penegakan diagnosis kanker vesika urinaria (grace,2007)
1) Sitologi urin
Untuk melihat adanya jaringan abnormal yang ikut dalam aliran urine(mukosa/ epitel dari
jaringan tumor).
2) IVU (intravenous Urethrography)
Dilakukan dan sangat menguntungkan jika tumor berada pada bagian atas (superior) yang
tidak mampu dilihat.
3) Sistouretroskopi
menggunakan optik dan efektif untuk melihat secara jelas jaringan internal vesika
urinaria di superfisial.
4) DPL (Deep Peritoneal Lavage)
Mengetahui adanya internal bleeding di rongga peritoneal. Biasanya pada klien kanker
vesika urinari terjadi anemia.
5) Ureum kreatinin dan elektrolit
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui fungsi ginjal.
6) (Ultrasonografii)
Melihat adanya karakteristik jaringan, estimasi ukuran dan ada/tidaknya obstruksi.
7) CT Scan
Pemeriksaan yang lebih detil dan akrat untuk mengetahui invasi lokal jaringan kanker dan
melihat adanya metastase yang jauh.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalakasanaan Medis menurut Lokeshwar (2011)
a) Transurethral Resection of Bladder Tumor (TUR-BT) tidak mebutuhkan insisi, jadi
sangat efisien untuk meminimalisir infeksi. Kelebihan dari tindakan ini adalah tidak
terganggunya fungsi vesika urinaria dan seksual klien. Tindakan ini memungkinkan
jika insisi tumor sederhana (non radical).
b) Radical atau partial cystectomy tindakan dindikasikan jika dimungkinkan tumor/
kanker telah metastase pada jaringan sekitar, fungsi vesika urinaria yang sudah rusak
dan penyebaran tumor sangat cepat. Pada klien dengan tindakan sistektomi radikal
terapi sistoprostatektomi.
c) Radiasi digunakan untuk melokalisir pertumbuhan sel tumor dengan tindakan non
invasif.
d) Kemoterapi secara langsung pada jaringan kanker (internal cavum vesika urinaria)
biasanya dilakukan pada tipe superfisial kanker dengan stadium awal. Obat yang
digunakan biasanya tiotepa, doksorubisin, mitomisin, dan BCG. Saat ini juga
dikembangkan terapi interferon yang memiliki banyak keuntungan dalam peranan
mengatasi kanker.
H. PENATALAKSAAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Menurut (Riyadi & Sukarmin, 2009), data pengkajian pada pasien dengan Diabetes
Mellitus meliputi :
a. Usia
b. Pendidikan dan pekerjaan
c. Keluhan utama : badan terasa sangat lemas sekali disertai dengan penglihatan kabur
d. Riwayat penyakit sekarang : polidipsia, polifagia dan poliuria
e. Riwayat kesehatan daahulu
f. Riwayat kesehatan keluarga
g. Pola pengkajian kebutuhan menurut Virginia Henderson
1) Kebutuhan napas : irama dalam dan cepat
2) Kebutuhan nutrisi : ingin selalu makan
3) Kebutuhan eliminasi : BAB normal, BAK >10x/hari
4) Kebutuhan gerak dan keseimbangan : penurunan gerak karena kelemahan
fisik
5) Kebutuhan istirahat dan tidur : penderita sering terbangun (insomnia)
6) Kebutuhan berpakaian : tidak terganggu kecuali bila terjadi kelemahan
7) Mempertahankan temperatur atau sirkulasi : kesemutan pada ekstremitas,
akral teraba dingin, suhu tubuh normal (36-37,50C)
8) Kebutuhan personal hygiene
9) Kebutuhan rasa aman dan nyaman
10) Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi : emosi labil
11) Kebutuhan spiritual
12) Kebutuhan bekerja : mengalmi penurunan
13) Kebutuhan bermain dan rekreasi
14) Kebutuhan belajar
h. Pemeriksaan fisik
1) Status penampilan kesehatan : yang sering muncul kelemahan fisik
2) Tingkat kesadaran
3) Tanda-tanda vital : hipertensi, takikrdia
4) Berat badan melalui penampilan dan pengukuran
5) Kulit
6) Mata dan kepala
7) Telinga
8) Hidung
9) Mulut dan faring
10) Leher
11) Toraks dan paru (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi)
12) Dada
13) Aksila
14) Sistem kadiovakuler
15) Abdomen (inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi)
16) Ginjal (apakah ada nyeri tekan sudut kosta vertebral)
17) Genetalia
18) Sistem muskuloskeletal
19) Sistem neurosensory
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berikut ini adalah beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien
dengan kanker buli-buli. (NANDA 1 2012-2014):
1. Nyeri akut (00123)
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal
kerusakan sedemikian rupa (international Association for the study of pain), awitan yang
tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantsipasi atau prediksi dan berlangsung < 6 bulan .
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
3. Gangguan Eliminasi Urine (00016)
Definisi: Disfungsi pada eliminasi Urine.
4. Resiko Infeksi (00004)
Definisi: mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Berikut ini adalah intervensi yang dirumuskan untuk mengatasi masalah keperawatan
pada klien dengan kanker buli-buli (NANDA 1, NIC NOC):
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera ( biologi, fisik, dan psikologis
Setelah dilakukan tintakan keperawatan selama ...x 24 jam, klien akan:
- 1605. Pain Control
- 2102. Pain Level
- 2101. Pain : Disruptive Effects yang dibuktikan dengan indikator
(1: Berat Sekali, 2: Berat, 3: Sedang, 4: Ringan, 5: Tidak ada) Kriteria Hasil:
- Mampu mengenali serangan nyeri akut dan melaporkan faktor penyebab terjadinya
nyeri.
- Melakukan tabulasi gejala setiap saat yang terkait denagan nyeri untuk menuntukan
langkah penjegahans erangan nyeri
- Mampu menggunakan langkah non farmakologis untuk mengatasi nyeri dan
menggunakan obat-obatan (analgesik) sesuai dengan anjuran
- Melaporkan perubahan tingkatan nyeri (skal, intensitas, awitan, krakteristik)
- Menunjukan rasa nyaman dengan perbaikan istirahat dan aktivitas
- Tanda-tanda vital dalam batas Rentang normal

Nursing Intervention Classification (NIC):

1400. Pain Management


Aktivitas Keperawatan:
- Lakukan pengkajian secra komprehensif terhadap nyeri, meliputi lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau tingkat keparahan dari nyeri dan faktor
pencetus dari nyeri.
- Observasi respon non verbal dari rasa ketidak nyamanan, khususnya
ketidakmampuan untuk berkomunikasi ynag efekstif
- Gunakan komunikasi ynag teraupetik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan
respon dari nyeri pada klien
- Kaji tentang pengetahuan dan kepercayaan klien akan nyeri yang terjadi
- Pertimbangkan budaya klien ynag mampu mempengaruhi respon terhadap nyeri
- Tenutukan dampak dari nyeri terhadap kualitas hidup (tidur, nafsu makan,
aktifitas, pengetahuan, motivasi, interaksi sosial dan lain sebagainya)
- Kaji tentang faktor pada pasien ynag mampu meringankan atau memperburuk nyeri
- Evaluasi dengan klien dan tim kesehatan lainnya untuk menentukan teknik
dalam mengatasinya
- Evaluasi denagan klien dan tim kesehatan lainnya untuk menetukan teknik
dalam mengatasi nyeri yang bisa digunakan
- Anjurkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien
- Catat secra rutin perkembangan dari metoda manajemen nyeri untuk mengetahui
efektifitasnya
- Berikan informasi yang lengkap dan benar mengenai nyeri
(penyebab, lamanya, dan tindakan antisipasi yang dibutuhkan)
- Berikan suasana lingkungan yang kondusif untuk mengurangi nyeri (cahaya hangat,
terang dan tidak ada kebisingan)
- Kurangi faktor yang menjadi pemicu timbulnya nyeri atau meningkatkan
intensitas nyeri
- Pilih dan lakukan beberapa langkah (farmakologis, non farmakologis) untuk
mengatasi nyeri
- Ajarkan tentang teknik manajemen nyeri
- Ajarkan penggunaan teknik non farmakologis (biofeedback., TENS, hipnotis,
relaksasi, imajinasi terbimbing/ guidedi imagery, distraksi danlain sebagainya)
- Berikan analgesik sesuai denagan anjurkan dokter
- Kolaborasi dengan klien atau profesi kesehatan lainnya dalam memeilih teknik-teknik
non farmakologis dalam mengatasi nyeri
- Monitor kepuasan klien atas manajemen nyeri yang dilakukan

2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan


ketidak mampuan untuk mengabsorbsi nutrien, ketidakmampuan untuk mencerna
makanan, ketidakmampuan menelan makanan, faktor psikologis
Nursing Outcome Classification (NOC):

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..x 24jam, klien akan:


1008. Nutritional Status: food and fluid intake
0303. self-Care : Eating
1006. Weight: Body Mass yang dibuktikan dengan indikator (1:Sangat Berat, 2: Berat, 3:
Sedang, 4: Ringan, 5:Tidak Ada ganguan)
Kriteria Hasil:

- Intake makanan perorak (spontan/ naso feeding) adekuat


- Intake cairan (per oral/ parenteral) adekuat
- Nutrisi parenteral adekuat
- Menyatakan nafsu makan baik
- Menyiapkan makanan dengan baik
- Menyantap makanan dengan maksimal dan mengunyah dengan baik
- Menghabiskan porsi makanan tanpa ada gangguan
- Tidak ada gangguan selama proses makan (mual/muntah)
- Berat badan ideal
- Masa otot triceps, biceps dan subskapularis memadai
- Lemak pada panggul (wanita) memadai
- Lemak di leher (pria) memadai
- Lingkar kepala memadai dalam standar normal (anak)
- Proporsi antara tinggi badan dan berat badan normal (anak)

Nursing Intervention Classification (NIC)

1100. Nutrition Management

Aktivitas Keperawatan:
- Kaji status nutrisi klien dan kemampuan untuk pemenuhan nutrisi klien
- Identifikasi klien tentang riwayat alergi makanan dan kaji makanan kesuskaan klien
- Intruksikan kepada klien tentang cara pemenuhan kebutuhan nutrisi yang optimal
(misalnya dengan pelaksanan diet sesuai anjuran)
- Hitung kebutuhan kalori klien setiap hari sediakan aneka ragam makanan sesuai
dengan keinginan klien
- Anjurkan klien/ keluarga untuk membantu klien melakukan perawatan rongga mulut
(sikat gigi) sebelum dan sesudah makan untuk meningkatkan kenyamanan
- Rencanakan pemberian obat untuk mengatasi gejala ynag menggangu nafsu makan
(nyeri, mual dan muntah)
- Sajikan makanan dengan menarik dan suhu hangat
- Atur diet makanan klien sesuai kondisi penyakit (indikasi dan kontraindikasi)
- Berikan nutrisi tinggi serat untuk memperlancar proses pencernaan
- Monitoring asupan nutrisi dan kalori tiap hari
- Monitoring trend penigkatan/ penurunan berat badan tiap hari

1120. Nutrition Therapy


Aktifitas keperawatan:
- Kaji status nutrisi klien
- Monitiring asupan cairan dan makanan serta hitung intake per hari
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentukan jumlah kebutuhan kalori klien tiap hari
- Tentukan jenis asupan makanan ynag akan diberikan dengan memertimbangkan
aspek budaya dan agama klien
- Berikan nutrisi tambahan (suplemen)
- Anjurkan klien untuk makan makanan lunak untuk meminimalisir kerja saliva
dan rongga mulut
- Dorong asupan makanan tinggi kalsium dan kalium (sesuai anjuran/ diet)
- Anjurkan klien mengkonsumsi serat tinggi untuk memperlancar proses
pencernaan
- Sediakan makanan dengan tinggi proyein, kalori dan mudah untuk dikonsumsi klien
- Siapkan pemberian makanan via sonde feeding jika diperluakan
- Jaga kebersihan selang feeding setelah memberikan asupan makanan/ cairan
- Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan nafsu makan klien
- Bantu klien dalam mereposisi tubuh yang nyaman saat akan makan

1803. Self-Care Assistance: Feeding


Aktifitas Keperaatan:
- Kaji kemampuan klien untuk menelan untuk menentukan tipe diet
- Siapkan makanan di meja saji yang mudah dijangkau klien
- Yakinkan alat bantu makan klien dalam kondisi baik untuk membantu mengunyah
dan menelan
- Bantu klein untuk mengambil makanan , jika perlu suapi klien
- Bersihkan rongga mulut klien (oral hygine) sebelum klien makan untuk
meningkatkan kenyamanan
- Atur posisi klien senyaman mungkinuntuk makan
- Sediakan makanan dan minuman klien denagan suhu hangat
- Monitoring kontinyu berat badan dan status hidrasi klien
- Batasi interaksi sosial ketika klien dalam kondisi makan

3. Ganguan eliminasi urine ynag berhubungan gengan ganguan anatomik,


penyebab multiple, gangguan sensori motorik
Nursing outcome classification (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam, klien akan:
0502. Urinary continence

0503. Urinary elimination yang dibuktikan dengan indikator (1: Tidak pernah, 2: Jarang,
3: Kadang-kadang, 4: Sering, 5: Selalu) Kriteria Hasil:
- Kemampuan untuk menahan urine baik
- Pola BAK normal
- Haluaran urine sesuai dengan nilai normal
- Kemampuan mengeluarkan urine di toilet sewaktu ada keinginan untuk miksi
- Mampu menahan urine > 150 cc setiap kali berkemih
- Mampu memulai miksi danmenghentikan secara tiba-tiba dengan baik
- Pengosongan bladder komplet
- Asupan cairan adekuat
- Tidak adanya tetesan urine setelah berhenti miksi
- Tidak adanya tetesan urine dengan proses mengejan dan kontraksi abdomen
- Pola eliminasi normal
- Karakteristik urine (bau, jumlah, warna, sendimentasi) sesuai batas normal
- Tidak ada darah dalam urine
- Tidak ada endapan dalam urine
- Tidak ada rasa nyeri pada waktu miksi
- Tidak ada rasa terbakar pada waktu miksi
- Tidak ada hesistansi/ frekuensi/ urgensi/ retensi/ nokturia/inkotinensia

Nursing Intervention Classification (NIC)

0570. Urinari Bladder Training


Aktifitas keperawatan:
- Tentukan kemampuan untuk menahan kemih
- Dorong klien untuk mengatur pola berkemih
- Bantu klien jika terjadi inkontinensia urine
- Tetapkan interval miksi dengan pembuatan jadwal
- Gunakan kekuatan mengejan ketika melakukan kemih
- Hindari klien berada ditoilet lebih dari 5 menit
- Tingkatkan interval toilet training setiap 1 jam jika pasien tidak mengalami
inkontinensia selama 3 hari
- Ajari klien untuk menahan kencing sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan

0590. Urinary elimination Management

Aktifitas keperawatan:
- Monitor eliminasi urine termasuk frekuensi, konsistensi, bau, voleme, dan warna
urine
- Monitor tanda dan gejala dari retensi urin
- Identifikasi faktor penyebab inkontinensia
- Terangkan kepada pasien tanda dan gejala infeksi traktus urinarius
- Instruksikan pasien untuk mencatat output urine setiap berkemih
- Ambil urine bagian tengah periode untuk dilakukan urinalisis
- Bantu klien untuk melakukan toilet training
- Atur asupan cairan sesuai dengan kebutuhan

4. Resiko infeksi ynag berhubungan dengan penyakit kronis

Nursing Outcome Classification (NOC)

Setelah dilakukakn tindakan keperawatan selama ...x 24jam, klien akan:


0703. Infection Severity yang dibuktikan dengan indikator (1: Berat
Sekali, 2: Berat, 3: Sedang, 4: Ringan, 5: Tidak Ada) Kriteria Hasil:
- Bau Urine yang busuk
- Pengeluaran cairan purulen
- Demam
- Ketidakstabilan temperatur tubuh
- Nyeri
- Linfadenopati
- Malaise
- Latergi
- Koloni bakteri kulture darah
- Koloni bakteri kultur urine
- Peningkatan/ penurunan leukosit
Nursing Intervention Classification (NIC)

6540. Infection Control


Aktivitas Keperawatan:
- Jaga kebersihan lingkungan sekitar pasien
- Lakukan perawatan pasien sesuai dengan prosedur Safety yang berlaku
- Batasi pengunjung atau keluar masuk keluarga terhadap pasien
- Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak/ merawat pasien dengan
menggunakan antiseptik
- Anjurkan klien untuk cuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah
melakukan aktifitas
- Terapkan universal precaution dalam perawatan klien
- Lakukan penggantian kateter secara periodek untuk mengurangi insidensi
infeksi pda bladder
- Tingkatkan asupan nutrisi adekuat
- Lakukan ambilan urine tengah periodik untuk urinalisis
- Kolaborasi pemberian antibiotik dengan medis
- Terangkan pada klien tanda dan gejala terjadinya infeksi

6550. Infection Protection

- Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sitemik dan lokal


- Monitor status kerentanan terhadap infeksi
- Batasi pengunjung
- Jaga teknik septik dan aseptik pada perawat pasien yang beresiko infeksi
- Lakukan kultur urine sesuai dengan kebutuhan
- Tingkatkan asupan nutrisi yang adekuat
- Intuksikan klien untuk minum antibiotik (sesuai advice dokter) dengan tepat
waktu sesuai anjuran
- Terangkan pada klien tanda dan gejala terjadinya infeksi dan laporkan jika ada
- Hindari tanaman hidup atau benda yang dpat menjadi media berkembang mikroba
patogen
- Hindari buah segar, sayuran, dan merica dalam makanan pada pasien dengan kondisi
neutropenia
DAFTAR PUSTAKA

Liu, T., & Campbell, A. 2011. Case Files Ilmu Bedah. Jakarta: Karisma Publishing
Group.

Dermawan, D., & Rahayuningsih, T. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Sistem


Pencernaan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Haryono, R. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Kelainan Bawaan Sistem


Pencernaan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Nanda. 2013. Diagnosis keperawatan: Definisi dan Klasifikasi.Jakarta: EGC.

Reksoprodjo, S. 2006. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara


Publisher.

Sjamsuhidajat & Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai