Anda di halaman 1dari 5

Ca Buli-Buli

Kanker kandung kemih adalah suatu infiltrasi sel-sel ganas di dinding atau dalam lapisan
kandung kemih.
Epidemiologi

 Kandung kemih lebih sering ditemukan pada pasien-pasien yang berusia diatas 50
tahun, dan ter-banyak dijumpai pada usia 60-70 tahun. dan lebih banyak mengenai laki-
laki daripada wanita (3:1).
 Secara histopatologi karsinoma kandung kemih terdiri dari 95% karsinoma sel
transisional, 3% karsinoma sel skuamosa, dan 2 % adenokarsinoma.
Etiologi dan Faktor Resiko
 Penyebab kanker kandung kemih tidak diketahui secara pasti.
 Faktor resiko kanker kandung kemih yaitu:
a. Zat karsinogen dalam lingkungan kerja, seperti bahan pewarna, karet, bahan kulit,
tinta atau cat (golongan aromatik amin),
b. obat-obatan antara lain siklofosfamid,
c. Infeksi bakteri kambuhan atau kronis pada saluran kemih
d. Kebiasaan merokok. Kanker kandung kemih dua kali lebih banyak menyerang
perokok daripada yang bukan perokok
e. Kebiasaan minum kopi. Terdapat kemungkinan hubungan antara kebiasaan minum
kopi dan kanker kandung kemihe.Skistosomiasis (infeksi parasit yang mengiritasi
kandung kemih).

Stadium Kanker kandung kemih dengan menggunakan sistem TNM.


Patofisiologi
Tumor urothelial, lebih dari 90% adalah karsinoma sel transisional. Namun, sampai dengan 5%
kanker kandung kemih berasal dari selskuamosa dan 2% adalah adenokarsinoma. Nonurothelial
tumor kandung kemih primer sangat langka dan mungkin termasuk karsinoma sel kecil,
carcinosarcoma, limfoma primer dan sarkoma. Kanker kandung kemih sering digambarkan
sebagai mutasi poliklonial yang berpotensi tinggi untuk transformasi ganas. Namun, kanker
kandung kemih juga implantasi dan imigrasi dari kanker lain. Setelah muncul riwayat, 55-60%
pasien biasanya dirawat secara konservatif dengan reseksi transurethral dan cytoscopy berkala.
Sebanyak 40-45% pasien biasanya diperlakukan kistektomi radikal (Muttaqin da Sari,
2011:217)2.1.5.2Berbagai prekursor telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Initi dari
penyakit kanker adalah adanya perubahan struktur anatomi fisiologis dai sebuah organ atau
jaringan. Kanker pada vesika urinari dengan stadium awal biasanya tidak menimbulkan
manifestasi klinis yang berarti. Seiring dengan pertumbuhan jaringan sekitarnya sehingga
menimbulkan beberapa tanda dan gejala (nyeri, hematuri). Pada kondisi inilah klien akan
merasakan pada pola eliminasinya.
Manifestasi Klinis
Gambaran klinis dari kanker sebenarnya adalah dampak skunder dengan adanya peningkatan
kuantitasdan kualitas suatu jaringan. Begitu pula dengan kanker vesika urinaria yang memiliki
tanda dan gejala lokal serta sistemik. Berikut ini adalah tanda dan gejala dari kanker vesika
urinaria(Carol, 2011):

 Spasme vesika urinaria


o Penekanan jaringan tumor pada jaringa vesika dan sekitarnya akan
meningkatkan iritabilitas jaringan otot. Hal ini akan memicu adanya regangan
konstaksi otot (spasme)
 Hematuria
o Jaringan tumor/ kanker sangat kaya akan pembuluh darah (hipervaskularisasi).
Gesekan minimal antar jaringan atau dengan material sekitar akan meningkatkan
resiko robekan/ ruptur jaringan. Jika terjadi rupture, maka darah akan
bercampur dengan urine (hematuria)
 Nyeri
o Biasanya nyeri jaringan sekali timbul (10%), kecuali iritabilitas meningkan dan
mengenai ujung saraf sensoris pada vesika urinaria
 Frekuensi dan urgensi
o Frekensi dan urgensi kadang-kadang terjadi pada klien kanker vesika urinaria
 infeksi gejala sistemik ini terjadi karena luka pada jaringan vesika urinaria dan
terkontimasi bakteri pathogen yang bisa berasal dari eksternal atau dari urine.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan utama pada klien kanker adalah pemeriksaaan histopatologis. Namun, ada
pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk screening awal penegakan diagnosis
kanker vesika urinaria (grace,2007)
1. Sitologi urin
 Untuk melihat adanya jaringan abnormal yang ikut dalam aliran urine(mukosa/
epitel dari jaringan tumor)
2. IVU (intravenous Urethrography)
 Dilakukan dan sangat menguntungkan jika tumor berada pada bagian atas
(superior) yang tidak mampu dilihat
3. Sistouretroskopi
 menggunakan optik dan efektif untuk melihat secara jelas jaringan internal
vesika urinaria di superfisial.
4. DPL (Deep Peritoneal Lavage)
 Mengetahui adanya internal bleeding di rongga peritoneal. Biasanya pada klien
kanker vesika urinari terjadi anemia
5. Ureum kreatinin dan elektrolit
 Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui fungsi ginjal
6. USG (Ultrasonografii)
 Melihat adanya karakteristik jaringan, estimasi ukuran dan ada/ tidaknya
obstruksi
7. CT Scan
 Pemeriksaan yang lebih detil dan akrat untuk mengetahui invasi lokal jaringan
kanker dan melihat adanya metastase yang jauh

Penatalakasanaan Medis
A. Transurethral Resection of Bladder Tumor (TUR-BT) tidak mebutuhkan insisi, jadi sangat
efisien untuk meminimalisir infeksi. Kelebihan dari tindakan ini adalah tidak
terganggunya fungsi vesika urinaria dan seksual klien. Tindakan ini memungkinkan jika
insisi tumor sederhana (non radical).
B. Radical atau partial cystectomy tindakan dindikasikan jika dimungkinkan tumor/ kanker
telah metastase pada jaringan sekitar, fungsi vesika urinaria yang sudah rusak dan
penyebaran tumor sangat cepat. Padaklien dengan tindakan sistektomi radikal terapi
sistoprostatektomi.
C. Radiasi digunakan untuk melokalisir pertumbuhan sel tumor dengan tindakan non
invasif.
D. Kemoterapi secara langsung pada jaringan kanker (internal cavum vesika urinaria)
biasanya dilakukan pada tipe superfisial kanker dengan stadium awal. Obat yang
digunakan biasanya tiotepa, doksorubisin, mitomisin, dan BCG. Saat ini juga
dikembangkan terapi interferon yang memiliki banyak keuntungan dalam peranan
mengatasi kanker

Anda mungkin juga menyukai