Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA NY.Z DENGAN TUMOR BULI

DIRUANG EDELWAYS RSUD RAA SOEWONDO PATI

Disusun Oleh :

Nama : Nawa Evalatul Hawa

Nim : 920173036

Prodi :S1 Ilmu Keperawatan / 3A

Semester :5

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AJARAN 2019/2020


A. PENGERTIAN
Kanker kandung kemih (karsinoma buli-buli) adalah kanker yang mengenai kandung
kemih dan kebanyakan menyerang laki-laki berusia di atas 50 tahun (Nursalam 2009). Insidennya
lebih banyak terjadi pada pekerja zat warna aniline. Produk-produk seperti benzidine dan 3-
naphtylamine bersifat karsinogenik (Shenoy 2014). Menurut Pusponegoro, dkk. dalam buku
Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, kanker kandung kemih lebih sering mengenai penderita laki-laki
daripada wanita dengan perbandingan 2:1. Sebagian besar (±90%) tumor kandung kemih adalah
karsinoma sel transisional. Tumor ini bersifat multifokal, yaitu dapat terjadi di saluran kemih
yang epitelnya terdiri atas sel transisional, seperti di pielum, ureter, uretra posterior. Sedangkan
jenis yang lainnya adalah karsinoma sel skuamosa (±10%) dan adenokarsinoma (±2%) (Nursalam
2011).
Kanker kandung kemih adalah suatu penyakit nonagresif yang terjadi didalam lapisan sel
transisi kandung kemih. Kanker kandung kemih kambuh secara alami. Terkadang kanker
kandung kemih ditemukan menyerang lapisan lebih dalam pada jaringan kandung kemih
(DiGiulio, Jackson, & Keogh, 2014).
Kanker pada kandung kemih merupakan penyakit onkologis yang sering menyerang
manusia pada usia 60 sampai 70 tahun dengan resiko paling tinggi pada pria dibanding wanita.
Kejadian kanker pada vesika urinaria selain dipengaruhi oleh faktor hormonal juga dipengaruhi
dengan perilaku merokok. Menurut pengamatan histologis, diketahui bahwa 90% dari kejadian
kanker kandung kemih merupakan jenis karsinoma sel transisional (transisional carcinoma cell)
dan 10% meerupakan karsinoma sel skuamosa (scuamos carcinoma cell) (Broker, 2009; Otto,
2015).

B. ETIOLOGI
Ada 3 hal penyebab terjadinya karsinoma, yaitu :
1. Host
a. Genetik
Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun kanker lain seperti kanker
kolon dan kanker ginjal (RCC) akan menimbulkan resiko kanker kandung kemih.
b. Life style
1. Mengkonsumsi makanan yang mengandung 4P (Pemanis, pewarna, pengawet, penyedap
rasa)
2. Merokok selama bertahun-tahun memiliki resiko lebih tinggi daripada orang yang tidak
merokok atau orang yang merokok dalam jangka waktu yang pendek. Rokok
mengandung bahan karsinogen berupa amin aromatic dan nitrosamine.
3. Sering mengkonsumsi kopi dalam jangka waktu lama
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Infeski saluran kemih, ca colon, ca rnal, ca prostat, ca rectum.
d. Obat atau tindakan (cytoksan dan cyclofosfamid). Orang yang pernah mendapatkan
pengobatan kanker dengan obat-obatan tertentu seperti cyclophosphamide akan
meningkatkan resiko kanker kandung kemih. Juga orang yang pernah mendapatkan terapi
radiasi di abdomen atau panggul akan memiliki resiko.
2. Agent
Invasi kuman (parasit: schistozomiasis yang terdapat pada siput).
3. Environment
Berhunbungan dengan pekerjaan di pabrik kimia (terutama cat), pabrik rokok, penyamak kulit
dan pekerja salon karena sering terpapar oleh bahan karsinogen (senyawa ain aromatic: 2
naftilamin, bensidin dan 4 aminobifamil) (Lyndon 2014).

C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis pada kanker kandung kemih, antara lain (Shenoy 2014) :
1. Lokal
a. Obstruktif
1. Kencing sedikit: sebagai akibat dari tumbuhnya tumor yang menutup aliran menuju
uretra.
2. Hematuria: massa tumor memiliki sifat mudah ruptur dan sifat urin adalah asam yang
akan mengikis tumor tersebut sehingga akan terjadi bleeding dan dikeluarkan melalui
urin.
3. Pancaran melemah: karena adanya obtruksi sehingga kencing menjadi sedikit dan
mengakibatkan pancaran melemah.
b. Iritatif
1. Frekuensi: terjadi peningkatan frekuensi karena adanya retensi urine dan pengisian
kandung kemih secara kontinyu.
2. Urgensi
3. Nocturia ( jarang )
4. Urge incontinensia
5. Disuria
2. Sistemik
a. Anemia: sebagai akibat dari adanya hematuria sehingga tubuh kekurangan Hb.
b. Hiperventilasi : karena tidak adanya Hb yang mengikat O2 sehingga mengakibatkan sesak
napas.
c. Hipertensi: karena adanya gangguan pada fungsi ginjal sehingga mengakibatkan aldosteron
terganggu, pembuluh darah menjadi vasokonstriksi sehingga muncul hipertensi.
d. Oedema: karena adanya gangguan pada renin angiotensin yang berdampak pada pompa Na
dan K, kemudian Na tidak dapat keluar sehingga mengikat banyak air yang mengakibatkan
oedema.
D. PATHOFISIOLOGI
Menurut Amiruddin 2010, kanker kandung kemih terjadi karena beberapa faktor yaitu,
usia Kanker kandung kemih lebih sering terjadi pada usia di atas 50 tahun dan angka kejadian
laki-laki lebih besar daripada perempuan. Usia dapat menyebabkan imunitas seseorang turun
sehingga rentan terpapar oleh radikal bebas, selain itu lifestyle seperti kebiasaan merokok dan
bahan-bahan karsinogenik seperti pabrik jaket kulit bagian pewarnaan. Kedua faktor ini akan
masuk ke dalam sirkulasi darah daan masuk ke dalam ginjal yang selanjutnya terfiltrasi di
glomerulus. Radikal bebas bergabung dengan urin secara terus menerus dan masuk ke kandung
kemih. Keganasan yang terjadi pada kandung kemih ini kebanyakan menyerang pada
sel epitel transisional kandung kemih (Monahan, et al, 2011). Perubahan (mutasi gen) pada
kandung kemih melibatkan zat-zat karsinogen yang didapat dari lingkungan seperti tembakau,
aromatik amina, arsen; faktor resiko lain yang mempengaruhi proses pertumbuhan sel kanker
pada kandung kemih diantaranya : genetik dan riwayat penyakit kandung kemih sebelumnya.
Secara umum, karsinogenesis dapat terjadi melalui aktivasi proto-onkogen dan rusaknya gen
supresor tumor yang termasuk fosfatase dan tensin homolog (PTEN) dan p53. Akibat dari
mutasi ini terdapat delesi dari kromosom 9 atau mengaktifkan mutasi dari reseptor faktor
pertumbuhan fibroblast 3 (FGFR 3) (Ching & Hansel 2010). Karsinoma kandung yang masih
dini merupakan tumor superficial. Tumor ini lama-kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke
lamina propia, otot dan lemak perivesika yang kemudian menyebar langsung ke jaringan
sekitarnya. Hematuria yang disertai nyeri merupakan gejala awal kanker pada kebanyakan pasien
(Nursalam & Batticaca 2012).
E. PATHOLOW
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan, antara lain:
1. Palpasi Bimanual (Shenoy 2014)
Yaitu per reto-abdominal pada pria dan per vagino-abdominal pada wanita dilakukan di bawah
anastesi umum. Penebalan dinding buli, mobilitas, fiksasi, dan keras tidaknya tumor dapat
ditentukan. Palpasi bimanual dikerjakan dengan narkose umum (supaya otot buli-buli relaks)
pada saat sebelum dan sesudah reseksi tumor TUR buli-buli. Jari telunjuk kanan melakukan colok
dubur atau colok vagina sedangkan tangan kiri melakukan palpasi buli-buli di daerah
suprasimfisis untuk memperkirakan luas infiltrasi tumor. Kontribusi perawat dalam pemeriksaan
bimanual adalah untuk mengetahui apakah teraba tumor pada dasar buli-buli dengan bantuan
general anestesi sesuai prosedur.
2. Pemeriksaan Laboratorium (Nursalam 2009)
a. Laboratorium rutin.
1. Hb (untuk mengetahui adanya anemia)
Normal: M : 13-16 g/dl
F : 12-14 g/dl
b. Pemeriksaan Fungsi Faal Ginjal
1. BUN, eksresi urea yang tidak maksimal akan meningkatkan kadar nitrogen urea darah
(Joan dan Lyndon 2014)
Normal: 10-45 mg/dl
2. Kreatinin Serum, dapat mengukur kerusakan ginjal dengan baik dibandingkan dengan
kadar nitrogen serum, karena ganggguan ginjal yang berat dan persisten akan
menyebabkan peningkatan kreatinin yang signifikan (Joan dan Lyndon 2014)
Normal: M : 0,9-1,5 mg/dl
F : 0,7-1,3 mg/dl
c. Urinalisis
Pemeriksaan air seni untuk melihat adanya darah dalam air seni, khususnya yang kasat mata.
Selain itu juga untuk mengetahui adanya epitel, eritrosit, atau leukosit pada urin. Pemeriksaan
sitologi urin, memiliki sensitifitas 38-78%, dan meningkat pada tumor tingkat tinggi. Kultur
air seni dapat diperiksa untuk menyingkirkan adanya infeksi atau peradangan.
d. Sitologi Urin, yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urin (biasanya nilai
negatif palsu tinggi). Sitologi urin merupakan pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel
didalam urin. pemeriksaan ini dilakukan untuk mendiagnosis kanker saluran kemih. Sitologi
urin juga dilakukan untuk penyaringan kanker pada orang-orang resiko tinggi (misalnya
perokok, pekerja petrokimia dan penderita perdarahan tanpa rasa nyeri). Untuk penderita
yang telah menjalani pengangkatan kanker kandung kemih, sitologi digunakan untuk evaluasi
dan follow up
e. Cell survey antigen study, yaitu pemeriksaan laboratorium untuk mencari sel antigen terhadap
kanker, bahan yang digunakan adalah darah vena.
f. Flow cytometri, yaitu mendeteksi adanya kelainan kromosom sel-sel urotelim.
3. Pemeriksaan Radiologi (Shenoy 2014)
a. BOF/ BNO (Buik Nier Overzicht)
Untuk mengetahui struktur dari kandung kemih bagus atau tidak.
Kontribusi perawat adalah:
1. Sebelum pemeriksaan anjurkan klien untuk makan bubur, bukan santan karena akan
memerlukan waktu penyerapan yang lama dan mengandung kolesterol.
2. Klien dipuasakan 6-8 jam
3. Dilakukan lavement/huknah/enema untuk mengurangi intepretasi kesalahan pada
gambaran kolon dan kandung kemih
b. IVP
Defek pengisian dalam buli, dilatasi ureter dapat ditemukan. Konstribusi perawat adalah
untuk melakukan pemeriksaan fungsi ginjal (BUN dan Kreatinin) dan pemeriksaan alergi
sebelum dilakukan tindakan.
c. Ultrasonografi
Merupakan pemeriksaan yang sangat bermanfaat yang dapat mendeteksi karsinoma buli.
Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi adanya metastase hati. Kontribusi perawat adalah
menganjurkan klien untuk menahan kencing untuk mengetahui perbedaan urin dan massa
tumor.
d. CT Scan
Merupakan pemeriksaan pilihan terutama untuk mengetahui penyebaran penyakit.
Pemeriksaan CT scan bermanfaat khususnya untuk mengetahui adanya infiltrasi adanya
infiltrasi pada otot, jaringan prevesika serta prostat, dan dinding pelvik. Indikasi untuk
sitoskopi, antara lain:
1. Hematuria dengan IVP yang normal
2. Gejala klinis saluran kemih bagian bawah
3. Sel maligna dalam sitologi urine
e. MRI
Dapat memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran tumor. Jika tumornya berupa
kista, bisa diambil contoh cairan untuk dilakukan analisa. Aortografi dan angiografi arteri
renalis bisa dilakukan sebagai persiapan pembedahan untuk memberikan keterangan
tambahan mengenai tumor dan arteri renalis.
f. Sistoskopi
Sitoskopi merupakan pemeriksaan gold standart untuk menentukan lokasi lesi dan mengambil
biopsi yang sangat diperlukan untuk penatalaksanaan kasus lebih lanjut. Peran perawat yaitu
memantau adanya komplikasi pasca prosedur sistoskopi berupa perdarahan, perforasi
kandung kemih, dan infeksi. Perawat melakukan observasi terhadap perubahan warna urin.
Pasca dilakukan sistoskopi, urin normalnya berwarna merah muda karena trauma saat
memasukkan instrumen, tetapi bila ada perdarahan nyata harus segera dilaporkan. Perawat
memantau kecukupan asupan cairan klien untuk mencegah statis urin dan obstruksi darah
beku. Perawat memantau tanda-tanda vital klien secara teratur untuk mendeteksi dini potensi
adanya infeksi.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Hematuria
a. Dilakukan three way kateter untuk irigasi kandung kemih yang mengalami perdarahan akibat
massa dengan PZ 1000 cc.
Konstribusi perawat:
1. Monitoring irigasi
2. Monitoring balance cairan urin yang di tampung pada urin bag dikurangi dengan cairan
yang masuk {PZ}).
3. Evaluasi warna urin
4. Kondisi bladder
b. Oksigenasi karena kilen mengalami hiperventilasi
c. Transfusi + farmakologi (asam traneksamat serta vitamin K) untuk penatalksaan perdarahan.
2. TURB-T (Trans-Urethral Resection of Bladder-Tumor)
Dilakukan reseksi untuk mengambil tumor. Jika terjadi perdarahan dilakukan tindakan irigasi
kandung kemih , jika urine tidak keluar , curiga adanya stone cell dan tatalaksana dengan
dilakukan spool.
3. Cystektomy radikal atau parsial
Sistektomi radikal yang diikuti dengan kemoterapi sistemik (MVAC-Methotrexate, Vinblastine,
Adriamycin, Cisplatin). Sistektomi radikal merupakan pengangkatan buli dengan lemak
perisistikserta prostat dan vesikula seminalis, uretra pada priadan buli serta lemak perisistik,
serviks, uuterus, kubah vagina anterior, uretra dan ovarium pada wanita. Sistektomi radikal
merupakan suatu operasi mayor dengan angka mortalitas 3 sampai 8%.
4. Diversi Urine
Sistektomi radikal adalah pengangkatan kandung kemih dan jaringan sekitarnya (pada pria berupa
sistoprostatektomi) dan selanjutnya aliran urine dari ureter dialirkan melalui beberapa cara diversi
urine, antara lain: (Yosef, 2007)
a. Uretrosigmoidostomi, yaitu membuat anastomosis kedua ureter ke dalam sigmoid. Cara ini
sekarang tidak banyak dipakai lagi karena banyak menimbulkan penyulit.
b. Kondisi usus, yaitu mengganti kandung kemih dengan ileum sebagai penampung urin,
sengakan untuk mengeluarkan urine dipasang kateteer menetap melalui sebuah stoma.
Konduit ini diperkenalkan oleh Bricke pada tahun 1950 dan saat ini tidak banyak dikerjakan
lagi karena dianggap tidak praktis.
c. Diversi urin kontinen, yaitu mengganti kandung kemih dengan segmen ileum dengan
membuat stoma yang kontinen (dapat menahan urin pada volume tertentu). Urin kemudian
dikeluarkan melalui stoma dengan melakukan kateterisasi mandiri secara berkala. Cara
diversi urin ini yang terkenal adalah cara Kock pouch dan Indian pouch.
d. Diversi urin Orthotopic, adalah membuat neobladder dari segmen usus yang kemudian
dilakukan anastomosis dengan uretra. Teknik ini dirasa lebih fisiologis untuk pasien, karena
berkemih melalui uretra dan tidak memakai stoma yang dipasang di abdomen. Teknik ini
pertama kali diperkenalkan oleh Camey dengan berbagai kekurangannya dan kemudian
disempurnakan oleh Studer dan Hautmann.
5. Kemoterapi intra Buli
Kemoterapi intravesika pasca bedah dengan Thiotepa/Adriamycin/Mitomycin yang ditahan di sisi
dalam kandung kemih selama 1 jam, 6-8 serial seperti ini dengan interval setiap seminggu
diberikan untuk mengurangi angka kekambuhan.

H. PENGKAJIAN ( POLA FUNGSI KESEHATAN )


1. Identitas
Meliputi: Nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asusransi, golongan darah, nomor register, tanggal masuk
rumahsakit, dan diagnosa medis. Pada umumnya, keluhan utama pada kasus osteomelitis adalah
nyeri hebat.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat
menggunakan metode PQRST :

a. Provoking incident: hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah proses supurasi pada
bagian tulang. Trauma, hematoma akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan salah
satu faktor predis posisi terjadinya osteomielitis hematogen akut.
b. Quality of pain: rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifak menusuk
c. Region, radiation, relief: nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau istirahat, nyeri tidak
menjalar atau menyebar
d. Severity (scale) of pain: nyeri yang dirasakan klien secara subjektif anatara 2-3 pada
rentang skala pengukuran 0-4
e. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari
atau siang hari
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejala akut
(misalnya : nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan keluarnya pus
dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam sedang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir sama dengan sekarang,
atau penyakit lain yang berhubungan tulang, seperti trauma tulang, infeksi tulang, fraktur
terbuka, atau pembedahan tulang, dll.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan, namun biasanya tidak
ada penyakit Osteomielitis yang diturunkan.
3. Psikososisl

Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh, takut
diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat perlu mengfkaji
perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau
sekolah.

4. Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila dipalpasi.
Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik menunjukkan adanya
demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah bengkak, nyeri, maupun eritema.

5. Pengkajian dengan Pendekatan 11 fungsional Gordon


a. Persepsi dan Manajemen Kesehatan: Klien biasanya tidak mengerti bahwa penyakit yang
ia diderita adalah penyakit yang berbahaya. Perawat perlu mengkaji bagaimana klien
memandang penyakit yang dideritanya, apakah klien tau apa penyebab penyakitnya
sekarang.
b. Nutrisi – Metabolik: Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu makan karena
demam yang ia diderita.
c. Eliminasi: Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi karena pasien
mengalami penurunan nafsu makan akibat demam.
d. Aktivitas – Latihan: Biasaya pada pasien Osteomietis mengalami penurunan aktivitas
karena rasa nyeri yang ia rasakan
e. Istirahat – Tidur: Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur karena rasa nyeri
yang ia rasakan pada tulangnya.
f. Kognitif – Persepsi: Biasanya klien tidak mengalami gangguan dengan kognitif dan
persepsinya.
g. Persepsi Diri – Konsep Diri: Biasanya pasien memiliki perilaku menarik diri,
mengingkari, depresi, ekspresi takut, perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis,
kontak mata kurang, gagal menepati janji atau banyak janji.
h. Peran – Hubungan: Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan penyakit yang
dialaminya. Serta adanya tekanan yang datang dari lingkungannya. Dan klien juga tidak
dapat melakukan perannya dengan baik.
i. Seksual – Reproduksi: Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam masalah
seksual.
j. Koping – Toleransi Stress: Biasanya pasien mengalami stress ysng berat karena
kondisinya saat itu.
k. Nilai Kepercayaan: Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klien agar
kebutuhan spiritual klien data dipenuhi selama proses perawatan klien di RS. Kaji apakah
ada pantangan agama dalam proses pengobatan klien. Klien biasanya mengalami
gangguan dalam beribadah karena nyeri yang ia rasakan.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT NANDA

1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomik


2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
3. Mual berhubungan dengan tumor lokal di kandung kemih
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury
5. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

J. INTERVENSI KEPERAWATAN (NANDA, NIC, NOC)

Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Gangguan eliminasi NOC: NIC :
urin berhubungan Urinary Elimination Irigasi Kandung Kemih
dengan obstruksi Tujuan: 1. Observasi perlindungan diri
anatomik Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor dan pelihara rate
keperawatan selama 2x24 jam flow sesuai kebutuhan
nyeri teratasi, dengan kriteria 3. Jelaskan prosedur kepada
hasil: klien
1. Pola eliminasi 4. Atur suplai irigasi yang steril,
2. Jumlah urin pelihara teknik kesterilan dari
3. Warna urin agen protokol
4. Kejernihan urin 5. Tulis cairan yang dibutuhkan,
5. Intake cairan karakteristik cairan, jumlah
6. Pengosongan kandung pengeluaran, dan respon
kemih secara maksimal pasien, dan agen protokol
7. Tampak darah dalam urin
8. Frekuensi urine
9. Urgency with urination
10. Urge inkontinence

2. Ketidakefektifan NOC: NIC :


pola napas Respiratory Status: Ventilation Oxygen Therapy
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan kepatenan jalan
hiperventilasi keperawatan selama 2x24 jam nafas
ketidakefektifan pola napas 2. Sediakan oksigen ketika
pasien teratasi dengan kriteria pasien membutuhkan
hasil: 3. Ajarkan klien dan keluarga
1. Respiratory rate cara menggunakan peralatan
2. Irama pernafasan oksigen di rumah
3. Retraksi otot dada 4. Monitor peralatan oksigenasi
4. Penggunaan otot bantu nafas sudah sesuai atau tidak
5. Pursed lips breathing
Ventilation Assistance
1. Bantu klien merubah posisi
secara berkala, sesuai
kebutuhan
2. Pertahankan kepatenan jalan
nafas
3. Posisikan klien untuk
meringankan dyspnea
4. Posisikan klien semifowler
untuk meminimalkan usaha
dalam bernafas
5. Monitor status pernafasan dan
oksigenasi
3. Mual berhubungan NOC: NIC:
dengan tumor lokal Nausea and Vomitting Control Nausea Management
di kandung kemih Tujuan:
1. Lakukan penilaian lengkap
Setelah dilakukan tindakan
mual, termasuk frekuensi,
keperawatan selama 2x24 jam
durasi, tingkat keparahan,
mual teratasi dengan kriteria
dengan menggunakan alat-
hasil:
alat seperti jurnal perawatan,
1. Mengenali awitan mual
skala analog visual, skala
2. Menjelaskan faktor
deskriptif duke dan indeks
penyebab
rhodes mual dan muntah
3. Penggunaan anti emetik
(INV) bentuk 2.
2. Dorong pasien untuk
mempelajari strategi untuk
mengelola mual sendiri
3. Identifikasi pengobatan awal
yang pernah dilakukan
4. Pastikan bahwa obat
antiemetik yang efektif
diberikan untuk mencegah
mual bila memungkinkan.
5. Bantu untuk mencari dan
memberikan suport emosional

Vomitting Management
1. Berikan dukungan fisik
selama muntah dan
kenyamanan selama episode
muntah
2. Pastikan obat antiemetik yang
efektif diberikan untuk
mencegah muntah, bila
memungkinkan.
3. Tunjukkan penerimaan
muntah dan berkolaborasi
dengan orang ketika memilih
strategi pengendalian muntah
4. Ajarkan penggunaan teknik
non pharmakological untuk
mengelola muntah
5. Kaji emesis untuk warna,
konsistensi, darah, waktu, dan
sejauh mana itu kuat.
6. Catat riwayat pengobatan
awal lengkap.
4. Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan dengan Pain Control Pain Management
agen injury Setelah dilakukan asuhan selama
1. Observasi tanda-tanda non
2x24 jam, nyeri teratasi dengan
verbal dari ketidaknyamanan,
kriteria hasil:
terutama pada klien yang
1. Kenali awitan nyeri
mengalami kesulitan
2. Jelaskan faktor penyebab
berkomunikasi.
nyeri
2. Kontrol faktor lingkungan
3. Gunakan obat analgesik dan
yang mungkin menyebabkan
non analgesik
respon ketidaknyamanan
4. Laporkan nyeri yang
klien (misalnya temperature
terkontrol
ruangan, pencahayaan, suara).
3. Pilih dan terapkan berbagai
cara (farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
meringankan nyeri.
4. Kaji rasa nyeri secara
komprehensif untuk
menentukan lokasi,
karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas
atau beratnya nyeri, dan
faktor pencetus.
5. Resiko infeksi NOC: NIC:
berhubungan dengan Infection Severity Infection protection
prosedur invasif Tujuan : Setelah dilakukan 1. Pantau tanda-tanda dan gejala
tindakan keperawatan selama 2x infeksi sistemik dan local
24 jam pasien tidak mengalami 2. Monitor kerentanan terhadap
infeksi infeksi
Kriteria Hasil : 3. Lakukan tindakan
1. Klien tidak demam pencegahan neutropenia
2. Klien tidak mengalami 4. Pertahankan asepsis untuk
peningkatan jumlah sel pasien berisiko
darah putih 5. Pantau perubahan tingkat
energi atau malaise

Infection control
1. Bersihkan lingkungan setiap
kali setelah digunakan pasien
2. Tingkatkan cara mengajar
mencuci tangan untuk tenaga
kesehatan
3. Anjurkan pasien tentang
teknik cuci tangan yang tepat
4. Instruksikan pengunjung
untuk mencuci tangan saat
memasuki dan meninggalkan
ruangan pasien
5. Gunakan sabun antimikroba
untuk mencuci yang sesuai
Cuci tangan sebelum dan sesudah
setiap kegiatan perawatan pasien
DAFTAR PUSTAKA

Brunner &Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Di Giulio, M, Jackson, D, dan Keogh, J. 2017. Medical-Surgical Nursing, Demystified: A Self-Teaching
Guide. USA: The Mc Graw-Hill Companies
Nursalam & Batticaca, FB. 2010. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika
Saputra, Lyndon. 2011. Master Plan Ilmu Bedah. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher
Shenoy, K. Rajgopal dan Anita N. 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah Jilid Satu. Tangerang: Karisma
Publishing Group
Snell, RS. 2011. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC
Umami, Vidhia. 2016. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama

Anda mungkin juga menyukai