Kelompok 1 :
Tahun 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Keperawatan menjelang
ajal dan Paliatif dengan judul “Teknik menyampaikan berita buruk”.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
Daftar Isi
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Komunikasi merupakan suatu percakapan yang dilakukan dengan maksud
dan tujuan tertentu. Maksud dan tujuan komunikasi yang dilakukan oleh dokter
terhadap pasien adalah untuk membantu pasien agar dapat mengurangi penderitaan
pasien serta membantunya untuk sembuh dari penyakitnya. Kesembuhan biasanya
didapatkan dari khasiat obat- obatan dan fungsi komunikasi atau wawancara hanya
sebagai pendukung untuk menegakkan diagnosis dan menentukan terapi yang tepat.
Tetapi tidak jarang komunikasi itu sendiri juga merupakan terapi.
Karena komunikasi penting sekali artinya dalam hubungan dokter- pasien,
maka seyogyanya para dokter menguasai teknik dan seni berkomunikasi yang baik.
Untuk itu dokter perlu mengetahui jenis-jenis komunikasi atau wawancara yang
biasa terdapat antara dokter atau dokter gigi dan pasien, antara lain wawancara biasa
yang terdiri dari wawancara bebas dan terarah, percakapan bimbingan dan konseling,
dan penyampaian berita buruk.
Berita buruk dapat didefinisikan sebagai segala informasi yang secara serius
dapat memperburuk pandangan seseorang tentang masa depannya. Penyampaian
berita buruk adalah suatu hal yang sering harus dilakukan dokter maupun dokter
gigi, misalnya pada waktu dokter harus menyampaikan berita kematian,
menyampaikan diagnosis suatu penyakit dengan prognosis yang tidak baik, atau
menyampaikan rencana terapi yang mengandung resiko yang tinggi. Dalam
hubungan ini setiap dokter akan mengetahui bahwa penyampaian berita buruk selalu
akan menimbulkan frustasi pada pihak pasien.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi berita buruk?
2. Bagaimana menyampaikan berita buruk?
C. TUJUAN
TINJAUAN PUSTAKA
PEMBAHASAN
Penyampaian berita buruk yang kurang tepat itu antara lain sebagai berikut:
Kerugian dari cara ini adalah bahwa seringkali pasien dapat menerka
maksud dokter dan reaksi-reaksi emosionalnya muncul justru waktu dokter
belum siap mental. Akibatnya dokter bertambah sulit mengendalikan emosi
pasien (Sarwono, 1982).
Dalam cara ini dokter tidak secara terbuka menyampaikan berita buruk
itu, akan tetapi pasien diharapkan menyimpulkan nasibnya sendiri. Dokter dalam
cara ini hanya memberikan pertanyaan sambil “mengiringi” pasien ke arah
kesimpulan yang akan dibuatnya (Sarwono, 1982).
P: sudah, dok.
P: tidak ada, dok. Sampai saat ini sariawan itu tidak hilang dok. Justru saat ini
pada waktu mengunyah dan menelah sedikit sulit dok.
Dalam cara ini dokter “membungkus” berita buruk itu dengan kata-kata,
sedemikian rupa sehingga kedengarannya berita buruk itu lebih baik dari keadaan
yang sebenarnya (Sarwono, 1982).
Dokter : Saya khawatir bahwa bapak akan kehilangan sebagian dari lidah bapak
saat operasi nanti. Akan tetapi, bapak jangan khawatir, kita akan bekerjasama
dengan pihak bedah plastik rumah sakit untuk membuat lidah buatan untuk
bapak.
Dosen : Kemungkinan akan ada kesulitan dalam berbicara, tapi dengan bantuan
speech terapy, bapak masih ada harapan untuk dapat berbicara lagi.
Pasien : Kira-kira berapa lama sampai saya bisa bicara lagi dok?
Dokter : Waktunya bervariasi untuk setiap orang. Tapi ada pasien yang dapat
berbicara kembali dengan jelas dalam waktu 8 minggu saja.
Kelemahan dari cara ini adalah bahwa tidak semua pasien bisa menerima
kenyataan-kenyataan yang dibungkus seperti itu.Beberapa pasien malah akan
bertambah frustasi karena ia tahu bahwa keadaan yang sebenarnya tidaklah
sebaik yang disampaikan dokter. Pasien bisa beranggapan bahwa dokter
membohonginya (Sarwono, 1982).
“.... Walaupun demikian, bapak tidak perlu menyesal. Segala yang bapak lakukan
telah dilakukan, demikian pula dengan kami sudah mengerjakan yang bisa kami
lakukan. Memang, ilmu kedokteran sampai sekarang pun masih memiliki
keterbatasan-keterbatasan. Ilmu kedokteranbelum bisa berbuat banyak untuk
menyembuhkan penyakit bapak. Sekalipun bapak berobat ke luar negeri pun,
hasilnya tidak akan jauh berbeda...”
Pada penggunaan teknik ini justru membuat pasien putus asa. Dalam
keadaan sudah sangat khawatir, biasanya pasien masih mengharapkan petunjuk
tentang cara lain yang masih dapat diupayakan untuk mengatasi penyakitnya.
Dengan adanya alasan- alasan pembenaran yang dilakukan dokter terhadap
pasien justru akan menyebabkan putusnya harapan pasien dan membuat pasien
sangat frustrasi (Sarwono, 1982).
Penyampaian berita buruk secara langsung merupakan cara yang lebih efektif
dalam penyampaian berita buruk kepada pasien. Dengan penyampaian langsung ini,
maka jelas dokter berada dalam keadaan ‘siap mental’ untuk menghadapi frustasi
pasien dan selanjutnya dapat menampung dan meredakan frustasi itu (Sarwono,
1982).
Dalam penyampaian berita buruk secara langsung, ada 3 tahap yang harus
dilalui dokter, yaitu:
Setiap berita buruk tentu akan menimbulkan frustasi, tetapi yang terpenting
adalah mencari jalan keluar dari keadaan yang buruk itu. Untuk bisa mencari jalan
keluar, tingkat frustasi harus direndahkan dulu agar pasien tidak terlalu
emosional.Tugas mencari pemecahan persoalan dan merendahkan tingkat
frustasitermasuk dalam kewajiban dokter juga (Sarwono, 1982).
c) Nada suara dokter harus menunjukkan bahwa dokter ikut menghayati apa yang
diarasakan pasien. (Sarwono, 1982)
Contoh :
Dokter : hasil pemeriksaan kami menunjukkan bahwa terdapat tumor pada mulut
bapak. Tumor ini sudah menggerogoti hampir seluruh rahang bawah bapak,
sehingga terpaksa kami harus mengambil rahang bawah bapak. Saya mengerti
bahwa bapak tentunya sangat sedih.
Contoh :
Pasien : Jadi bagaimana pekerjaan saya kalau saya sampai harus rawat inap ya
Dokter?
Dokter : Saya bisa membuatkan surat untuk atasan Bapak agar Bapak beroleh
izin sekaligus tunjangan sesuai dengan kesehatan Bapak.
Dokter : Tidak apa-apa. Seiring waktu nanti akan tampak normal lagi. Saya bisa
menutupi tampilan yang bengkak dengan perban.
Dokter : Tidak apa-apa, saya bisa mengusahakan dengan pemberian obat anti
rasa sakit yang tidak mahal.
Dan seterusnya.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berita buruk merupakan segala informasi yang secara serius dapat
memperburuk pandangan seseorang tentang masa depannya. Komunikasi dokter
gigi-pasien dalam penyampaian berita buruk sangat penting untuk dipelajari. Berita
buruk dapat disampaikan melalui dua metode yaitu metode tidak langsung dan
metode langsung. Beberapa contoh metode tidak langsung antara lain menunda
penyampaian berita buruk sampai saat yang dianggap tepat, membiarkan pasien
menyimpulkan sendiri, membungkus berita buruk, dan banyak memberi alasan.
Metode langsung memiliki keunggulan dibandingkan metode tidak langsung yaitu
lebih efektif dan dokter siap mental. Penyampaian berita buruk juga dapat dilakukan
dengan metode SPIKES. Komunikasi atau penyampaian berita buruk yang tepat
akan menghasilkan pemahaman yang baik pada pasien sehingga akan menentukan
keberlanjutan terapi dan kesembuhan pasien.
DAFTAR PUSTAKA