Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN

PENGABDIAN MASYARAKAT
KEGIATAN : KULTUM MINGGUAN

Pokok Bahasan / topik : Pengertian Iman dan Hadist Tentang


Kebersihan Dalam Kehidupan Sehari - Hari
Sub Pokok Bahasan : Keimanan dan Kebersihan Dalam Tinjauan
Teologis dan Sosiologis
Sasaran : Ibu-ibu

Hari / Tanggal : Selasa, 01 Desember 2020

Waktu / Tempat : 12.20 – 12.50 / Desa Pasuruhan Lor


(Masjid Al - Hidayah)

Penyuluh / Penyaji : Nawa Evalatul Hawa

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


JL. GANESHA 1 PURWOSARI KUDUS
Phone 0291 432718
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Pengabdian : Keimanan dan Kebersihan Dalam Tinjauan


Teologis dan Sosiologis

Tanggal Pelaksanaan : Kamis, 19 November 2020 jam 12.20 – 12.50

Tempat Pelaksanaan : Mushola Al – Ikhlas (Desa Pasuruhan Lor)

Pelaksana

a Nama Lengkap : Nawa Evalatul Hawa

b NIM : 920173036

c Program Studi : S1 Keperawatan

d No Hp : 085641160426

E Alamat email : nawaevalatul99@gmail.com

Masyarakat Yang terlibat : 7 orang

Kudus, 01 Desember 2020


Mengetahui
Pembimbing Pelaksana Pengabdian

Indanah, M.Kep.Ns.Sp.Kep.An Nawa Evalatul Hawa


(NIDN : 0022037501) (NIM : 920173036)

Mengetahui
Ka. Program Studi S1 Keperawatan
Umi Faridah, S.Kep. NS. MNS
(NIDN : 0604058601)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat -Nya,
sehingga dapat terselesaikanlah pelaksanaan pengabdian masyarakat di Desa Pasuruhan Lor
Kecamatan Jati Kabupaten Kudus dengan topik : KEIMANAN DAN KEBERSIHAN DALAM
TINJAUAN TEOLOGIS DAN SOSIOLOGI. Pengabdian ini dilaksanakan berkaitan dengan upaya
peningkatan pengetahuan masyarakat khususnya bagi para orangtua, sehingga orangtua
mengetahui tentang Penyakit Anemia.

Pengabdian pada masyarakat ini dapat terlaksana berkat kerjasama dari semua pihak yang
terkait, untuk itu kami sampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Kudus


2. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
3. Segenap Sivitas Universitas Muhammadiyah Kudus
4. Semua pihak yang terlibat dalam kegiatan ini sehingga dapat berjalan dengan baik.
Kami sadar bahwa dalam pelaksanaan kegiatan ini masih terdapat kekurangan baik dari segi
aspek substansi maupun cara penyampaian. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami mohon
maaf, kritik dan saran yang membangun untuk meningkatkan mutu pengabdian kami di masa
mendatang.

Kudus, 01 Desember 2020

Pelaksana

Nawa Evalatul Hawa


NIM. 920173036
DAFTAR ISI

Halaman judul ........................................................................................................ i

Halaman Pengesahan.............................................................................................. ii

Kata Pengantar ........................................................................................................ iii

Daftar Isi................................................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN................................................................................................. 1

II. ANALISA SITUASI............................................................................................... 2

III. PERMASALAHAN MITRA................................................................................... 2

IV. SOLUSI YANG DITAWARKAN........................................................................... 3

A. Tujuan Pembinaan ................................................................................. 3


B. Aspek yang ditangani ............................................................................ 3
C. Tempat Pelaksanaan ............................................................................. 3
D. Waktu Pelaksanaan ............................................................................... 3
E. Sasaran ................................................................................................. 3
F. Metode Pelaksanaan ............................................................................. 3
G. Evaluasi ................................................................................................. 3
V. TARGET LUARAN .............................................................................................. 3

VI. PENUTUP .......................................................................................................... 4

LAMPIRAN

a. KULTUM
b. Materi
c. Daftar hadir peserta
d. Dokumentasi kegiatan
I. PENDAHULUAN
Kebersihan merupakan unsur pokok dalam mewujudkan kesehatan yang
merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Berkaitan dengan hal ini, UU No.
36 Tahun 2009 tentang kesehatan yang menyatakan bahwa derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya dicapai melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan
tidak bisa terlepas dari masalah yang berkaitan erat dengan kebersihan. Profil kesehatan
lingkungan pada tahun 2009 menyajikan data bahwa 64,41% sarana yang telah dibina
kesehatan lingkungannya, yang meliputi institusi pendidikan (67,52%), tempat kerja
(59,15%), tempat ibadah 58,84%), fasilitas kesehatan (77,02%), dan sarana lain
(62,26%). Hal ini menunjukkan bahwa pembinaan kesehatan lingkungan terutama
kebersihan dalam tatanan masyarakat masih memerlukan perhatian yang serius agar
berdampak positif bagi kesehatan masyarakat.
Indonesia melalui program MDGs (Mellenium Development Goals) dengan
semboyan “Healthis not everything, but without health everything is nothing” Kesehatan
memang bukan segalanya, tetapi tanpa kesehatan segalanya menjadi tidak berarti,
menempatkan kebersihan sebagai faktor utama dalam meraih untuk mencapai kesehatan
dan kesejahteraan. Sehingga Pemerintah mencanangkan program Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat yang sering disingkat dengan PHBS. Program perilaku hidup bersih
dilaksanakan di berbagai sektor utama, termasuk institusi pendidikan. Karena kebersihan
diri dan lingkungan menjadi keharusan bagi setiap insan manusia termasuk juga anak-
anak. Hal itu karena lebih dari separuh jenis penyakit dan kematian pada anak-anak
disebabkan oleh kuman yang masuk ke dalam mulut melalui makanan, air dan tangan
yang kotor.
Dalam kehidupan makhluk bernyawa kebersihan merupakan salah satu pokok
dalam memelihara kelangsungan eksistensinya, sehingga tidak ada satupun makhluk
kecuali berusaha untuk membersihkan dirinya, walaupun makhluk tersebut dinilai kotor.
Pembersihan diri tersebut, secara fisik misalnya, ada yang menggunakan air, tanah, air
dan tanah. Bagi manusia membersihkan diri tersebut dengan tanah dan air tidak cukup,
tetapiditambah dengan menggunakan dedaunan pewangi, malahan pada zaman modern
sekarang menggunakan sabun mandi, bahkan untuk pembersih wajah ada sabun khusus
dan lain sebagainya. Pada manusia konsep kebersihan, bukan hanya secara fisik, tetapi
juga psikhis, sehingga dikenal istilah kebersihan jiwa, kebersihan hati, kebersihan
spiritual dan lain sebagaianya.
Agama Islam menaruh perhatian amat tinggi pada kebersihan, baik lahiriah fisik
maupun batiniyah psikis. Kebersihan lahiriyah itu tidak dapat dipisahkan dengan
kebersihan batiniyah. Oleh karena itu, ketika seorang Muslim melaksanakan ibadah
tertentu harus membersihkan terlebih dahulu aspek lahiriyahnya.
Ajaran Islam yang memiliki aspek akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak ada
kaitan dengan seluruh kebersihan ini. Hal ini terdapat dalam tata cara ibadah secara
keseluruhan. Orang yang mau shalat misalnya, diwajibkan bersih fisik dan psikhisnya.
Secara fisik badan, pakaian, dan tempat salat harus bersih, bahkan suci. Secara psikhis
atau akidah harus suci juga dari perbuatan syirik. Manusia harus suci
dari fahsya dan munkarat.
Implementasi Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah ini memiliki konsep
tentunya terhadap kebersihan sebagain dari iman dalam pengaktualisasian dengan solusi
metode yang Islami. Agama dan ajaran Islam menaruh perhatian amat tinggi pada
kebersihan, baik lahiriah (fisik)maupun batiniyah (psikis).Kebersihan lahiriyah itu tidak
dapat dipisahkan dengan kebersihan batiniyah.Oleh karena itu, ketika seorangMuslim
melaksanakan ibadah tertentu harus membersihkan terlebih dahulu aspek
lahiriyahnya.Ajaran Islam yang memiliki aspek akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak
ada kaitan dengan seluruh kebersihan ini. Hal ini terdapat dalam tata cara ibadah secara
keseluruhan. Orang yang mau shalat misalnya, diwajibkan bersih fisik dan
psikhisnya.Secara fisik badan, pakaian, dan tempat shalat harus bersih, bahkan suci.
Secara psikhis atau akidah harus suci juga dari perbuatan syirik. Manusia harus suci dari
fahsyadan munkarat. (Soebahar, 2003 :, hal 156).

II. ANALISA SITUASI


Masyarakat terutama orangtua adalah sekelompok warga yang belum paham mengenai
Keimanan dan Kebersihan Dalam Tinjauan Teologis dan Sosiologis secara umum
kurangnya perhatian masyarakat terhadap lingkungan sangat familiar untuk saat ini.
Kebanyakan dari mereka berfikir secara parsial dan hanya ingin menguntungkan diri
sendiri, seperti masalah pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya, pembuangan
limbah pabrik, polusi udara, pencemaran air, dan lain-lain Sehingga perlu dilakukan
upaya peningkatan pemahaman tentang Keimanan dan Kebersihan Dalam Tinjauan
Teologis dan Sosiologis.

III. PERMASALAHAN MITRA


Pentingnya peningkatan pemahaman ibu-ibu (orangtua) tentang Keimanan dan
Kebersihan Dalam Tinjauan Teologis dan Sosiologis untuk lebih mengetahui secara luas
sebagai muslim karena kebersihan lingkungan menjadi salah satu faktor utama demi
berlangsungnya hidup yang bersih, sehat, dan nyaman. Terhindar dari berbagai macam
penyakit sangat diinginkan oleh setiap orang. Dalam menjaga kebersihan lingkungan
hidup tidak hanya diri kita sendiri, tetapi juga masyarakat, dan juga pemerintah.

IV. SOLUSI YANG DITAWARKAN


A. TUJUAN PEMBINAAN
Untuk meningkatkan pengetahuan ibu-ibu (orangtua) tentang Keimanan dan
Kebersihan Dalam Tinjauan Teologis dan Sosiologis.

B. ASPEK YANG DITANGANI


Komponen kognitif ibu-ibu (orangtua) tentang Keimanan dan Kebersihan Dalam
Tinjauan Teologis dan Sosiologis sebagai dasar Islam memandang kebersihan lahir-
batin (jiwa) dalam istilah nafs, akhlak, dan irfan artinya, kebersihan jiwa manusia
dapat mengambil bentuk kebersihan tempat tinggal, lingkungan sekitar, badan,
pakain, makanan, minuman, dan lain-lain.

C. TEMPAT PELAKSANAAN
Masjid Al - Hidayah (Desa Pasuruhan Lor Kudus)

D. WAKTU PELAKSANAAN
Selasa, 01 Desember 2020 jam 12.20 – 12.50 WIB

E. SASARAN
Ibu-ibu

F. METODE PELAKSANAAN
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab

G. EVALUASI
Dilakukan dengan cara tanya jawab tentang Keimanan dan Kebersihan Dalam
Tinjauan Teologis dan Sosiologis.

V. TARGET LUARAN
Pengetahuan ibu-ibu tentang Keimanan dan Kebersihan Dalam Tinjauan Teologis dan
Sosiologis.
VI. PENUTUP
Dengan terselenggaranya kegiatan pengabdian tentang Keimanan dan Kebersihan
Dalam Tinjauan Teologis dan Sosiologis ini diharapkan pengetahuan ibu-ibu semakin
meningkat dan paham mengenai Keimanan dan Kebersihan Dalam Tinjauan Teologis
dan Sosiologis.
LAMPIRAN
SATUAN AJARAN PENDIDIKAN
PENGABDIAN MASYARAKAT
KEGIATAN : KULTUM MINGGUAN

Pokok Bahasan / topik : Pengertian Iman dan Hadist Tentang


Kebersihan Dalam Kehidupan Sehari - Hari

Sub Pokok Bahasan : Keimanan dan Kebersihan Dalam Tinjauan


Teologis dan Sosiologis

Sasaran : Ibu-ibu

Hari / Tanggal : Selasa, 01 Desember 2020

Waktu / Tempat : 12.20 – 12.50 WIB

Penyuluh / Penyaji : Nawa Evalatul Hawa

I. PENDAHULUAN
Kebersihan merupakan unsur pokok dalam mewujudkan kesehatan yang
merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Berkaitan dengan hal ini, UU
No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan yang menyatakan bahwa derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya dicapai melalui penyelenggaraan pembangunan
kesehatan tidak bisa terlepas dari masalah yang berkaitan erat dengan kebersihan.
Profil kesehatan lingkungan pada tahun 2009 menyajikan data bahwa 64,41%
sarana yang telah dibina kesehatan lingkungannya, yang meliputi institusi pendidikan
(67,52%), tempat kerja (59,15%), tempat ibadah 58,84%), fasilitas kesehatan
(77,02%), dan sarana lain (62,26%). Hal ini menunjukkan bahwa pembinaan
kesehatan lingkungan terutama kebersihan dalam tatanan masyarakat masih
memerlukan perhatian yang serius agar berdampak positif bagi kesehatan
masyarakat.
Indonesia melalui program MDGs (Mellenium Development Goals) dengan
semboyan “Healthis not everything, but without health everything is nothing”
Kesehatan memang bukan segalanya, tetapi tanpa kesehatan segalanya menjadi
tidak berarti, menempatkan kebersihan sebagai faktor utama dalam meraih untuk
mencapai kesehatan dan kesejahteraan. Sehingga Pemerintah mencanangkan
program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang sering disingkat dengan PHBS.
Program perilaku hidup bersih dilaksanakan di berbagai sektor utama, termasuk
institusi pendidikan. Karena kebersihan diri dan lingkungan menjadi keharusan bagi
setiap insan manusia termasuk juga anak-anak. Hal itu karena lebih dari separuh
jenis penyakit dan kematian pada anak-anak disebabkan oleh kuman yang masuk ke
dalam mulut melalui makanan, air dan tangan yang kotor.
Dalam kehidupan makhluk bernyawa kebersihan merupakan salah satu
pokok dalam memelihara kelangsungan eksistensinya, sehingga tidak ada satupun
makhluk kecuali berusaha untuk membersihkan dirinya, walaupun makhluk tersebut
dinilai kotor. Pembersihan diri tersebut, secara fisik misalnya, ada yang
menggunakan air, tanah, air dan tanah. Bagi manusia membersihkan diri tersebut
dengan tanah dan air tidak cukup, tetapiditambah dengan menggunakan dedaunan
pewangi, malahan pada zaman modern sekarang menggunakan sabun mandi,
bahkan untuk pembersih wajah ada sabun khusus dan lain sebagainya. Pada
manusia konsep kebersihan, bukan hanya secara fisik, tetapi juga psikhis, sehingga
dikenal istilah kebersihan jiwa, kebersihan hati, kebersihan spiritual dan lain
sebagaianya.
Agama Islam menaruh perhatian amat tinggi pada kebersihan, baik lahiriah
fisik maupun batiniyah psikis. Kebersihan lahiriyah itu tidak dapat dipisahkan dengan
kebersihan batiniyah. Oleh karena itu, ketika seorang Muslim melaksanakan ibadah
tertentu harus membersihkan terlebih dahulu aspek lahiriyahnya.
Ajaran Islam yang memiliki aspek akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak ada
kaitan dengan seluruh kebersihan ini. Hal ini terdapat dalam tata cara ibadah secara
keseluruhan. Orang yang mau shalat misalnya, diwajibkan bersih fisik dan
psikhisnya. Secara fisik badan, pakaian, dan tempat salat harus bersih, bahkan suci.
Secara psikhis atau akidah harus suci juga dari perbuatan syirik. Manusia harus suci
dari fahsya dan munkarat.
Implementasi Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah ini memiliki
konsep tentunya terhadap kebersihan sebagain dari iman dalam pengaktualisasian
dengan solusi metode yang Islami. Agama dan ajaran Islam menaruh perhatian amat
tinggi pada kebersihan, baik lahiriah (fisik)maupun batiniyah (psikis).Kebersihan
lahiriyah itu tidak dapat dipisahkan dengan kebersihan batiniyah.Oleh karena itu,
ketika seorangMuslim melaksanakan ibadah tertentu harus membersihkan terlebih
dahulu aspek lahiriyahnya.Ajaran Islam yang memiliki aspek akidah, ibadah,
muamalah, dan akhlak ada kaitan dengan seluruh kebersihan ini. Hal ini terdapat
dalam tata cara ibadah secara keseluruhan. Orang yang mau shalat misalnya,
diwajibkan bersih fisik dan psikhisnya.Secara fisik badan, pakaian, dan tempat shalat
harus bersih, bahkan suci. Secara psikhis atau akidah harus suci juga dari perbuatan
syirik. Manusia harus suci dari fahsyadan munkarat. (Soebahar, 2003 :, hal 156).

II. TUJUAN
1. Tujuan Instrusional Umum
Setelah mengikuti kegiatan pengabdian tentang Keimanan dan Kebersihan
Dalam Tinjauan Teologis dan Sosiologis.

2. Tujuan instruksi khusus


Setelah mengikuti kegiatan pengabdian tentang Keimanan dan Kebersihan
Dalam Tinjauan Teologis dan Sosiologis selama 30 menit, diharapkan Ibu-ibu
dapat mengetahui tentang tujuan pengabdian tentang Keimanan dan Kebersihan
Dalam Tinjauan Teologis dan Sosiologis
a. Mengetahui Pengertian Iman
b. Mengetahui Hubungan Iman Dengan Kebersihan
c. Mengetahui Keimanan dan Kebersihan dalam Tinjauan Teologis dan
Sosiologis

III. SASARAN
Ibu-ibu

IV. METODE
 Ceramah dan Tanya jawab secara langsung (tatap muka)

V. MATERI
Terlampir

VI. MEDIA
 Makalah

VII. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR


No Tahap Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta

1 Pembukaan 5 menit a. Mengucapkan salam pembuka  Menjawab salam


b. Memperkenalkan diri  Mendengarkan
c. Menjelaskan tujuan pengabdian  Perkenalan
d. Menjelaskan kontrak waktu

2. Pelaksanaan 15 menit a. Menjelaskan Pengertian Iman  Mendengarkan


b. Menjelaskan Hubungan Iman
Dengan Kebersihan  Memperhatikan
c. Menjelaskan Keimanan dan
Kebersihan dalam Tinjauan
Teologis dan Sosiologis  Berdiskusi dengan
peserta

3. Penutup 10 menit a. Memberikan kesempatan untuk  Member


bertanya tanggapan
b. Mengevaluasi pemahaman  Menjawab dan
peserta pertanyaan yang
c. Menyimpulkan materi diajukan
d. Salam penutup  Menjawab salam
penutup

VIII. SETTING KEGIATAN


Kegiatan dilakukan secara langsung (tatap muka)

PENYAJI

AUDIEN AUDIEN

IX. EVALUASI
Evaluasi hasil
d. Struktur persiapan
1. 1 hari sebelum proses pembelajaran, SAP sudah siap
2. Alat
3. Penentu waktu dan tempat
4. Materi
e. Proses
1. 30 menit sebelum proses pengabdian, penyaji siap atau sudah datang
2. 15 menit sudah proses pengabdian peralatan siap
3. 10 menit sebelum proses pengabdian peralatan audien sudah datang
4. Selama proses pengabdian audien tidak boleh meninggalkan ruang
5. Audien aktif bertanya dan memperhatikan

DAFTAR PERTANYAAN UNTUK EVALUASI


a. Pertanyaan Tentang Pengertian Iman
b. Pertanyaan Tentang Hubungan Iman Dengan Kebersihan
c. Pertanyaan Tentang Keimanan dan Kebersihan dalam Tinjauan Teologis dan
Sosiologis
X. DAFTAR PUSTAKA

Al Hilali, abdul Majid. Rahasia datangnya pertolongan Allah (Yogyakarta: Pustaka


Suara Muhammadiyah, 2017)

Al Tobari. Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an (CD ROM Al Maktabah Al Syamilah)


Bin Ali Ahmad, Zainuddin. Syu’abul Iman cabang-cabang iman, terj Musthofa
(Surabaya: Al Ikhlas, 2014)

CD ROM Mausu’ah Al Syarifah

Daradjat. Zakiah. Islam dan Kesehatan Mental, pokok-pokok keimanan (Jakarta: PT


Gunung Agung, 2012)

Fatchurrahman. al Haditsun Nabawy (Yogyakarta: Menara Kudus, 2012)

Mandzur, Ibn. lisanul ‘Arab (CD ROM Al Maktabah Al Syamilah)


Sabiq, Sayid. Akidah Islam: suatu kajian yang memposisikan akal sebagai mitra
wahyu (Surabaya: Al Ikhlas, 2016)
Lampiran : Materi Pengabdian

PEGERTIAN IMAN DAN HADIST TENTANG KEBERSIHAN DALAM KEHIDUPAN


SEHARI-HARI

Allah adalah pencipta langit dan bumi seisinya, termasuk hal-hal eskatologi
(tidak tampak) yang diciptakan, pemberi beberapa nikmat yang tidak mampu
direalisasikan dalam hitungan jumlah, serta Dzat yang wajib disembah. Sudahlah
kewajiban bagi makhluk Nya untuk mensyukuri nikmatnya, yaitu selain mengucapkan
dengan lisan juga mesti harus memanfaatkan nikmat tersebut dengan sebaik-
sebaiknya. Seorang Muslim mempunyai kewajiban menjaga beberapa nikmat yang
telah diberikan, seperti menjaga kelestarian, kebersihan dan keindahan alam agar
tetap bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari secara terus menerus. Allah berfirman
dalam Q.S Ar Ruum 41 bahwa sebenarnya kerusakan- kerusakan baik di daratan
maupun di lautan tidak lain hanyalah kesalahan atau campur tangan manusia itu
sendiri.
Adanya alam ini mengindikasikan adanya pencipta yang perlu diimani
exsistensinya, meski pencipta tersebut tidak tampak di mata kita. Justru yang
demikian, Allah memberi pahala terhadap yang mengimaninya. Bagaimana tidak,
secara realita tidak mungkin seseorang akan tumbuh rasa cinta kepada yang lainnya
kalau tidak pernah bertemu, begitu juga iman kepada Allah. Akan tetapi dengan
maujud bumi ini sudah cukup sebagai buku besar atau bukti bagi orang-orang yang
melihatnya, membaca fenomena-fenomena alam atas dasar buku induk Allah (Al
Qur’an). Demikian, Iman kepada Allah memberi contoh relasi yang paling mulia
antara manusia dan pencipta.
Penciptaan Allah yang paling mulia di bumi adalah manusia karena dalam diri
manusia, Allah menciptakan hati, di mana hati adalah wadah keimanan seseorang.
Hati itu perlu dijaga dan dirawat melalui kebersihan lahir dan batin, agar mampu
terealisasikan dalam bentuk sifat-sifat yang terpuji, sebagai bentuk salah satu sifat
seorang muslim. Oleh karena itu, petunjuk iman merupakan salah satu nikmat yang
paling agung dan paling utama dari pemberian Allah.

A. Pengertian Iman
Kata iman berasal dari madli “‫ ايمانا‬-‫ يؤمن‬-‫”امن‬, sedangkan iman merupakan
kebalikan dari kufr, dan iman bermakna membenarkan kebalikan dari
membohongi.[1]di dalam al-Qur’an disebutkan:
Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana
orang-orang lain telah beriman.” mereka menjawab: “Akan berimankah Kami
sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah,
Sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.(al-
Baqarah: 13)Menurut At Tobari yang dimaksud (‫ )وإذا قيل لهم آمنوا كما آمن الناس‬adalah
ketika diucapkan kepada orang-orang yang disifati Allah bahwa mereka
mengucapkan (‫نين‬cc‫ا هم بمؤم‬cc‫ر وم‬cc‫ )آمنا باهلل وباليوم اآلخ‬yaitu mereka membenarkan Nabi
Muhammad dan ajaran yang dibawa dari Allah. Sebagaimana dalam keterangan
hadits dari Ibn Abbas
‫ عن ابن عباس‬،‫ عن الضحاك‬،‫ عن أبي َر ْو ق‬،‫ عن بشر بن ُعمارة‬،‫ حدثنا عثمان بن سعيد‬:‫ قال‬،‫حدثنا أبو ُك ريب‬
‫ إَّن ه نبٌّي‬:‫ قولوا‬،‫ وإذا قيل لهم صِّد قوا كما صَّد ق أصحاب محمد‬:‫ يقول‬،) ‫( َو ِإَذ ا ِقيَل َلُهْم آِم ُنوا َك َم ا آَمَن الَّن اُس‬:‫في قوله‬
‫ وأَّن كم مبعوثون من بعد الموت‬،‫ وصِّد قوا باآلخرة‬، ‫ وإّن ما أنزل عليه ّق‬،‫ورسول‬
Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan
penyerahan jiwa. Tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang
dikehendaki oleh iman itu.[3]
Iman tidak hanya terealisasikan lewat mulut saja, akan tetapi juga harus
diringi amal atau bukti konkretnya. Dan iman juga tidak hanya berupa
kepercayaan terhadap surga, akan tetapi iman adalah akidah yang memenuhi
hati dan memunculkan pengaruh. Diantara pengaruh iman, Allah dan Rasul Nya
harus lebih dicintai daripada yang lainnya dan harus dibuktikan secara konkret,
baik dalam ucapan, perbuatan, maupun pelaksanaan. Jika kegiatan tersebut
tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka akan memungkinkan terjadinya
dikotomi keimanan dan akidah akan goncang. Allah mengindikasikan dalam Q.S
At Taubah 24 dengan pemahaman bahwa siapa saja yang lebih mencintai suatu
yang kalian miliki daripada Allah, Rasul Nya, dan perjuangan di jalan Nya. Maka
Allah akan mendatangkan perintah (siksaan) Nya.
Iman mendapat apresiasi yang sempurna jika iman didasarkan hanya
pada cinta hakiki, yaitu cinta kepada Allah, Rasul Nya, syariat yang telah
diwahyukan. Di dalam hadits terdapat keterangan :
‫َح َّد َث َن ا ُم َح َّم ُد ْبُن اْلُم َث َّن ى َق اَل َح َّد َث َن ا َع ْبُد اْل َو َّهاِب الَّث َقِفُّي َق اَل َح َّد َث َن ا َأُّيوُب َع ْن َأِبي ِقاَل َب َة َع ْن َأَن ِس ْب ِن َم اِلٍك‬
‫َر ِض َي ُهَّللا َع ْن ُه َع ْن الَّن ِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َق اَل َثاَل ٌث َم ْن ُك َّن ِفيِه َو َج َد َح اَل َو َة اِإْليَم اِن َأْن َي ُك وَن ُهَّللا َو َر ُسوُلُه َأَح َّب‬
‫ِإَلْيِه ِمَّما ِس َو اُه َم ا َو َأْن ُيِحَّب اْلَم ْر َء اَل ُيِحُّبُه ِإاَّل ِهَّلِل َو َأْن َي ْك َر َه َأْن َي ُعوَد ِفي اْلُكْف ِر َك َم ا َي ْك َر ُه َأْن ُيْقَذ َف ِفي الَّن ار‬
“ Terdapat tiga orang yang akan memperoleh kenikmatan iman yaitu: Pertama:
Allah dan Rasul Nya lebih dicintai oleh seseorang daripada yang lain. Kedua,
orang yang tidak mencintai orang lain karena hanya Allah. Ketiga, orang yang
tidak ingin kembali kepada kekafiran sebagaiman dia tidak ingin terlempar ke
dalam neraka”.
Iman merupakan bentuk hubungan yang variabel, ia akan
menghubungkan orang-orang mukmin dengan Allah dilandaskan rasa cinta, ia
akan tetap mengatur hubungan orang-orang mukmin dengan yang lainnya atas
dasar kasih saying, ia juga akan mampu menetapkan orang-orang mukmin
dengan para musuh atas dasar kekerasan.[5]
Di samping itu, iman memberi pengaruh besar berupa segala perbuatan
yang mahmudah (baca: baik) yang membersihkan jiwa, menyucikan hati, dan
meramaikan kehidupan. Iman menjadi unsur terpenting dalam rangka membantu
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia. Oleh karena itu, amal
lahir dalam beberapa ayat Al Quran bersamaan dengan amal baik dengan
konsekuensi pahala baik yang bermacam-macam.[6] Begitu juga sebaliknya, jika
iman tidak bersamaan dengan amal baik, maka imannya percuma dan tidak
berguna yaitu tiadalah arti dan sia-sia saja, bagai pohon yang tidak berbuah, dan
jika pohon ini tumbang itu lebih bagus daripada tetap hidup. Jika iman telah
tertanam lekat dalam hati seseorang, secara otomatis sikap perbuatan baik akan
muncul dengan sendirinya tanpa harus dipaksa karena adanya kesadaran yang
tumbuh dalam hati nurani seseorang. Al hasil, iman tersebut juga akan
menghasilkan tsamrah (buah atau hasil).

B. Hubungan Iman Dengan Kebersihan

Setelah menguraikan iman dengan sedikit pemaparan yang dapat


ditangkap penulis, penulis berusaha mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari, baik hubungan terhadap sesama manusia maupun manusia dengan
lingkungannya.
Studi kajian terpenting dalam makalah ini, yaitu Keimanan dan
Kebersihan. Dalam hal ini, terdapat keterkaitan yang fundamental mengenai
wilayah kebersihan. Kebersihan merupakan salah satu hal baik sebagai
cerminan rasa iman. Akan tetapi dalam ranah kebersihan, Suci dan bersih itu
berbeda. Orang yang bersih belum tentu disebut suci, dan juga sebaliknya.
Misalkan orang yang dalam keadaan hadats, baik hadats besar maupun hadats
kecil belum bisa dikatakan suci sehingga seseorang itu mandi besar jika hadats
besar dan wudhu jika hadats kecil. Orang yang beriman itu harus suci, baik
badannya, pakaiannya, maupun tempatnya, lebih-lebih dalam hal ibadah.
Sebagaimana Allah berfirman:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan


shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu
junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali
dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih);
sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur”.(al-Maidah: 6)

Di dalam hadits Nabi saw. juga disebutkan:


‫وقوله صلى هللا عليه وسلم الطهور شطر اإليمان فسر بعضهم الطهور ها هنا بترك الذنوب كما في قوله‬
‫تعالى إنهم أناس يتطهرون وقوله وثيابك فطهر المدثر وقوله إن هللا يحب التوابين ويحب المتطهرين البقرة وقال‬
‫اإليمان نوعان فعل وترك فنصفه فعل المأمورات ونصفه ترك المحظورات وهو تطهير النفس بترك المعاصي‬
Nabi mengatakan kebersihan sebagian dari iman, sebagian ahli tafsir
memaknai “at thohur” di sini meninggalkan dosa. Nabi juga berkata iman ada 2
macam yaitu, mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan, dengan kata
lain membersihkan jiwa dengan meninggalkan ma’siat.
‫َح َّد َث َن ا َح َس ٌن َح َّد َث َن ا اْبُن َلِه يَع َة َع ِن اْلَح اِر ِث ْب ِن َي ِز يَد اْلَح ْض َر ِمِّي َع ِن اْب ِن ُح َج ْي َر َة َع ْن َعْبِد ِهَّللا ْب ِن َع ْم ٍر و َأَّن‬
‫َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َق اَل َأْر َب ٌع ِإَذ ا ُك َّن ِفيَك َف اَل َع َلْي َك َم ا َف اَت َك ِمْن الُّد ْن َي ا ِح ْف ُظ َأَم اَن ٍة َو ِص ْد ُق َح ِديٍث َو ُحْس ُن‬
‫َخ ِليَقٍة َو ِع َّفٌة ِفي ُط ْه ٍر‬
Pemahaman hadits tersebut, bahwa bersih juga meliputi bersihnya hati
melalui cara ‘iffah yaitu menjaga dari hal-hal yang kurang jelas.

- Arti lain dari “Nadhif” adalah “thahir” (suci), sebagaimana hadits:

‫َح َّد َث َن ا ُم َح َّم ُد ْبُن َب َّش اٍر َح َّد َث َن ا َأُبو َعاِم ٍر اْلَع َقِدُّي َح َّد َث َن ا َخ اِلُد ْبُن ِإْلَي اَس َع ْن َصاِلِح ْب ِن َأِبي َح َّساَن َق ال َس ِمْع ُت‬
‫َس ِعيَد ْب َن اْلُم َس َّيِب َي ُقوُل ِإَّن َهَّللا َط ِّيٌب ُيِحُّب الَّط ِّيَب َن ِظ يٌف ُيِحُّب الَّن َظ اَفَة َك ِر يٌم ُيِحُّب اْلَك َر َم َج َو اٌد ُيِحُّب اْلُجوَد َفَن ِّظ ُفوا ُأَر اُه‬
‫َق اَل َأْف ِنَي َت ُك ْم َو اَل َتَش َّبُهوا ِباْلَيُهوِد َق اَل َف َذ َك ْر ُت َذ ِلَك ِلُم َه اِج ِر ْب ِن ِمْس َم اٍر َفَقاَل َح َّد َث ِنيِه َع اِمُر ْبُن َس ْع ِد ْب ِن َأِبي َو َّقاٍص َع ْن َأِبيِه‬
‫َع ْن الَّن ِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِم ْث َلُه ِإاَّل َأَّن ُه َقاَل َن ِّظ ُفوا َأْف ِنَي َت ُك ْم َق اَل َأُبو ِع يَس ى َه َذ ا َح ِديٌث َغ ِر يٌب َو َخ اِلُد ْبُن ِإْلَي اَس‬
]7[ ‫ُيَض َّعُف َو ُيَقاُل اْبُن ِإَي اٍس‬
‫ أي‬, ‫ مقدس عن العيوب ( يحب الطيب ) بكسر الطاء‬, ‫ ( إن هللا طيب ) أي منزه عن النقائص‬: ‫قوله‬
‫ وهذا يالئم معنى‬, ‫طيب الحال والقال أو الريح الطيب بمعنى أنه يحب استعماله من عباده ويرضى عنهم بهذا الفعل‬
. ‫قول نطيف ( نظيف ) أي طاهر ( يحب النظافة ) أي الطهارة الظاهرة والباطنة ( إن هللا طيب يحب الطيب ) إلخ‬
. ‫ ليس بثقة وال يكتب حديثه‬: ‫ وقال مرة‬, ‫ متروك الحديث‬: ‫ وقال النسائي‬, ‫ منكر الحديث ليس بشيء‬: ‫وقال البخاري‬
‫كذا في تهذيب التهذيب‬
Allah itu Zat yang suci menyukai kesucian, dan yang Zat yang bersih
menyukai kebersihan. Yang dimaksud dengan kalimat “‫ ”هللا طيب‬di sini ialah ‫منزه عن‬
‫ مقدس عن العيوب‬, ‫( النقائص‬Allah itu suci dari sifat-sifat yang kurang dan bersih dari
cacat-cacat). Sedangkan Allah menyukai kesucian ialah menyukai dan meridhoi
amal hamba Nya yang dilakukan dengan suci tingkah lakunya.[8]
Matan hadits ini dirasa sesuai dengan hadits-hadits yang sepadan
dengannya, meski telah diindikasikan pada hadits tersebut bahwa terdapat
banyak perowi yang menentangnya atau menganggap munkar, matruk, dll.
Mungkin perowi-perowi tersebut menganggap demikian karena Nabi tidak pernah
meriwayatkan hadits itu, dan hadits tersebut termasuk Menurut tinjauan penulis,
hadits tersebut tetap dapat dipakai sebagai pedoman karena tidak bertentangan
dengan teks dalam Al Quran, akan tetapi pengamalannya disesuaikan dengan
situasi dan kondisi. Nabi bersabda:
‫الطهور شطر االيما ن‬
Artinya: “Kebersihan adalah separoh dari iman.”[9]

- Bersih dan suci itu mempunyai banyak bentuk, di antaranya :

Membersihkan tujuan,- Seseorang jika ingin mendapat pertolongan Allah,


maka harus membersihkan atau memurnikan niat semata-mata karena Allah.
Karena itu, ia tidak berani jika melakukan suatu perintah kecuali telah mantab
terlebih dahulu keikhlasan niatnya karena Allah SWT.
Artinya: Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
Memurnikan tauhid,- Tauhid mengesakan Allah, tiada lain Dzat yang
wajib disembah, membersihkan dari ketergantunganhati selain kepada Allah. Jika
terjadi yang sebaliknya berarti menjadi bentuk kemusyrikan, yaitu menyekutukan
atau menyamakan Allah dengan yang lainnya.
Memurnikan ittiba’ (mengikuti sunnah Nabi),- Seseorang dituntut
memurnikan tujuan (niat), maka juga dituntut membersihkan perbuatan. Jadi, ia
tidak akan melaksanakan suatu perbuatan melainkan perbuatan itu sesuai
syari’at Islam dan benar-benar ittiba’ kepada petunjuk Rasulullah.[10]
Dari ketiga term tersebut, penulis memberi contoh seperti sholat. Sholat
tersebut harus didasarkan pada jiwa yang bersih, baik lahir yang meliputi bersih
dari kotoran (najis) dan juga batin yang meliputi bersih dari niat jelek.
Dengan hasil, bahwa kebersihan itu terbagi menjadi 2 bagian: Kebersihan
lahir, yaitu bersih dari hadats dan kotoran serta Kebersihan batin, yaitu bersih
dari sifat tercela, sifat yang menodai hati, dll.

C. Keimanan dan Kebersihan dalam Tinjauan Teologis dan Sosiologis

Iman dan kebersihan dapat memberikan dorongan semangat dalam


kegiatan ibadah kepada Allah SWT, yakni:
Iman dan perbuatan seseorang tidak bergantung kepada iman dan
perbuatan orang lain, dan kebersihan sangat memberikan dampak positif kepada
lainnya,yaitu memberi kenyamanan.
Iman menuntut legitimasi atas exsistensi Allah dengan sifat-sifat Nya
bahwa Allah Maha Menghidupkan, dll, dan kebersihan dituntut adanya jiwa
kesadaran, peka terhadap lingkungannya.
Iman akan selalu mengingatkan dan mengetuk hati seseorang jika sedikit
lalai akan tugasnya, dan menumbuhkan kesemangatan jiwa untuk mencapai hal-
hal yang diridhoi Allah dan Rasul Nya. Begitu juga kebersihan, baik lahir maupun
batin.
Iman sebagai pengendali sikap, ucapan, dan perbuatan. Jika seseorang
menghadapi masalah yang rumit atau kegagalan, maka ia akan menghadapi
semua itu dengan tenang dan sabar, bahkan ia akan mensyukurinya. Inilah
bentuk manifestasi dari iman.[11]
Kesimpulan
Iman menjadi bagian yang utama dan paling utama dalam pembentukan jiwa
yang kuat, dan merupakan cara awal menuju pendekatan kepada Allah SWT.
Seseorang yang iman yaitu percaya kepada Allah dan Rasul Nya, akan selalu
menjalankan segala perintah Nya dan menjauhi segala larangan Nya, dengan
harapan semata-mata mencari ridho Allah SWT.
Kebersihan lahir dan batin menjadi karakter seorang muslim yang beriman.
Sesuai dengan hadits Nabi yang berbunyi bahwa “Kebersihan adalah sebagian dari
iman”. Bentuk kebersihan diantaranya, yaitu: Membersihkan tujuan, Memurnikan
tauhid (Allah), Memurnikan ittiba’ kepada Rasulullah (sunnah Nabi)
Iman dan kebersihan dapat memotivasi seseorang untuk melaksanakan
ibadah, yakni: Iman seseorang tidak bergantung kepada yang lainnya, sedangkan
kebersihan member dampak positif terhadap lingkungan sekitar, Iman mempercayai
adanya Allah dan kebersihan sebagian dari iman, Iman dan kebersihan (hati)
sebagai pengendali sikap dan ucapan, karena seorang muslim yang memiliki
keduanya akan berpikir sebelum melakukannya.

Lampiran : Daftar Hadir Peserta

DAFTAR HADIR PESERTA


Pokok Bahasan / topik : Pengertian Iman dan Hadist Tentang
Kebersihan Dalam Kehidupan Sehari - Hari

Sub Pokok Bahasan : Keimanan dan Kebersihan Dalam Tinjauan


Teologis dan Sosiologis

Sasaran : Ibu-ibu

Hari / Tanggal : Selasa, 01 Desember 2020

Waktu / Tempat : 12.20 – 12.50 WIB

Penyuluh / Penyaji : Nawa Evalatul Hawa


Lampiran :

DOKUMENTASI KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai