Anda di halaman 1dari 20

UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN DESA DI BALI

BERDASARKAN AJARAN TRI HITA KARANA

Dosen Pengampu :
Prof. Drs. I Nyoman Sueca, S.Ag.,M.Pd

Oleh :
PAH B1 SIANG DENPASAR SEMESTER VII
KELOMPOK

1. I Wayan Purnajati ( 15 / 2011011056 )


2. Ni Putu Mariantika ( 18 / 2011011073 )
3. Ni Luh Putu Lia Pradewi ( 19 / 2011011075 )

PENDIDIKAN AGAMA HINDU


FAKULTAS DHARMA ACARYA
UNIVERSITAS HINDU NEGERI
I GUSTI BAGUS SUGRIWA DENPASAR
TAHUN AKADEMIK
2023
KATA PENGANTAR

Om Swastiastu,

Om avighnam astu namah sidham, Om anobadrah ktrvo yantu visvatah


Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu senantiasa melindungi kita dan pikiran
yang baik datang dari segala penjuru arah. Puja dan Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida
Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas asungkertha waranugraha beliau- lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Upaya Pelestarian Lingkungan Desa Berdasarkan
Ajaran Tri Hita Karana” ini tepat pada waktunya.
Kami juga menyampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
Pendidikan Lingkungan, Bapak Prof. Drs. I Nyoman Sueca, S.Ag.,M.Pd yang telah
memberikan materi serta pemahaman selama perkuliahan berlangsung sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa pula kami sampaikan terimakasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu dalam memberikan saran, ide serta masukan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Susila

Didalam makalah ini kami membahas tentang apakah yang dimaksud dengan
pelestarian lingkungan des aitu, kemudian bagaimanakah upaya yang dilakukan dalam
pelestarian lingkungan desa yang berpijak pada ajaran tri hita karana, serta bagaimanakah
dampak dari upaya pelestarian lingkungan desa berdasarkan tri hita karana. Diharapkan dari
makalah ini dapat memberikan pengetahuan serta pemahaman tentang upaya-upaya yang dapat
dilakukan seseorang dalam menjaga pelestarian lingkungan desa terutama melalui ajaran tri
hita karana. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Om Santih Santih Santih Om.

Denpasar, 6 November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ii

BAB I .................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2

1.3 Tujuan ............................................................................................................. 3

BAB II .................................................................................................................. 4

PEMBAHASAN .................................................................................................. 4

2.1 Pengertian Pelestarian Lingkungan Desa ................................................. 4

2.2 Upaya Pelestarian Lingkungan Desa di Bali Berdasarkan Ajaran Tri


Hita Karana ........................................................................................................ 6

2.3 Dampak Pelestarian Lingkungan Desa di Bali Berdasarkan Ajaran Tri


Hita Karana ...................................................................................................... 12

BAB III ............................................................................................................... 14

PENUTUP .......................................................................................................... 14

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 14

3.2 Saran ....................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lingkungan desa adalah kawasan tempat yang menjadi ruang bagi masyarakat
dalam menjalani kehidupannya. Keseharian Masyarakat dalam melakukan tugas dan
kewajibannya membuat lingkungan desa menjadi suatu hal yang memiliki arti penting bagi
kehidupannya. Pelestarian lingkungan desa sangat penting untuk dilakukan untuk
mempertahankan lingkungan desa yang nyaman dan sehat demi kelangsungan kehidupan
Masyarakat kedepannya dan dalam jangka waktu yang panjang. Terdapat banyak kawasan
pelesatrian yang memiliki manfaat penting bagi banyak orang. Salah satunya adalah
kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistim zonasi dan dimanfaatkan untuk
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang kebudayaan, pariwisata dan rekreasi
(Darmawan & Fadjarajani, 2016: 38).

Desa wisata merupakan suatu contoh pelestarian kawasan desa terutama dalam
sektor pariwisata. Salah satu contohnya seperti di Bali, sebagai tujuan destinasi wisata
memiliki banyak desa wisata (Arcana, dkk, 2021: 36). Adanya desa wisata di Bali
memberikan banyak manfaat bagi masyarakat sekitarnya. Manfaat ekonomi adalah salah
satu yang dapat dirasakan bagi masyarakat. Adanya peningkatan dalam sektor ekonomi
membuat masyarakat di Bali selalu berupaya untuk menjaga pelestarian lingkungan
terutama pada desa-desa wisata. Terdapat banyak wisatawan local maupun mancanegara
yang berkunjung ingin menikmati kelestarian, kebersihan serta kenyamanan pada desa
wisata yang telah ada.

Pelestarian lingkungan desa tidak hanya dilakukan pada desa-desa wisata saja.
Namun, desa-desa lainnya yang belum menjadi kategori desa wisata juga tak menutup
kemungkinan untuk tetap dijaga kelestariannya. Terlebih lagi, saat ini Indonesia sedang
mengalami kemarau panjang yang membuat peningkatan suhu udara yang sangat panas.
Apabila masyarakat tidak menjaga kelestarian lingkungan desa dengan baik maka dapat
memberikan dampak yang negatif. Salah satu contohnya seperti kebakaran lingkungan
yang telah terjadi di Bali. Mengutip berita dari detiknews telah terjadi kebakaran di TPA
Suwung, Bali. Pada hasil wawancara yang termuat dalam berita detiknews dikatakan
bahwa, "Penyebab kebakaran diperkirakan dari panasnya tumpukan sampah dan gas metan

1
yang dihasilkan sehingga berpotensi mengeluarkan api," kata Kepala Seksi Hubungan
Masyarakat (Kasi Humas) Polresta Denpasar AKP I Ketut Sukadi, Kamis (12/10/2023).
Hal ini menunjukan bahwa dalam situasi apapun masyarakat di Bali harus selalu berupaya
dalam menjaga lingkungan di desanya masing-masing agar tidak memberikan dampak
negatif bagi masyarakat.

Pentingnya menjaga kelestarian lingkungan desa membuat masyarakat desa yang ada
di Bali khususnya, harus memiliki strategi yang baik dalam menjaga kelestarian
lingkungan desa. Berkaitan dengan hal ini, dalam ajaran agama Hindu menghadirkan suatu
ajaran yang sangat penting untuk diterapkan berkaitan dengan kelestarian lingkungan. Tri
hita karana adalah salah satu ajaran luhur yang dapat diterapkan oleh masyarakat Bali. Tri
hita karana pada hakikatnya adalah sikap hidup yang seimbang antara memuja Tuhan
dengan mengabdi pada sesama manusia, serta mengembangkan kasih- sayang pada
sesama manusia serta mengembangkan kasih sayang pada alam lingkungan (Purana, 2016:
67). Penerapan kasih saying terhadap alam lingkungan ini berarti manusia hendaknya
mampu hidup berdampingan dengan alam, mampu memelihara lingkungan sekitar dengan
baik termasuk menjaga kelestarian lingkungan desa.

Berdasarkan beberapa uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membuat
makalah ini sebagai bentuk upaya dalam menjaga kelestarian lingkungan desa yang ada di
Bali tertutama berdasarkan ajaran tri hita karana sebagai ajaran luhur yang sangat relevan
diterapkan hingga saat ini. Untuk itu semoga dengan adanya karya ini dapat dijadikan
sebagai bahan bacaan dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan desa khususnya di
Bali. Disamping untuk kenyamanan dan kebersihan, hal tersebut juga akan bermanfaat
untuk generasi berikutnya dalam jangka waktu panjang.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan pelestarian lingkungan desa?
1.2.2 Bagaimanakah upaya yang dilakukan dalam pelestarian lingkungan desa
berdasarkan ajaran tri hita karana?
1.2.3 Bagaimanakah dampak dari upaya yang dilakukan dalam pelestarian lingkungan
desa berdasarkan ajaran tri hita karana?

2
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk apakah yang dimaksud dengan pelestarian lingkungan desa.
1.3.2 Untuk memahami bagaimanakah upaya yang dilakukan dalam pelestarian
lingkungan desa berdasarkan ajaran tri hita karana.
1.3.3 Untuk memahami Bagaimanakah dampak dari upaya yang dilakukan dalam
pelestarian lingkungan desa berdasarkan ajaran tri hita karana.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pelestarian Lingkungan Desa


Pelestarian dalam Kamus Bahasa Indonesia berasal dari kata lestari, yang artinya adalah
tetap selama-lamanya tidak berubah. Kemudian dalam penggunaan bahasa Indonesia,
penggunaan awalan pe- dan akhiran –an artinya digunakan untuk menggambarkan sebuah
proses atau upaya (Endarmoko, 2006). Dalam Artikel R, Rahma pada Gramedia Blog
Pengertian lingkungan kerap kali disejajarkan oleh kehidupan makhluk hidup. Hal itu memang
tidak salah. Pasalnya, semua aktivitas yang dilakukan oleh makhluk hidup pasti lingkungan
ikut serta di dalamnya. Di dalam kehidupan, makhluk hidup tidak dapat dipisahkan dari
lingkungannya. Hal ini berlaku untuk lingkungan alam atau lingkungan sosial. Contohnya
seperti manusia, ketika bernapas pasti akan memerlukan udara dari lingkungan sekitar. Ketika
makhluk hidup minum atau makan, tentu berasal dari lingkungan. Hal itulah yang membuat
lingkungan menjadi salah satu hal yang sangat penting di dalam kehidupan makhluk hidup.
Berikut ini adalah pengertian lingkungan menurut beberapa ahli.
1. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Pengertian lingkungan menurut KBBI mencakup beberapa hal. Pertama, lingkungan
adalah daerah atau Kawasan yang termasuk di dalamnya. Kedua, lingkungan adalah sebuah
bagian wilayah di dalam kelurahan yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan
pemerintahan desa. Ketiga, lingkungan adalah semua hal yang mempengaruhi pertumbuhan
manusia atau hewan.
Di dalam KBBI, lingkungan juga terbagi dari beberapa hal. Seperti lingkungan alam,
lingkungan hidup, lingkungan kebudayaan, lingkungan makro, lingkungan mati, lingkungan
mikro, lingkungan bisnis, lingkungan pemrograman, lingkungan peradilan, lingkungan sistem,
lingkungan sosial, dan lingkungan waktu eksekusi.
2. Ensiklopedia Kehutanan
Pengertian lingkungan juga terdapat di dalam ensiklopedia kehutanan. Hal itu karena
lingkungan adalah objek kajian dari bidang kehutanan. Lingkungan adalah jumlah total dari
selutuh faktor non genetic. Jumlah tersebut memiliki pengaruh pada pertumbuhan serta
reproduksi pohon.
3. Kamus Ekologi

4
Tidak hanya di dalam ensiklopedia kehutanan saja. Pengertian lingkungan juga ada di
dalam kamus ekologi. Lingkungan adalah bagian dari keseluruhan yang berhubungan satu
sama lain. Selain itu, lingkungan juga berkaitan antara makhluk hidup dan makhluk yang tidak
hidup. Keseluruhan tersebut berada secara alami di bumi dan daerah-daerah lainnya.
4. Bintarto
Pengertian lingkungan secara sederhana menurut Bintarto adalah semua sesuatu yang
ada di sekitar kehidupan manusia. Hal-hal tersebut seperti benda atau non benda. Serta
mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh sikap dan tindakan yang dimiliki oleh manusia.
5. S. J. McNaughton dan Larry L. Wolf
J. McNAughton dan Larry L. Wolf menjelaskan bahwa pengertian lingkungan adalah
semua faktor eksternal. Faktor yang dimaksud adalah baik yang bersifat fisika atau bersifat
biologis. Faktor-faktor tersebut memiliki pengaruh langsung kepada kehidupan. Seperti
pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas-aktivitas reproduksi dari sebuah organisme.
6. Otto Soemarwoto
Otto Soemarwoto menjelaskan pengertian lingkungan dengan lebih kompleks.
Lingkungan di dalam bahasa Inggris adalah environment. Lingkungan dapat dimaknai sebagai
jumlah dari semua benda dan keadaan. Jumlah tersebut berada pada suatu ruang yang dijadikan
tempat tinggal oleh manusia. Ruang tersebut juga dapat mempengaruhi kehidupan. Jumlah
ruang tinggal tersebut memang tidak terbatas secara teoritis. Namun jumlahnya terbatas secara
praktis. Hal itu sesuai dengan keperluan yang sudah ditentukan. Contohnya seperti unsur alam
seperti sungai, laut, hutan. Dapat juga berupa unsur di dalam dunia politik dan sebagainya.
Secara sederhana, lingkungan menurut Otto Soemarwoto adalah semua hal yang ada pada
seluruh organisme atau makhluk hidup. Ha-hal tersebut memiliki pengaruh yang besar pula
pada kehidupan makhluk hidup itu sendiri.
7. Jonny Purba
Pengertian lingkungan menurut Jonny Purba adalah sesuati yang memiliki status
sebagai lokasi terjadi semua kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk aktivitas baik seperti
interaksi sosial kepada berbagai kelompok dan pranatanya. Serta semua aktivitas lain yang
dipengaruhi oleh symbol-simbol dan nilai yang berlaku.
Dari beberapa pengertian lingkungan menurut para ahli di atas maka Lingkungan
berarti Lingkungan adalah semua yang ada di sekitar makhluk hidup dan mempengaruhi
perkembangan kehidupan. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia.
Lingkungan juga dapat mempengaruhi perkembangan hidup manusia. Tanpa adanya
lingkungan, maka ekosistem dan perubahan cuaca kemungkinan tidak berjalan dengan baik.
5
Hal itu karena adanya banyak unsur yang saling membentuk lingkungan, sehingga lingkungan
menjadi tempat yang lebih kompleks.
Maka dari uraian masing-masing definisi pelestarian dan lingkungan di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa Pelestarian Lingkungan Desa adalah proses atau cara perlindungan
dari kemusnahan dan kerusakan. Penataan sumber daya alam yang menjamin pemakaiaannya
secara berkesinambungan simpanannya yaitu dengan tetap meningkatkan kualitas nilai
keanekaragamannya dan tetap memeliharanya. Pelestarian lingkungan yang dimaksud adalah
tindakan kebijakan penaggulangan untuk pelestarian lingkungan yang sangat mempengaruhi
kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Untuk mewujudkan desa yang lestarai patokan yang harus dicapai adalah Seluruh
warga desa yang sadar tentang peduli lingkungan, tentang bagaimana seluruh warga desa yang
bijak dalam mengelola dan menjaga juga menaggulangi lingkungan yang mulai rusak.
2.2 Upaya Pelestarian Lingkungan Desa di Bali Berdasarkan Ajaran Tri Hita Karana
Bali merupakan salah satu pulau yang ada di Indonesia yang terkenal akan keindahan
alam serta kekayaan seni budaya dan adat tradisinya. Mayoritas penduduk di pulau Bali adalah
pemeluk agama Hindu, sehingga kekayaan ritual keagamaan yang ada lahir dari Hindu itu
sendiri. Keindahan alam yang dimiliki Bali merupakan suatu hal yang patut dijaga dan
dilestarikan. Hal ini membuat perlu adanya pelestarian lingkungan yang berkelanjutan untuk
menjaga keindahan Bali dalam jangka panjang. Bali memiliki suatu konsep ajaran luhur yang
dijadikan sebagai pedoman dalam upaya pelestarian lingkungan di desa-desa yang ada. Konsep
ini lahir dari ajaran agama Hindu yaitu tri hita karana. Salah satu contoh desa yang telah
menerapkan ajaran luhur ini adalah desa penglipuran yang telah terkenal sebagai desa terbersih.
Menurut penelitian Januariawan (2021) menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan oleh
masyarakat Desa Adat Penglipuran dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup mencakup
implementasi dari Tri Hita Karana.

Tri Hita Karana adalah falsafah hidup masyarakat Bali yang memuat tiga elemen
yang membangun keseimbangan dan keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan
(Parahyangan), manusia dengan manusia (Pawongan), dan manusia dengan lingkungannya
(Palemahan) yang menjadi sumber kesejahteraan, kedamaian, dan kebahagiaan bagi
kehidupan manusia (Kirani dkk, 2022: 64). Ketiga jenis hubungan ini apabila
diimplementasikan dengan baik maka akan dapat memberikan dampak positif. Terlebih lagi
Ketika tiga elemen ini diimplementasikan dalam upaya pelestarian lingkungan desa di Bali
juga akan dapat memberikan dampak positif.

6
Terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga pelestarian lingkungan
desa yang ada di Bali. Upaya-upaya ini dilandasi oleh ajaran tri hita karana sebagai penyebab
terciptanya suatu keharmonisan atau kesejahteraan. Artinya diharapkan melalui upaya-upaya
yang dilakukan dengan menerapkan konsep tri hita karana, maka akan memberikan kelestarian
lingkungan desa yang ada di Bali, sehingga mampu memberikan kesejahteraan bagi
masyarakat desa. Tidak hanya sampai pada masyarakat yang ada, namun dapat memberikan
kesejahteraan jangka panjang atau untuk generasi-generasi selanjutnya. Beberapa upaya-upaya
yang dapat dilakukan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Upaya Pelestarian Lingkungan Desa dengan Konsep Parahyangan


Di setiap desa seharusnya ada unsur-unsur Tri Hita Karana yaitu adanya
parhyangan sebagai tempat melakukan srada dan bhakti kepada Tuhan (Purana, 2016:
70). Dalam hal ini parahyangan berarti kebahagiaan yang tercipta apabila umat manusia
mampu menjaga hubungan yang baik dengan Tuhan. Hubungan ini terjalin Ketika umat
manusia mampu menghormati atau mempercayai keberadaan Tuhan sebagai yang
maha kuasa atas dunia beserta isinya. Dalam kaitannya dengan pelestarian lingkungan
desa, konsep parahyangan ini menjadi hal utama yang perlu diterapkan sebelum konsep
yang lainnya. Karena ini berhubungan dengan Tuhan, apapun akan dapat terjadi Ketika
Tuhan sudah berkehendak.
Penerapan konsep parahyangan ini dapat dilihat dari adanya pura khayangan
tiga di masing-masing desa pakraman yang ada di Bali. Dalam lontar Mpu Kuturan
dinyatakan bahwa Mpu Kuturanlah yang menganjurkan kepada raja untuk menata
kehidupan di Bali, “Manut Lingih Sang Hyang Aji”, artinya menata kehidupan
berdasarkan ajaran kitab suci. Di setiap desa pakraman dibangun Kahyangan Tiga
untuk sang catur warna (Purana, 2016: 68). Adanya pura sebagai tempat suci sekaligus
tempat ibadah di sebuah desa akan membuat masyarakat di desa dapat menunaikan
ibadah atau persembahyangannya.
Persembahyangan yang dilakukan oleh masarakat di desa akan dapat menjaga
keharmonisan antar masyarakat terutama sesama krama desa. Disamping itu hubungan
dengan Tuhan akan tetap terjalin. Masyarakat akan selalu ingat dengan Tuhan atau Ida
Sanghyang Widhi Wasa. Dengan begitu diharapkan agar masyyarakat selalu mematuhi
petunjuk-petunjuk Tuhan yang dianjurkan melalui ajaran-ajaran agama Hindu. Salah
satunya seperti selalu menjaga kebersihan lingkungan agar kehidupan beragama tetap
harmonis dan Sejahtera.

7
Terdapat beberapa bentuk implementasi dari konsep parahyangan ini yang
dilakukan oleh masyarakat desa sebagai bentuk upaya pelestarian lingkungan.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Budidaya Tanaman Bunga dan Buah Sebagai Bahan Pembuat Canangsari
Terdapat beberapa masyarakat desa yang ada di Bali bercocok tanam
bunga pacar di sawah mereka. Bunga pacar adalah salah satu jenis bunga yang
digunakan untuk membuat canangsari di Bali. Selain bunga pacar, terdapat juga
bunga gumitir yang digunakan juga dalam pembuatan canangsari. Selain
bunga, terdapat budidaya tanaman pandan juga yang digunakan untuk
membuat kembang rampai sebagai pelengkap untuk membuat canangsari juga.
Canangsari adalah salah satu sarana untuk melakukan suatu
persembahan yang ditujukan untuk Tuhan. Canangsari biasanya dibawa ke
pura untuk dihaturkan atau dipersembahkan Ketika terdapat upacara
persembahyangan atau upacara yadnya lainnya. Upacara yadnya adalah suatu
ritual atau upacara yang bertujuan untuk melakukan persembahan kepada
Tuhan, leluhur, para rsi, sesame manusia serta Bhuta kala dengan hati yang
tulus ikhlas. Ini menunjukan bahwa keberadaan canangsari sangat penting
karena kaya akan makna didalamnya.
Penanaman bunga-bunga yang digunakan sebagai bahan untuk
membuat canangsari akan dilakukan dalam jangka panjang, bahkan akan terus
ada. Hal ini dikarenakan canangsari akan selalu digunakan dalam pelaksanaan
ritual di desa-desa yang ada di Bali. Adanya budidaya tanaman bunga maupun
tanaman buah menjadikan lingkungan desa tetap asri dan sangat indah untuk
dipandang. Ini salah satu manfaat yang dapat dirasakan ketika menjadikan
hubungan dengan Tuhan sebagai dasar dalam pelestarian lingkungan desa
yang ada di Bali. Dengan begitu desa-desa yang ditanami tanaman bunga dan
buah akan tetap hijau dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat
setempat.
b) Pelaksanaan Rainan Tumpek Wariga
Tumpek wariga adalah salah satu hari suci atau rainan yang ada di
masyarakat Hindu Bali yang memiliki makna penghormatan kepada alam
semesta termasuk pepohonan, hewan dan makhluk hidup lainnya yang ada di
alam semesta ini. Alam lingkungan harus dihargai, disayangi, seperti manusia
menyayangi dirinya sendiri karena pepohonan juga adalah ciptaan dari Tuhan
8
yang patut disyukuri oleh manusia itu sendiri (Sudarsana, 2017: 2). Tumpek
wariga ini dirayakan 25 hari sebelum hari raya galungan. Tumpek wariga
memiliki makna sebagai rasa ucapan Syukur atau terimakasih kepada Tuhan
sebagai sang pencipta yang telah menyediakan berbagai sumber kehidupan
melalui alam seperti bunga, buah, dan lainnya yang dijadikan sebagai bahan
untuk pembuatan sarana upacara pada hari raya galungan mendatang.

2) Upaya Pelestarian Lingkungan Desa dengan Konsep Pawongan


Pawongan adalah sebuah konsep yang menyatakan bahwa untuk menciptakan
suatu kebahagiaan, keharmonisan maupun kesejahteraan, hendaknya manusia menjalin
atau menjaga hubungan yang baik dengan sesama manusia. Ajaran Hindu yang
bersumber dari kitab suci Veda mengajarkan bahwa seorang manusia tidak
boleh hidup egois hanya memperhatikan diri sendiri tetapi harus melayani
leluhur, para orang suci, melayani sesama umat manusia seperti melayani diri
sendiri, dan juga melayani makhluk lainnya sebagai satu keluarga semesta
sebagaimana ungkapan suci vasudeva kutumbhakam yang artinya semua adalah
saudara (Donder dan Wisarja, 2009: 43). Dari konsep inilah bermuara terciptanya
hidup yang rukun antar Masyarakat.
Dalam penerapan konsep pawongan di Bali sudah sangat jelas terlihat nyata
ketika antara Masyarakat yang satu dengan yang lainnya saling tolong menolong.
Disamping itu adanya kehidupan toleransi antar umat beragama juga cerminan dari
konsep pawongan yang telah ada. Dalam hal upaya pelestarian lingkungan desa, konsep
pawongan ini tentu juga menjadi poin utama. Ketika seseorang memiliki kemauan
untuk saling bahu membahu dalam menjaga kelestarian lingkungan, maka lingkungan
di desa akan tetap terjaga demi kelangsungan hidup masyarakat desa di Bali.
Contoh implementasi dari konsep pawongan dalam upaya pelestarian
lingkungan desa di Bali adlah sebagai berikut:
a. Mareresik
Bentuk implementasi konsep pawongan dalam upaya menjaga
lingkungan desa yang ada di Bali dapat dilihat salah satunya dalam kegiatan
mareresik. Mareresik adalah suatu kegiatan bersih-bersih yang dilakukan pada
area sekitar pura (Haryanto & Suciati, 2020). Untuk mewujudkan lingkungan
pura yang bersih dan nyaman, masyarakat desa saling bergotonh royong
membersihkan pura. Kegiatan mareresik ini biasanya dilakukan sebelum
9
terdapat upacara besar di pura tersebut, sehingga pura akan menjadi lebih bersih
ketika upacara berlangsung. Mulai dari emmbersihkan halaman pura, mencuci
segala perabotan yang berhubungan dengan pura, sampai pada menyiapkan
segala keperluan untuk upacara.
b. Gotong Royong dalam Kegiatan Bersih Desa
Selain mareresik, bentuk implementasi konsep pawongan juga dapat
dilihat dari kegiatan bersih-bersih desa atau gotong royong yang selalu
dilakukan oleh masyarakat desa yang ada di Bali. Kegiatan bersih desa biasanya
dilakukan ketika akan ada suatu upacara besar tertentu. Disamping itu, kegiatan
bersih desa juga dilakukan karena hal tersebut merupakan kegiatan rutin yang
dilakukan di desa. Kegiatan ini tentu dilakukan dengan saling bekerja sama
antar orang yang satu dengan yang lainnya sehingga kegiatan cepat selesai.
Melalui bersih-bersih desa sudah tentu merupakan upaya dalam menjaga
kelestarian lingkungan yang ada di desa agar tetap bersih, asri dan memberikan
berbagai manfaat baik lainnya.

3) Upaya Pelestarian Lingkungan Desa dengan Konsep Palemahan


Palemahan adalah sebuah konsep yang menyatakan bahwa untuk menciptakan
suatu kebahagiaan, keharmonisan maupun kesejahteraan, hendaknya manusia menjaga
hubungan baik dengan alam atau lingkungan sekita. Artinya umat manusia diharapkan
mampu untuk menjaga kebersihan lingkungan, menghormati alam dan menganggap
alam sebagai teman yang berperan penting untuk keberlangsungan hidup manusia.
Agama Hindu mengajarkan agar manusia hidup menemani alam dan bukan
menundukkan alam, karena menginginkan dua jenis kebahagiaan yaitu kebahagiaan
lahiriah (jagatditha) dan kebahagiaan rohani (jiwa muktah) guna mencapai moksa
(Suarnada, 2014: 28).
Dari konsep ini sudah sangat terlihat jelas bahwa masyarakat Hindu di Bali telah
diajarkan untuk saling menjaga alam sekitar. Disamping karena alam memberikan
segala manfaat bagi kehidupan manusia, alam di Bali juga sangat berarti penting karena
terdapat berbagai sarana upacara keagamaan seperti banten yang memerlukan bahan-
bahan alam untuk membuatnya. Sehingga secara tidak langsung, masyarakat di desa
telah merawat dan memelihara alam sekitar untuk dapat dijadikan sebagai
persembahan. Artinya dari alam untuk alam pula. Terjadi perputaran ekosistem yang

10
sangat ahrmonis ketika masyarakat di desa merawat alam, dan alam menyediakan
berbgagai hal untuk kehidupan, kemudian dipersembahkan kembali untuk alam.
Contoh implementasi dari konsep palemahan dalam upaya menjaga kelestarian
lingkungan desa yang ada di Bali umumnya sangat banyak. Mulai dari membersihkan
rumah pribadi, menanam berbagai jenis tumbuhan bunga maupun buah, pepohonan dan
lainnya. Namun, terdapat beberapa contoh lainnya yang unik yaitu:
A. Pembuatan Irigasi Subak
Bentuk implementasi yang saat ini sedang berjalan di Bali, yaitu
pembuatan subak. Mengutip laman dari Pemerintah Kabupaten Buleleng
Kecamatan Buleleng, Subak adalah sebuah organisasi yang dimiliki oleh
masyarakat petani di Bali yang khusus mengatur tentang manajemen atau sistem
pengairan/irigasi sawah secara tradisional. Irigasi subak ini dibuat untuk
mengatasi masalah kekurangan air saat musim kemarau tiba. Masalah seperti
ini pada umumnya dipecahkan dengan cara-cara tertentu berdasarkan konsep
harmoni dan kebersamaan, yang sesungguhnya merupakan cerminan dan
implementasi dari konsep Tri Hita Karana (THK), yang merupakan landasan
dari sistem irigasi subak (Windia dkk, 2005: 2).
Adanya subak ini menunjukan bahwa masyarakat desa telah mampu
menjalin hubungan yang baik dengan alam. Masyarakat mampu menemukan
solusi untuk system pengairan sawah ketika musim kemarau, sehingga sawah-
sawah yang menjadi sumber pendapatan utama bagi para petani akan tetap
mampu memberikan hasil yang maksimal. Selain itu, masyarakat di desa sudah
mampu memanfaatkan teknologi dalam keberlangsungan hidupnya. Sistem
irigasi subak pada dasarnya dapat dipandang sebagai suatu sistem teknologi
sepadan, dan juga dapat dipandang sebagai sistem kebudayaan (Windia dkk,
2005: 1).
B. Pemanfaat Keindahan Alam Untuk Sektor Pariwisata
Terdapat contoh lain juga sebagai bentuk implementasi palemahan yaitu
masyarakat di Bali telah mampu menciptakan tempat-tempat wisata yang
mengutamakan keindahan alam. Desa wisata adalah salah satu bentuk contoh
nyata yang dapat dirasakan. Mulai dari pembuatan taman yang indah,
persawahan yang menakjubkan, air terjun, pendakian gunung, dan masih
banyak wisata alam yang sudah ada di bali, khususnya di desa-desa. Sektor
pariwisata inilah yang memberikan manfaat besar bagi masyarakat di desa di
11
Bali, selain karena faktor ekonomi yang meningkat, lingkungan desa di Bali
juga tetap akan terjaga keasrian dan keindahannya.

2.3 Dampak Pelestarian Lingkungan Desa di Bali Berdasarkan Ajaran Tri Hita Karana
Tri Hita Karana merupakantiga penyebab hubungan yang harmonis untuk mencapai
kebahagiaan. Tri Hita Karana sebagai landasan penting, tentang bagaimana manusia,
menjalin hubungan baik dengan Tuhan beserta isi alam semesta semuanya. Oleh karena itu,
perlu kita sikapi bersama, agar kehidupan umat manusia di bumi ini, bisa aman, nyaman,
tentram dan damai. Ajaran Tri Hita Karana memberikan dampak yang baik jika dapat
diterapkan sebagaimana mestinya. Baik dari Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan.
Terutama bagian Palemahan, hubungan manusia dengan alam atau lingkungan sekitar.
Ketika manusia bisa menjaga dan mengelola lingkungan atau alam sekitar dengan baik,
niscaya akan mendapatkan manfaat yang menguntungkan bagi umat manusia itu sendiri.
Berikut beberapa dampak yang ditimbulkan dari adanya pelestarian lingkungan desa
berdasarkan ajaran Tri Hita Karana adalah sebagai berikut :

1. Menjaga kelestarian lingkungan desa akan memberikan dampak positif bagi warga desa
dan masyarakat sekitar. Lingkungan yang bersih akan menghindari kita dari ancaman
Penyakit. Bahkan ada pepatah yang mengatakan “Bersih Pangkal Sehat”, dapat diartikan
bahwa lingkungan dan perilaku bersih akan membawa seseorang pada gaya hidup yang
sehat dan terhindar dari kuman penyebab penyakit. Kebersihan adalah upaya manusia
untuk memelihara lingkungannya dari berbagai sampah dalam rangka mewujudkan
kehidupan yang sehat dan nyaman.
2. Menjadikan lingkungan desa asri, nyaman, dan indah untuk dipandang.
Tri Hita Karana (Palemahan) mengajarkan manusia untuk bisa menghargai
lingkungan yang ada. Lingkungan yang sudah dirawat dan dijaga akan membuat suasana
lebih berkesan. Lingkungan desa akan menjadi asri, nyaman, dan indah untuk
dipandang. Sehingga membuat rasa nyaman dan betah tinggal dilingkungan Desa yang
asri.
3. Dapat menarik perhatian wisatawan baik lokal maupun internasional untuk berkunjung
ke desa.
Lingkungan yang sudah ditata dan dikelola dengan baik sudah sepatutnya
dilestarikan, demi menjaga nama dan ciri khas desa yang sejati. Selain memberikan
manfaat bagi kesehatan dan kenyamanan masyarakat, pelestarian lingkungan desa juga
dapat memberikan manfaat secara finansial. Dengan mengelola dan melestarikan

12
lingkungan desa dengan bijak, secara tidak langsung dapat menarik perhatian orang luar
bahkan wisatawan dunia untuk berkunjung ke Desa. Salah satunya bisa dimanfaatkan
sebagai objek wisata agar Desa semakin maju dan dikenal, serta untuk menambah
pendapatan dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal Desa.
4. Dapat menerapkan Ajaran Tri Hita Karana dengan Nyata tidak hanya sebuah Wacana
Selain memberikan dampak yang dapat dirasakan secara nyata bagi kehidupan manusia,
pelestarian lingkungan juga dapat memberikan manfaat bagi makhluk hidup lainnya.
Seperti : memberikan kehidupan pada Hewan dan Tumbuhan disekitar. Tumbuhan dan
Binatang sama- sama sebagai ciptaan Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa, kita
sebagai umat manusia harus bisa saling menghargai dan menyayangi antar sesama
ciptaan Tuhan. Menjaga keberlangsungan kehidupan satwa dan tumbuhan.
5. Mengurangi Polusi yang ada, mencegah bencana banjir, mencegah kekeringan, dan
memiliki kesadaran bahwa lingkungan yang terjaga dapat memberikan manfaat yang
luar biasa bagi kita.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pelestarian Lingkungan Desa adalah proses atau cara perlindungan dari kemusnahan
dan kerusakan. Penataan sumber daya alam yang menjamin pemakaiaannya secara
berkesinambungan simpanannya yaitu dengan tetap meningkatkan kualitas nilai
keanekaragamannya dan tetap memeliharanya. Pelestarian lingkungan yang dimaksud adalah
tindakan kebijakan penaggulangan untuk pelestarian lingkungan yang sangat mempengaruhi
kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Dalam upaya pelestarian
lingkungan desa yang ada di Bali, terdapat suatu konsep yang menjadi pegangan dalam upaya
tersebut bagi masyarakat desa, yaitu ajaran tri hita karana.
Tri hita karana adalah tiga konsep hubungan yang dapat menyebabkan suatu
kebahagiaan. Dalam hal ini kebahagiaan yang dimaksud adalah terciptanya keharmonisan
lingkungan desa, kesejahteraan hinggga kenyamanan yang terjadi dalam jangka waktu panjang
hingga generasi seterusnya. Tiga konsep ini adalah parahyangan yaitu jalinan hubungan yang
baik dengan Tuhan, pawongan yaitu jalinan hubungan yang baik dengan sesame manusia, dan
palemahan yaitu jalinan hubungan yang baik dengan alam sekitar atau lingkungan. Upaya-
upaya pelestarian lingkungan yang dapat dilakukan dalam suatu desa yang ada di Bali yaitu
mulai dari konsep parahyangan contohnya adalah adanya budidaya tanaman bunga dan buah
untuk pembuatan canang sari, pelaksanaan hari suci tumpek wariga. Kemudian konsep
pawongan berupa adanya kegiatan mareresik, gotorng royong bersih desa. Dan konsep
palemahan yaitu pembuatan irigasi subak, penciptaan sektor pariwisata berbasis keindahan
alam.
Beberapa dampak positif yang dapat dirasakan dari adanya upaya pelestarian
lingkungan desa yang ada di bali berdasarkan ajaran tri hita karana adalah seperti menjaga
kelestarian lingkungan desa akan memberikan dampak positif bagi warga desa dan masyarakat
sekitar, menjadikan lingkungan desa asri, nyaman, dan indah untuk dipandang, menarik
perhatian wisatawan baik lokal maupun internasional untuk berkunjung ke desa, penerapan
ajaran tri hita karana menjadi nyata, serta mengurangi Polusi yang ada, mencegah bencana
banjir, mencegah kekeringan, dan memiliki kesadaran bahwa lingkungan yang terjaga dapat
memberikan manfaat yang luar biasa bagi kita.

14
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini menjadi pengingat untuk kita semua terutama masyarakat
yang ada di desa-desa pada pulau Bali bahwa pelestarian lingkungan des aitu sangat penting
untuk terus diupayakan. Terlebih lagi masyarakat desa di Bali telah dibekali ajaran luhur yaitu
konsep tri hita karana sebagai landasan dan bimbingan dalam melestarikan alam dan
lingkungan. Semoga masyarakat desa di Bali mampu mencari berbagai solusi dari berbagai
permasalahan lingkungan yang ada, bahkan tidak mencari solusi namun mencegah terjadinya
masalah lingkungan. Melestarikan lingkungan desa sama artinya dengan menjaga generasi
selanjutnya.

15
DAFTAR PUSTAKA
Arcana, dkk. (2021). Tata Kelola Desa Wisata Melalui Pemberdayaan Masyarakat Berbasis
Kearifan Lokal Di Desa Tihingan Kabupaten Klungklung. Denpasar: Jurnal Abdi
Masyarakat ISSN Vol 01 No 01, 2021: 36-45 https://dx.doi.org/10.22334/jam.v1i1
diakses pada tanggal 6 November 2023
Darmawan, Darwis & Fadjarajani, Siti. (2016). Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap
Pelestarian Lingkungan dengan Perilaku Wisatawan Dalam Menjaga Kelestarian
Lingkungan. Tasikmalaya: Jurnal Geografi, Volume 4 Nomor 1 April 2016 ISSN 1907
– 302
Dinas Pertanian dan Lingkungan Hidup. (2020). Manfaat Penting Menjaga Lingkungan
https://dplh.pesawarankab.go.id/2020/07/29/5-manfaat-penting-menjaga-
lingkungan/.
Donder, I Ketutdan I KetutWisarja. (2009). Teologi Sosial. Cetakan Pertama.
Yogyakarta:Impulse.
Fisipol.uma.ac.id. (2020). Manfaat Penting Menjaga Lingkungan Hidup.
https://fisipol.uma.ac.id/manfaat-penting-menjaga-lingkungan/.
Haryanto, Tri & Suciati, Ni Ketut. (2020). Pembelajaran Tari Kembang Girang Di Desa
Pering Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar Agustus 2020: SEGARA WIDYA
Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Volume 8, No 2, November 2020p
90-99.

Januariawan, I. G. (2021). Fungsi Kearifan Lokal Dalam Menjaga Kelestarian Lingkungan


Hidup Di Desa Penglipuran. Jurnal Penelitian Agama Hindu, 5(3), 130-143.
Kirani, Ni Putu Ika Candra, dkk. (2022). Tri Hita Karana Sebagai Ideologi Kehidupan
Masyarakat Bali Dalam Pengembangan Desa Penglipuran Bali: Jounal of Tourism and
Interdisciplinary Studies (JoTIS) Vol. 2 No. 2 Desember 2022, 60-70 ISSN 2807-5129
(media online).
Merdeka.com. (2022). Pengertian Pelestarian Lingkungan Beserta Tujuannya.
https://www.merdeka.com/sumut/pengertian-pelestarian-lingkungan-beserta-
tujuannya-kln.html. Diakses pada tanggal 8 November 2023
Purana, I Made. (2016). Pelaksanaan Tri Hita Karana Dalam Kehidupan Umat Hindu: Jurnal
Kajian Pendidikan Widya Accarya FKIP Universitas Dwijendra ISSN NO. 2085-0018
Maret 2016
Purana, I Made. (2016). Pelaksanaan Tri Hita Karana dalam Kehidupan Umat Hindu: Jurnal
Kajian Pendidikan Widya Accarya FKIP Universitas Dwijendra ISSN NO. 2085-0018
R, Rahma. (2021). 18 Pengertian Lingkungan Menurut Para Ahli dan Fungsinya.
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-lingkungan-menurut-para-ahli/#sidr-
main. Diakses pada tanggal 8 November 2023.
Suarnada, I Gede Made. (2014). Pemahaman Konsep Tri Hita Karana Umat Hindu Di Palu.
Sulawesi Tengah: WIDYA GENITRI Volume 6, Nomor 1, Desember 2014

16
Sudarsana, I Ketut. (2017). Konsep Pelestarian Lingkungan dalam Upacara Tumpek Wariga
Sebagai Media Pendidikan Bagi Masyarakat Hindu Bali. Denpasar: Jurnal Studi
Agama- Agama dan Lintas Budaya 2, 1 (September 2017): 1-7
Wastika, Dewa Nyoman. (2005). Penerapan Konsep Tri Hita Karana dalam Perencanaan
Perumahan Di Bali: JURNAL PERMUKIMAN NATAH VOL. 3 NO. 2 AGUSTUS
2005 : 62 - 105
Windia, Wayan, dkk. (2005). Transformasi Sistem Irigasi Subak Yang Berlandaskan Konsep
Tri Hita Karana: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian.

17

Anda mungkin juga menyukai