POLIOMIELITIS (POLIO)
OLEH:
1. KHOIRUNNISA ( 920173029 )
2. MITA NUR FAIQOTUN NISA ( 920173030 )
3. M. ALFIAN NUR MAJID ( 920173031 )
4. M. RANDI IRMAWAN ( 920173033 )
5. NAIMATUL FARIDA ( 920173034 )
6. NURUN NAJAH AZ ZAHRO ( 920173028 )
7. NAWA EVALATUL HAWA ( 920173036 )
3A – S1 ILMU KEPERAWATAN
2020
HALAMAN PENGESAHAN
TIM PENYUSUN
Dosen Pembimbing
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik, dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
Infeksi Poliomielitis (Polio)”. Semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam dunia psikososial dan budaya dan
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
wawasan serta pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi dari makalah ini agar menjadi lebih baik kedepannya.Makalah ini, kami akui
masih banyak kekurangan karena pengalaman kami yang masih kurang.Oleh karena itu, kami
Penyusun
BAB I
PEMBUKAAN
Hingga saat ini, penyakit polio masih belum ada cara penyembuhannya. Hanya
dengan cara mencegah untuk mengatasi terjangkitnya penyakit polio yaitu dengan cara
melakukan imunisasi. Imunisasi merupakan sebuah usaha memberikan kekebalan
terhadap bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat
kebal terhadap virus sebagai bentuk pencegahan terhadap penyakit tertentu (Hidayat,
Alimut, 2018:54). Imunisasi yang dimaksud untuk penyakit polio adalah imunisasi polio
atau vaksin polio. Imunisasi atau vaksin polio merupakan pencegahan terjadinya penyakit
poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak melalui imunisasi.
Terdapat 2 jenis vaksin polio yaitu inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk atau IPV
adalah vaksin yang mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui
suntikan dan Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin atau OPV adalah vaksin yang
mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan yang berbentuk pil atau cairan.
Dari hasil wawancara terhadap bapak firman selaku bagian humas Rumah Sakit
PMI Bogor. Pada saat ini , belum ada lagi sosialisasi tentang penyakit polio yang
dilakukan di rumah sakit PMI Bogor. Dalam melakukan sosialisasi tentang polio, rumah
sakit pada umumnya melakukan sosialisasi secara lisan kepada ibu yang baru melahirkan
tentang vaksin. Setelah melakukan imunisasi atau vaksin yang pertama, rumah sakit
memberitahu selanjutnya untuk melakukan imunisasi polio kembali. Kebanyakan para
orang tua lupa melakukan imunisasi lanjut terhadap anaknya. Dari sini rumah sakit akan
mengingatkan kembali sekaligus mensosialisasikan penyakit polio ini. Untuk saat ini
rumah sakit akan melakukan sosialisasi kembali dan melakukan penyampaian informasi
tentang penyakit polio yang disosialisasikan melalui infografis. Lalu, untuk mewujudkan
masyarakat sehat yang terhindar dari penyakit polio. Rumah sakit dalam
mensosialisasikan penyakit polio ini menggunakan media infografis dan melakukan
sosialisasi yang berbeda dari sebelumnya dengan tujuan mengingatkan masyarakat
tentang penyakit polio seperti, dampak apa yang akan terjadi jika terjangkit penyakit
polio, pencegahan seperti apa untuk menghidari penyakit polio ini dan bahkan
penanganan efek samping yang akan terjadi setelah melakukan vaksin polio.
1.3 TUJUAN
A. Tujuan Umum
Agar penulis mampu mempelajari Asuhan Keperawatan Komunitas pada
pasien dengan masalah kesehatan populasi penyakit infeksi poliomielitis (Polio),
sehingga mampu mencapai hasil yang terbaik dalam mengatasi masalah keperawatan
komunitas pada pasien dengan masalah kesehatan populasi penyakit infeksi
poliomielitis (Polio).
B. Tujuan khusus:
a. Untuk mengetahui definisi dari poliomielitis (polio).
b. Untuk mengetahui etiologi poliomielitis (polio).
c. Untuk mengetahui klasifikasi poliomielitis (polio).
d. Untuk mengetahui patofisiologi poliomielitis (polio).
e. Untuk mengetahui pathway poliomielitis (polio).
f. Untuk mengetahui manifestasi klinis poliomielitis (polio).
g. Untuk mengetahuipemeriksaan penunjang poliomielitis (polio).
h. Untuk mengetahui penatalaksanaan poliomielitis (polio).
i. Untuk mengetahui pengkajian poliomielitis (polio).
j. Untuk mengetahui diagnosa poliomielitis (polio).
k. Untuk mengetahui intervensi poliomielitis (polio).
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan
predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik
batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi
kelumpuhan serta autropi otot.
B. ETIOLOGI
1. Brunhilde
2. Lansing
Klasifikasi virus :
Familia: Picornaviridae
Genus: Enterovirus
Spesies: Poliovirus
· Tipe I Brunhilde
Tipe I yang paling sering menimbulkan epidemi yang luas dan ganas, tipe II kadang-
kadang menyebabkan wajah yang sporadic sedang tipe III menyebabkan epidemic ringan.
Di Negara tropis dan sub tropis kebanyakkan disebabkan oleh tipe II dan III dan virus
ini tidak menimbulkan imunitas silang.
Virus masuk melalui mulut dan hidung,berkembang biak didalam tenggorokan dan
saluran pencernaan,lalu diserap dan disebarkan melalui system pembuluh darah dan getah
bening
C. KLASIFIKASI
. Klasifikasi
1) Polio SpinalStrain
Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang
tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang
seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batangotak. Infeksi ini akan
mempengaruhi sistem saraf pusat dan menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring
dengan berkembangbiaknya virus dalamsistem saraf pusat, virus akan menghancurkan
motorneuron. Motorneuron tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang
berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat.
Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas. Kondisi inidisebut acute
flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusatdapat menyebabkan
kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada dada dan perut, disebut quadriplegia.
Anak-anak dibawah umur 5 tahun biasanya akan menderita kelumpuhan 1 tungkai,
sedangkan jika terkenaorang dewasa, lebih sering kelumpuhan terjadi pada kedua
lengan dantungkai.
2) Bulbar Polio
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang
otak ikut terserang. Batang otak mengandung motorneuron yang mengatur pernapasan
dan saraf otak, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan
bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar
air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf
glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbagai fungsi di
kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung,
usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher.
Poliovirus masuk kedalam tubuh melalui mulut, menginfeksi sel yang pertama
ditemuinya, yaitu di faring dan mukosa saluran cerna. Virus ini masuk dan berikatan dengan
immunoglobulin-like receptor, yang dikenal sebagai reseptor poliovirus atau CD 155, pada
membran sel.10 Di dalam sel-sel saluran cerna, virus ini bertahan selama sekitar 1 minggu,
kemudian menyebar ke tonsil, jaringan limfoid saluran cerna dan kelenjar limfamesenterik
dan servikal dimana virus ini berkembang biak. Selanjutnya, virus ini masuk ke dalam aliran
darah. Poliovirusdapat bertahan dan berkembang biak dalam darah dan kelenjar limfa untuk
waktu lama, kadang-kadang hingga 17 minggu.
Pada saat virus masuk kesistem saraf, virus hanya menyerang sel-sel dan daerah
susunan syaraf tertentu. Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama
dan bila ringan sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah
timbul gejala. Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis ialah :
2. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial serta formasio
retikularis yang mengandung pusat vital
4. Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan kadang-
kadang nucleus rubra.
6. Palidum.
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Poliomielitis Asimtomatis: Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala
karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.
3. Poliomielitis Non Paralitik: Gejala klinik hampir sama dengan poliomyelitis abortif,
hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari
kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau
masuk ke dalam fase ke-2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan
hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan
kolumna posterior.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnostik Medis
Penyakit polio dapat didiagnosis dengan 3 cara yaitu :
1. Viral Isolation
Poliovirus dapat dideteksi dari faring pada seseorang yang diduga
terkena penyakit polio. Pengisolasian virus diambil dari cairan cerebrospinal
adalah diagnostik yang jarang mendapatkan hasil yang akurat.
Jika poliovirus terisolasi dari seseorang dengan kelumpuhan yang akut,
orang tersebut harus diuji lebih lanjut menggunakan uji oligonucleotide atau
pemetaan genomic untuk menentukan apakah virus polio tersebut bersifat
ganas atau lemah.
2. Uji Serology
Uji serology dilakukan dengan mengambil sampel darah dari
penderita. Jika pada darah ditemukan zat antibody polio maka diagnosis
bahwa orang tersebut terkena polio adalah benar. Akan tetapi zat antibody
tersebut tampak netral dan dapat menjadi aktif pada saat pasien tersebut sakit.
3. Cerebrospinal Fluid ( CSF)
CSF di dalam infeksi poliovirus pada umumnya terdapat
peningkatanjumlah sel darah putih yaitu 10-200 sel/mm3 terutama adalah sel
limfositnya. Dan kehilangan protein sebanyak 40-50 mg/100 ml (Paul, 2014).
H. PENATALAKSANAAN
Begitu penyakit mulai timbul, kelumpuhan sering kali tidak tertangani
lagikarena ketidakadaan obat yang dapat menyembuhkannya. Antibiotika
yangbiasanya digunakan untuk membunuh virus juga tidak mampu berbuat
banyak.Rasa sakit dapat diatasi dengan memberikan aspirin atau acetaminophen, dan
mengompres dengan air hangat pada otot-otot yang sakit (Paul, 2014).
1. Poliomielitis abortif
a. Diberikan analgesic dan sedative
b. Diet adekuat
c. Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari, sebaiknya dicegah
aktivitas yang berlebihan selama 2 bulan kemudian
diperiksaneuroskeletal secara teliti.
2. Poliomielitis non paralitik
a. Sama seperti abortif
b. Selain diberi analgesic dan sedative dapat dikombinasikan dengankompres
hangat selama 15-30 menit, setiap 2 – 4 jam.
3. Poliomielitis paralitik
a. Perawatan dirumah sakit
b. Istirahat total
c. Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
d. Fisioterafi Akupuntur
e. Interferon
Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan. Poliomielitis abortif diatasi dengan
istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktivitas dapatdimulai lagi. Poliomielitis
paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat mutlak paling sedikit 2 minggu perlu
pengawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralysis pernapasan.
1. Fase akut :
a. Analgetik untuk rasa nyeri otot.
b. Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang footboard
(papanpenahan pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuaiterhadap
tungkai.
c. Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan
tergaggusehingga dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini
kepalaanak harus ditekan lebih rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi.
2. Sesudah fase akut :
Kontraktur, atropi,dan attoni otot dikurangi dengan fisioterapi. Tindakan
inidilakukan setelah 2 hari demam hilang.
I. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan
2. Pemeriksaan Fisik
a. Nyeri kepala
b. Paralisis
c. Refleks tendon berkurang
d. Kaku kuduk
e. Brudzinky
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah.
K. INTERVENSI
DX NOC NIC
1. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pola makan anak.
keperawatn selama 2x 24 jam
diharapkan intake dan output 2. Berikan makanan secara adekuat.
klien terpenuhi dengan KH :
3. Berikan nutrisi kalori, protein, vitamin
1. Mengetahui intake dan dan mineral.
output anak. 4. Timbang berat badan.
2. Untuk mencakupi masukan 5. Berikan makanan kesukaan anak.
sehingga output dan intake
seimbang. 6. Berikan makanan tapi sering.
3. Mencukupi kebutuhan
nutrisi dengan seimbang.
4. Mengetahui perkembangan
anak.
5. Menambah masukan dan
merangsang anak untuk makan
lebih banyak.
6. Mempermudah proses
pencernaan
2. Setelah dilakukan tindakan 1.Pantau suhu tubuh.
keperawtan 2 x 24 jam
diharapkan suhu tubuh klien 2.Jangan pernah menggunakan usapan
kembali normal dengan KH :. alcohol saat mandi kompres.