Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN MASALAH

KESEHATAN POPULASI PENYAKIT INFEKSI

POLIOMIELITIS (POLIO)

Dosen Pembimbing : Dewi Hartinah, S.Kep.,Ns.,M.Si.Med.

OLEH:

1. KHOIRUNNISA ( 920173029 )
2. MITA NUR FAIQOTUN NISA ( 920173030 )
3. M. ALFIAN NUR MAJID ( 920173031 )
4. M. RANDI IRMAWAN ( 920173033 )
5. NAIMATUL FARIDA ( 920173034 )
6. NURUN NAJAH AZ ZAHRO ( 920173028 )
7. NAWA EVALATUL HAWA ( 920173036 )

3A – S1 ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

2020
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Asuhan Keperawatan Komunitas Dengan Masalah Kesehatan Populasi Penyakit


Infeksi Poliomielitis (Polio)

TIM PENYUSUN

Kelompok Seminar Asuhan Keperawatan

Kudus, 29 Juni 2020

Dosen Pembimbing

Dewi Hartinah, S.Kep.,Ns.,M.Si.Med.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,

Taufik, dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang

Berjudul “Asuhan Keperawatan Komunitas Dengan Masalah Kesehatan Populasi Penyakit

Infeksi Poliomielitis (Polio)”. Semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah satu

acuan,  petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam dunia psikososial dan budaya dan

dunia kesehatan untuk mengedukasikannya.

Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan

wawasan serta pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk

maupun isi dari makalah ini agar menjadi lebih baik kedepannya.Makalah ini, kami akui

masih banyak kekurangan karena pengalaman kami yang masih kurang.Oleh karena itu, kami

berharap para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun

untuk kesempurnaan makalah ini dan harap maklum.

Kudus, 29 Juni 2020

Penyusun
BAB I

PEMBUKAAN

1.1 LATAR BELAKANG

Polio merupakan penyakit akibat virus yang menyebabkan kelumpuhan bagi


penderitanya. Jika virus telah memasuki tubuh anak-anak dan mengakibatkan
kelumpuhan, bisa saja kelumpuhan terjadi seumur hidup dan membuatnya menjadi tidak
produktif. Polio sendiri merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus polio, yang
disebarkan melalui makanan, air atau tangan yang terkontaminasi terhadap kotoran.
Penyakit polio merupakan penyakit infeksi paralisis yang disebabkan oleh virus, virus
tersebut dinamakan poliovirus (PV) yang masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan
mengakibatkan infeksi saluran usus. Virus memasuki aliran darah yang mengalir ke
sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan terjadinya kelumpuhan
(QQ_Scarlet, 2018).

Hingga saat ini, penyakit polio masih belum ada cara penyembuhannya. Hanya
dengan cara mencegah untuk mengatasi terjangkitnya penyakit polio yaitu dengan cara
melakukan imunisasi. Imunisasi merupakan sebuah usaha memberikan kekebalan
terhadap bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat
kebal terhadap virus sebagai bentuk pencegahan terhadap penyakit tertentu (Hidayat,
Alimut, 2018:54). Imunisasi yang dimaksud untuk penyakit polio adalah imunisasi polio
atau vaksin polio. Imunisasi atau vaksin polio merupakan pencegahan terjadinya penyakit
poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak melalui imunisasi.
Terdapat 2 jenis vaksin polio yaitu inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk atau IPV
adalah vaksin yang mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui
suntikan dan Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin atau OPV adalah vaksin yang
mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan yang berbentuk pil atau cairan.

Dikutip melalui Laboratorium Biofarma di bandung, pada tahun 1995 sampai


2005 di Indonesia bebas dari virus polio hingga akhirnya pada awal bulan Maret 2005.
Khasus polio muncul kembali setelah 10 tahun Indonesia dianggap sebagai negeri bebas
polio. Virus polio tersebut dibawa melalui negara nigeria bagian utara. Pada tahun 2020,
dunia ditargetkan bebas dari penyakit polio. Meskipun Indonesia termasuk negara dengan
tingkat penyakit polio terendah, tidak
memungkinkan Indonesia tetap aman terjangkit penyakit polio ini. Di kota Bogor
sendiri, dalam Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yang telah dilaksanakan pada tanggal 8-
15 Maret tahun 2016 lalu, tercatat bahwa 95 ribu balita Kota Bogor diberikan imunisasi
dengan disediakannya 1045 pos PIN. Tujuan utama menyelenggara PIN bertujuan
menambah kekebalan dan memberikan perlindungan kepada balita-balita yang baru lahir
agar terhindar dari penyakit kelumpuhan ini yang disebabkan oleh virus polio.

Dari hasil wawancara terhadap bapak firman selaku bagian humas Rumah Sakit
PMI Bogor. Pada saat ini , belum ada lagi sosialisasi tentang penyakit polio yang
dilakukan di rumah sakit PMI Bogor. Dalam melakukan sosialisasi tentang polio, rumah
sakit pada umumnya melakukan sosialisasi secara lisan kepada ibu yang baru melahirkan
tentang vaksin. Setelah melakukan imunisasi atau vaksin yang pertama, rumah sakit
memberitahu selanjutnya untuk melakukan imunisasi polio kembali. Kebanyakan para
orang tua lupa melakukan imunisasi lanjut terhadap anaknya. Dari sini rumah sakit akan
mengingatkan kembali sekaligus mensosialisasikan penyakit polio ini. Untuk saat ini
rumah sakit akan melakukan sosialisasi kembali dan melakukan penyampaian informasi
tentang penyakit polio yang disosialisasikan melalui infografis. Lalu, untuk mewujudkan
masyarakat sehat yang terhindar dari penyakit polio. Rumah sakit dalam
mensosialisasikan penyakit polio ini menggunakan media infografis dan melakukan
sosialisasi yang berbeda dari sebelumnya dengan tujuan mengingatkan masyarakat
tentang penyakit polio seperti, dampak apa yang akan terjadi jika terjangkit penyakit
polio, pencegahan seperti apa untuk menghidari penyakit polio ini dan bahkan
penanganan efek samping yang akan terjadi setelah melakukan vaksin polio.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang penulis angkat adalah “
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Pasien Dengan Masalah Kesehatan
Populasi Penyakit Infeksi Poliomielitis (Polio)?”

1.3 TUJUAN
A. Tujuan Umum
Agar penulis mampu mempelajari Asuhan Keperawatan Komunitas pada
pasien dengan masalah kesehatan populasi penyakit infeksi poliomielitis (Polio),
sehingga mampu mencapai hasil yang terbaik dalam mengatasi masalah keperawatan
komunitas pada pasien dengan masalah kesehatan populasi penyakit infeksi
poliomielitis (Polio).
B. Tujuan khusus:
a. Untuk mengetahui definisi dari poliomielitis (polio).
b. Untuk mengetahui etiologi poliomielitis (polio).
c. Untuk mengetahui klasifikasi poliomielitis (polio).
d. Untuk mengetahui patofisiologi poliomielitis (polio).
e. Untuk mengetahui pathway poliomielitis (polio).
f. Untuk mengetahui manifestasi klinis poliomielitis (polio).
g. Untuk mengetahuipemeriksaan penunjang poliomielitis (polio).
h. Untuk mengetahui penatalaksanaan poliomielitis (polio).
i. Untuk mengetahui pengkajian poliomielitis (polio).
j. Untuk mengetahui diagnosa poliomielitis (polio).
k. Untuk mengetahui intervensi poliomielitis (polio).
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Poliomielitis adalah suatu penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan


oleh virus.Penyakitr ini tersebar diseluruh dunia dan manusia merupakan satu-satunya
reservior untuk poliomielitis.Poliomelitis sedikit lebih banyak menyerang anak laki-
laki dibandingkan anak perempuan,dan lebih sering dialami oleh anak-anak yang
tidak mendapatkan vaksinasi,terutama bagi mereka yang tinggal didaerah yang
penduduknya padatdan dengan sanitasi buruk.

Poliomielitis (Polio,paralisis infsntile) adalah penyakit menular oleh infeksi


virus yang bersifat akut. Polio menyerang sistem saraf, dan dapat menyebabkan
kelumpuhan total dalamhitungan jam. Virus ini memasuki tubuh melalui mulut dan
berkembang biak dalam usus. Gejala awal adalah demam, kelelahan, sakit kepala,
muntah,kekakuan pada leher dan nyeri pada anggota badan. Satu dari 200
infeksimenyebabkan kelumpuhan ireversibel (biasanya di kaki). Di antara mereka
yanglumpuh, 5% sampai 10% meninggal ketika otot pernapasan mereka lumpuh.

Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan
predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik
batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi
kelumpuhan serta autropi otot.

Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang


disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan
poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini
dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan
melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).

B. ETIOLOGI

Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3 yaitu :

1. Brunhilde
2. Lansing

3. Leon ; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan


pengeringan /oksidan. Masa inkubasi : 7-10-35 hari

Klasifikasi virus :

Golongan: Golongan IV ((+)ssRNA)

Familia: Picornaviridae

Genus: Enterovirus

Spesies: Poliovirus

Secara serologi virus polio dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:

· Tipe I Brunhilde

· Tipe II Lansing dan

· Tipe III Leoninya

Tipe I yang paling sering menimbulkan epidemi yang luas dan ganas, tipe II kadang-
kadang menyebabkan wajah yang sporadic sedang tipe III menyebabkan epidemic ringan.

Di Negara tropis dan sub tropis kebanyakkan disebabkan oleh tipe II dan III dan virus
ini tidak menimbulkan imunitas silang.

Penularan virus terjadi melalui :

1. Secara langsung dari orang ke orang

2. Melalui tinja penderita

3. Melalui percikan ludah penderita

Virus masuk melalui mulut dan hidung,berkembang biak didalam tenggorokan dan
saluran pencernaan,lalu diserap dan disebarkan melalui system pembuluh darah dan getah
bening

Resiko terjadinya Polio:

a) Belum mendapatkan imunisasi

b) Berpergian kedaerah yang masih sering ditemukan polio

c) Usia sangat muda dan usia lanjut


d) Stres atay kelehahan fisik yang luar biasa(karena stress emosi dan fisik dapat
melemahkan system kekebalan tubuh).

C. KLASIFIKASI

. Klasifikasi

Ada 2 klasifikasi yaitu :

1. Polio non-paralisis Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah,


sakit perut, lesu, dansensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung.
Otot terasa lembek jika disentuh.

2. Polio Paralisis Kurang dari 1% orang yang terinfeksi virus polio


berkembang menjadi polio paralisis atau menderita kelumpuhan. Polio
paralisis dimulai dengan demam. Lima sampai tujuh hari berikutnya akan
muncul gejala dan tanda- tanda lain, seperti: sakit kepala, kram otot leher
dan punggung, sembelit/konstipasi, sensitif terhadap rasa raba.

Polio paralisis dikelompokkan sesuai dengan lokasi terinfeksinya,yaitu:

1) Polio SpinalStrain

Polio SpinalStrain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang,


menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan padabatang tubuh
dan otot tungkai.

Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari


satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling
sering ditemukan terjadipada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini akan
diserap olehkapiler darah pada dinding usus dan diangkut ke seluruh tubuh. Poliovirus
menyerang saraf tulang belakang dan motorneuron yang mengontrol gerak fisik.

Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang
tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang
seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batangotak. Infeksi ini akan
mempengaruhi sistem saraf pusat dan menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring
dengan berkembangbiaknya virus dalamsistem saraf pusat, virus akan menghancurkan
motorneuron. Motorneuron tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang
berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat.
Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas. Kondisi inidisebut acute
flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusatdapat menyebabkan
kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada dada dan perut, disebut quadriplegia.
Anak-anak dibawah umur 5 tahun biasanya akan menderita kelumpuhan 1 tungkai,
sedangkan jika terkenaorang dewasa, lebih sering kelumpuhan terjadi pada kedua
lengan dantungkai.

2) Bulbar Polio
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang
otak ikut terserang. Batang otak mengandung motorneuron yang mengatur pernapasan
dan saraf otak, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan
bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar
air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf
glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbagai fungsi di
kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung,
usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher.

Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian.


Lima hingga sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal
ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah
terjadi kerusakan pada saraf otak yang bertugas mengirim ‘perintah bernapas’ ke
paru-paru.

Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan;


korban dapat ‘tenggelam’ dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau
diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum
masuk ke dalam paru-paru.

Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan


‘paru-paru besi’ (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara
menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara
ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan
mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar masuk paru-paru. Infeksi
yang jauh lebih parah pada otak dapat menyebabkan koma dan kematian.
D. PHATOFISIOLOGI

Poliovirus masuk kedalam tubuh melalui mulut, menginfeksi sel yang pertama
ditemuinya, yaitu di faring dan mukosa saluran cerna. Virus ini masuk dan berikatan dengan
immunoglobulin-like receptor, yang dikenal sebagai reseptor poliovirus atau CD 155, pada
membran sel.10 Di dalam sel-sel saluran cerna, virus ini bertahan selama sekitar 1 minggu,
kemudian menyebar ke tonsil, jaringan limfoid saluran cerna dan kelenjar limfamesenterik
dan servikal dimana virus ini berkembang biak. Selanjutnya, virus ini masuk ke dalam aliran
darah. Poliovirusdapat bertahan dan berkembang biak dalam darah dan kelenjar limfa untuk
waktu lama, kadang-kadang hingga 17 minggu.

Pada saat virus masuk kesistem saraf, virus hanya menyerang sel-sel dan daerah
susunan syaraf tertentu. Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama
dan bila ringan sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah
timbul gejala. Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis ialah :

1. Medula spinalis terutama kornu anterior.

2. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial serta formasio
retikularis yang mengandung pusat vital

3. Sereblum terutama inti-inti virmis.

4. Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan kadang-
kadang nucleus rubra.

5. Talamus dan hipotalamus.

6. Palidum.

7. Korteks serebri, hanya daerah motorik.


E. PATHWAY

F. MANIFESTASI KLINIS

1. Poliomielitis Asimtomatis: Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala
karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.

2. Poliomielitis Abortif: Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa


hari. Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri
kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen.

3. Poliomielitis Non Paralitik: Gejala klinik hampir sama dengan poliomyelitis abortif,
hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari
kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau
masuk ke dalam fase ke-2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan
hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan
kolumna posterior.

4. Poliomielitis Paralitik: Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai


kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis akut
pada bayi ditemukan paralysis fesika urinaria dan antonia usus. Adapun bentuk-
bentuk gejalanya antara lain :

a. Bentuk spinal: Gejala kelemahan/paralysis atau paresis otot


leher, abdomen, tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak
ekstremitas.

b. Bentuk bulbar: Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak


dengan atau tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan
sirkulasi.

c. Bentuk bulbospinal: Didapatkan gejala campuran antara


bentuk spinal dan bentuk bulbar.
d. Kadang ensepalitik: Dapat disertai gejala delirium, kesadaran
menurun, tremor dan kadang kejang.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnostik Medis
Penyakit polio dapat didiagnosis dengan 3 cara yaitu :
1. Viral Isolation
Poliovirus dapat dideteksi dari faring pada seseorang yang diduga
terkena penyakit polio. Pengisolasian virus diambil dari cairan cerebrospinal
adalah diagnostik yang jarang mendapatkan hasil yang akurat.
Jika poliovirus terisolasi dari seseorang dengan kelumpuhan yang akut,
orang tersebut harus diuji lebih lanjut menggunakan uji oligonucleotide atau
pemetaan genomic untuk menentukan apakah virus polio tersebut bersifat
ganas atau lemah.
2. Uji Serology
Uji serology dilakukan dengan mengambil sampel darah dari
penderita. Jika pada darah ditemukan zat antibody polio maka diagnosis
bahwa orang tersebut terkena polio adalah benar. Akan tetapi zat antibody
tersebut tampak netral dan dapat menjadi aktif pada saat pasien tersebut sakit.
3. Cerebrospinal Fluid ( CSF)
CSF di dalam infeksi poliovirus pada umumnya terdapat
peningkatanjumlah sel darah putih yaitu 10-200 sel/mm3 terutama adalah sel
limfositnya. Dan kehilangan protein sebanyak 40-50 mg/100 ml (Paul, 2014).

H. PENATALAKSANAAN
Begitu penyakit mulai timbul, kelumpuhan sering kali tidak tertangani
lagikarena ketidakadaan obat yang dapat menyembuhkannya. Antibiotika
yangbiasanya digunakan untuk membunuh virus juga tidak mampu berbuat
banyak.Rasa sakit dapat diatasi dengan memberikan aspirin atau acetaminophen, dan
mengompres dengan air hangat pada otot-otot yang sakit (Paul, 2014).
1. Poliomielitis abortif 
a. Diberikan analgesic dan sedative
b. Diet adekuat
c. Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari, sebaiknya dicegah
aktivitas yang          berlebihan selama 2 bulan kemudian
diperiksaneuroskeletal secara teliti. 
2. Poliomielitis non paralitik  
a. Sama seperti abortif 
b. Selain diberi analgesic dan sedative dapat dikombinasikan dengankompres
hangat selama 15-30 menit, setiap 2 – 4 jam.
3. Poliomielitis paralitik 
a. Perawatan dirumah sakit
b. Istirahat total
c. Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
d. Fisioterafi Akupuntur
e. Interferon
Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan. Poliomielitis abortif diatasi dengan
istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktivitas dapatdimulai lagi. Poliomielitis
paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat mutlak paling sedikit 2 minggu perlu
pengawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralysis pernapasan.

1. Fase akut :
a. Analgetik untuk rasa nyeri otot.
b. Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang footboard
(papanpenahan  pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuaiterhadap
tungkai.
c. Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan
tergaggusehingga dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini
kepalaanak harus ditekan lebih rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi.
2. Sesudah fase akut :
Kontraktur, atropi,dan attoni otot dikurangi dengan fisioterapi. Tindakan
inidilakukan setelah 2 hari demam hilang.

I. PENGKAJIAN

1. Riwayat Kesehatan

Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas

2. Pemeriksaan Fisik

a. Nyeri kepala
b. Paralisis
c. Refleks tendon berkurang
d. Kaku kuduk
e. Brudzinky

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah.

2. Hipertermi b/d proses infeksi.


3. Resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan nafas b/d
paralysis otot.

4. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis

K. INTERVENSI

DX NOC NIC
1. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pola makan anak.
keperawatn selama 2x 24 jam
diharapkan intake dan output 2. Berikan makanan secara adekuat.
klien terpenuhi dengan KH :
3. Berikan nutrisi kalori, protein, vitamin
1. Mengetahui intake dan dan mineral.
output anak. 4. Timbang berat badan.
2. Untuk mencakupi masukan 5. Berikan makanan kesukaan anak.
sehingga output dan intake
seimbang. 6. Berikan makanan tapi sering.
3. Mencukupi kebutuhan
nutrisi dengan seimbang.
4. Mengetahui perkembangan
anak.
5. Menambah masukan dan
merangsang anak untuk makan
lebih banyak.
6. Mempermudah proses
pencernaan
2. Setelah dilakukan tindakan 1.Pantau suhu tubuh.
keperawtan 2 x 24 jam
diharapkan suhu tubuh klien 2.Jangan pernah menggunakan usapan
kembali normal dengan KH :. alcohol saat mandi kompres.

1.Suhu tubuh kembali normal 3. Hindari mengigil.

2. Dapat menyebabkan efek 4.Kompres mandi hangat durasi 20-30


neurotoksi. menit

3.Pasien tidak lagi menggigil

4.Demam pasien berkurang


3. Setelah dilakukan tindakan .
keperawatan diharapkan
frekuensi pernafasan membaik 1.Evaluasi frekuensi pernafasan dan
dengan KH : kedalaman.
2. Auskultasi bunyi nafas.
1.Tidak ada suara tambahan 3. Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan
pada posisi duduk tinggi atau semi fowler.
2. Frekuensi pernafasan 4. Berikan tambahan oksigen.
kembali normal

3. Pengiriman oksigen ke paru


meningkat
4. . Setelah dilakukan tindakan 1.Tentukan aktivitas atau keadaan fisik
Gangguan keperawatan selama 2 x 24 jam anak.
mobilitas diharapkan aktivitas klien
fisik b/d dapat kembali normal dengan 2.Catat dan terima keadaan kelemahan
paralysis. KH (kelelahan yang ada).

1.Aktivitas anak kembali 3.Indetifikasi factor-faktor yang


normal mempengaruhi kemampuan untuk aktif
seperti pemasukan makanan yang tidak
2.Anak kembali aktif adekuat

4.Evaluasi kemampuan untuk melakukan


mobilisasi secara aman.

Anda mungkin juga menyukai