Anda di halaman 1dari 9

VAKSIN POLIO

Disusun Oleh :
Kelompok 4 :
1. JHON SADA (2019071014160)
2. JULIAN SUEBU (2021072014206)
3. LAMRIA SIMANJUNTAK (2019071014197)
4. MIKA SILABAN (2019071014265)
5. MARLESY C TAA (2019071014… )
6. LARI LANI (2019071014199)
7. MARIA P N MAYABUBUN (2019071014206)
8. YONI O PANJAITAN (2019071014219)
9. RASHY NEWA (2019071014…)
10. GEORGE R WAMBRAUW (2019071014036)

FAKULTAS KESAHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat
perlindungan, kesehatan dan pertolonganya sehingga Makala yang berjudul “
Vaksin Polio” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Semoga Makala ini dapat memberikan pengetahuan tambahan terkait gambaran
umum tentang vaksin polio hingga pada cara penyimpanan vaksin yang baik dan
benar. Sekian dari Makala kami semoga dapat diterima.

Jayapura, Oktober 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Virus Polio adalah Virus yang termasuk dalam golongan Human Enterovirus yang
bereplikasi di usus dan dikeluarkan melalui tinja. Virus Polio terdiri dari 3 strain yaitu
strain-1 (Brunhilde), strain-2 (Lansig), dan strain-3 (Leon), termasuk family
Picornaviridae. Penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan dengan kerusakan motor
neuron pada cornu anterior dari sumsum tulang belakang akibat infeksi virus. Virus polio
yang ditemukan dapat berupa Virus polio liar/WPV (Wild Poliovirus) dan VDPV
(Vaccine Derived Poliovirus). VDVP merupakan virus polio vaksin/sabin yang
mengalami mutasi dan dapat menyebabkan kelumpuhan.
Polio dapat menyerang pada usia berapa pun, terutama pada anak-anak di bawah
usia lima tahun. Kasus polio pertama kali pada tahun 1580 – 1350 SM, Inskripsi Mesir
kuno menggambarkan pendeta muda dengan kaki sebelah kiri yang memendek dan
mengecil, telapak kaki pada posisi equinus, yang merupakan gambaran keadaan klinik
lumpuh layu. Pada tahun 1950an dan 1960an polio telah terkendali dan praktis
dihilangkan sebagai masalah kesehatan masyarakat di negara-negara industry. Hal ini
setelah pengenalan vaksin yang efektif. Imunisasi merupakan tindakan yang paling
efektif dalam mencegah penyakit polio. Vaksin polio yang diberikan berkali-kali dapat
melindungi seorang anak seumur hidup. Pencegahan penyakit polio dapat dilakukan
dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemberian imunisasi polio
pada anak-anak.
Pada 1988, sejak Prakarsa Pemberantasan Polio Global dimulai, lebih dari 2,5
miliar anak telah diimunisasi polio. Total kasus kumulatif tahun 2018 sebanyak 50 kasus,
12 kasus WPV1 di Afganistan, 3 Kasus WPV1 di Pakistan, 13 kasus cVDPV2 di
Republik Demokratik Kongo, 8 Kasus cDVDPV2 di Nigeria, 5 kasus cVDPV di Somalia
dan 9 kasus cVDPV1 di Papua New Guinea. Jumlah kumulatif kasus polio tahun 2017
hingga tahun 2018 sebanyak 168 kasus.

B. RUMUSAN MASALAH
Berbicara soal Vaksin Polio, ada beberapa masalah yang akan kelompok kami bahas dan
jabarkan dalam Makala ini dan kami telah membagi permasalahan yang akan di bahas
kedalam beberapa poin.
1) Bagaimana gambaran umum tentang Vaksin Polio ?
2) Apa saja bentuk dari Vaksin Polio ?
3) Bagaimana cara pemberian Vaksin Polio ?
4) Mengapa ada Kontraindikasi dalam pemberian vaksin polio ?
5) Apa saja Komplikasi dari pemberian Vaksin Polio ?
6) Bagaiaman Cara penyimpanan vaksin polio yang baik dan benar ?

C. TUJUAN
Tujuan dalam pembuatan Makala ini adalah agar Pemberian V
BAB II
PEMBAHASAN
A. VAKSIN POLIO
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2018 ada sekitar 20
juta anak di dunia yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap, bahkan ada yang tidak
mendapatkan imunisasi sama sekali. Pada tahun yang sama WHO menyatakan Indonesia
tergolong berisiko tinggi dalam penyebaran polio.
Polio rentan menjadi epidemi dan menyebabkan kematian dalam jumlah besar.
Banyak penyintas polio yang harus cacat permanen seumur hidup. Terdapat tiga virus
penyebab polio. Virus ini menyebar lewat kontak dengan penderita, sekresi oral dan nasal
(misalnya air liur dan ingus), serta kontak dengan feses yang terkontaminasi. Virus polio
masuk ke tubuh lewat mulut dan terus berlipat ganda sepanjang perjalanannya hingga
sampai ke saluran cerna.
Salah satu cara memberantas penyakit ini adalah dengan imunisasi anak
menggunakan vaksin anak polio. Untuk mendapatkan kekebalan komunitas (herd
Immunity) dibutuhkan cakupan imunisasi yang tinggi (paling sedikit 95%) dan merata.
Salah satunya adalah pemberian Imunisasi berupa Vaksin Polio. Imunisasi anak polio
bermanfaat untuk menguatkan imunitas anak terhadap virus polio. Vaksin anak dapat
menekan risiko tertular virus polio hingga dewasa. Bila sudah mendapatkan vaksin polio
saat berusia kanak-kanak, orang dewasa pada umumnya tidak lagi memerlukan imunisasi.
Dengan pemberian imunisasi anak, bukan hanya anak tersebut yang menerima
manfaatnya. Keluarga si anak juga akan mendapatkan manfaat secara ekonomi karena
bisa mengurangi risiko pengeluaran biaya di masa mendatang untuk mengobati penyakit
polio. Karena itu, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan menggalakkan program
imunisasi anak polio. Pemerintah menyediakan vaksin anak polio gratis lewat posyandu
dan puskesmas serta fasilitas pelayanan kesehatan lain sebagai bagian dari program
imunisasi dasar.
Setelah dilaksanakan PIN Polio tiga tahun berturut-turut pada tahun 1995, 1996
dan 1997, virus polio liar asli Indonesia (indigenous) sudah tidak ditemukan lagi sejak
tahun 1996. Namun pada tanggal 13 Maret 2005 ditemukan kasus polio importasi
pertama di Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Kasus polio tersebut
berkembang menjadi KLB yang menyerang 305 orang dalam kurun waktu 2005 sampai
awal 2006. KLB ini tersebar di 47 kabupaten/kota di 10 provinsi. Selain itu juga
ditemukan 46 kasus Vaccine Derived Polio Virus (VDPV) yaitu kasus Polio yang
disebabkan oleh virus dari vaksin, yang terjadi apabila banyak anak yang tidak di
imunisasi, dimana 45 kasus di antaranya terjadi di semua kabupaten di Pulau Madura dan
satu kasus terjadi di Probolinggo, Jawa Timur. Setelah dilakukan Outbreak Response
Immunization (ORI), dua kali mop-up, lima kali PIN, dan dua kali Sub-PIN, KLB dapat
ditanggulangi sepenuhnya. Kasus Virus Polio Liar (VPL) terakhir yang mengalami
kelumpuhan ditemukan pada tanggal 20 Februari 2006 di Aceh. Sejak saat itu hingga
sekarang tidak pernah lagi ditemukan kasus Polio di Indonesia.
Program pemberantasan polio berhasil mengurangi lebih dari 99% kasus
kelumpuhan paralitik disebabkan oleh virus polio liar. Melalui Program Ekspansi
imunisasi (EPI) yang telah dimulai sejak tahun 1995 di Indonesia, virus polio liar tidak
lagi ditemukan oleh bukti laboratorium melalui pemeriksaan virologis spesimen tinja dari
kelumpuhan lembek akut (AFP) pengawasan. Pengawasan AFP adalah standar emas
untuk memantau penularan virus polio di polio program pemberantasan. Semua kasus
kelumpuhan menurut AFP kriteria dikumpulkan spesimen dan diperiksa di laboratorium
untuk memastikan kelumpuhan itu tidak disebabkan oleh virus polio. Sistem pengawasan
yang aktif dan sensitif adalah diperlukan untuk meminimalkan kasus AFP yang tidak
terdeteksi. NS tingkat infeksi virus polio jauh lebih tinggi daripada AFP kasus karena
hanya sebagian kecil dari populasi terinfeksi virus polio tampak lumpuh. Semua populasi
yang terinfeksi virus polio apakah menunjukkan gejala kelumpuhan atau tidak
mengeluarkan virus polio melalui tinja mereka dalam beberapa minggu dan
menyebabkan pencemaran lingkungan. Sirkulasi senyap virus polio dari ekskresi feses
tanpa gejala populasi menjadi perhatian serius karena dapat menginfeksi populasi rentan
dan menyebabkan kelumpuhan. Untuk ini Sebab, diperlukan pengawasan tambahan
untuk memantau sirkulasi virus polio di lingkungan dan memberikan data berharga untuk
program pemberantasan polio.

B. BENTUK VAKSIN POLIO


1. Oral Polio Vaccine (OPV), untuk jenis vaksin ini aman, efektif dan memberikan
perlindungan jangka panjang sehingga sangat efektif dalam menghentikan penularan
virus. Vaksin ini diberikan secara oral. Setelah vaksin ini bereplikasi di usus dan
diekskresikan, dapat menyebar ke orang lain dalam kontak dekat.
2. Monovalent Oral Polio Vaccines (mOPV1 and mOPV3), sebelum pengembangan
tOPV, OPV Monovalen (mopVs) dikembangkan pada awal tahun 1950an. Vaksin
polio ini memberikan kekebalan hanya pada satu jenis dari tiga serotipe OPV, namun
tidak memberikan perlindungan terhadap dua jenis lainnya. OPV Monovalen untuk
virus Polio tipe 1 (mopV1) dan tipe 3 (mOPV3) dilisensikan lagi pada tahun 2005 dan
akhirnya mendapatkan respon imun melawan serotipe yang lain.
3. Bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV), setelah April 2016, vaksin virus Polio Oral
Trivalen diganti dengan vaksin virus Polio Oral Bivalen (bOPV). Bivalen OPV hanya
mengandung virus serotipe 1 dan 3 yang dilemahkan, dalam jumlah yang sama
seperti pada vaksin trivalen. Bivalen OPV menghasilkan respons imun yang lebih
baik terhadap jenis virus Polio tipe 1 dan 3 dibandingkan dengan OPV trivalen,
namun tidak memberikan kekebalan terhadap serotipe 2.
4. Inactivated Polio Vaccine (IPV), sebelum bulan April 2016, vaksin virus Polio Oral
Trival (topV) adalah vaksin utama yang digunakan untuk imunisasi rutin terhadap
virus Polio. Dikembangkan pada tahun 1950 oleh Albert Sabin, tOPV terdiri dari
campuran virus polio hidup dan dilemahkan dari ketiga serotipe tersebut. tOPV tidak
mahal, efektif dan memberikan perlindungan jangka panjang untuk ketiga serotipe
virus Polio. Vaksin Trivalen ditarik pada bulan April 2016 dan diganti dengan vaksin
virus Polio Oral Bivalen (bOPV), yang hanya mengandung virus dilemahkan vaksin
tipe 1 dan 3.

C. CARA PEMBERIAN VAKSIN POLIO


Selain cara-cara diatas ada pula stretegi yang di keluarkan oleh WHO dalam
penanganan kasus virus polio yakni Strategi Endgame Polio dimana fokusnya berada
pada tiga pilar utama yaitu Pemberantasan, Integrasi, Penahanan, dan Sertifikasi. Strategi
Endgame Polio GPEI 2019-2023 menjabarkan peta jalan untuk mencapai dan
mempertahankan dunia yang bebas dari semua virus polio. Serta faktor pendukung
penting seperti gender, penelitian dan persiapan untuk implementasi Strategi Pasca
Sertifikasi (PCS). Ini dibangun di atas dan mengoptimalkan penggunaan pelajaran dan
alat yang telah terbukti dari Rencana Strategis Pemberantasan Polio dan Endgame GPEI
2013-2018, yang telah membawa dunia ke ambang bebas polio dan menguraikan strategi
dan inovasi baru yang akan membantu memastikan kita menyeberang garis akhir.
Implementasi dan pembiayaan penuh dari Strategi Endgame Polio GPEI 2019-
2023 akan menghasilkan dunia di mana tidak ada lagi anak yang lumpuh oleh virus polio
di mana pun, sambil mempertahankan fungsinya untuk terus memberi manfaat bagi
program kesehatan dan pembangunan masyarakat yang lebih luas.

Strategi Endgame Polio GPEI 2019-2023 dikembangkan pada 2018 dan awal 2019,
melalui konsultasi luas dengan pemangku kepentingan GPEI dari seluruh dunia.

D. KONTRAINDIKASI PEMBERIAN VAKSIN POLIO

E. KOMPLIKASI
F. CARA PENYIMPANAN VAKSIN POLIO

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes.2021.”Poliomyelitis(PenyakitVirusPolio)”,https://infeksiemerging.kemkes.go.id/
penyakit-virus/poliomyelitis-penyakit-virus-polio/#,diakses pada 24 Oktober 2021.
Susanti, nike. (2020). Progress and Challenges of Polio Environmental Surveillance in Indonesia.
Journal of Atlantis press. Advances in Health Sciences Research, volume 22.
dr. Dedi Kurniawan Saputra, Sp.A, 2021. “Imunisasi Polio, Manfaat, dan Kapan Vaksin Polio”,
https://primayahospital.com/anak/imunisasi-polio/, diakses pada 24 Oktober 2021.

Anda mungkin juga menyukai