IMUNISASI POLIO
A.PENGERTIAN IMUNISASI POLIO
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan bayi dan anak dengan memasukan
vaksin ke dalam tubuh agar membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.
Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang
pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG,
DPT, Campak, dan melalui mulut seperti vaksin polio. Tujuan diberikan imunisasi adalah di
harapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas
dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.
Di Negara Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan ada
juga yang hanya di anjurkan, imunisasi wajib di Indonesia sebagaimana telah diwajibkan oleh
WHO ditambah dengan hepatitis B. imunisasi yang hanya dianjurkan oleh pemerintah dapat
digunakan untuk mencegah suatu kejadian yang luar biasa atau penyakit endemik, atau untuk
kepentingan tertentu (bepergian) seperti jamaah haji seperti imunisasi meningitis.
Pemberian imunisasi pada anak yang mempunyai tujuan agar tubuh kebal terhadap
penyakit tertentu, kekebalan tubuh juga dapat dapat dipengaruhi oleh beberapa factor
diantaranya terdapat tingginya kadar antibody pada saat dilakukan imunisasi, potensi antigen
yang disuntikan, waktu antara pemberian imunisasi, mengingat efektif dan tidaknya imusasi
tersebut akan tergantung dari factor yang mempengaruhinya sehingga kekebalan tubuh dapat
diharapkan pada diri anak.
Secara umum imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memeberikan
kekebalan (imunisasi)pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit.
Imunisasi polio adalah suatu imunisasi yang memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit poliomielitis. Polio adalah suatu penyakit radang yang menyerang syaraf
yang menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai.
Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan.
Polio bisa menyebabkan kematian. Penularan penyakit polio ini melalui tinja orang yang
terinfeksi, percikan ludah penderita, ataupun makanan dan minuman yang dicemari.
B.VAKSIN POLIO
Inactived Poliomyelitis Vaccine (IPV)
Di Indonesia, meskipun sudah tersedia tetapi Vaksin Polio Inactivated atau Inactived
Poliomyelitis Vaccine (IPV) belum banyak digunakan. IPV dihasilkan dengan cara
membiakkan virus dalam media pembiakkan, kemudian dibuat tidak aktif (inactivated) dengan
pemanasan atau bahan kimia. Karena IPV tidak hidup dan tidak dapat replikasi maka vaksin
ini tidak dapat menyebabkan penyakit polio walaupun diberikan pada anak dengan daya tahan
tubuh yang lemah. Vaksin yang dibuat oleh Aventis Pasteur ini berisi tipe 1,2,3 dibiakkan pada
sel-sel VERO ginjal kera dan dibuat tidak aktif dengan formadehid.
Selain itu dalam jumlah sedikit terdapat neomisin, streptomisin dan polimiksin. IPV
harus disimpan pada suhu 2 – 8 C dan tidak boleh dibekukan. Pemberian vaksin tersebut
dengan cara suntikan subkutan dengan dosis 0,5 ml diberikan dalam 4 kali berturut-turut dalam
jarak 2 bulan.
Untuk orang yang mempunyai kontraindikasi atau tidak diperbolehkan mendapatkan
OPV maka dapat menggunakan IPV. Demikian pula bila ada seorang kontak yang mempunyai
daya tahan tubuh yang lemah maka bayi dianjurkan untuk menggunakan IPV.
F.TEKNIK PEMBERIAN
Pemberian imunisasi polio bisa dilakukan dengan cara menyuntikannya atau dengan
cara meneteskan vaksin polio ke dalam mulut, mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Untuk
saat ini cara yang paling banyak digunakan adalah dengan cara tetes ke mulut.
Selain lebih murah dan mudah, cara ini juga merupakan cara yang paling mendekati
rute penyakit polio di dalam tubuh. Di Indonesia vaksin yang digunakan dalam imunisasi
polio biasanya berupa vaksin sabin.
DAFTAR PUSTAKA
Http://google.com
Sumijatun, sulisweati dkk, 2005, konsep dasar keperwatan komunitas, EGC. Jakarta
Dick, George. 1995. Imunisasi Dalam Praktek. Jakarta. Hipokrates
Markum, A.H. 1997, Imunisasi . Jakarta : FK UI