Anda di halaman 1dari 7

Stunting adalah terjadinya gagal tumbuh pada anak balita karena kekurangan gizi kronis

terutama dalam periode 1000 hari pertama kehidupan. Balita stunting di masa yang akan datang
akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif (daya pikir) yang
optimal. Stunting (kerdil) juga didefinisikan kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi
badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau
tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari
WHO. Balita stunting termasuk masalah gizi kronis; isebabkan oleh banyak faktor seperti
kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada
bayi.

Penyebab:
Kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum dan saat kehamilan serta setelah persalinan
mempengaruhi pertumbuhan janin dan risiko terjadinya stunting. Faktor lainnya pada ibu yang
mempengaruhi adalah postur tubuh ibu (pendek), jarak kehamilan yang terlalu dekat, ibu yang
masih remaja, serta asupan nutrisi yang kurang pada saat kehamilan.
Nutrisi yang diperoleh sejak bayi lahir tentunya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhannya
termasuk risiko terjadinya stunting. Tidak terlaksananya inisiasi menyusu dini (IMD), gagalnya
pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, dan proses penyapihan dini dapat menjadi salah satu
faktor terjadinya stunting. Sedangkan dari sisi pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI)
hal yang perlu diperhatikan adalah kuantitas, kualitas, dan keamanan pangan yang diberikan.
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh higiene dan sanitasi yang buruk (misalnya diare dan
kecacingan) dapat menganggu penyerapan nutrisi pada proses pencernaan. Beberapa penyakit
infeksi yang diderita bayi dapat menyebabkan berat badan bayi turun. Jika kondisi ini terjadi
dalam waktu yang cukup lama dan tidak disertai dengan pemberian asupan yang cukup untuk
proses penyembuhan maka dapat mengakibatkan stunting.

Pencegahan:
Pencegahan stunting dapat dilakukan dengan memperbaiki asupan gizi pada ibu hamil dan balita
secara optimal, serta melakukan upaya upaya penceghan untuk menangkal penyakit pada balita;
mis. diare, cacingan, dll.
Pencegahan stunting dapat dilakukan antara lain dengan cara :
1. Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil.
2. ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6 bulan diberikan makanan
pendamping ASI (MP-ASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya.
3. Memantau pertumbuhan balita.
4. Meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjagakebersihan
lingkungan.
Anjuran yang lebih lengkap dari Kementerian Kesehatan untuk Pencegahan Stunting adalah sbb :
1. Ibu Hamil makan lebih banyak dari biasanya. Banyak makan buah dan sayur, lengkapi
dengan lauk pauk.
2. Ibu Hamil mengkonsumsi tablet tambah darah selama kehamilan dan dilanjutkan sampai
denan masa nifas dapat mencegah anemia dan menjaga sistem ketahanan tubuh.
3. Melkukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini).Bayi mendapatkan ASI kolostrum yang kaya,
akan meningkatkan daya tahan tubuh dan ketahanan terhadap infeksi.
4. Atasi keurangan iodium. Pastikan menggunakan garam ber-iodium agar membantu
pertumbuhan dan perkembangan janin dan mencegah bayilahir cacat.
5. ASI Ekslusif 0-6 bulan. Kebutuhangizi pada bayi usia 0-6 bulan cukup terpenuhi dengan
ASI saja.
6. Pemberian ASI hingga 23 byulan didampingi dengan MP-ASI. ASI sebaiknya terus
diberikan semaunya bayi, memasuki usia 6 bulan bayi perlu mendapatkan Makanan
Pendamping ASI.
7. Menanggulangi cacingan. Jaga kebersihan lingkungan, cuci tangan pakai sabun dan
menggunakan alas kaki ketika berada di luar rumah.
8. Memberikan Imunisasi Dasar Lengkap. Imunisasi lengkap menjadikan anak tetap sehat
untuk dirinya dan lingkungannya. Imunisasi Dasar : Hepatitis B (HB), Poliomyelitis,
Tuberculosis (BCG), Difteri (DPT), Pertusis (DPT), Tetanus (DPT), Pnuemonia dan
Meningitis (Hib), dan Campak.
9. Menjaga Sanitasi. Pastikan mendapat sumber air bersih; menggunakan jamban sehat, dan
selalu Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).
Poliomielitis (polio) adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus polio.
Polio dapat mengakibatkan gejala yang ringan atau penyakit yang amat parah, dan merupakan
virus yang menyerang sistem pencernaan dan sistem saraf. Penyakit ini menyebabkan deman,
muntah dan kekejangan otot dan dapat menyerang saraf, dan mengakibatkan kelumpuhan tetap.

Penyakit ini dapat melumpuhkan otot untuk bernapas dan menelan, dan mengakibatkan
kematian. Antara dua sampai lima persen dari penderita polio meninggal karena penyakit ini dan
kira-kira separuh dari semua pasien yang hidup menderita kelumpuhan tetap.

Polio dapat menyerang pada usia berapa pun, tetapi polio terutama menyerang anak-anak di
bawah usia lima tahun. Pada awal abad ke-20, polio adalah salah satu penyakit yang paling
ditakuti di negara-negara industri, melumpuhkan ratusan ribu anak setiap tahun.
Penyebab
Penyakit ini diakibatkan oleh virus polio. Dari 3 strain virus polio liar (tipe 1, tipe 2, dan tipe 3),
kasus terakhir virus polio liar tipe 2 dilaporkan pada tahun 1999 dan tidak ada kasus virus polio
liar tipe 3 yang ditemukan sejak kasus yang terakhir dilaporkan di Nigeria pada bulan November
2012. Akan tetapi, kasus virus polio liar tipe 1 masih terjadi di sejumlah kecil negara.

Virus Polio adalah Virus yang termasuk dalam golongan Human Enterovirus yang bereplikasi di
usus dan dikeluarkan melalui tinja. Virus Polio terdiri dari 3 strain yaitu strain-1 (Brunhilde),
strain-2 (Lansig), dan strain-3 (Leon), termasuk family Picornaviridae. Penyakit ini dapat
menyebabkan kelumpuhan dengan kerusakan motor neuron pada cornu anterior dari sumsum
tulang belakang akibat infeksi virus.

Cara Penularan
Penyakit ini sangat menular. Penyakit ini menular antara manusia, terutama melalui rute
feses-oral. Virus penyebabnya masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan akhirnya menyerang
sistem saraf pusat. Polio menyebar melalui kontak orang ke orang. Ketika seorang anak
terinfeksi virus polio liar, virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan berkembang biak di
usus. Ini kemudian dibuang ke lingkungan melalui faeces di mana ia dapat menyebar dengan
cepat melalui komunitas, terutama dalam situasi kebersihan dan sanitasi yang buruk. Virus tidak
akan rentan menginfeksi dan mati bila seorang anak mendapatkan imunisasi lengkap terhadap
polio.

Polio dapat menyebar ketika makanan atau minuman terkontaminasi oleh feses. Ada juga bukti
bahwa lalat dapat secara pasif memindahkan virus polio dari feses ke makanan. Kebanyakan
orang yang terinfeksi virus polio tidak memiliki tanda-tanda penyakit dan tidak pernah sadar
bahwa mereka telah terinfeksi. Orang-orang tanpa gejala ini membawa virus dalam usus mereka
dan dapat menyebarkan infeksi ke ribuan orang lain.

Gejala
Penyakit ini utamanya mempengaruhi anak-anak berusia muda. Penyakit ini dapat menyebabkan
demam, sakit kepala, muntah, ketidaknyamanan pada perut, nyeri otot, leher dan punggung kaku,
dan kelumpuhan. Sebagian besar pasien akan sembuh, namun dalam kasus yang parah, dapat
mengakibatkan kelumpuhan permanen dan kematian.

Masa inkubasi virus polio biasanya memakan waktu 3-6 hari, dan kelumpuhan terjadi dalam
waktu 7-21 hari. Kebanyakan orang terinfeksi (90%) tidak memiliki gejala atau gejala yang
sangat ringan dan biasanya tidak dikenali. Pada kondisi lain, gejala awal yaitu demam, kelelahan,
sakit kepala, muntah, kekakuan di leher dan nyeri di tungkai.

Gejala awal ; nyeri tenggorok, rasa tdk enak di perut, demam ringan, lemas, nyeri kepala ringan.
Gejala klinis yg mengarah pada polio : demam, kelumpuhan akut. Kelumpuhan umumnya
bersifat lumpuh layuh (flaccid), terjadi pada tungkai bawah, asimetris, lemas tanpa gangguan
saraf perasa, otot dapat mengecil, refleks negatif dapat disertai nyeri kepala, muntah, kekakuan
leher dan punggung.

Pencegahan
Vaksinasi adalah cara yang paling efektif untuk mencegah penyakit ini. Ada dua jenis vaksin
polio: Vaksin Polio Oral (OPV) yang diberikan melalui mulut dan Vaksin Polio Inaktif (IPV)
yang diberikan melalui suntikan. Namun selain itu ada juga jenis vaksin Monovalent Oral Polio
Vaccines dan Bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV).
Vaksin polio Monovalent Oral Polio Vaccines; memberikan kekebalan hanya pada satu jenis dari
tiga serotipe, OPV, namun tidak memberikan perlindungan terhadap dua jenis lainnya. Bivalen
OPV hanya mengandung virus serotipe 1 dan 3 yang dilemahkan, dalam jumlah yang sama
seperti pada vaksin trivalen.

Oral Polio Vaccine (OPV) :


• Merangsang pembentukan antibodi humoral yg menghambat virus ke otak.
• Menstimulasi terbentuknya antibodi lokal di usus; yg menghambat penempelan virus
polio pada dinding usus.
• Dari virus hidup yg dilemahkan, berisiko Vaccine derived polio virus (VDPV)
Injection Polio Vaccine (IPV) :
• Merangsang pembentukan antibodi humoral dgn sangat baik.
• Juga dapat merangsang kekebalan intestinal.
• Dibuat berdasarkan virus yang dimatikan.
• Harga mahal.
Bagi anak anak, Imunisasi merupakan tindakan yang paling efektif dalam mencegah
penyakit polio. Vaksin polio yang diberikan berkali-kali dapat melindungi seorang anak
seumur hidup. Pencegahan penyakit polio dapat dilakukan dengan meningkatkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya pemberian imunisasi polio pada anak-anak.
Tidak ada obat untuk polio, yang ada hanya perawatan untuk meringankan gejala. terapi
fisik digunakan untuk merangsang otot dan obat antispasmodic diberikan untuk
mengendurkan otot otot dan meningkatkan mobilitas. Meskipun ini dapat meningkatkan
mobilitas, tapi tidak dapat mengobati kelumpuhan polio permanen.

WHO menyarankan agar sebelum berpergian ke wilayah yang terpengaruh polio (mis.
negara yang mengalami penularan aktif virus polio liar atau dalam bentuk vaksin
[VDPV]), orang yang berpergian dari negara bebas polio perlu memastikan bahwa
mereka telah melengkapi rangkaian vaksin polio yang sesuai dengan usianya, menurut
jadwal imunisasi negara asal masing-masing. Orang yang berpergian ke wilayah
terpengaruh polio yang belum menerima vaksin polio sebelumnya perlu melengkapi
jadwal primer vaksinasi polio sebelum berangkat.
Pencegahan lainnya :
• Menjaga kebersihan pribadi dan makanan dengan menerapkan PHBS (Pola hidup Bersih
dan Sehat).
• Selalu melakukan Cuci Tangan sebelum makan atau menangani makanan, dan setelah
menggunakan toilet.
• Menghindari ekspos terhadap makanan atau minuman yang mungkin terkontaminasi.

Anda mungkin juga menyukai