Anda di halaman 1dari 7

ESSAY

VIRUS POLIO

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

MIKROBIOLOGI

DOSEN PENGAMPU:

DEVINA YURISTINA

Di susun oleh:

KELOMPOK 2

DWI FAKHRUNNISA (2013201009)

DICKO SETIAWAN (2013201008)

IZZAH OKTARI DARLIANTI (2013201011)

KHAIRUL ARQOM (2013201012)

NUR EKI TASARI (2013201014)

NUR WAHYUNI SUSANTI (2013201015)

NURLINA (2013201016)

KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

BANGKINANG

2021/2022
A. PENGERTIAN POLIO

Virus Polio adalah Virus yang termasuk dalam golongan Human Enterovirus yang
bereplikasi di usus dan dikeluarkan melalui tinja. Virus Polio terdiri dari 3 strain yaitu
strain-1 (Brunhilde), strain-2 (Lansig), dan strain-3 (Leon), termasuk family
Picornaviridae. Penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan dengan kerusakan motor
neuron pada cornu anterior dari sumsum tulang belakang akibat infeksi virus.

Virus polio yang ditemukan dapat berupa virus polio vaksin/sabin,  Virus polio
liar/WPV (Wild Poliovirus) dan VDPV (Vaccine Derived Poliovirus). VDVP merupakan
virus polio vaksin/sabin yang mengalami mutasi dan dapat menyebabkan kelumpuhan.

VDPV diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu 1). Immunodeficient-related VDPV


(iVDPV) berasal dari pasien imunodefisiensi, 2). Circulating VDPV (cVDPV) ketika ada
bukti transmisi orang ke orang dalam masyarakat, dan 3). Ambiguous VDPV (aVDPV) 
apabila tidak dapat diklasifikasikan sebagai  cVDPV atau iVDPV. Penetapan jenis virus
yang dimaksud, ditentukan berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Identifikasi VDPV
berdasarkan tingkat perbedaan dari strain virus OPV. Virus polio dikategorikan sebagai
VDPV apabila terdapat perbedaan lebih dari 1%  (>10 perubahan nukleotida) untuk virus
polio tipe 1 dan 3, sedangkan untuk virus polio tipe 2 apabila ada perbedaan lebih dari 
0,6% (>6 perubahan nukleotida).

Polio dapat menyerang pada usia berapa pun, tetapi polio terutama menyerang anak-
anak di bawah usia lima tahun. Pada awal abad ke-20, polio adalah salah satu penyakit
yang paling ditakuti di negara-negara industri, melumpuhkan ratusan ribu anak setiap
tahun. Pada tahun 1950an dan 1960an polio telah terkendali dan praktis dihilangkan
sebagai masalah kesehatan masyarakat di negara-negara industry. Hal ini setelah
pengenalan vaksin yang efektif.

Pada 1988, sejak Prakarsa Pemberantasan Polio Global dimulai, lebih dari 2,5 miliar
anak telah diimunisasi polio. Sekarang masih terdapat 3 negara endemis yang
melaporkan penularan polio yaitu Afganistan, Pakistan dan Nigeria.

Pada Juni 2018, dilaporkan adanya kasus polio di negara tetangga Papua New
Guinea, sehingga diperlukan adanya peningkatan kewaspadaan dini terhadap masuknya
virus polio ke Indonesia.
B. GEJALA POLIO

Gejala dari penyakit polio ini dapat muncul bermacam-macam. Kendati 95 hingga
99% dari orang yang terinfeksi virus polio ini tidak memiliki gejala apapun. Namun,
perlu diketahui, meskipun pengidap polio tidak memiliki gejala, ia tetap dapat
menyebarkan virus ini kepada orang lain yang berada disekitarnya.

Gejala dari polio tipe non-paralisis adalah sebagai berikut:


 Demam.
 Nyeri menelan.
 Nyeri kepala.
 Muntah.
 Lemas.
 Meningitis.

Gejala dari polio tipe paralisis yaitu sebagai berikut:


 Gejala awal yang muncul dapat menyerupai polio tipe non-paralisis namun setelah
satu minggu, gejala lainnya akan mengikuti.
 Kehilangan refleks.
 Nyeri otot dan kram otot yang parah.
 Kaki menjadi terkulai.
 Paralisis yang terjadi tiba-tiba, hal ini dapat bersifat temporer maupun permanen.
 Kelainan ekstremitas bawah, terutama pada pinggul dan pergelangan kaki.

Sindroma paska polio

Polio sangat mungkin untuk muncul kembali meskipun seseorang telah dinyatakan
sembuh. Hal ini dapat terjadi 15 - 40 tahun setelah  seseorang pertama kali terinfeksi.
Gejala yang sangat umum terjadi antara lain adalah:

 Kelemahan pada otot dan sendi.


 Nyeri otot yang terus memburuk.
 Menjadi mudah lelah dan lesu.
 Berkurangnya massa otot.
 Kesulitan dalam menelan dan bernapas.
 Sleep-apnea, gangguan bernapas pada saat tidur.
 Rendahnya toleransi terhadap coach dinging.
 Depresi.
 Masalah dalam konsentrasi dan daya ingat.

C. PENYEBAB DAN FAKTOR RISIKO POLIO


Virus polio menyebar melalui kontak dengan feses yang terinfeksi. Barang-barang
yang dekat dengan feses yang terinfeksi juga dapat menjadi pusat penyebaran dari virus.
Tidak jarang pula virus ini ditularkan dari pengidap ke orang sekitar melalui bersin
maupun batuk.

Orang-orang yang memiliki risiko tinggi terkena penyakit ini adalah:

 Orang yang tinggal di daerah terpentin dengan sulitnya akses air mengalir yang
bersih terutama untuk MCK.
 Ibu hamil dengan HIV positif.
 Anak-anak yang tidak divaksinasi.

Bagi orang-orang yang tidak pernah divaksinasi, risiko tertular penyakit ini akan
semakin tinggi, bila:

 Bepergian ke daerah yang baru saja terjadi wabah polio.


 Tinggal atau merawat pengidap polio.
 Bekerja dengan spesimen virus.
 Sudah menjalani operasi tonsilektomi.

D. CARA TRANSMISI (PENULARAN)


Polio menyebar melalui kontak orang ke orang. Ketika seorang anak terinfeksi virus
polio liar, virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan berkembang biak di usus. Ini
kemudian dibuang ke lingkungan melalui faeces di mana ia dapat menyebar dengan
cepat melalui komunitas, terutama dalam situasi kebersihan dan sanitasi yang buruk.
Virus tidak akan rentan menginfeksi dan mati bila seorang anak mendapatkan imunisasi
lengkap terhadap polio. Polio dapat menyebar ketika makanan atau minuman
terkontaminasi oleh feses. Ada juga bukti bahwa lalat dapat secara pasif memindahkan
virus polio dari feses ke makanan. Kebanyakan orang yang terinfeksi virus polio tidak
memiliki tanda-tanda penyakit dan tidak pernah sadar bahwa mereka telah terinfeksi.
Orang-orang tanpa gejala ini membawa virus dalam usus mereka dan dapat “diam-diam”
menyebarkan infeksi ke ribuan orang lain.

E. DIAGNOSIS POLIO
Diagnosis dari polio sendiri ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan dapat dibantu dengan pemeriksaan penunjang. Dalam anamnesis, dokter akan
mencari gejala-gejala yang muncul, kemudian melalui pemeriksaan fisik dokter akan
mencari tanda-tanda penyakit seperti adanya kaku kuduk, dan kelainan pada refleks.
Pemeriksaan penunjang melalui pemeriksaan swab tenggorok, pemeriksaan feses
dan analisis cairan sistem taraf pusat juga dapat dilakukan untuk mencari keberadaan dari
virus polio.

F. PENGOBATAN POLIO
Dokter akan menganjurkan pasien untuk memperbanyak istirahat dan
memperbanyak konsumsi cairan untuk meredakan gejala yang muncul. Pengobatan
bertujuan untuk meredakan gejala, mempercepat proses penyembuhan, dan mencegah
komplikasi. Obat-obatan yang umumnya digunakan adalah:
 Obat pereda nyeri
Obat ini digunakan untuk meredakan nyeri, sakit kepala, dan demam. Contoh
obat ini adalah ibuprofen.
 Obat antibiotik
Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi bakteri yang bisa menyertai
polio, misalnya infeksi saluran kemih. Contoh antibiotik yang bisa diberikan
adalah ceftriaxone.
 Obat pelemas otot (antispasmodik)
Obat ini digunakan untuk meredakan ketegangan pada otot. Contoh obat ini
adalah tolterodine dan scopolamine. Selain pemberian obat, kompres hangat juga
dapat digunakan untuk meredakan ketegangan otot.

Dokter akan memasang alat bantu pernapasan pada pasien jika polio menyebabkan
gangguan pernapasan. Terkadang, operasi juga akan dilakukan untuk memperbaiki
kelainan bentuk lengan atau tungkai.
Sebenarnya, hingga kini belum ada pengobatan yang efektif untuk menangani polio.
Untuk mencegah hilangnya fungsi otot lebih lanjut, penderita perlu menjalani fisioterapi.

G. KOMPLIKASI POLIO
Polio paralisis dapat menyebabkan sejumlah komplikasi, seperti:
 Kecacatan.
 Kelainan bentuk tungkai dan pinggul.
 Kelumpuhan, baik sementara atau permanen.

Dalam kondisi ini, alat bantu berjalan diperlukan untuk membantu penderita
beraktivitas sehari-hari. Pada kondisi yang lebih serius, virus polio yang menyerang otot
saluran pernapasan dapat mengakibatkan kelumpuhan otot pernapasan hingga
menyebabkan kematian.
Selain itu, gejala polio berulang dapat dialami oleh orang yang pernah terkena polio.
Kondisi ini dikenal sebagai sindrom pascapolio. Gejala sindrom pascapolio baru muncul
30 tahun atau lebih sejak penderita terinfeksi pertama kali.

Gejala sindrom pascapolio meliputi:


 Sulit bernapas dan menelan
 Ingatan terganggu
 Gangguan tidur
 Depresi
 Otot dan sendi makin lemah dan terasa sakit

H. Pencegahan Polio
Pencegahan polio dapat dilakukan dengan melakukan imunisasi polio. Vaksin polio
mampu memberikan kekebalan terhadap penyakit polio dan aman diberikan kepada
orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Ada dua bentuk vaksin polio, yaitu
suntik (IPV) dan obat tetes mulut (OPV).
Polio dalam bentuk obat tetes mulut (OPV-0) diberikan kepada bayi sesaat setelah
lahir. Selanjutnya, vaksin polio akan diberikan sebanyak empat dosis, baik dalam bentuk
suntik (IPV) atau obat tetes mulut (OPV). Berikut adalah jadwal pemberian keempat
dosis vaksin polio tersebut:
 Dosis pertama (polio-1) diberikan saat usia 2 bulan.
 Dosis kedua (polio-2) diberikan saat usia 3 bulan.
 Dosis ketiga (polio-3) diberikan saat usia 4 bulan.
 Dosis terakhir diberikan saat usia 18 bulan, sebagai dosis penguat.

Dalam tiga dosis pertama (polio-1 hingga polio-3), seorang bayi setidaknya harus
mendapat satu dosis vaksin polio dalam bentuk suntik (IPV).
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya imunisasi polio,
pemerintah menyelenggarakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio di seluruh wilayah
Indonesia. Melalui kegiatan ini, semua bayi dan anak balita (usia 0-59 bulan) akan
diberikan vaksinasi polio tambahan tanpa mempertimbangkan apakah imunisasinya
sudah lengkap atau belum.
Vaksin polio juga diberikan kepada orang dewasa yang belum pernah melakukan
vaksinasi polio. Vaksin polio untuk dewasa diberikan dalam bentuk suntik (IPV) yang
terbagi menjadi tiga dosis. Berikut adalah pembagian dosisnya:
 Dosis pertama dapat diberikan kapan saja.
 Dosis kedua diberikan dengan jeda waktu 1-2 bulan.
 Dosis ketiga diberikan dengan jeda waktu 6-12 bulan setelah dosis kedua.

Orang dewasa yang akan bepergian ke negara dengan kasus polio aktif juga
dianjurkan untuk melakukan vaksinasi polio. Hal ini dilakukan sebagai bentuk
pencegahan ketika berinteraksi dengan penderita atau orang yang diduga menderita
polio.
Efek samping yang dapat terjadi setelah pemberian suntikan polio adalah rasa nyeri
dan kemerahan pada area suntikan. Beberapa orang mungkin mengalami alergi setelah
vaksinasi, dengan gejala berupa:
 Demam
 Pusing
 Tubuh terasa lemas
 Muncul ruam
 Jantung berdebar
 Sesak napas

Anda mungkin juga menyukai