Anda di halaman 1dari 19

BA B I

PE N D A HU LU A N
A . L at ar B el ak an g
Virus poliomielitis dapat melumpuhkan bahkan membunuh. Virus ini
menular melalui air dan kotoran manusia. Sifatnya sangat menular dan selalu
menyerang anak balita. Dua puluh tahun silam, poliomielitis melumpuhkan
1.000 anak tiap harinya di seluruh penjuru dunia. Tapi pada 1988 muncul
Gerakan Pemberantasan Polio Global. Lalu pada 2004, hanya 1.266 kasus
polio yang dilaporkan muncul di seluruh dunia. Umumnya kasus tersebut
hanya terjadi di enam Negara. Kurang dari setahun ini, anggapan dunia bebas
polio sudah berakhir.
Pada awal Maret tahun 2005, Indonesia muncul kasus poliomielitis
pertama selama satu dasa warsa. Artinya, reputasi sebagai negeri bebas polio
yang disandang selama 10 tahun pun hilang ketika seorang anak berusia 20
bulan di Jawa Barat terjangkit penyakit ini. (Lebih lanjut baca "Polio: cerita
dari Jawa Barat). Menurut analisa, virus tersebut dibawa dari sebelah utara
Nigeria. Sejak itu polio menyebar ke beberapa daerah di Indonesia dan
menyerang

anak-anak

yang

tidak

diimunisasi.

Poliomielitis

bisa

mengakibatkan kelumpuhan dan kematian. Virusnya cenderung menyebar dan


menular dengan cepat apalagi di tempat-tempat yang kebersihannya buruk.
Indonesia sekarang mewakili satu per lima dari seluruh penderita polio
secara global tahun ini. Kalau tidak dihentikan segera, virus ini akan segera
tersebar ke seluruh pelosok negeri dan bahkan ke negara-negara tetangga
terutama daerah yang angka cakupan imunisasinya masih rendah.
Indonesia merupakan Negara ke-16 yang dijangkiti kembali virus tersebut.
Banyak pihak khawatir tingginya kasus poliomielitis di Indonesia akan
menjadikan Indonesia menjadi pengekspor virus ke Negara-negara lain,
khususnya di Asia Timur. Wabah poliomielitis yang baru saja terjadi di
1

Indonesia dapat dipandang sebagai sebuah krisis kesehatan dengan implikasi


global.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari poliomielitis?
2. Apa saja klasifikasi yang terdapat pada poliomielitis?
3. Apa saja etiologi pada poliomielitis?
4. Bagaimana patofisiologi pada poliomielitis?
5. Bagaimana manifestasi klinis pada poliomielitis?
6. Bagaimana pemeriksaan fisik pada poliomielitis?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang pada poliomielitis?
8. Bagaimana penatalaksanaan pada poliomielitis?
9. Bagaimana pencegahan agar tidak terkena Poliomielitis?
10. Vaksin apa saja yang digunakan dalam mencegah penyakit poliomielitis?
11. Apa saja komplikasi yang terjadi pada poliomielistis?
12. Bagaimana asuhan keperawatan pada poliomielitis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari poliomielitis.
2. Untuk mengetahui klasifikasi yang terdapat pada poliomielitis.
3. Untuk mengetahui etiologi pada poliomielitis.
4. Untuk mengetahui patofisiologi pada poliomielitis.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada poliomielitis.
6. Untuk mengatahui pemeriksaan fisik pada poliomielitis.
7. Untuk mengatahui pemeriksaan penunjang pada poliomielitis.
8. Untuk mengatahui penatalaksanaan pada poliomielitis.
9. Untuk mengatahui pencegahan agar tidak terkena poliomielitis.
10. Untuk mengetahui vaksin yang digunakan dalam mencegah penyakit
poliomielitis.
11. Untuk mengatahui komplikasi yang terjadi pada poliomielistis.
12. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada poliomielitis.
1 3.

BA B I I
P EM BA HA S A N
A. Pengertian Poliomielitis
Poliomielitis merupakan penyakit virus dengan penularan cepat dan
mengenai sel anterior masa kelabu medulla spinalis dan inti motorik batang otak
dan akibat kerusakkan tersebut terjadi kelumpuhan dan atrofi otot. Terdapat
banyak terminologi untuk poliomyelitis, antara lain: Poliomielitis Anterior Akuta,
Infantile Paralysis, Penyakit Heine dan Medin.
Penyakit ini terdapat di seluruh dunia dengan beraneka ragam gambaran
epidemiologis dan klinis. Dan telah diketahui sejak akhir abad XVIII. Di
Indonesia penyakit ini sering dihubungkan dengan akibat salah suntik.
Poliomielitis terutama menyerang pada anak di bawah 5 tahun.
Pencegahan penyakit ini sangat penting, oleh karena belum ada obat yang efektif
terhadap penyakit ini. Namun, akhir-akhir ini dengan begitu agresifnya program
vaksinasi di seluruh dunia, tampak bahwa insiden penyakit ini sudah menurun
dengan sangat drastic, bahkan 10 tahun terkhir ini sangat jarang dijumpai
terutama di Indonesia.
B. Klasifikasi Poliomielitis
Poliomielitis terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
1. Poliomielitis asimtomatis : setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak
terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak
terdapat gejala klinik sama sekali.
2. Poliomielitis abortif : timbul mendadak langsung beberapa jam
sampai beberapa hari. Gejala berupa infeksi virus seperti malaise,
anoreksia, nausea, mu nt a h, n ye r i k ep a la , n ye ri t en gg or ok an ,
k ons t ip as i d an n ye r i a bd o me n.

3. Poliomielitis non paralitik : gejala klinik hampir sama dengan


poliomyelitis abortif, hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat.
Gejala ini timbul 1- 2 h ar i ka da ng - ka da ng d i ik ut i p en ye mb u ha n
s e men t ar a un tu k ke mud i an remisi demam atau masuk kedalam
fase ke-2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan
hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion
spinal dan kolumna posterior.
4. P ol io mi el i t is p ar al i t ik : g ej a l a s a ma p ad a po li o m ye l i t i s no n
p ar a li t i k disertai kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet
atau cranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan paralysis fesika
urinaria dan antonia usus.
Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain :
1. Bentuk spinal. Gejala kelemahan / paralysis atau paresis otot
leher,abdomen, tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas.
2. Bentuk bulbar. Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak
denganatau tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi.
3. Bentuk bulbospinal. Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan
bentuk bulbar.kadang ensepalitik dapat disertai gejala delirium, kesadaran
menurun, tremor dan kadang kejang.
Terjadinya wabah polio biasanya akibat:
a.
b.
c.
d.

Sanitasi yang jelek


Padatnya jumlah penduduk
Tingginya pencemaran lingkungan oleh tinja
Pengadaan air ber`sih yang kurang

Penularan dapat melalui:


a. Inhalasi
b. Makanan dan Minuman
c. Bermacam serangga seperti lipas dan lalat
Penyebaran dipercepat bila ada wabah atau pada saat yang bersamaan
dilakukan pula tindakan bedah seperti tonsilektomi, ekstraksi gigi dan
penyuntikan. Walaupun penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang harus
4

segera dilaporkan. Namun data epidemiologi yang sukar didapat. Dalam salah
satu symposium imunisasi dijakarta (1979) dilaporkan bahwa:
1. Jumlah anak berumur 0-4 tahun yang tripel negative makin bertambah (10%)
2. Insiden polio berkisar 3,5-8/100.000 penduduk
3. Paralytic rate pada golongan 0-14 tahun dan setiap tahun bertambah dengan
9.000 kasus. Namun, 10 tahun terakhir terjadi penurunan drastic penyakit ini
akibat gencarnya program imunisasi diseluruh dunia maupun Indonesia.
Mortalitas tinggi terutama pada poliomyelitis tipe paralitik, disebabkan
oleh komplikasi berupa kegagalan nafas ,sedangkan untuk tipe ringan tidak
dilaporkan adanya kematian. Walaupun kebanyakan poliomyelitis tidak
jelas/inapparent (90-95%) hanya 5-10% yang memberikan gejala poliomyelitis
C. Etiologi Poliomielitis
Penyebab polio adalah virus polio.Virus polio merupakan RNA virus dan
termasuk famili Picornavirus dari genus Enterovirus. Virus polio adalah virus
kecil dengan diameter 20-32 nm, berbentuk spheris dengan struktur utamanya
RNA yang terdiri dari 7.433 nukleotida, tahan pada pH 3-10, sehingga dapat tahan
terhadap asam lambung dan empedu. Virus tidak akan rusak dalam beberapa hari
pada temperatur 20 80 C, tahan terhadap gliserol, eter, fenol 1% dan bermacammacam detergen, tetapi mati pada suhu 500 550 C selama 30 menit, bahan
oksidator, formalin, klorin dan sinar ultraviolet. Selain itu, penyakit ini mudah
berjangkit di lingkungan dengan sanitasi yang buruk, melalui peralatan makan,
bahkan melalui ludah.
Secara serologi virus polio dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Tipe I Brunhilde
2. Tipe II Lansing dan
3. Tipe III Leoninya
Tipe I yang paling sering menimbulkan epidemi yang luas dan ganas, tipe
II kadang-kadang menyebabkan wajah yang sporadic sedang tipe III

menyebabkan epidemic ringan. Di Negara tropis dan sub tropis kebanyakkan


disebabkan oleh tipe II dan III dan virus ini tidak menimbulkan imunitas silang.
Penularan virus terjadi melalui :
1. Secara langsung dari orang ke orang
2. Melalui tinja penderita
3. Melalui percikan ludah penderita
Virus masuk melalui mulut dan hidung, berkembang biak didalam
tenggorokan dan saluran pencernaan, lalu diserap dan disebarkan melalui system
pembuluh darah dan getah bening
Resiko terjadinya Poliomelitis:
1.
2.
3.
4.

Belum mendapatkan imunisasi


Berpergian kedaerah yang masih sering ditemukan polio
Usia sangat muda dan usia lanjut
Stres atay kelehahan fisik yang luar biasa (karena stress emosi dan fisik dapat
melemahkan system kekebalan tubuh).

D. Pathofisiologi
Virus polio masuk melalui mulut dan hidung, berkembang biak di dalam
tenggorokkan dan saluran pencernaan,diserap dan di sebarkan melalui sistem
pembuluh darah dan getah bening. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan dan
mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang
kelumpuhan (paralisis).
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunanan syaraf tertentu.tidak
semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan
sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah
timbul gejala. Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis ialah: medula spinalis
terutama kornu anterior, batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf
cranial serta formasio retikularis yang mengandung pusat vital, sereblum terutama
inti-inti vermis, otak tengah midbrain terutama masa kelabu substansi nigra
dan kadang-kadang nucleus rubra.

E. Manifestasi Klinis
Poliomielitis terbagi menjadi empat bagian yaitu:
1. Poliomielitis asimtomatis
Gejala klinis : setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena
daya tahan tubuh cukup baik,maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.
2. Poliomielitis abortif
Gejala klinisnya berupa panas dan jarang melibihi 39,5 0C, sakit tenggorokkan,
sakit kepala, mual, muntah, malaise, dan faring terlihat hiperemi. Dan gejala
ini berlangsung beberapa hari.
3. Poliomielitis non paralitik
Gejala klinis: hampir sama dengan poliomyelitis abortif,gejala ini timbul
beberapa hari kadang-kadang diikuti masa penyembuhan sementara untuk
kemudian masuk dalam fase kedua dengan demam, nyeri otot. Khas dari
bentuk ini adalah adanya nyeri dan kaku otot belakang leher, tulang tubuh dan
anggota gerak. Dan gejala ini berlangsung dari 2-10 hari.
4. Poliomyelitis paralitik
Gejala klinisnya sama seperti poliomyelitis non paralitik.Awalnya berupa
gejala abortif diikuti dengan membaiknya keadaan selama 1-7 hari. Kemudian
disusun dengan timbulnya gejala lebih berat disertai dengan tanda-tanda
gangguan saraf yang terjadi pada ekstremitas inferior yang terdapat pada
femoris, tibialis anterior, peronius. Sedangkan pada ekstermitas atas biasanya
pada biseps dan triseps.
Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain :
a. Bentuk spinal, dapat mengenai otot leher, toraks abdomen, diafragma,
dan ekstremitasan.
b. Bentuk bulbar, dapat mengenai satu atau lebih saraf cranial, gangguan
pusat pernafasan, termoregulator, dan sirkulasi.

c. Bentuk

bulbospinal

yang

merupakan

gejala

campuran

antara

bentukspinal dan bentuk bulbur.dan gejalanya berupa : kadang ensepalitik,


di sertai dengan delirium, kesadaran menurun, tremor dan kejang.
F. Pemerikasaan Fisik
Tanda-tanda vital di nilai pada infeksi virus polio. Gejala dapat bervariasi
dari infeksi yang tidak jelas sampai paralisis.
1. Pemeriksaan neurologis
a. Kelemahan otot
Otot-otot tubuh terserang paling akhir.
Sensorik biasanya normal.
Reflek tendon dalam biasanya mulai terlihat 3-5 minggu setelah
paralisis, dan menjadi lengkap dalam waktu 12-15 minggu serta
bersifat permanen.
Gangguan fungsi otonom sesaat, biasanya ditandai denganretensi urin.
b. Tanda-tanda rangsang mingineal:
Gangguan saraf kranial (poliomielitis bulbar). Dapat mengenai saraf
kranial IX dan X atau III. Bila mengenai retikularis di batang otak
maka terdapat ganguan bernafas, menelan, dan sestem kardiovaskuler.
G. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium)
1. Pemeriksaan darah biasanya dalam batas normal. Laju endap darah
meningkatkan sedikit, lekopenia/lekositosis ringan terjadi pada stadium dini.
2. Cairan serebrospinalis. Biasanya tekanan serebrospinalis nermal, cairan liquor
jernih: pleositosis antara 15-500 sel/mm3, dengan sel limposit yang
predominan tetapi pada stadium awal sel PMN lebih dominan. Kadar protein
normal pada minggu ke-1, meningkat pada minggu ke-2 dan ke-3. Kadar
glukosa dan klorida dalam batas normal.
3. Isolasi virus polio
a. Dapat diperoleh dari asupan tenggorak satu minggu sebelum dan sesudah
paralisis

b. Dari tinja pada minggu 2-6 minggu bahkan sampai 12 minggu setelah
gejala klinis
4. Pemeriksaan imunoglobulin mempunyai nilai diagnostik, bila terjadi kenaikan
titer antibodi 4x dari imunoglobulin G (IgG) atau imunoglobulin M (IgM)
yang positip.
H. Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan yang spesifik. Diberikan obat simtomatis dan
suportif. Istirahat total jangan dilakukan terlalu lama, apabila keadaan berat sudah
reda. Istirahat sangat penting di fase akut, karena terdapat hubungan antara
banyaknya keaktifan tubuh dengan berat nya penyakit.
1. Poliomielitis Abortif
a. Cukup diberikan analgetika dan sedatifa, untuk mengurangi mialgia atau
nyeri kepala.
b. Diet yang adekuat
c. Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari, sebaiknya aktivitas
yang berlebihan dicegah selama 2 bulan, dan 2 bulan kemudian diperiksa
sistem neuroskeletal secara teliti untuk mengetahui adanya kelainan.
2. Poliomielitis Nonparalitik
a. Sama seperti tipe abortif, Pemberian analgetik sangat efektif
b. Selain diberi analgetika dan sedatifsangat efektif. Bila diberikan
bersamaan dengan kompres hangat selama 15 30 menit, setiap 2 4 jam,
dan kadang kadang mandi air panas juga membantu
3. Poliomielitis Paralitik
a. Membutuhkan perawatan di rumah sakit.
b. Istirahat total minimal 7 hari atau sedikitnya sampai fase akut dilampaui.
c. Selama fase akut kebersihan mulut dijaga.
d. Perubahan posisi penderita dilakukan dengan penyangga persendian tanpa
menyentuh otot dan hindari gerakan menekuk punggung.
e. Fisioterapi, dilakukan sedini mungkin sesudah fase akut, mulai dengan
latihan pasif dengan maksud untuk mencegah terjadinya deformitas.
f. Akupunktur dilakukan sedini mungkin.
g. Interferon diberikan sedinini mungkin, untuk mencegah terjadinya
paralitik progresif.
9

4. Poliomielitis bentuk bulbar


a. Perawatan khusus terhadap paralisis palatum, seperti pemberian makanan
dalam bentuk padat atau semisolid.
b. Selama fase akut dan berat, dilakukan drainase postural dengan posisi kaki
lebih tinggi (20- 25), Muka pada satu posisi untuk mencegah terjadinya
aspirasi, pengisapan lendir dilakukan secara teratur dan hati hati, kalau
perlu trakeostomi.
I. Pencegahan
1. Jangan masuk ke daerah wabah.
2. Di daerah wabah sebaiknya dihindari faktor faktor predisposisi seperti
tonsilektomi, suntik, dan lain lain.
3. Mengurangi aktifitas jasmani yang berlebihan.
4. Imunisasi aktif
Imunisasi polio yang harus diberikan sesuai rekomendasi WHO adalah
sejak lahir sebanyak 4 kali dengan interval 6-8 minggu. Kemudian, diulang
usia 1,5 tahun, dan 15 tahun. Upaya ketiga adalah survailance accute flaccid
paralysis atau penemuan penderita yang dicurigai lumpuh layuh pada usia di
bawah 15 tahun. Mereka harus diperiksa tinjanya untuk memastikan karena
polio atau bukan. Tindakan lain adalah melakukan mopping-up. Yakni,
pemberian vaksinasi massal di daerah yang ditemukan penderita polio
terhadap anak usia di bawah lima tahun tanpa melihat status imunisasi polio
sebelumnya.
J. Imunisasi Aktif
Terdapat 2 macam Vaksin yang digunakan dalam mencegah penyakit
poliomyelitis:
1. Inactivated Virus Vaccine (Salk)
Diberikan secara suntikan
2. Live Attenuated Virus Vaccine (Sabin)
Diberikan secara oral
10

Inactivated Virus Vaccine (IPV)


Merupakan vaksin Polio pertama yang dipasarkan sekitar tahun 1950 an.
Pada mulanya dibuat bentuk nonen hanced IPV dengan imunogenisitas kurang
pada mukosa usus dan harus diberikan dengan cara parenteral, namun akhir
akhir ini dibuat bentuk Enhanced IPV dan terbukti bahwa bentuk ini tingkat
imunogenisitasnya sama dengan vaksin polio oral (OPV). Vaksinasi dasar dimulai
pada usia 2 3 bulan, diberikan 3 kali dengan interval 4 6 minggu .diberikan
pada umur prasekolah.Suntikan ulangan diberikan pada umur prasekolah.
K. Komplikasi
Adapun komplikasi dari Poliomyelitis diantaranya :
1. Hiperkalsuria
Yaitu terjadinya dekalsifikasi (kehilangan zat kapur dari tulang atau gigi)
akibat penderita tidak dapat bergerak.
2. Melena
Yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan tinja yang berwarna hitam ataupun
muntah yang berwarna kehitaman karena darah dari saluran cerna yang
menjadi hitam dibawah pengaruh asam klorida lambung dan akibat terjadinya
emosi pada permukaan lambung dapat tunggal atau multiple.
3. Pelebaran lambung akut
Keadaan ini terjadi pada masa akut atau konvalesen (dalam keadaan
pemulihan kesehatan/stadium menuju ke kesembuhan setelah serangan
penyakit/masa penyembuhan) disebabkan gangguan pernafasan.
4. Hipertensi ringan
Keadaan ini terjadi selama fase akibat gangguan pusat vasoregulator
5. Pneumonia
Disebabkan oleh terganggunya refleks batuk dan menurunnya gerakan
pernafasan.
6. Ulkus dekubitus dan emboli paru
11

Dapat terjadi akibat tirah baring yang lama ditempat tidur, sehingga terjadi
pembusukan pada daerah yang tidak ada pergerakan (atrofi otot) sehingga
terjadi kematian sel dan jaringan.
7. Psikosis

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas.
2. Pemeriksaan fisik :
a. Nyeri kepala
b. Paralisis
c. Refleks tendon berkurang
d. Kaku kuduk
e. Brudzinky
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah
2. Hipertermi b/d proses infeksi
3. Resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan nafas b/d
paralysis otot
4. Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf
5. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis
6. Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.

12

C. Intervensi
1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah.
Intervensi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Kaji pola makan anak.


Berikan makanan secara adekuat.
Berikan nutrisi kalori, protein, vitamin dan mineral.
Timbang berat badan.
Berikan makanan kesukaan anak.
Berikan makanan tapi sering.

Rasional:
a. Mengetahui intake dan output anak.
b. Untuk mencakupi masukan sehingga output dan intake seimbang.
c. Mencukupi kebutuhan nutrisi dengan seimbang.
d. Mengetahui perkembangan anak.
e. Menambah masukan dan merangsang anak untuk makan lebih banyak.
f. Mempermudah proses pencernaan.
2. Hipertermi b/d proses infeksi.
Intervensi:
a.
b.
c.
d.

Pantau suhu tubuh.


Jangan pernah menggunakan usapan alcohol saat mandi/kompres.
Hindari mengigil.
Kompres mandi hangat durasi 20-30 menit.

Rasional:
a. Untuk mencegah kedinginan tubuh yang berlebih.
b. Dapat menyebabkan efek neurotoksi.
c. Mengurangi penguapan tubuh.
d. Dapat membantu mengurangi demam.
3. Resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan nafas b/d
paralysis otot.
Intervensi:
a. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman.
b. Auskultasi bunyi nafas.
c. Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk tinggi atau
semi fowler.
d. Berikan tambahan oksigen.
Rasional:

13

a. Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi dapat mencegah komplikasi.


b. Mengetahui adanya bunyi tambahan.
c. Merangsang fungsi pernafasan atau ekspansi paru.
d. Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru.
4. Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf.
Intervensi:
a. Lakukan strategi non farmakologis untuk membantu anak mengatasi nyeri.
b. Libatkan orang tua dalam memilih strategi.
c. Ajarkan anak untuk menggunakan strategi non farmakologis khusus
sebelum nyeri.
d. Minta orang tua membantu anak dengan menggunakan srtategi selama
nyeri.
e. Berikan analgesic sesuai indikasi.
Rasional:
a. Teknik-teknik seperti relaksasi, pernafasan berirama, dan distraksi dapat
membuat nyeri dan dapat lebih di toleransi.
b. Karena orang tua adalah yang lebih mengetahui anak.
c. Pendekatan ini tampak paling efektif pada nyeri ringan.
d. Latihan ini mungkin diperlukan untuk membantu anak berfokus pada
tindakan yang diperlukan.
e. Mengurangi nyeri.
5. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis.
Intervensi:
a. Tentukan aktivitas atau keadaan fisik anak.
b. Catat dan terima keadaan kelemahan (kelelahan yang ada).
c. Indetifikasi factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk aktif
seperti pemasukan makanan yang tidak adekuat.
d. Evaluasi kemampuan untuk melakukan mobilisasi secara aman.
Rasional:
a. Memberikan informasi untuk mengembangkan rencana perawatan bagi
program rehabilitasi.
b. Kelelahan yang dialami dapat mengindikasikan keadaan anak.
c. Memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah
mempertahankan atau meningkatkan mobilitas.

14

untuk

d. Latihan berjalan dapat meningkatkan keamanan dan efektifan anak untuk


berjalan.
6. Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.
Intervensi:
a. Kaji tingkat realita bahaya bagi anak dan keluarga tingkat ansietas
(mis.renda, sedang, parah).
b. Nyatakan retalita dan situasi seperti apa yang dilihat keluarga tanpa
menayakan apa yang dipercaya.
c. Sediakan informasi yang akurat sesuai kebutuhan jika diminta oleh
keluarga.
d. Hindari harapan harapan kosong mis ; pertanyaan seperti semua akan
berjalan lancar.
Rasional:
a. Respon keluarga bervariasi tergantung pada pola kultural yang dipelajari.
b. Pasien mungkin perlu menolak realita sampai siap menghadapinya.
c. Informasi yang menimbulkan ansietas dapat diberikan dalam jumlah yang
dapat dibatasi setelah periode yang diperpanjang.
d. Harapanharapan palsu akan diintervesikan

sebagai

kurangnya

pemahaman atau kejujuran.


D. Implementasi
1. Memantau pola makan anak untuk mengetahui intake dan output anak.
2. Memberikan makanan secara adekuat Untuk mencakupi masukan sehingga
output dan intake seimbang.
3. Berikan nutrisi kalori, protein, vitamin dan mineral.
4. Menimbang berat badan mengetahui perkembangan anak.
5. Memberikan makanan kesukaan anak menambah masukan dan merangsang
anak untuk makan lebih banyak.
6. Memberikan makanan tapi sering mempermudah proses pencernaan.
E. Evaluasi
Masalah dikatakan teratasi apabila kebutuhan nutrisi dari kebutuhan dapat
terpenuhi dengan baik atau terkontrol.

15

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Poliomielitis merupakan penyakit virus dengan penularan cepat dan
mengenai sel anterior masa kelabu medulla spinalis dan inti motorik batang otak
dan akibat kerusakkan tersebut terjadi kelumpuhan dan atrofi otot.
Poliomielitis terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:

16

1. Poliomielitis asimtomatis : setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak


terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak
terdapat gejala klinik sama sekali.
2. Poliomielitis abortif : timbul mendadak langsung beberapa jam
sampai beberapa hari. Gejala berupa infeksi virus seperti malaise,
anoreksia, nausea, mu nt a h, n ye r i k ep a la , n ye ri t en gg or ok an ,
k ons t ip as i d an n ye r i a bd o me n.
3. Poliomielitis non paralitik : gejala klinik hampir sama dengan
poliomyelitis abortif, hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat.
Gejala ini timbul 1- 2 h ar i ka da ng - ka da ng d i ik ut i p en ye mb u ha n
s e men t ar a un tu k ke mud i an remisi demam atau masuk kedalam
fase ke-2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan
hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion
spinal dan kolumna posterior.
4. P ol io mi el i t is p ar al i t ik : g ej a l a s a ma p ad a po li o m ye l i t i s no n
p ar a li t i k disertai kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet
atau cranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan paralysis fesika
urinaria dan antonia usus.

B. SARAN
Saran yang dapat kami berikan kepada masyarakat agar terhindar dari
penginfeksian penyakit poliomeilitis yang disebabkan oleh virus yang disebut
dengan poliovirus ini adalah:
1. Jagalah sanitasi lingkungan anda, sanitasi lingkungan merupakan hal yang
sepele namun sangat penting. Apabila sanitasi lingkungan kita tidak dijaga,
maka dapat menimbulkan berbagai macam penyakit tidak hanya penyakit
poliomielitis.

17

2. Jagalah makanan ataupun minuman yang akan dikonsumsi karena hal ini
sangat penting dimana makanan atau minuman menjadi tempat perantara
penyebaran penyakit poliomielitis.
3. Untuk pencegahannya yaitu diberikan vaksin polio idealnya pada anak-anak
agar dapat diantisipasi penyakit poliomielitis ini.

DAFTAR PUSTAKA
http://askeppoliomylitisprishilla.blogspot.co.id/2011/12/askep-poliomyelitis.html
diakses pada tanggal 21 September 2016 pukul 16.05 WIB
http://bkp2011.blogspot.co.id/2011/03/asuhan-keperawatan-pada-pasien.html diakses
pada tanggal 21 September 2016 pukul 15.20 WIB
https://defkanurse.wordpress.com/2010/08/05/asuhan-keperawatan-poliomilitis/
diakses pada tanggal 21 September 2016 pukul 15.30 WIB

18

http://kurniakhairunisa030493.blogspot.co.id/2012/11/poliomielitis.html diakses pada


tanggal 21 September 2016 pukul 15.55 WIB

19

Anda mungkin juga menyukai