DI SUSUN OLEH:
LJ GROBOGAN
A. Latar Belakang
A. Epidemiologi
Kasus AFP adalah semua anak berusia dibawah 15 tahun dengan kelumpuhan yang bersifat
flaccid (layu), terjadi secara akut (mendadak)bukan disebabkan oleh ruda paksa dengan penyebab
terbesar adalah virus polio.
Yang dimaksud kelumpuhan secara akut adalah perkembangan kelumpuhan yang
berlangsung cepat (rapid progressive) antara 1-14 hari sejak terjadinya gejala awal (rasa nyeri,
kesemutan, rasa tebal/kebas) sampai kelumpuhan maksimal.
Yang dimaksud kelumpuhan flaccid adalah kelumpuhan bersifat lunglai, lemas atau layu
bukan kaku, atau terjadi penurunan tonus otot. Semua penderita berusia 15 tahun atau lebih yang
diduga kuat sebagai kasus Poliomyelitis oleh dokter, dilakukan tata laksana seperti kasus AFP.
Infeksi virus polio secaratipikalmemilikipolamusiman di daerahberiklim sub-tropis, yang
mencapaipuncaknyadalambulan-bulanmusimpanas.Wabahmusiman polio yang terjadipadaawalabad
ke-19 di EropadanAmerikaSerikatdapatmenyerangusialanjut yang
meningkatkanmorbiditasdanjumlahkematianakibat polio. Kasusmusimaninitidakditemukan di
Negaraberiklimtropis.Kematianakibatpoliomyelitismeningkatpadajenis polio bulbar ataubulbospinal.
Dari data WHO per 28 Oktober 2020, jumlah kasus AFP secara global sebanyak 54.436
kasus dengan Non Polio AFP rate sebesar 3,34, sedangkan di Asia Tenggara pada tahun yang sama
ditemukan sebanyak 17.036 kasus dengan Non Polio Rate sebesar 3,74. Di Indonesia sendiri
sebanyak 284 kasus dengan Non Polio Rate 0,58. Penemuan kasus terbesar terjadi di India yaitu
sebanyak 15.337 dengan Non Polio rate 4,58.
Virus poliobertahan hidup dalam bentuk endemis dengancara terus menerus menyebabkan
infeksi padabayi-bayi yang rentan dan dengan demikianberkembang di masyarakat.
Kebanyakaninfeksi polio adalah subklinis maka kasuskasusyang menimbulkan paralisis saja
yangmendapat perhatian, khususnya pada bayi dananak-anak. Apa yang dulu dikenal
sebagaiinfantile paralysis dapat pula dijumpai padaremaja dan dewasa muda.
Ketika virus bergerak dari tempatmasuknya (portal of entry) yaitu mulut,implantasi dan
multiplikasi terjadi di daerahorofaring dan usus halus. Masa inkubasi iniberlangsung antara 7-14
hari, tetapi dapatpula merentang dari 2 sampai 35 hari. Setelah3-5 hari sejak terjadinya paparan,
virus dapatditemukan dari tenggorok, darah dan tinja.Pada saat ini gejala-gejala ringan
dapatdijumpai atau penyakit dapat berlangsungtanpa gejala (asimtomatik). Viremia terjadibeberapa
hari sebelum onset dari gejalasusunan saraf pusat. Poliovirus hanyamenyerang tipe sel saraf tertentu
dan padaproses multiplikasi intraseluler, virusmenimbulkan kerusakan sel-sel tersebut.Bilamana
seseorang yang rentan terpapardengan poliovirus maka satu dari beberaparespons berikut ini akan
terjadi, yaitu:
1. Infeksi tidak nyata dan tanpa gejala-gejala
2. Timbul sakit ringan (abortive poliomyelitis)
3. Nonparalytic poliomyelitis
4. Paralytic poliomyelitis
Pada waktu infeksi berlangsung,salah satu repons yang terjadi mungkin akanbergabung
dengan respons lain yang lebihberat. Penyakit yang pada awalnya ringantanpa gejala, beberapa hari
kemudian akandisertai dengan gejala-gejala yang berat.Perjalanan penyakit yang sifatnya bifasik
inibiasanya lebih tampak dijumpai pada infeksipada anak-anak dari pada orang dewasa.
Hanya sekitar 1% infeksi polio berupapenyakit kelumpuhan.Manifestasi dari penyakit polio
yangberat berupa gejala-gejala umum dari suatuinfeksi disertai kelemahan yang menetap darisatu
atau lebih kelompok otot, baik ototskeletal maupun kranial dan dijumpai padasekitar 1% penderita.
Gejala yang menonjoladalah terjadinya kelumpuhan flasid sebagaiakibat dari kerusakan neuron
motor bagianbawah. Besarnya kerusakan sangat bervariasidan umumnya otot-otot yang terkena
secaramaksimal terjadi dalam beberapa hari.Penyembuhan secara maksimal terjadi dalamwaktu 6
bulan, namun paralisis residualberlangsung lebih lama, bahkan sering seumurhidup.
Untuk pembiakan virus digunakan kulturjaringan. Berbeda dari jenis enteroviruslainnya,
poliovirus jarang sekali dapatdiisolasi dari cairan serebrospinal. Poliovirusbisa didapatkan dari
usapan tenggorok (throatswab) yang diambil segera setelah terjadinyaserangan (onset) penyakit;
tetapi seringkalidari usapan dubur (rectal swab) atau tinjamemberikan hasil lebih baik bahkan
dalamwaktu 1-2 bulan setelah serangan penyakit(onset) meskipun dengan berjalannya
waktukonsentrasi virus itu menurun.
Poliovirusdapat diisolasi dari 80% penderita dalamwaktu 2 minggu masa sakitnya dan
angkaisolasi ini menurun menjadi 25% pada minggukeenam. Subyek yang imunokompeten
tidakpernah menjadi karier, sebaliknya penderitapenderitadengan imunosupresi
dilaporkanmengekskresi virus dalam jangka waktu yanglebih lama.
Pemeriksaan serologis dapat pula digunakanuntuk mendeteksi infeksi
polio.Bahanpemeriksaan berupa serum penderita yangdiambil berpasangan (paired) yaitu pada
waktuakut dan konvalesen diuji untuk melihat adanyakenaikan titer antibodi. Neutralizing
antibodytimbul awal dan biasanya sudah dapat dideteksipada saat penderita masuk rumah
sakit(hospitalisasi). Jika bahan pemeriksaan diambildalam waktu dini maka kenaikan titer
dapatdijumpai pada saat penyakit berlangsung.Hanya infeksi pertama dengan poliovirus
yangmemberikan respons fikasasi komplemen yangtipe-spesifik.
Infeksi-infeksi selanjutnyadengan poliovirus heterotopik menyebabkanproduksi antibodi
terhadap grup antigen yangsama-sama dimiliki oleh ketiga tipe poliovirus.Metode cepat, terutama
yang mendasarkankepada polymerase chain reaction (PCR), telahbanyak digunakan untuk deteksi
langsungpoliovirus dan lain-lain enterovirus darispesimen klinis.(3)
Secara epidemiologis, manusia adalahsatu-satunya reservoir infeksi poliovirus. Virusini
seringkali dijumpai di tempat-tempatpembuangan sampah (sewage) di daerah urbanyang selanjutnya
berlaku sebagai sumbertransmisi langsung ataupun tidak langsungmelalui lalat atau melalui air
yangterkontaminasi dan digunakan untuk minum,mencuci dan irigasi. Namun, kontak yang
erat(close contact) adalah cara utama untukterjadinya penyebaran penyakit.
Dari individuyang mengalami infeksi, tak perduli apakahmereka ini menunjukkan gejala-
gejala klinisatau tidak, poliovirus dapat diisolasi dariorofaring dan usus halus individu tersebut.Virus
yang dikeluarkan bersama-sama dengantinja dapat berlangsung selama satu atau duabulan, tetapi
yang melalui sekresi oropfaringberlangsung lebih singkat. Biasanyasumber penularan dan
penyebaran penyakitdari tinja yang terinfeksi adalah jari-jari tanganyang terkontaminasi. Keadaan
ini mudahterjadi di dalam lingkungan satu keluarga.
Sekali sudah didapatkan satu kasus di dalamkeluarga maka biasanya semua individu
yangrentan di dalam keluarga telah terinfeksi olehpoliovirus dan suatu penyebaran yang
cepatberlangsung.Penyakit dapat mengenai semua golonganumur, tetapi anak-anak biasanya lebih
rentandibandingkan dengan orang dewasa. Padapenduduk yang terisolasi seperti misalnyabangsa
Eskimo, poliomielitis menyerangpenduduk dari golongan semua usia. Di negaraberkembang, dengan
kondisi yang mendukungpenyebaran virus secara luas dan mudah, poliomerupakan penyakit yang
mengancam bayi dananak-anak.
Di bawah kondisi higiene dan sanitasiyang buruk di daerah tropik, dengan hampirsemua
anak-anak sudah menjadi kebal padausia dini dari hidupnya, poliomielitismempertahankan
keberadaannya dengan caramenyebabkan infeksi terus menerus secaraberkesinabungan pada
sejumlah kecil populasi.Iklim yang hangat mendukung perkembangandan penyebaran virus. Akan
tetapi poliovirustidak dapat hidup di luar tubuh manusia dansuatu vaksin yang efektif akan dapat
mencegahdan menghentikan transmisi virus.
C. Faktor Risiko
Transmisi penularan virus polio melalui rute fekal-oral, ditularkan melalui
orang ke orang atau melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Rute oral-
oral mungkin terjadi melalui saliva penderita namun hal ini sangat jarang terjadi.
Beberapa faktor risiko menderita polio adalah:
1) Seseorang yang tidak pernah mendapatkan vaksin polio
2) Imunisasi polio yang tidak lengkap
3) Seseorang dengan gangguan kekebalan tubuh
4) Seseorang yang tinggal di lingkungan yang kurang bersih, dengan higiene dan
sanitasi yang buruk
5) Seseorang yang rentan dengan virus polio, misalnya tinggal atau berkunjung ke
daerah yang terdapat sirkulasi virus polio
1. PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan :
a. Aktif
Mendapatkan data secara langsung dari Fasyankes, masyarakat atau sumber data
yang lain melalui kegiatan penyelidikan epidemiologi, surveilans aktif
Puskesmas atau Rumah Sakit, survey khusus dan kegiatan lainnya
b. Pasif
Dilakukan dengan cara menerima data dari Fasyankes, masyarakat atau sumber
data lainnya dalam bentuk rekam medis, buku register pasien, laporan data
kesakitan atau kematian, laporan kegiatan, laporan masyarakat atau bentuk
lainnya
a) PenemuanKasus
Surveilans AFP harus dapat menemukan semua kasus AFP dalam satu
wilayah yang diperkirakan minimal 2 kasus AFP diantara 100.000
penduduk usia < 15 tahun per tahun (Non Polio AFP rate minimal
2/100.000 per tahun - Format5).
Strategi penemuan kasus AFP dapat dilakukan melalui:
1) Petugaskabupaten/kota
2) Contact personRS.
c. Frekuensi pengamatan/pengumpulandata
6). Menyediakanbahan-
bahaninformasimengenaisurveilansAFP(bukupedoman,
leaflet, poster) untuk tim surveilans AFP RS.
Tim pelacak kasus AFP terdiri dari petugas surveilans yang sudah terlatih
dari kabupaten/kota, koordinator surveilans puskesmas/dokter
puskesmas/RS, dan/atau petugas surveilans propinsi. Tim pelacak AFP ini
harus memiliki pengetahuan dan keterampilan mengenai hal-hal berikut:
• Kader,
• Guru,dll.
Isi formulirFP1.
Kumpulkan 2 spesimen tinja penderitaAFP.
Bila kelumpuhan terjadi ≥ 2 bulan pada saat ditemukan, maka :
SurveilansAktifdiRumah
RumahSakit :………………………………………….
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Penderita: Jl, RT, RW,
Kelurahan/Desa,
Orangtua:
Kecamatan:
Orangtua: Kelurahan/Desa,
Kecamatan:
Penderita: Jl, RT, RW,
Orangtua: Kelurahan/Desa,
Kecamatan:
Orangtua:
Format pelacakan kasus AFP
II.Riwayat Sakit
Tanggal mulai sakit: Tanggal mulai lumpuh:
Tanggal meninggal (bilapenderita meninggal):
Sebelum dilaporkan Ya
Apakahpenderita Tidak
berobatkeunit
pelayananlain? Tanggal berobat :
Diagnosis: No.rekam medik:
Apakahkelumpuhansifatnyaakut(1-14hari)? Tidak TidakJelas
Stop pelacakan
Apakahkelumpuhandisebabkanruda Ya Tidak TidakJelas
Bilakelumpuhanakut,layuh,tidak disebabkanrudapaksa,lanjutkanpelacakan,berinomor
EPID
III.Gejala/Tanda
Apakahpenderitademam sebelum lumpuh? Ya Tidak
Anggotagerak Kelumpuhan Gangguan rasaraba
Pindah, alamattakjelas
Lain-lain,sebutkan:
Namapenderita Jeniskelamin:L P
Tanggal lahir: Umur: tahun; bulan
Alamat:Jl. RT: RW:
Kelurahan/desa: Kecamatan:
Apakahsudah ada diagnosis Ya Diagnosis:
dari rumahsakit ataudokter
Tidak
yangmerawat:
Bukankasuspolio Diagnosis:
Clusteringkasus AFP
Lain-lain:
…………………………………..
…………………………………..
3. Menyusun instrumen tabel
Kabupaten/kota:……………………. Sampaidenganbulan:……………
Tahun:………........
INTERPRETASI DATA
pengertian data yaitu sebuah deskripsi dan ungkapan yang mencoba untuk menggali pengetahuan
mengenai sebuah data atau peristiwa melalui pemikiran yang lebih mendalam.
Interpretasi data penelitian adalah sebuah bentuk dari kegiatan untuk melakukan penggabungan
terhadap sebuah hasil dari analisis dengan berbagai macam pertanyaan, kriteria, maupun pada sebuah
standar tertentu guna untuk dapat menciptakan sebuah makna dari adanya sebuah data yang idmana telah
dikumpulkan oleh seseorang guna untuk mencari sebuah jawaban terhadap permasalah yang dimana
teradapat di dalam sebuah penelitian yang dimana sedang diperbaiki.
Metode: Data yang dianalisis adalah data kasus AFP seluruh Indonesia periode tahun 2003-2013.
Data didapat dari laboratorium jejaring laboratorium Polio di Jakarta, Bandung, Surabaya dan Sub
Direktorat Surveilans, Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan, Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit. Data di analisis menggunakan program Microsoft Excel.
Hasil: Sebanyak 305 kasus AFP yang disebabkan oleh infeksi virus polio liar tipe 1 impor
ditemukan pada tahun 2005 dan 2006. Terdapat 39 kasus AFP yang disebabkan cVDPV tipe 1 ditemukan di
Pulau Madura pada tahun 2005. Virus polio liar tipe 1 hanya ditemukan di pulau Sumatera dan Jawa.
Penyebaran Virus polio berhasil dihentikan pada tahun 2006 dan sudah tidak ditemukan lagi hingga tahun
2013.
Kesimpulan: Surveilans AFP berbasis laboratorium yang baik berhasil memantau dan mendeteksi
sirkulasi virus polio. Peningkatan kinerja surveillance AFP diperlukan untuk membuktikan terhentinya
transmisi virus polio sehingga eradikasi polio secara global dapat diraih.
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian diskriptif, karena penelitian ini
bertujuan membuat gambaran atau diskripsi tentang variable penelitian secara obyektif, pendekatan yang
digunakan dalam penelitian adalah study dokumentasi dan dianalisis menggunakan penghitungan data yang
diperoleh, namun tidak diuji melainkan dibandingkan dengan target indikator kinerja surveilans. Populasi
studi berupa data sekunder dari dokumen di Dinas Kesehatan Kabupaten
1. ANALIS DESKRIPTIF
Analisis deskriptif dapat digunakan untuk mengolah data kuantitatif. Cara ini dulakukan
untuk melihat performa data di masa lalu agar dapat mengambil kesimpulan dari hal tersebut.
Metode ini mengedepankan deskripsi yag memungkinkan kamu untuk belajar dari hal lalu.
Biasanya, metode analisis jenis ini diaplikasikan pada data dengan volume yang sangat besar seperti
data sensus misalnya. Analisis deskriptif memiliki dua proses yang berbeda di dalamnya berupa
deskripsi dan interpretasi. Jenis metode ini biasa digunakan dalam menyajikan data statistik
2. ANLISA DEGRESI
Metode regresi adalah cara yang tepat untuk digunakan dalam membuat data prediksi dari
tren masa depan. Metode ini dapat mengukur hubungan antara variabel dependen yang ingin kamu
ukur dengan variabel independen. Meskipun cara ini membatasi kamu karena hanya dapat memuat
satu variabel dependen, tetapi kamu dapat memiliki variabel independen yang tidak terbatas. Metode
ini baik dalam membantumu melihat hal yang dapat dioptimasi dengan menyoroti tren
dan hubungan antar data faktor.
3. ANALISA FAKTOR
Analisis faktor merupakan teknik analisis yang berdasarkan dari data analisis regresi. Metode
ini digunakan untuk menemukan struktur pokok dari kumpulan variabel-variabel. Metode ini
berjalan dengan mencari faktor independen dari variabel yang dapat mendeskripsikan pola dan
metode dari variabel dependen orisinil. Analisis faktor menjadi metode yang cukup ppuler untuk
mengola topik kompleks seperti skala psikologis dan status sosio-ekonomi. Tidak seperti data
kuantitatif, data kualitatif memerlukan pendekatan dari data yang sifatnya lebih subyektif. Namun,
kamu tetap dapat melakukan ekstraksi data berguna dengan teknik analisis data yang berbeda-beda
tergantung kebutuhan.
Beberapa metode analisis yang dapat memenuhi kebutuhan data kualitatifmu adalah sebagai berikut.
1. Analisis konten
Metode ini membantu untuk memahami keseluruhan tema yang ada di dalam data kualitatif
yang kamu miliki. Metode ini menggunakan teknik seperti penggunaan kode warna tema dan ide
tertentu untuk membantu mengurai data tekstual yang ada agar dapat menemukan rangkaian data
yang paling umum.
2. Analisis naratif
Jenis analisis satu ini berfokus pada cara bagaimana sebuah cerita dan ide dikomunikasikan
ke seluruh bagian terkait. Metode ini juga membantumu untuk dapat lebih memahami kultur dari
sebuah organisasi. Analisis jenis ini dapat digunakan untuk menginterpretassi bagaimana
perasaan karyawan terhadap pekerjaannya, bagaimana pelanggan menilai perusahaan kamu, dan
bagaimana proses operasional dikerjakan. Metode ini sanat berguna dalam mengembangkan
kultur perusahaan ataupun membantu merencanakan .
3. Analisis wacana
Macam-macam metode analisis data selanjutnya yakni analisis wacana. Sama seperti analisis
naratif, analisis wacana juga digunakan untuk menganalisis interaksi dengan orang-orang.
Tapi, analisis ini berfokus pada konteks sosial dimana terjadi komunikasi antara peneliti dan
responden terjadi. Nantinya analisis wacana juga akan melihat bagaimana lingkungan responden
sehari-hari dan menggunakan informasi itu selama analisis terjadi.
5. DESIMINASI DAN INFORMASI
a. Menyampaikan informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dilaksanakan tindak lanjut
b. Menyampaikan informasi kepada pengelola program sebagai sumber data atau laporan
surveilans sesuai ketentuan perundang-undangan
c. Memberikan umpan balik kepada sumber data dalam rangka perbaikan kualitas data
Di Pusat
a. Umpan balik data surveilans AFP dikirim melalui email setiap jumat kepada
seluruh kontak person dan jika terdapat ketidak konsistensian data segera
diinformasikan sebelum hari selasa kepada bagian data Surveilans AFPpusat.
b. Umpan balik Analisis Surveilans AFP diterbitkan setiap bulan dalam bentuk
Buletin Data Surveilans PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi)
yang akan didesiminasikan kepada seluruh kontak person di pusat, propinsi dan
kabupaten.
Propinsi
a. Umpan balik absensi laporan mingguan dan analisis kinerja surveilans AFP
dikirim setiap 3 bulan keseluruh Dinas KesehatanKabupaten/Kota.
Kabupaten/Kota
Umpan balik absensi laporan mingguan dan analisis kinerja surveilans AFP dikirim
setiap 3 bulan keseluruh RS dan puskesmas.
SUMBER
https://www.slideshare.net/kartikaji/analisis-data-dan-interpretasi-52639802
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2020/07/interpretasi-adalah.html
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/poliomielitis/epidemiologi
http://www.ekrut.com/media/analisis-data
https://docplayer.info/47722419-Keputusan-menteri-kesehatan-republik-indonesia-nomor-483-menkes-sk-
iv-2007-tentang-pedoman-surveilans-acute-flaccid-paralysis-afp.html
Namadanta
nda
tanganketu
akomisi: