Anda di halaman 1dari 7

KERANGKA ACUAN

ACUTE FLACID PARALYSIS ( AFP )

No. Dokumen : 800/B/KAK/V/II/2018/005


Tanggal Terbit :
No. Revisi :

DINAS KESEHATAN
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
TAHUN 2018

1
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS SRAGI I
Jl. Raya Sragi No.139, Kec. Sragi, Kab. Pekalongan Kode Pos 51155
Telp. ( 0285 ) 4475438 email : puskesmassragisatu@gmail.com

KERANGKA ACUAN
ACUTE FLACID PARALYSIS ( AFP )

A. Pendahuluan
Dalam Sidang Majelis Kesehatan Sedunia atau World Health Assembly tahun
1998, Negara-negara anggota WHO, termasuk Indonesia, telah menyepakati pencapaian
Eradikasi Polio atau Pembasmian Polio. Sertifikasi bebas polio ditentukan oleh kinerja
Surveilans AFP dan surveilans virus Polio liar. Pada tahun 2002, kineja surveilans AFP
telah mencapai standar sertifikasi bebas polio dengan AFP rate lebih besar dari 1,2 per
100.000 anak usia dibawah 15 tahun dengan kinerja specimen adekuat 82,3%.
Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit polio, pemerintah
melaksanakan program Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri dari pemberian imunisasi
polio secara rutin, pemberian imunisasi massal pada anak Balita melalui PIN (Pekan
Imunisasi Nasional), dan surveilans AFP (Acute Flaccid Paralysis).

B. Latar belakang
Surveilans AFP bertujuan untuk memantau adanya penyebaran virus polio liar di
suatu wilayah, sehingga upaya-upaya pemberantasannya menjadi terfokus dan efisien.
Sasaran utama surveilans AFP adalah kelompok yang rentan terhadap penyakit
poliomyelitis, yaitu anak berusia kurang dari 15 tahun.
Dalam surveilans AFP, pengamatan difokuskan pada kasus poliomyelitis yang
mudah diidentifikasikan, yaitu penyakit poliomyelitis paralitik. Ditemukannya kasus
poliomyelitis paralitik di suatu wilayah menunjukkan adanya penyebaran virus polio liar
di wilayah tersebut.
Untuk meningkatkan sensitifitas surveilans AFP, maka pengamatan dilakukan
pada semua kelumpuhan yang terjadi secara akut dan sifatnya flaccid (layuh), seperti
sifat kelumpuhan pada poliomyelitis. Penyakit-penyakit ini (yang mempunyai sifat
kelumpuhan seperti poliomyelitis) desebut kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) dan
pengamatannya disebut sebagai Surveilans AFP (SAFP).

2
Puskesmas berperan sebagai koordinator surveilans AFP di masyarakat yang
bertanggung jawab untuk menemukan sedini mungkin dan melakukan tata laksana
semua kasus AFP yang berada di wilayah kerjanya, dengan tugas utama :
1. Mengkoordinasikan kerjasama dengan unit yang potensi menemukan kasus AFP,
seperti posyandu, kader PKK, klinik swasta, pesantren, sekolah dan sektor terkait
lainnya.
2. Menyebarluaskan kepada masyarakat informasi mengenai
a. Pengertian kasus AFP secara sederhana
b. Surveilance AFP dan manfaat melaporkan kasus AFP segera/dini
c. Peran serta masyarakat dalam surveilans AFP
3. Melacak setiap kelumpuhan yang dilaporkan oleh masyarakat untuk memastikan
bahwa kelumpuhan tersebut adalah AFP. Pelacakan ini harus dilakukan selambat-
lambatnya dalam waktu 24 jam setelah laporan diterima, dan apabila memungkinkan
harus disertai oleh dokter yang ada di puskesmas.
4. Melaporkan setiap kasus AFP ke Dinas Kesehatan Kota selambat-lambatnya dalam
waktu 24 jam setelah ditemukan. Kasus AFP yang dilaporkan ini bisa berasal dari
masyarakat atau penderita AFP yang berobat/dirawat di puskesmas.
5. Membantu tim pelacak melakukan pelacakan dilapangan
6. Setiap minggu melaporkan laporan “nol” memakai formulir W-2 ke Dinas Kesehatan
Kota.

C. Tujuan umum dan tujuan khusus


1. Tujuan Umum :
a. Mengidentifikasikan daerah resiko tinggi.
b. Memantau kemajuan program eradikasi polio.
c. Membuktikan Indonesia bebas polio.
2. Tujuan Khusus :
a. Menemukan semua kasus AFP yang ada di wilayah kerja puskesmas.
b. Melacak semua kasus AFP yang ditemukan di wilayah kerja puskesmas.
c. Mengumpulkan dua specimen semua kasus AFP selambat-lambatnya 14hari
setelah kelumpuhan dan dengan tenggang waktu pengumpulan specimen I dan
II ≥ 24jam

3
d. Mengidentifikasikan kemungkinan adanya virus polio liar melalui pemeriksaan
specimen tinja semua kasus AFP yang ditemukan dalam wilayah kerja
puskesmas.

D. Cara melaksanakan kegiatan


Kegiatan surveilans AFP di Puskesmas meliputi :
a. Pengumpulan dan validasi data.
b. Penyelidikan Epidemiologi dan pengambilan specimen.
c. Pengolahan data dan Pembuatan laporan.
d. Pengiriman laporan.
e. Pertemuan analisis data surveilans.
f. Peningkatan jejaring kerja dengan melibatkan lintas program,lintas sektor dan
pemangku kepentingan (stakeholders) terkait
g. Peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya penemuan kasus AFP di
masyarakat.
Cara pelaksanaa surveilans AFP :
1. Pengumpulan data dan Validasi data
Kelengkapan data yang akurat dan lengkap, sumber informasi dapat diperoleh dari
petugas BP, data simpus, laporan dari kader/Toma/Masyarakat, Kemudian
pengelola program P2PM menulis data lengkap penderita ke dalam buku
penemuan kasus di wilayah.
2. Penyelidikan Epidemiologi
Tujuan dari penyelidikan Epidemiologi yaitu
a. Memastikan apakah kasus yang dilaporkan benar-benar kasus AFP
b. Mengumpulkan specimen tinja sedini mungkin dari penderita AFP
c. Mencari kasus tambahan
d. Memastikan keadaan paralisis residual pada kunjungan ulang 60 hari.
e. Petugas membawa surat tugas dari Kepala Puskesmas dalam melaksanakan
kegiatan ini.
3. Pengolahan data dan Pembuatan laporan
Petugas mencatat data lengkap ke dalam form laporan W2, walau tidak ada kasus
petugas harus tetap melaporkan dalam laporan mingguan. Satu kasus AFP
ditemukan di wilayah sudah masuk dalam kategori KLB sehingga selain di dicatat
dalam form laporan W2, data lengkap juga dicatat dalam form laporan W1.
4
4. Pengiriman laporan
Laporan W2 dikirim ke Dinas Kesehatan setiap minggunya, laporan W1 dikirim ke
Dinas Kesehatan setiap ditemukan kasus dalam waktu max 24 jam dari
ditemukannya kasus di wilayah.
5. Pertemuan analisis data Surveilans
Dinas Kesehatan bersama dengan Puskesmas melakukan analisa hasil laporan.

E. Sasaran
Semua anak usia kurang dari 15 tahun dengan kelumpuhan yang sifatnya flaccid (layuh),
terjadi secara akut (mendadak), bukan disebabkan oleh ruda paksa.

F. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan Waktu Penanggung jawab Ket
No
1 Pengumpulan data dan validasi Setiap kali ada Pengelola
data penemuan kasus Prog.P2PM
Puskesmas
2 Penyelidikan Epidemiologi Setiap kali ada Pengelola
penemuan kasus Prog.P2PM
Puskesmas
3 Pengolahan data dan Mingguan Pengelola
Pembuatan laporan Prog.P2PM
Puskesmas
4 Pengiriman laporan Setiap hari senin Pengelola
Prog.P2PM
Puskesmas
5 Pertemuan analisis data Jan - Des Sie. P2PM DKK
surveilans

G. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan

5
Evaluasi terhadap surveilans AFP dilakukan untuk melihat keberhasilan surveilans AFP
dalam mencapai tujuannya. Indikator yang digunakan untuk memantau keberhasilan
surveilans AFP adalah indikator kinerja surveilans dan sejauh mana surveilans AFP
dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi pertama dilakukan minimal
setelah surveilans berjalan 6 bulan dan dilanjutkan secara berkala sesuai dengan situasi
dan kemajuan dari surveilans AFP.

H. Pencatatan, Pelaporan dan evaluasi kegiatan


Dalam surveilans AFP berlaku pelaporan nihil (zero reporting), yaitu laporan
harus dikirimkan pada saat yang telah ditetapkan walaupun tidak dijumpai kasus AFP
selama periode waktu tersebut dengan menuliskan jumlah kasus “0” (nol), “tidak ada
kasus”, atau “kasus nihil”.
Laporan nol “Zero Report”, yaitu Laporan atau pernyataan tertulis dari puskesmas
bahwa di wilayah kerjanya telah dilakukan pemantauan kasus AFP secara ketat setiap
minggu. Ada tidak ada kasus AFP di wilayah kerjanya pada minggu melalui system
pelaporan W-2.
Pelaporan segera, pelaporan KLB. Puskesmas melaporkan adanya kasus AFP ke
Dinas Kesehatan Kota dalam waktu 24 jam setelah kasus tersebut dikonfirmasikan secara
klinis. Laporan dapat disampaikan melalui formulir W1 atau telepon.

6
sumber buku “Petunjuk Teknis Surveilans Acute Flaccid Paralysis, Edisi V, Direktorat
Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, Departemen
Kesehatan RI, 2003 “

Anda mungkin juga menyukai