Anda di halaman 1dari 3

PENCARIAN DAN PELACAKAN KASUS ACUTE

FLACCID PARALYSIS (AFP)


No. Dokumen : 800/B/SOP/V/II/2018/003
Tanggal terbit :
SOP No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :

Ditetapkan oleh:
dr. Mochamad Syahriza
Kepala UPTD
NIP:19710612 200312 2 007
Puskesmas Sragi I
1.Pengertian 1. Acute Flaccid Paralysis (AFP) adalah kelumpuhan atau paralisis
secara fokal yang onsetnya akut tanpa penyebab lain yang nyata
seperti trauma. Yang ditandai dengan flaccid dan mengenai anak
kelompok < 15 tahun termasuk didalamnya Sindrom Guillain-Barre.
AFP disebabkan oleh beberapa agen termasuk enterovirus, echovirus,
atau adenovirus.
2. Acute Flaccid Paralysis (AFP) adalah Semua anak yang berusia
kurang dari 15 tahun dengan kelumpuhan yang sifatnya flaccid
(layuh), terjadi secara akut (mendadak) termasuk Sindroma Guillain
Barre dan bukan desebabkan oleh ruda paksa.
2.Tujuan Umum :
1. Mengidentifikasikan daerah risiko tinggi
Yang dimaksud dengan daerah resiko tinggi adalah daerah
dimana transmisi virus polio liar masih terjadi, kemungkinan
besar terjadi atau kemungkinan besar akan terjadi.
2. Memantau kemajuan program eradikasi polio
Surveilans AFP akan memberikan informasi kepada para
pengambil keputusan untuk melihat keberhasilan program
ERAPO
3. Membuktikan Indonesia bebas polio
Untuk menyatakan bahwa Indonesia bebas polio ini, harus dapat
dibuktikan bahwa :
A. Tidak ada lagi transmisi virus polio liar di Indonesia,
B. Sistem surveilans terhadap polio mampu mendeteksi
memenuhi standar kinerja WHO
Khusus :
1. Menemukan semua kasus AFP yang ada di suatu wilayah,
2. Melacak semua kasus AFP yang ditemukan di suatu wilayah,
3. Mengumpulkan 2 (dua) specimen semua kasus AFP selambat-
lambatnya 14 hari setelah kelumpuhan, dan dengan tenggang
waktu pengumpulan spesimen I dan II ≥ 24 jam,
4. Mengidentifikasikan kemungkinan adanya virus polio liar di
suatu wilayah melalui pemeriksaan specimen tinja (faeces)
semua kasus AFP yang ditemukan dalam suatu wilayah tersebut.
3.Kebijakan SK Kepala Puskesmas No............... Tentang .............................
4.Referensi 1. Permenkes no 45 tahun 2014 tentang surveilans
5. Prosedur/ 1. Langkah penemuan kasus
Langkah- A. Menemukan kasus AFP minimal 1/100.000 penduduk berusia <
langkah 15 tahun melalui :
a. Surveilans AFP di rumah sakit
b. Surveilans AFP di masyarakat
B. Mengumpulkan 2 (dua) specimen dari setiap kasus AFP dengan
tenggang ≥ 24 jam, seambat-lambatnya 14 hari sejak
kelumpuhan
C. Melakukan pemeriksaan specimen tinja kasus AFP di
laboratorium nasional (PT. BIO FARMA Bandung)
D. Melakukan pemeriksaan residual paralisis setelah 60 hari
kelumpuhan
E. Meibatkan DSA (Dokter Spesialis Anak) dan/atau DSS (Dokter
Spesialis Syaraf) dalam :
a. Memastikan kasus AFP dan menentukan diagnosa awal
b. Menentukan adanya paralisis residual, serta menentukan
diagnosa pada saat kunjungan ulang 60 hari.
2. Kriteria kasus
Dalam Surveilans AFP (SAFP), diagnosa pasti polio dapat
ditegakkan berdasarkan kriteria :
A. Klasifikasi-Klinis
Digunakan padatahap awal implementasi surveilans AFP
dimana surveilans AFP pada umumnya berjalan dengan baik
B. Klasifikasi-virologis
Digunakan apabila surveilans AFP sudah memenuhi kriteria :
1) AFP rate : 1 per 100.000 pada penduduk usia < 15 tahun
2) Specimen yang adekuat dari kasus AFP ≥ 60%
3. Sampel (specimen)
Specimen disebut adekuat bila memenuhi kriteria berikut :
A. Dua specimen dikumpulkan dalam tenggang waktu ≥ 24 jam,
dan diambil ≤ 14 hari setelah terjadinya kelumpuhan
B. Specimen tiba di laboratorium dalam kondisi baik, yaitu :
1) Beratnya ≥ 8 gram
2) Tidak dalam keadaan kering
3) Suhu dalam kontainer pengiriman 0° - 8°C berdasarkan
indikator temperatur atau masih ada ice pack yang beku
dalam specimen carrier
4) Tidak terdapat kebocoran pada pot tinja
5) Disertai formulir pengiriman specimen yang telah diisi
lengkap
6. Unit terkait 1. Lintas program
2. Lintas sektor
7. Diagram alir

Anda mungkin juga menyukai