LATAR BELAKANG
Demam Berdarah Dengue adalah demam tinggi mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas,
terdapat tanda-tanda perdarahan (bintik-bintik merah/ptekie, mimisan perdarahan pada gusi,
muntah/berak darah), ada perbesaran hati dan dapat timbul syok (pasien gelisah, nadi cepat
dan lemah, kaki tangan dingin, kulit lembab, kesadaran menurun. Pada pemeriksaan
laboratorium terdapat hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit 20%) dan trobositopeni
(trombosit < 100.000/mm3).
Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan salah
satu penyakit menular yang potensial menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Sejak pertama
ditemukan penyakit DBD di Indonesia pada tahun 1968, jumlah kasus cenderung meningkat
dan daerah penyebarannya bertambah luas, sehingga kejadian luar biasa (KLB)/wabah masih
sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia.
DBD disebabkan oleh virus dengue yg ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang
hidup di dalam dan di sekitar rumah, sehingga penularannya terjadi di semua tempat yang
terdapat nyamuk penular tersebut.
Berdasarkan Laporan W1 KLB/Wabah oleh Puskesmas Lampasio tanggal 14 Maret 2011
bahwa telah ditemukan kematian karena menderita DBD sebanyak 1 orang dari 33 kasus, maka
untuk itu dilakukan Penyelidikan Epidemiologi oleh tim penyelidikan KLB DBD Dinas Kesehatan
Kab. Toli-Toli bersama dengan Dinas Kesehatan Propinsi serta tim dari petugas Puskesmas
Lampasio dengan melakukan analisa terhadap berbagai factor yang berhubungan dengan
terjadinya KLB DBD di desa tersebut.
TUJUAN PENYELIDIKAN
Tujuan Umum : Melakukan tindakan penanggulangan dan pengendalian KLB DBD di Desa
Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibae, dan Desa Oyom.
Tujuan Khusus
1. Memastikan kebenaran kasus KLB DBD yang dilaporkan dan luasnya penyebaran
2. Mengetahui kemungkinan kecenderungan terjadinhya penyebarluasan penyakit DBD di
lokasi
Jumlah
Desa
Laki-Laki
Sibea
786
711
1,497
Oyom
1,138
1,012
2,150
Lampasio
986
898
1,884
Tinading
1,131
1,064
2,195
Jumlah
4,131
3,685
7,816
..
Sumber : Data sekunder
Puskesmas Lampasio dengan wilayah kerja 9 desa dengan batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Baolan.
2. Sebelah timur berbatasan Kabupaten Buol.
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Basidondo.
4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Ogodeide.
Lokasi kejadian KLB berada di 4 desa di Kecamatan Lampasio wilayah kerja Puskesmas
Lampasio Kabupaten Toli-Toli. Kasus DBD mulai terjadi pada tanggal 28 Februari 2011 dan
dilakukan penyelidikan kasus pada tanggal 15 Maret 2011. Pelaksanaan penyelidikan dilakukan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Toli-Toli bersama dengan Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi
Tengah yang dilakukan secara lintas program dan lintas sektor, yaitu :
Lintas Program di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Toli-Toli :
1)
2)
3)
4)
Lintas Sektor Terkait : Pemerintah setempat (Kepala desa Bomba Kec. Una-Una).
Pemastian diagnosis
Pemastian diagnosis dilakukan dengan melihat gejala klinis yang muncul pada penderita dan
melakukan pengambilan sampel darah pada beberapa orang penderita yang sedang dirawat.
Pemeriksaan sediaan darah dengan menggunakan Rapid Test Diagnostic (RDT) yang
dilakukan oleh analis kesehatan Puskesmas Lampasio.
Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan terhadap 44 kasus DBD, dengan gejala klinis
digambarkan pada tabel berikut ini :
Tabel 1. Distribusi Gejala Klinis Penderita pada KLB DBD di Desa Lampasio, Desa Tinading,
Desa Sibae, Desa Oyom Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli pada tanggal 28 Februari s/d 15 Maret
2011
Jumlah
Demam
44
100
15,9
Torniket
Perdarahan
31
70,5
Muntah
15,9
Shock
Batuk
20
45,5
Untuk memastikan bahwa peningkatan kasus adalah KLB atau bukan KLB, dapat dilakukan
analisis pola minimum-maksimum kasus DBD bulanan maupun mingguan dengan pembanding
kasus DBD pada tahun-tahun sebelumnya. Selain dengan menetapkan pola maksimumminimum, pada daerah desa atau kelurahan sebaiknya ditetapkan telah berjangkit KLB DBD
apabila memenuhi satu kriteria sebagai berikut :
1. Terdapat satu kasus DBD atau lebih yang selama 3 bulan terakhir di daerah
kabupaten/kota bersangkutan tidak ditemukan penderita DBD tetapi HI jentik Aedes
Aegypti desa atau kelurahan tersebut lebih dari 5%.
2. Terdapat peningkatan bermakna jumlah kasus DBD dibandingkan keadaan sebelumnya.
3. Terdapat peningkatan bermakna dibandingkan dengan keadaan tahun sebelumnya pada
periode yang sama.
Dari hasil investigasi diketahui telah terjadi Kejadian Luar Biasa Penyakit DBD seperti terlihat
pada grafik berikut :
Grafik 1. Kasus DBD menurut Tanggal Mulai Demam di Desa Lampasio, Tinading, Sibea, dan
Oyom Bulan Mei Tahun 2011
No
Kelompok
Umur (Thn)
Jumlah Kasus
Sakit
Mati
CFR
(%)
12
22
13 24
50
25 36
37 48
13
> 49
Jumlah
44
No
Jenis
Kelamin
PopulasiRentan
Laki laki
4131
21
0,51
Perempuan
3685
23
0,62
4,38
7816
44
0,90
2,27
Jumlah
No
Jumlah kasus
Nama Desa
Sakit
CFR
(%)
Mati
Desa Lampasio
20
Desa Tinading
18
Desa Sibea
Desa Oyom
25
44
2,27
Jumlah
Berdasarkan hasil investigasi, awal mulai sakit tanggal 28 Pebruari 2011 dengan jumlah
penderita 2 orang dan mengalami puncak kasus pada tanggal 9 Maret 2011 dengan
peningkatan kasus sebanyak 8 orang, sehingga jumlah kasus secara keseluruhan adalah 44
kasus.
Identifikasi sumber dan penyebab
Hasil survey jentik ditemukan beberapa karakteristik di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa
Sibea, dan Desa Oyom yaitu terdapat tempat tempat perindukan nyamuk seperti tempurung
kelapa, ban ban, kaleng-kaleng bekas di sekitar rumah penderita merupakan media yang
cepat berkembang biaknya nyamuk-nyamuk aedes aygepty dan setelah dilakukan
pemeriksaan terhadap jentik jentik nyamuk ternyata paling banyak jenis jentik nyamuk Aedes,
yang didukung dengan kondisi curah hujan tidak menentu sehingga penyebaran penyakit ini
menjadi cepat menular kepada penduduk yang berada didesa tersebut.
Identifikasi Cara penularan
Mekanisme penularan terjadi melalui gigitan nyamuk yang memang telah ada di wilayah
tersebut dimana sebelumnya penderita yang pertama kali terpapar kasus DBD mempunyai
riwayat bepergiaan ke daerah endemis DBD dimana penderita tersebut bersekolah di Kota ToliToli yang kemungkinan Virusnya didapat di kota.
Saran
1. Tingkatkan SKD terhadap penyakit-penyakit yang berpotensi terjadinya Kejadian Luar
Biasa sehingga peningkatan kasus bisa cepat terdeteksi sedini mungkin.
2. Pembasmian sarang nyamuk/wadah tempat berkembang biaknya nyamuk aedes di
setiap tempat.
3. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat sangat dibutuhkan dalam upaya memberikan
pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit
dan juga kematian.***