Anda di halaman 1dari 94

PENYAKIT YANG DAPAT

DICEGAH DENGAN IMUNISASI


(PD3I), IMUNOLOGI DAN
VAKSIN PROGRAM IMUNISASI

Tujuan Pembelajaran Umum

Pada akhir sesi,


peserta mampu
memahami PD3I dan
vaksin Program
Imunisasi

Tujuan Pembelajaran Khusus


Pada akhir sesi, peserta mampu :
Menjelaskan

jenis-jenis dan gejala


penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I)
Menjelaskan sistem kekebalan
dan klasifikasi vaksin
Menyebutkan dan menjelaskan
indikasi setiap jenis vaksin
program imunisasi

TUJUAN PEMBELAJARAN
KHUSUS
Menjelaskan cara pemberian dan dosis
setiap jenis vaksin
Menyebutkan kontra indikasi setiap jenis
vaksin
Menjelaskan efek samping vaksin PD3I

POKOK BAHASAN DAN SUB


POKOK BAHASAN
PD3I : Jenis & Gejala
Imunologi PD3I : sistem kekebalan &
klasifikasi vaksin
Jenis dan sifat vaksin : penggolongan &
jenis vaksin

PD3I TERDIRI DARI


Tuberculosis
Diphtheria
Pertussis
Tetanus
Polio
Measles

Rubella/Mumps
Hepatitis B
Haemophilus influenzae
type B (Hib)
Yellow Fever
Pneumococcus,
Rotavirus, Human
Papillomavirus (HPV)

Sumber: Subdit
Imunisasi Kemenkes RI

Penyakit yg Dapat Dicegah Dengan


Imunisasi (PD3I)
Polio

Difteri

Tetanus

TB
Pertusis

Sumber: Subdit
Imunisasi Kemenkes RI

Hepatitis B

Campak

Tuberkulosis
Disebabkan Mycobacterium Tuberculosis

Gejala
Badan lemah
Berat badan
menurun
Demam

Berkeringat malam hari


Batuk terus menerus
Nyeri dada
Kadang kadang batuk
darah

TUBERKULOSIS (TBC)

Sumber: Subdit
Imunisasi Kemenkes RI

Polio

Sumber: Subdit
Imunisasi Kemenkes RI

Sejarah
Polio sudah dikenal sejak zaman pra-sejarah.
Lukisan dinding di kuil-kuilMesirkuno
menggambarkan orang-orang sehat dengan
kaki layu yang berjalan dengan tongkat.
Kaisar RomawiClaudiusterserang polio ketika
masih kanak-kanak dan menjadi pincang
seumur hidupnya.
Ketika polio menyerang Amerika selama
dasawarsa seusaiPerang Dunia II, penyakit itu
disebut momok semua orang tua

Apa Itu Poliomylitis


(Polio) ?
Polio merupakan penyakit yang
disebabkan virus polio yang
tergolong dalam Picornavirus
(Suatu mikro organisme
berukuran kecil, namun
menyebabkan kelumpuhan).

Virus polio

Etiologi

Poliovirus adalah virusRNAkecil yang terdiri


atas tigastrainberbeda dan amat menular.
Penyakit polio disebabkan oleh infeksi virus
yang berasal dari genus enterovirus dan famili
picorna viridae.
Polio menyerang tanpa mengenal usia, 50%
kasus terjadi pada anak berusia 3 - 5 tahun.
Masa inkubasi polio dari gejala pertama 3 - 35
hr.
Virus ini menular melalui kotoran atau sekret
tenggorokan orang yang terinfeksi serta
melalui benda yang terkontaminasi.

Klasifikasi Penyakit Polio


Polio Non-Paralisis

Polio Non-Paralisis
Pada kasus poliomyelitis nonparalitik, yang
berarti poliovirus telah mencapai selaput
otak (meningitis aseptik), penderita
mengalami kejang otot, sakit punggung dan
leher.
Polio non-paralisis menyebabkan demam,
muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif.
Terjadi kram otot pada leher dan punggung,
otot terasa lembek jika disentuh.

Polio Paralisis

SPINALSTRAIN POLIOVIRUS INI MENYERANG SARAF TULANG


BELAKANG, MENGHANCURKAN SEL TANDUK ANTERIORYANG
MENGONTROL PERGERAKAN PADA BATANG TUBUH DAN OTOT
TUNGKAI.
Setelah virus polio menyerang usus, virus ini akan diserap oleh
pembuluhdarahkapilerpada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh.
Virus Polio menyerang saraf tulang belakang dansyaraf motorikyang
mengontrol gerakan fisik. Pada periode inilah muncul gejala sepertiflu.
Syaraf motorik tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang
berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari
sistem saraf pusat.
Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemaskondisi
ini disebutacute flaccid paralysis(AFP). Infeksi parah pada sistem saraf
pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot
padatoraks(dada) danabdomen(perut), disebutquadriplegia.

Polio Bulbar

POLIO JENIS INI DISEBABKAN OLEH TIDAK ADANYA


KEKEBALAN ALAMI SEHINGGA BATANG OTAK IKUT
TERSERANG.
Batang otak mengandung syaraf motorik yang mengatur
pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke
berbagai syaraf yang mengontrol pergerakan bola mata;
saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan
dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka;
saraf auditori yang mengatur pendengaran;
saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan
dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah
dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal kejantung,
usus,paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur
pergerakan leher.

Polio Bulbar

Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan


kematian. 5-10 % penderita yang menderita polio bulbar akan
meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja.
Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf
kranial yang bertugas mengirim 'perintah bernapas' ke paruparu.
Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi
penelanan; korban dapat 'tenggelam' dalam sekresinya sendiri
kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuantrakeostomi
untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke
dalam paru-paru. Namun trakesotomi juga sulit dilakukan
apabila penderita telah menggunakan 'paru-paru besi' (iron
lung).
Tingkat kematian karena polio bulbar berkisar 25-75%
tergantung usia penderita. Hingga saat ini, mereka yang
bertahan hidup dari polio jenis ini harus hidup dengan paru-paru
besi atau alat bantu pernapasan

Patofisiologi

Mulut
Berkembang
(makan/minuman
biak di saluran
yang terkontaminasi
cerna (tenggorokan
virus) DAN
dan usm

Diagnostik Medis
Tujuan dari diagnostik medis ini adalah
untuk menetapkan keadaan normal atau
menyimpang yang disebabkan oleh oleh
suatu penyakit.

Viral Isolation
Uji Serology
Cerebrospinal Fluid ( CSF)

Komplikasi
Komplikasi yang paling berat dari
penyakit polio adalah kelumpuhan
yang menetap.
Beberapa penyakit akibat komplikasi
polio seperti Hiperkalsuria,
Melena,Pelebaran lambung akut,
Hipertensi ringan, Pneumonia, Ulkus
dekubitus, emboli paru, dan Psikosis

Resiko terjadinya polio:

Belum mendapatkan imunisasi polio


Bepergian ke daerah yang masih sering
ditemukan polio
Kehamilan
Usia sangat lanjut atau sangat muda
Luka di mulut/hidung/tenggorokan
(misalnya baru menjalani pengangkatan
amandel atau pencabutan gigi)
Stres atau kelelahan fisik yang luar biasa
(karena stres emosi dan fisik dapat
melemahkan sistem kekebalan tubuh).

Siapa Yang Rentan ?


Penyakit ini lebih sering berjangkit di daerah dingin,
sehingga penderita penyakit ini akan berkurang di
daerah tropik.
Poliovirus lebih sering menyerang bayi dan anak balita,
daripada orang dewasa, karena kekebalannya masih
lemah.

RESUME

Polio merupakan Penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh
satu dari tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio tipe 1, 2 atau 3.
Agen pembawa penyakit ini, sebuah virusyang dinamakanpoliovirus(PV),
masuk ketubuhmelaluimulut, mengifeksi saluranusus.
Virus ini dapat memasuki aliran darahdan mengalir kesistem saraf pusat
menyebabkan melemahnyaototdan kadang kelumpuhan (paralisis) .

GEJALA:
- Lumpuh Layu akut
- Pada anak berumur <
15 tahun
- Kelumpuhan dimulai dengan gejala
demam, nyeri otot dan kelumpuhan
terjadi pada minggu pertama sakit.
- Kematian bisa terjadi karena
kelumpuhan Otot pernapasan
- Penyebaran melalui tinja yang

28

Apa upaya yang harus dilakukan untuk


memberantas polio ?

Pada tahun1938,PresidenRooseveltmendirikan Yayasan


Nasional Bagi Kelumpuhan Anak-Anak, yang bertujuan
menemukan pencegah polio, dan merawat mereka yang
sudah terjangkit.
Tahun1952, di Amerika terdapat 58 ribu kasus polio. Tahun
1955vaksin Salk mulai digunakan. Tahun1963, setelah
puluhan juta anak divaksin, di Amerika hanya ada 396
kasus polio.
Tahun1988,Organisasi Kesehatan Duniaatau WHO
mensahkan resolusi untuk menghapus polio sebelum
tahun2000.Pada saat itu masih terdapat sekitar 350 ribu
kasus polio di seluruh dunia. Meskipun pada tahun 2000,
polio belum terbasmi, tetapi jumlah kasusnya telah
berkurang hingga di bawah 500 kasus.
Polio kemudian tidak ada lagi di Asia Timur, Amerika Latin,
Timur Tengah atauEropa, tetapi masih terdapat diNigeria,
dan sejumlah kecil diIndiadanPakistan.
India telah melakukan usaha pemberantasan polio yang
cukup sukses. Sedangkan di Nigeria, penyakit ini masih
terus berjangkit karena pemerintah yang berkuasa
mencurigai vaksin polio yang diberikan dapat mengurangi

Apa upaya yang harus dilakukan untuk


memberantas polio ?
Meskipun banyak usaha telah dilakukan, pada tahun
2004 angka infeksi polio meningkat menjadi 1.185 di
17 negara dari 784 di 15 negara pada tahun2003.
Sebagian penderita berada di Asia dan 1.037 ada di
Afrika. Nigeria memiliki 763 penderita, India 129,
dan Sudan 112.
Imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun 1980.
Kemudian dilaksanakan PIN 1995, 1996 dan 1997,
2002, dan Sub PIN (1998-1999-2000) pada Daerah
berisiko tinggi (fokus).
Pada 5Mei2005, dilaporkan terjadi ledakan infeksi
polio
diSukabumiakibatstrainvirus
yang
menyebabkanwabahdiNigeria.
Virus
ini
diperkirakan
terbawa
dariNigeriakeArab
dan
sampai keindonesiamelalui tenaga kerja Indonesia
yang bekerja di Arab atau orang yang bepergian ke
Arab untukhajiatau hal lainnya.
Kasus terakhir polio liar adalahtahun 2006 di

Apa upaya yang harus dilakukan untuk


memberantas polio ?

Pertama, memberi imunisasi polio pada semua


anak sebanyak empat kali sebelum usia satu
tahun sebagai bagian imunisasi rutin untuk
mencegah
tujuh
penyakit
utama
anak
(tuberkulosis/meningitis, polio, dipteri, pertusis,
tetanus, campak, hepatitis B).
Kedua, lewat Pekan Imunisasi Nasional semua
anak di bawah usia lima tahun diberi dua dosis
vaksin polio dengan tenggang waktu satu bulan.
Ketiga, sistem pengamatan dibuat sedemikian
rupa sehingga tak ada kasus polio yang tak
teridentifikasi.
Keempat, mengirim tim untuk melakukan
imunisasi dari rumah ke rumah di wilayah virus
polio dicurigai masih beredar.

VAKSIN POLIO
Vaksin Polio Trivalent yg terdiri
dari suspensi virus poliomyelitis
tipe 1,2 dan 3 (strain sabin) yg
sudah dilemahkan.

Indikasi :
Untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap
poliomyelitis

Cakupan Imunisasi Polio ke 4 Provinsi ACEH


Tahun 2014
100
TARGET

90
80
70
60

%50
40
30
20
10
0

PROGRAM SURVEILANS AFP (Acute Flacid Paralise) Aceh


Kab/Kota 2014
Edisi : 30 Des
Jlh
AFP
Kasus Rate

1.Saba
ng
0
0
2.Bna
1 1,0
3.Abes
4 4,0

2014
4.Pidie
5 5,0

Sabang

5.Pijay
2 4,0

6.Birn
10,
10
0

8.Acut
7 4,7

9.Atim
0
0

Banda Aceh

10.Lgs
A.Besar

Pidie

Aceh
Jaya

Pidie
Jaya

Aceh
Utara

Bener Meriah

Aceh
Barat

Langsa

Aceh
Tengah

17.Abar
3 6,0

Aceh
Tamiang
Gayo
Lues

Abdya

Aceh
Selatan

Simeulue

19.Abd
ya
2 4,0

11.Ata
m
5 5,0

Aceh
Timur

Nagan
Raya

18.Nag
an
0
0

Lhokseumawe
Bireuen

16.Ajay
1 2,0

12.Ben
er
2 4,0
13.Aten
g
0
0

Aceh
Tenggara

14.Galu
0
0

15.Agar
a
Subulussalam 0
0
23.Sml

Tokoh Kunci : Helmi / 095290885997/


Penjab Surveilans

7.Lsmw
10,
5
0

2 4,0

20.Asel
0

21.SKL
0

Aceh Singkil

22.Ssal
am
0
0

HEPATITIS B
Disebabkan oleh Virus Hepatitis B
Gejala :
Demam, lemah, nafsu makan
menurun
Warna urine seperti teh pekat, kotoran
menjadi pucat (dempul ).
Warna kuning bisa terlihat pula pada
mata ataupun kulit.

HEPATITIS B

Sumber: Subdit
Imunisasi Kemenkes RI

HEPATITIS B

Sumber: Subdit
Imunisasi Kemenkes RI

DIPHTHERIA TOXOID
Toksoid Difteri berasal dari
Corynebacterium
diphtheriae
PW 8 Strain
Aerob
Gram positif
Bentuk : batang lurus atau
melengkung
Menyerang

bagian atas mukosa saluran


pernafasan menyebabkan
pembengkakan leher disebut bull
neck
dan kulit yang terluka
Tanda-tanda :
sakit tekak, Gelisah, Aktifitas menurun,
demam secara tiba-tiba disertai 2-3
hari tumbuhnya membran kelabu yang
menutupi tonsil serta bagian saluran

Sumber: Subdit
Imunisasi Kemenkes RI

Difteri
Disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diphtheriae
Gejala:
- Gelisah, Aktifitas menurun, Radang
tenggorokan,
- Hilang nafsu makan
- Demam ringan,
- Dalam 2-3 hari timbul selaput
putih kebiru - biruan pada tenggorokan
dan tonsil

40

DIFTERI

Sumber: Subdit
Imunisasi Kemenkes RI

DIFTERI

Sumber: Subdit
Imunisasi Kemenkes RI

Sumber: Subdit
Imunisasi Kemenkes RI

: 30 Des
JLH KASUS DIFTERI TH 2012 2014 DI PROVINSI Edisi
ACEH
2014
Total Kasus : 16
org
Meninggal : 4
org (CFR : 25%)

Kab/Kota
201 201 201
2
3
4

1.Saba
ng
0 0 0
2.Bna
2 1 1
3.Abes
1 0 1

4.Pidie
0 0 0

Sabang

5.Pijay
0 1 0

6.Birn
0 0 0

8.Acut
0 2 0

9.Atim
0 0 0

Banda Aceh

10.Lgs
A.Besar

Pidie

Aceh
Jaya

Pidie
Jaya

Aceh
Utara

Bener Meriah

Aceh
Barat

Langsa

Aceh
Tengah

Aceh
Tamiang
Gayo
Lues

Abdya

18.Nag
an
0 0 1

Aceh
Selatan

Simeulue

11.Ata
m
0 0 0

Aceh
Timur

Nagan
Raya

17.Abar
2 0 0

0 0 0

Lhokseumawe
Bireuen

16.Ajay
0 0 0

19.Abd
ya
0 1 2

Tokoh Kunci : Helmi /


095290885997/ Penjab Surveilans

7.Lsmw
0 0 0

12.Ben
er
0 0 0
13.Aten
g
0 0 0

Aceh
Tenggara

14.Galu
s
0 0 0

15.Agar
a
Subulussalam 0 0 0
23.Sml

20.Asel

21.SKL

0 0 0

0 1 0

0 0 0

Aceh Singkil

22.Ssal
am
0 0 0

Pertusis
Disebabkan bakteri Bordetella pertussis
Disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari.

Gejala :
- Pilek,
- Mata merah,
- Bersin,
- Demam
- Batuk yang ringan
- Batuk ringan yang lama-kelamaan
batuk menjadi parah dan menimbulkan batuk
menggigil yang cepat dan keras.

45

Tetanus
Disebabkan oleh Clostridium Tetani
Gejala :
- Kaku otot pd rahang, disertai
-

kaku pada leher,


Kesulitan menelan
Kaku otot perut,
Berkeringat dan demam
Pada bayi terdapat juga gejala
tiba tiba berhenti menetek (sucking)

antara 3 s/d 28 hari setelah lahir


- Gejala berikutnya adalah kejang
hebat dan tubuh menjadi kaku

46

TETANUS

Sumber: Subdit
Imunisasi Kemenkes RI

TETANUS

Sumber: Subdit
Imunisasi Kemenkes RI

TETANUS TOXOID
Toxoid Tetanus
berasal dari:
Clostridium tetani
Anaerob obligate
Gram positif
Bentuk : batang
Sporoform
Menyerang skeletal
muscle
Menyebabkan :
trismus (lockjaw),
spasme otot,
melengkungnya
punggung

Dr. Soedjatmiko, Sp.A


Satgas Imunisasi IDAI

TETANUS

Dr. Soedjatmiko, Sp.A


Satgas Imunisasi IDAI

Campak
Disebabkan oleh Virus Myxovirus Viridae Measles
Gejala :
- Demam,

- Bercak kemerahan
- Batuk, pilek,
- Konjungtivitis (mata merah)
- Selanjutnya timbul ruam pada
muka dan leher, kemudian menyebar
ke tubuh dan tangan serta kaki.

51

CAMPAK

Sumber: Subdit
Imunisasi Kemenkes RI

Komplikasi Campak

Encephalitis
(Radang Selaput Otak)

Gizi Buruk

Dr. Soedjatmiko, Sp.A


Satgas Imunisasi IDAI

Komplikasi Campak

Pneumonia 2-27%, Diare


, Otitis
Dr. 8-15%
Soedjatmiko,
Sp.A (Satgas

P2PL
KAB/KOTA YANG MELAKSANAKAN CBMS JAN-DES 2014
Edisi : 30 Des
2014

Kab/Kota
Jlh Spesimen

1.Saba
ng
5
2.Bna
13
3.Abes
39

4.Pidie
34

Sabang

5.Pijay
10

6.Birn
86

7.Lsmw
15

8.Acut
17

9.Atim
0

Banda Aceh

10.Lgs
A.Besar

Pidie
Bireuen

Aceh
Jaya

Pidie
Jaya

Aceh
Utara

Bener Meriah

Aceh
Barat

16.Ajay
1
17.Abar
0

Langsa

Aceh
Tengah

Aceh
Tamiang
Gayo
Lues

Abdya

Aceh
Selatan

Simeulue

11.Ata
m
16

Aceh
Timur

Nagan
Raya

18.Nag
an
0

Lhokseumawe

19.Abd
ya
0

12.Ben
er
2
13.Aten
g
7

Aceh
Tenggara

14.Galu
0

15.Agar
a
Subulussalam
0
23.Sml

20.Asel

21.SKL

Aceh Singkil

22.Ssal
am
0

Rekap Program Imunisasi

Tokoh
Tokoh Kunci
Kunci ::
dr.Iman/085260015863/penjab Imun

Edisi
Edisi :: 26
26 Jan
Jan
15
15
dr.
dr. Iman
Iman

IMUNOLOGI PD3I
SISTEM KEKEBALAN
KLASIFIKASI VAKSIN

Sistem Kekebalan
Sistem kekebalan adalah:
Sistem yang rumit dari interaksi sel-sel
dalam tubuh, di mana tujuan utamanya
adalah untuk mengenali adanya antigen

58

SISTEM KEKEBALAN
Perlindungan

thdp penyakit infeksi


---kekebalan, ada 2 macam
Kekebalan aktif : perlindungan yg
dihasilkan oleh sistem kekebalan
seseorang sendiri (biasanya menetap
seumur hidup)
Kekebalan pasif : perlindungan thd
bbrp infeksi bersifat sementara

Sistem Kekebalan (lanjutan)

Kekebalan pasif
adalah perlindungan yang diberikan oleh zat-zat yang
dihasilkan oleh hewan atau manusia yang diberikan
kepada orang lain, biasanya melalui suntikan.
perlindungan akan menurun setelah beberapa
minggu atau bulan.
Contoh :
bayi yang menerima kekebalan antibodi dari ibunya,
melalui plasenta pada 1-2 bulan akhir kehamilan.
immunoglobulin,
homolog human hiperimun dan
heterolog hiperimun serum (antitoksin).

60

Sistem Kekebalan

(lanjutan)

Respon imun: Perlindungan terhadap antigen


oleh sistem kekebalan tubuh melalui produksi
antibodi (imunoglobulin).
Respon imun yang paling efektif dihasilkan
dari antigen hidup, seperti infeksi alamiah.
Zat lain, misalnya polisakarida (rantai
panjang dari molekul glukosa yang melapisi
dinding sel bakteri tertentu) merupakan zat
antigen yang kurang efektif sehingga
kekebalan yang dibentuk tidak memberikan
perlindungan yang baik, maka diperlukan
pengulangan untuk mendapatkan kekebalan
yang lebih sempurna.
61

Sistem Kekebalan (lanjutan)

Reaksi kekebalan biasanya bersifat


spesifik sesuai dengan antigennya.

antibodi yang dihasilkan oleh


virus campak tak ada efeknya
terhadap virus rubella dan
virus influenza.

62

Klasifikasi Vaksin

Live attenuated
vaksin dibuat dengan memodifikasi virus atau
bakteri penyebab penyakit di laboratorium. Virus
atau bakteri dari vaksin tersebut akan terus
memperbanyak diri dan menghasilkan
kekebalan, namun tanpa menyebabkan orang
tersebut sakit.
Inactivated
vaksin bisa terdiri dari seluruh atau sebagian
(fraction) dari virus atau bakteri. Fractional
vaksin tersebut bisa berbasiskan protein atau
polisakarida. Yang termasuk vaksin berbasis
protein adalah toxoid (toxin inactivated bacteri)
dan subunit (subvirion product).

63

KLASIFIKASI VAKSIN(1)
2 jenis vaksin :
Live attenuated : vaksin dibuat dgn
modifikasi virus/bakteri penyebab
penyakit di lab
Inactivated : dibuat dari
seluruh/sebagian virus/bakteri (dlm
media kultur, diinaktifkan dgn
pemanasan/kimiawi)

Klasifikasi Vaksin

(2)

Contoh vaksin hidup (live attenuated)


Virus : campak, mums, rubella, polio, yellow
fever dan varicella
Bakteri : BCG dan Tifoid oral

Klasifikasi Vaksin

(3)

Contoh vaksin inaktif :


Dari sel virus utuh: influenza, polio,
rabies, hepatitis A
Dari bakteri inaktif utuh : pertussis,
typhoid, kolera, pes
VAKSIN INAKTIF SELALU
MEMERLUKAN DOSIS ULANG

Klasifikasi Vaksin

(4)

KAIDAH UMUM :
Semakin mirip suatu vaksin dengan sifat asli
penyakitnya semakin baik respon imunologi
yang dihasilkan oleh vaksin

Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas


Vaksin
Adanya antibodi maternal (Ibu)
Antigenesitas vaksin
Dosis
Cara pemberian
Cara penyimpanan & transport
Ajuvan yang dipakai
Kondisi penjamu (host)
Genetik
Status gizi
Status kesehatan (gizi)

68

JENIS JENIS VAKSIN

1. Vaksin BCG
2. Vaksin DPT HB
3. Vaksin TT
4. Vaksin DT

5.Vaksin Polio
6.Vaksin Campak
7.Vaksin Hepatitis B

VAKSIN BCG

Indikasi :
Untuk pemberian
kekebalan aktif
terhadap tuberkulosa.

VAKSIN TT
Vaksin yg mengandung Toxoid
Tetanus yg telah dimurnikan dan
terabsorbsi kedalam 3 mg/ml
aluminium fosfat. Thimerosal 0,1
mg/ml digunakan sebagai
pengawet.

Indikasi :
Untuk pemberian
Kekebalan aktif terhadap
tetanus

VAKSIN DT
Vaksin yang mengandung
toxoid difteri dan tetanus yg
telah dimurnikan

Indikasi :

Untuk pemberian
kekebalan simultan
terhadap difteri dan
tetanus

VAKSIN POLIO
Vaksin Polio Trivalent yg terdiri
dari suspensi virus poliomyelitis
tipe 1,2 dan 3 (strain sabin) yg
sudah dilemahkan.

Indikasi :
Untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap
poliomyelitis

VAKSIN CAMPAK
Vaksin virus hidup yang
dilemahkan, setiap dosis
mengandung tidak kurang dari
1000 infectife unit virus strain
CAM 70 dan tdk lebih dari 100
mcg residu kanamycin dan
30 mcg residu erythromycin.

Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan
aktif terhadap penyakit campak

VAKSIN HEPATITIS B
Vaksin Virus recombinan
yg telah diinaktivasikan dan
bersifat non infectious
berasal dari HBsAg yang
dihasilkan dalam sel ragi.

Indikasi :
Untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap
infeksi yang disebabkan
oleh virus hepatitis B.

VAKSIN DPT HB
Vaksin mengandung DPT berupa
Toxoid Difteri dan Toxoid Tetanus
yang dimurnikan dan pertusis yang
inaktifasi serta vaksin Hepatitis B yg
merupakan sub unit vaksin virus yg
mengandung HBsAg murni dan
bersifat non infectious
Indikasi :

Untuk pemberian kekebalan


aktif terhadap penyakit difteri,
tetanus, pertusis dan hepatitis
B

Pendahuluan
Kualitasmerupakan
Vaksin
harus tetapkebutuhan
tinggi
pokok pelaksanaan imunisasi.

Pengertian Vaksin
Vaksin -- Vaccinia
Suatu produk biologik yang terbuat dari
kuman, komponen kuman (bakteri, virus),
atau racun kuman (toxoid) yang telah
dilemahkan atau dimatikan dan berguna
untuk merangsang timbulnya kekebalan
spesifik secara aktif terhadap penyakit
tertentu.
Epi cold chain

Penggolongan berdasarkan asal


antigen
1. Bibit penyakit yang dilemahkan (live attenuated)
Virus
: Polio (OPV), Campak, Yellow Fever
Bakteri : BCG

2. Bibit penyakit yang dimatikan (inactivated)


Seluruh partikel diambil:
Virus
: IPV (Inactivated Polio Vaccine),
Rabies
Basis protein : Subunit pertusis
Toxoid
: Dipteri dan tetanus

3. Recombinant : Hept B
Epi cold chain

BCG strain Paris no.1173. P2

Bentuk

beku-kering.
Penyimpanan pada suhu + 2 s/d + 8 OC, pelarut pada suhu kamar
Kadaluarsa 12 bulan, pelarut 60 bulan.
Indikasi
kekebalan aktip terhadap tuberkulosa
Kemasan
1 box isi 10 Amp, pelarut 4 ml NaCl 0,9 % untuk setiap ampul
Dosis
0,05 ml / dosis pada intrakutan
Pelarut didinginkan pada suhu + 2 s/d + 8 OC minimal 12 jam sebelum
dipakai
Setelah dilarut vaksin hanya bertahan 3 jam
11/2/16

80

Microbakterium Bovis, Danish


Strain 1331

Bentuk

beku-kering.
Penyimpanan pada suhu + 2 s/d + 8 OC, pelarut pada suhu kamar
Kadaluarsa 12 bulan, pelarut 60 bulan.
Indikasi
kekebalan aktip terhadap tuberkulosa
Kemasan
1 box isi 10 vial, pelarut 1 ml NaCl 0,9 % untuk setiap vial
Dosis
0,05 ml / dosis pada intrakutan
Pelarut didinginkan pada suhu + 2 s/d + 8 OC minimal 12 jam sebelum
dipakai
Setelah dilarut vaksin hanya bertahan 4 jam

11/2/16

81

Diskusi
Belehkah pelarut vaksin BCG strain Paris
digunakan pada vaksin BCG strain Danish ?
Bolehkan pelarut vaksin campak digunakan
pada vaksin BCG ? Atau sebaliknya ?

11/2/16

82

DPT / HB.

Bentuk

Cairan.
Penyimpanan pada suhu + 2 s/d + 8 OC,
Kadaluarsa 24 bulan
Indikasi
kekebalan aktip Difteri, tetanus dan Hept B.
Kemasan
1 box isi 10 vial, @ 5 dosis (2,5 ml)
Setiap vial ditempelkan VVM.
Dosis
0,5 ml / dosis pada intra maskuler
Pada pelayanan statis vaksin yang telah dibuka dapat digunakan paling lama 4
minggu.dengan ketentuan :
Vks belum kadaluarsa, Simpan suhu 2-8 C, Label tidak hilang, Tidak terendam air, Sterilitas
terjaga, VVM kondisi A / B
Vaksin

dapat rusak pada suhu dibawah 0 OC

11/2/16

83

DPT-HB-Hib
Diskripsi
Vaksin DPT-HB-Hib berupa suspensi homogen yang berisikan difteri murni, toxoid
tetanus, bakteri pertussis inaktif, antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) murni yang
tidak infeksius, dan komponen Hib sebagai vaksin bakteri sub unit beupa kapsul
polisakarida Haemophylus Influenzae type b (Hib) tidak infeksius yang
dikonjugasikan kepada protein toksoid tetanus. Vaksin ini dikemas dalam vial 5 dosis.
Indikasi :
Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan),
hepatitis B, dan infeksi Haemophilus influenzae tipe b secara simultan.
Efek simpang;
Vaksin Hib ditoleransi dengan baik. Reaksi lokal dapat terjadi dalam 24 jam setelah
vaksinasi dimana penerima vaksin dapat merasakan nyeri pada lokasi penyuntikkan.
Reaksi ini biasanya bersifat ringan dan sementara. Pada umumnya, akan sembuh
dengan sendirinya dalam dua atau tiga hari, dan tidak memerlukan tindakan medis
lebih lanjut. Reaksi sistemik ringan, termasuk demam, jarang terjadi setelah
penyuntikkan vaksin Hib. Reaksi berat lainnya sangat jarang; hubungan kausalitas
antara reaksi berat lainnya dan vaksin belum pernah ditegakkan.
Epi cold chain

D T.

Bentuk Cairan.
Penyimpanan pada suhu + 2 s/d + 8 OC,
Kadaluarsa 24 bulan
Indikasi
kekebalan aktip Difteri dan tetanus .
Kemasan
1 box isi 10 vial, @ 10 dosis (5 ml)
Setiap vial ditempelkan VVM.
Dosis
0,5 ml / dosis pada intra maskuler atau Subkutan
dalam
Pada pelayanan statis vaksin yang telah dibuka dapat digunakan
paling lama 4 minggu.dengan ketentuan :

Vks belum kadaluarsa, Simpan suhu 2-8 C, Label tidak hilang,


Tidak terendam air, Sterilitas terjaga, VVM kondisi A / B

Vaksin dapat rusak pada suhu dibawah 0 OC

11/2/16

85

T T.
Bentuk

Cairan.
Penyimpanan pada suhu + 2 s/d + 8 OC,
Kadaluarsa 24 bulan
Indikasi
kekebalan aktip tetanus .
Kemasan
1 box isi 10 vial, @ 10 dosis (5 ml)
Setiap vial ditempelkan VVM.
Dosis
0,5 ml / dosis pada intra maskuler atau Subkutan
dalam
Pada pelayanan statis vaksin yang telah dibuka dapat digunakan
paling lama 4 minggu.dengan ketentuan :
Vks belum kadaluarsa, Simpan suhu 2-8 C, Label tidak hilang,
Tidak terendam air, Sterilitas terjaga, VVM kondisi A / B
Vaksin dapat rusak pada suhu dibawah 0 OC

11/2/16

86

Polio.

Bentuk

Cairan + pipet (dropper).


Kadaluarsa Penyimpanan pada suhu + 2 s/d + 8 OC 6 bln, - 15 s/d 25 OC 2 thn
Indikasi
kekebalan aktip terhadap polomyelitis.
Kemasan
1 box isi 10 vial, @ 10 dosis (5 ml)
Kemasan pipet 1 box isi 10 pipet.
Setiap vial ditempelkan VVM.
Dosis
0,5 ml / dosis pemberian secara Oral
Pada pelayanan statis vaksin yang telah dibuka dapat digunakan paling lama 2
minggu.dengan ketentuan :
Vks belum kadaluarsa, Simpan suhu 2-8 C, Label tidak hilang, Tidak terendam air, Sterilitas
terjaga, VVM kondisi A / B

11/2/16

87

Diskusi
Apa yang kurang pada kondisi vaksin polio
ini ?
Pipet dapat disimpan di freezer ?

11/2/16

88

Campak strain Cam 70

Bentuk

beku-kering.
Penyimpanan pada suhu + 2 s/d + 8 OC, pelarut pada suhu kamar
Kadaluarsa 24 bulan, pelarut 60 bulan.
Indikasi
kekebalan aktip terhadap penyakit Campak
Kemasan
1 box isi 10 Amp, pelarut 5 ml aquabidest steril untuk
setiap vial
Dosis
0,5 ml / dosis pada subkutan
Pelarut didinginkan pada suhu + 2 s/d + 8 OC minimal 12 jam sebelum
dipakai
Setelah dilarut vaksin hanya bertahan 6 jam atau 8 jam diskusi

11/2/16

89

Hepatitis B PID recombinan.

Bentuk

Cairan.
Penyimpanan pada suhu + 2 s/d + 8 OC,
Kadaluarsa 26 bulan
Indikasi
kekebalan aktip terhadap infeksi virus Hept B.
Kemasan
1 box isi 100 pough, @ 1 dosis
Setiap vial ditempelkan VVM.
Dosis
0,5 ml / dosis pada intra maskuler

Vaksin dapat rusak pada suhu dibawah 0 OC (- 0,5 dalam 30 menit)

11/2/16

90

VAKSIN IPV
RUTIN
DIBERIKAN 3 X
KHUSUS DIY

BIAS KELAS 2 &3


KAMPANYE

Penggolongan berdasarkan
sensitivitas terhadap suhu

FS

Gol. vaksin yang


akan rusak
terhadap suhu
dingin <00C (beku)

Hepatitis
Td
DPT-HB

DPT-HB-Hib

(Freeze Sensitive)

IPV

tidak tahan beku

DT
TT

HS
(Heat Sensitive)
tidak tahan panas

Gol. vaksin yang


akan rusak
terhadap paparan
panas yang
berlebih (>340C)
Epi cold chain

BCG
POLIO
CAMPAK

TERIMA KASIH!

&
Balita
Atau
Puskesmas
dan RSUD

Serta DPT-Hb-Hib dan


Campak (Untuk Usia 2-3
tahun)

Jangan Lupa Imunisasi


BIAS anak sekolah kelas

Anda mungkin juga menyukai