Agen Polio
Agen polio disebabkan oleh virus. Virus polio termasuk genus enterovirus. Terdapat tiga tipe
yaitu 1, 2 dan 3. Ketiga virus tersebut bisa menyebabkan kelumpuhan. Tipe 1 adalah tipe
yang paling mudah diisolasi, diikuti tipe 3, sedangkan tipe 2 yang paling jarang diisolasi,
diikuti tipe 3, sedangkan tipe 2 jarang diisoloasi. Tipe yang sering menyebabkan wabah
adalah tipe 1, sedangkan kasus yang dihubungkan dengan vaksin yang disebabkan oleh tipe 2
dan tipe 3. Polio virus (genus enterovirus) tipe 1, 2 dan 3; terdiri dari RNA genome yang
tertutup oleh sel protein atau capsid. Secara umum, ada dua tipe virus polio liar (wild
piliovirus) dan virus polio yang berasal dari imunisasi polio itu sendiri (circulating vaccine-
derived poliovirus) virus spolio liar ada secara alamiah, sedangkan virus polio berasal dari
imuniasi polio oral (tetes lewat mulut) mengandung virus polio hidup. Virus hidup polio akan
berkembang biak pada usus anak, lalu akan diekskresikan lewat feces atau tinja. Semua tipe
dapat menyebabkan kelumpuhan. Tipe 1 dapat diisolasi dari hampir semua kelumpuhan dan
menyebabkan wabah polio, virus polio liar tipe 2 telah diberantas pada tahun 1999, dan kasus
dengan virus polio liar tipe 3 sangat jarang terjadi. Sebagian besar kasus yang berkaitan atau
disebabkan oleh vaksin polio sendiri disebakan oleh tipe 2 dan 3. Virus polio hanya dapat
hidup di usus manusia. Di suatu tempat, virus akan berkembang biak memenuhi dinding usus
selama ± 8 minggu. Sebagian virus akan dikeluarkan setiap hari, melalui tinja. Makanan dan
minuman yang tercemar tinja, secara langsung atau melalui tangan yang tercemar tinja, akan
memidahkan virus ke orang lain.
Host / Pejamu
Pejamu dari virus polio adalah manusia. Kelompok yang rentan terkena virus polio adalah
anak-anak dibawah usia lima tahun. Manusia juga satu-satunya reservoir dan sumber
penularan biasanya adalah penderita tanpa gejala (inapparent infection) terutama anak-anak.
Disebagian besar negara endemis, 70-80% penderitanya adalah berusia di bawah 3 tahun, dan
80-90% berusia dibawah 5 tahun. Mereka yang mempunyai risiko tinggi untuk tertular adalah
kelompok rentan seperti kelompok-kelompok yang menolak imunisasi, kelompok minoritas,
para migram musiman, anak-anak yang tidak terdaftar, kaum nomaden, pengungsi dan
masyarakat miskin perkotaan. Anak-anak yang tidak mempunyai kekebalan yang memadai
dapat terinfeksi, dan sebagian kecil di antaranya lumpuh, atau meninggal 1 dalam 100).
Untuk setiap anak yang menderita lumpuh karena infeksi polio, kira-kira terdapat 100 – 1000
anak yang tertular tetapi tidak sakit lumpuh. Akan tetapi, anak-anak ini dapat menyebarkan
virus polio ke anak-anak yang lain.
Environment / Lingkungan
Penyebaran penyakit polio terutama melalui konsentrasi tinja penderita polio terutama di
daerah yang sanitasi lingkungannya buruk dengan cara fekal-oral (kotoran mulut) dan
melalui percikan dari mulut ke mulut (untuk daerah dengan sanitasi lingkungan yang
baik). Penularan fekal-oral artinya makanan/minuman yang tercemar virus polio yang
berasal dari tinja penderita masuk ke mulut orang sehat lainnya. Sedangkan oral ke oral
adalah penyebaran dari air liur penderita yang masuk ke dalam mulut manusia sehat
lainnya (Lumenta, N, 2006).
E.PECEGAHAN PENYAKIT POLIO
Pemberian imunisasi polio pada aak dibawah usia 5 tahun sebaiknya sudah
mendapatkan 5 kali imunisasi polio, yakni saat pulang dari 56 Epidemiologi Penyakit
Menular: Riwayat, Penularan dan Pencegahan rumah sakit setelah lahir, kemudian
pada usia dua, tiga dan 4 bulan kemudian pada usia 1 – 1,5 tahun, kemudian usia 5 – 6
tahun pada usia 15 tahun.
Pemberian imunisasi dilakukan secara serentak, pada waktu yang sama, untuk
menghindari terjadi virus polio liar terhadap balita yang tidak ikut imunisasi
(Lumenta, N, 2006)
3.Sistem pengamatan dibuat sedemikian rupa sehingga tak ada kasus polio yang tak
teridentifikasi.
Sistem pengamatan dibuat sedemikian rupa sehingga tak ada kasus polio yang tak
teridentifikasi. Pelaksanaan Surveilans AFP sesuai standar sertifikasi dengan berperan
aktif dalam advokasi dan sosialisas.
4. Mengirim tim untuk melakukan imunisasi dari rumah ke rumah di wilayah virus
polio dicurigai masih beredar.
B.Pencegahan Sekunder
1. Melakukan Isolasi di rumah sakit untuk penderita yang disebabkan virus liar.
Isolasi di lingkungan rumah tangga kurang bermanfaat oleh karena banyak anggota
keluarga sudah terinfeksi sebelum poliomyelitis dapat didiagnosa. Pencegahan
Sekunder: isolasi, Disinfeksi serentak, Karantina, Perlindungan terhadap kontak,
Investigasi kontak dan sumber infeksi,
2. Pengobatan spesifik.
c.Pencegahan Tertier